Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kania Aisyah Putri
"Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling banyak diderita dengan insidensi 9,3% dan penyebab kematian terbanyak ketiga dengan mortalitas 8,8%. Penyebab utama terjadinya kanker serviks adalah infeksi HPV risiko tinggi. Pencegahan infeksi HPV dapat dilakukan melalui vaksinasi HPV. Dengan demikian, vaksinasi HPV berperan penting dalam pencegahan kanker serviks. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan terkait vaksinasi HPV yang menyebabkan tidak seluruh populasi dapat mengaksesnya. Di Indonesia, cakupan vaksinasi HPV untuk wanita berusia lebih dari sama dengan 15 tahun pada tahun 2022 hanya mencapai 6%. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas cakupan vaksinasi HPV pada pasien pasien di poli kebidanan dan kandungan RSCM. Metode Penelitian ini dilakukan menggunakan desain observasional dengan metode crosssectional. Besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 98 sampel. Data diperoleh melalui kuisioner dan rekam medis responden. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi SPSS 27.0. Hasil Terdapat 8 dari 127 subjek penelitian yang telah mendapatkan vaksinasi HPV (6,3%). Sebanyak 50% dari subjek yang telah mendapatkan vaksinasi baru menerima 1 dosis vaksin. Dari 127 subjek penelitian, terdapat 18 pasien kanker serviks. Cakupan vaksinasi HPV pada pasien kanker serviks adalah 5,6%. Kesimpulan Untuk mencapai kekebalan kelompok, cakupan vaksinasi HPV pada penelitian ini masih sangat rendah. Meski demikian, cakupan vaksinasi HPV pada pasien di Poli Kebidanan dan Kandungan RSCM ini tidak berbeda jauh dengan cakupan vaksinasi Indonesia pada tahun 2022 menurut WHO.

Introduction According to the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, cervical cancer is the second most common cancer with an incidence of 9.3% and the third leading cause of death with a mortality rate of 8.8%. The main cause of cervical cancer is high-risk HPV infection. Prevention of HPV infection can be done through HPV vaccination. Therefore, HPV vaccination plays an important role in the prevention of cervical cancer. However, there are several barriers related to HPV vaccination that prevent some populations from accessing it. In Indonesia, the HPV vaccination coverage for women aged 15 and older in 2022 only reached 6%. Therefore, this study will discuss the coverage of HPV vaccination among patients in departments of obstetrics and gynecology RSCM. Method This study was conducted using an observational design with a cross-sectional method. The minimum required sample size is 98 samples. Data will be obtained through questionnaires and respondent’s medical records. The data obtained will be processed using SPSS 27.0. Results There were 8 out of 127 subjects who had received HPV vaccination (6.3%). Half of the subjects who had been vaccinated only received 1 dose of the vaccine. Out of the 127 research subjects, there were 18 cervical cancer patients. The HPV vaccination coverage in cervical cancer patients was 5.6%. Conclusion To achieve herd immunity, the HPV vaccination coverage in this study is still very low. However, the HPV vaccination coverage in patients at the Department of Obstetrics and Gynecology RSCM is similar to Indonesia's vaccination coverage in 2022 according to the WHO."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Azzahra
"Vaksin HPV merupakan pencegahan primer terhadap kanker servik. Biaya vaksinasi HPV yang mahal menjadi tantangan tersendiri untuk perempuan dewasa awal yang belum bekerja. Selain itu, kurangnya kesadaran dapat menjadi faktor penghambat perempuan dalam memutuskan vaksinasi HPV. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat kesadaran dengan keputusan vaksinasi HPV. Responden berjumlah 126 perempuan pekerja usia 18-25 tahun, belum aktif secara seksual, dan berdomisili di Kota Depok. Intrumen yang digunakan adalah Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire dan Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire yang diterjemahkan, analisis data menggunakan uji Chi square. Hasil temuan analisi ditemukan pvalue 0,001 atau <0,05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Melalui hasil temuan ini dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat kesadaran maka semakin tinggi keterlibatan diri dalam pengambilan keputusan vaksinasi HPV pada perempuan pekerja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan vaksinasi HPV.

The HPV vaccine is the primary prevention against cervical cancer. The high cost of HPV vaccination is a challenge for young, unemployed women. In addition, lack of awareness can be a limiting factor for women in deciding to vaccinate against HPV. This cross sectional study aims to examine the relationship between level of awareness and the decision to vaccinate HPV. Respondents were 126 female workers aged 18-25 years, not yet sexually active, and domiciled in Depok City. The instruments used were Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire and Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire which were translated, data analysis using Chi square test. The results of the analysis found p-value 0.001 or <0.05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Through these findings, it can be concluded that the higher the level of awareness, the higher the involvement in decision-making for HPV vaccination in female workers. Future research is expected to be able to analyze the factors that can influence the decision of the HPV vaccine."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Citra Kirana
"Infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum terjadi dan dapat menimbulkan berbagai beban kepada individu yang telah aktif secara seksual. Vaksin HPV yang sudah terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV masih memiliki tingkat penggunaan yang rendah di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan, sikap, dan norma subyektif terhadap intensi memeroleh vaksin HPV. Intensi seringkali diteliti sebagai salah satu hal yang dapat mewakili tingkah laku di masa mendatang. Partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki Indonesia berusia 18 hingga 26 tahun (N=380, M=21,34, SD=1,99). Partisipan menyelesaikan survei daring yang disusun menggunakan alat ukur yang sebelumnya digunakan oleh Catalano dkk. (2017), Chiang dkk. (2016), dan Marlow dkk. (2013). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa pengetahuan, sikap, dan norma subyektif dapat memengaruhi intensi secara signifikan (R2= 0,53, p>0,01). Norma subyektif ditemukan menjadi variabel prediktor yang paling kuat memengaruhi intensi β=0,54, p<0,01), yang kemudian diikuti oleh sikap β=0,32, p<0,01) dan pengetahuan (β=0,10, p<0,05). Partisipan ditemukan rata-rata memiliki pengetahuan yang rendah, sikap yang positif, norma subyektif yang positif, dan intensi yang sedang untuk memeroleh vaksin HPV dalam 12 bulan mendatang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah intervensi dan promosi kesehatan seksual terkait vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan target populasi nasional yang tidak hanya berdasarkan usia, namun juga menyasar orang tua, tokoh agama, dan orang-orang berpengaruh lainnya.

As one of the most common sexually transmitted disease, human papillomavirus (HPV) infection can cause various burdens to many sexually active individuals. Despite the effectiveness of HPV vaccine in mitigating the risk of HPV infection, its uptake rate in Indonesia is low. The objective of this study was to examine the effects of knowledge, attitude, and subjective norm on intention to obtain the HPV vaccine. Intention has been studied as a proxy of future behavior. Indonesian male and female aged 18 to 26 years old (N=380, M=21.34, SD=1.99) completed an online survey adapted from Catalano et al. (2017), Chiang et al. (2016), and Marlow et al. (2013). Using multiple regression analysis, knowledge, attitude, and subjective norm were found to be significant predictors of intention (R2= 0.53, p<0.01). Subjective norm was found to be the strongest predictor of intention (β=0.54, p<0.01), followed by attitudeβ=0.32, p<0.01) and knowledge (β=0.10, p<0.05). On average, the participants were found to have a low knowledge, positive attitude, positive subjective norm, and moderate intention to obtain HPV vaccine in the next 12 months. It was concluded that future intervention and promotion programs to increase HPV vaccination rate in Indonesia should consider targeting national population that not only based on age, but also include parents, religious leaders, and other influential people."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadiyah Ulayya Verdianti
"Latar Belakang
Kanker serviks adalah penyakit kronis yang mudah dicegah dan dapat ditangani jika ditemukan dini. Meskipun demikian, sampai saat ini, kanker serviks masih menjadi penyakit dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi di Indonesia dan dunia serta menimbulkan beban yang signifikan bagi penderita maupun masyarakat. Infeksi HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks dan tindakan pencegahan lainnya tidak cukup untuk mencegah terjadinya infeksi HPV tanpa didampingi dengan vaksinasi. Oleh karena itu, penelitian untuk menelusuri pengetahuan, sikap, dan perilaku serta faktor sosial ekonomi yang dapat menjadi penghambat terjadinya vaksinasi HPV diperlukan. Metode
Dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner pada tanggal 20-23 November 2023 di Poli Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSCM Kiara. Sampel yang di ambil berupa data dari sosiodemografi dan pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) terkait HPV serta kanker serviks pada populasi cakupan untuk melihat hubungan diantaranya.
Hasil
Subjek penelitian ini sebagian besar sudah memiliki sikap yang positif terhadap infeksi HPV, vaksinasi HPV, dan kanker serviks (69,3%). Akan tetapi, sebagian besar masih memiliki pengetahuan dan perilaku yang buruk (72,4% dan 84,3%). Pada penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap (p 0,001, OR 6,857, 95% CI=1,954- 24,062) dan pengetahuan dengan perilaku (p 0,003, OR 4,227, 95% CI=1,569-11,389). Akan tetapi, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara sikap dengan perilaku. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pengetahuan dengan status vaksinasi HPV (p 1,000), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status sikap dengan status vaksinasi HPV (p 0,455), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status perilaku dengan status vaksinasi HPV (p 1,000). Kesimpulan
Ditemukan tingkat pengetahuan dan perilaku subjek yang buruk dengan sikap yang positif. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dan pengetahuan dengan perilaku, tetapi tidak antara sikap dengan perilaku. Selain itu, tidak ada hubungan antara status pengetahuan, sikap, dan perilaku denga status vaksinasi.

Introduction
Cervical cancer is a chronic disease that is easy to prevent and can be treated if found early. However, to date, cervical cancer is still a disease with a high incidence and mortality rate both in Indonesia and globally, while also causing a significant burden for sufferers and society. HPV infection is the main cause of cervical cancer and, without vaccination, other preventive measures alone are not enough to prevent HPV infection. Therefore, research to explore knowledge, attitudes, and behavior as well as socio- economic factors that can hinder HPV vaccination is needed.
Method
Data were collected using a questionnaire on 20-23 November 2023 at the Obstetrics and Gynecology Clinic, RSCM Kiara. The sample that was taken was data from sociodemographics and knowledge, attitudes, and practice (KAP) related to HPV and cervical cancer in the coverage population to see the relationship between them.
Results
Most of the subjects in this study had a positive attitude towards HPV infection, HPV vaccination, and cervical cancer (69.3%). However, the majority still have poor knowledge and behavior (72.4% and 84.3%). This research found a relationship between knowledge with attitudes (p 0.001, OR 6.857, 95% CI=1,954-24,062) and knowledge with behavior (p 0.003, OR 4.227, 95% CI=1,569-11,389). However, no statistically significant relationship was found between attitudes with behavior. This study found that there was no significant relationship between knowledge status with HPV vaccination status (p 1.000), there was no significant relationship between attitude status with HPV vaccination status (p 0.455), and there was no significant relationship between behavior status with HPV vaccination status (p 0.455).
Conclusion
It was found that the subject's level of knowledge and behavior was poor with a positive attitude. This study also found that there was a statistically significant relationship between knowledge with attitudes and knowledge with behavior, but not between attitudes with behavior. Apart from that, there is no relationship between knowledge status, attitudes, and practice with vaccination status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Dwi Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara pengetahuan, sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dalam mempredikasi intensi memeroleh vaksin HPV dan menggali penjelasan lebih dalam terkait jawaban partisipan terkait intensi memeroleh vaksin HPV dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, non-experimental dan mixed-methods. Partisipan dalam penelitian yang mengisi kuesioner secara online dan memenuhi kriteria penelitian yaitu sebanyak 173 partisipan dan 6 partisipan diantaranya mengikuti wawancara mendalam untuk data kualitatif. Pengambilan data kuantitatif menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Chiang dkk. (2016), Marlow dkk. (2013, dan Catalano dkk. (2017), selanjutnya data kualitatif didapatkan melalui wawancara semi-terstruktur. Data kuantitatif diolah dengan analisa statistik multiple regression dan data kualitatif diolah menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil analisis multiple regression menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control secara signifikan (R2 = 0,221, p<0,05) memprediksi intensi memeroleh vaksin HPV. Perceived behavioral control ditemukan sebagai prediktor yang signifikan (β=0,32, p<0,05). Terdapat faktor lain, seperti kebutuhan untuk melindungi pasangan, riwayat penyakit dalam keluarga, faktor biaya dan urgensi yang dapat mempengaruhi intensi memeroleh vaksin HPV. Dari hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan dan pihak terkait dapat lebih aktif mensosialisasikan informasi terkait HPV dan vaksin HPV terutama menyasar pada aspek personal, serta mempertimbangkan biaya pemerolehan vaksin HPV agar lebih terjangkau.

The purpose of this study was aimed to find the correlation between knowledge, attitude, subjective norm, and perceived behavioural control in predicting intention to receive HPV vaccine and explore the evidences concerning intention to receive HPV vaccine and the factors influencing them. The methods that were used in this study consist of cross-sectional, non-experimental, and mixed-methods approaches. A total of 173 qualified participants took part in this study by answering online questionnaire and six participants were selected for an interview to obtain qualitative data. The technique of collecting quantitative data were using the measuring instrument developed by Chiang et al. (2016), Marlow et al. (2013), and Catalano et al. (2017), then the qualitative data were obtained through semi-structured interview. Quantitative data processed by using multiple regression analysis and qualitative data were prepared using phenomenologist approach. The result of multiple regression analysis showed that knowledge, attitude, subjective norm, and perceived behavioural control significantly able to predict people’s intention to receive HPV vaccine (R2 = 0.221, p < 0.05). Perceived behavioural control was found as a significant predictor (β = 0.32, p < 0,05). There were also other factors, for instance, the need to protect the spouse, family health record, expenditure factor, and urgency, which able to affect the intention to receive HPV vaccine. From the result of this study, the health personnel and those who related were expected to be more active in socialising the information related to the HPV and the HPV vaccine especially to personal aspect, and also to consider the cost to receive the vaccine to be more affordable for the unfortunates."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
"ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.
Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular
rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.
Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.
Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"Di rumah sakit merupakan hal yang memerlukan perhatian khusus, untuk menghindari risiko obat kadaluarsa dan rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama yang dapat berujung pada kerugian rumah sakit. Namun, kekurangan persediaan dapat menyebabkan terjadinya stock out sehingga harus dilakukan pemesanan cito dan berakibat pada semakian lamanya waktu tunggu dan penurunan tingkat kepuasan pasien. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang termasuk ke dalam kategori slow moving dan fast moving di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data pengeluaran sediaan farmasi dan BMHP pada setiap depo farmasi rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode januari-maret 2023. Obat kategori fast moving terdiri dari  2 obat non esensial, 7 obat esensial, dan 1 obat vital. Sementara obat slow moving terdiri dari 7 obat esensial dan 3 BMHP.

Availability of drugs in hospitals is a matter that requires special attention, to avoid the risk of drugs being expired and damaged due to storage for too long which can lead to hospital losses. However, a shortage of supplies can cause stock outs so that orders must be made for cito and result in longer waiting times and a decrease in patient satisfaction. This report aimed to determine pharmaceutical preparations and Medical Consumable Materials (BMHP) which were included in the slow moving and fast moving categories at the outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital. The method used is to collect data on the release of pharmaceutical preparations and BMHP at each outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital for the period January-March 2023. The fast-moving drugs category consisted of 2 non-essential drugs, 7 essential drugs, and 1 vital drug. Meanwhile, slow moving drugs consisted of 7 essential drugs and 3 BMHP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lela Larasati
"Infeksi Human Papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual yang sering terjadi pada perempuan yang aktif secara seksual yang dapat menyebabkan kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, keyakinan, dan perilaku seksual perempuan dengan pencegahan penularan HPV. Penelitian cross-sectional ini menggunakan teknik convenience sampling dengan 649 responden perempuan usia reproduktif yang menikah atau pernah menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan, keyakinan, dan perilaku seksual dengan pencegahan penularan HPV mempunyai hubungan yang signifikan secara statistik. Pengetahuan merupakan variabel paling dominan mempengaruhi pencegahan penularan HPV (r = 0,174) dengan nilai p value < 0,001, semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi pula melakukan pencegahan. Keyakinan terhadap penularan HPV, perilaku seksual yang sehat, dan pengetahuan tentang pencegahannya dapat mengurangi prevalensi penularan HPV sehingga meningkatkan kesehatan perempuan secara umum, selain itu dengan memberikan pendidikan/edukasi serta menghindari faktor resiko, deteksi dini, dan melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara berkala merupakan faktor kunci untuk mencegah penularan HPV

Infection of Human Papillomavirus (HPV) is a sexually transmitted disease that often occurs in sexually active women that can cause cervical cancer. The objective of this research was to identify the relationships of knowledge, belief, and sexual behavior of women with HPV infection prevention.This cross-sectional study used convenience sampling to recruit 649 women in reproductive age who are married or have ever been married. The results showed statistically significant relationship between knowledge, belief, and sexual behavior and HPV infection prevention. Knowledge was found to be the most dominant variable affecting the prevention of transmission of HPV (r = 0.174) with p value < 0,001. The higher the level of knowledge, the higher the prevention effort. The belief of HPV, healthy sexual behavior, and knowledge about its prevention are likely to reduce the prevalence of HPV infection and thus improving women's health in general. In addition, improving health education as well as avoiding the risk factors, early detection, and routine examination of the reproductive organs are the key factors to prevent the transmission of HPV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghozi Ryandika
"Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker pada wanita yang paling umum di seluruh dunia. Human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu jenis virus yang menjadi penyebab utama kanker serviks dengan jumlah setidaknya 70% dari seluruh kasus yang ada dan didominasi oleh serotipe 16 dan 18. Protein E6 adalah sebuah protein pada HPV yang dapat menyebabkan degradasi p53 akibat proses ubiquitinisasi yang diaktifkan dari pembentukkan sebuah trimetrik kompleks protein E6, p53 dan E6AP sehingga menghasilkan sebuah sel kanker. Inhibisi protein E6 dapat dilakukan untuk pencegahan kanker serviks. Dalam penelitian ini, senyawa SSYA10- 001 yang telah terbukti secara in vitro dapat menginhibisi protein E6 dilakukan modifikasi menggunakan organoboron dengan menggunakan metode in silico. Pada tahapan molecular docking, digunakan aplikasi MOE 2014.09 untuk mendapatkan informasi mengenai interaksi antara protein-ligan. Setelah dilakukan analisis energi pengikatan dan uji farmakologi serta dibandingkan dengan sebelum modifikasi, diperoleh 4 ligan modifikasi terbaik untuk masing-masing serotipe. Untuk serotipe 16, diperoleh mseq 82, 68, 76, dan 49 dengan energi ikatan masing-masing -7,3892 kkal/mol, -7,3456 kkal/mol, -7,3122 kkal/mol, dan -7,2373 kkal/mol. Sedangkan untuk serotipe 18, diperoleh mseq 95, 69, 76, dan 68 dengan energi ikatan masing-masing - 6,2324 kkal/mol, -6,1602 kkal/mol, -6,0606 kkal/mol, dan -6,0266 kkal/mol. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam energi ikatan dan jumlah interaksi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum modifikasi, dengan nilai energi ikatan sebelumnya -5,6250 kkal/mol untuk serotipe 16 dan -4,6169 kkal/mol untuk serotipe 18.

Cervical cancer is one of the most common types of cancer in women worldwide. Human papillomavirus (HPV) is a virus that primarily responsible for at least 70% of all cases, with serotypes 16 and 18 being the dominant ones. The E6 protein, found in HPV, can induce the degradation of p53 protein through the ubiquitination process, which is activated by forming a trimetric complex involving E6 protein, p53, and E6AP, resulting in the formation of cancer cells. Inhibiting the E6 protein can be done for cervical cancer prevention. In this study, the compound SSYA10-001, which has been proven to inhibit the E6 protein in vitro was modified using boron compound through in silico methods. The molecular docking stage utilized the MOE 2014.09 application to obtain information regarding the interaction between the protein and ligands. After analyzing the binding energy and conducting pharmacological tests, the top four modified ligands were obtained for each serotype. For serotype 16, the mseq 82, 68, 76, and 49 were obtained with energy binding values of -7.3892 kcal/mol, -7.3456 kcal/mol, -7.3122 kcal/mol, and -7.2373 kcal/mol, respectively. Meanwhile, for serotype 18, the mseq 95, 69, 76, and 68 were obtained with energy binding values of -6.2324 kcal/mol, -6.1602 kcal/mol, -6.0606 kcal/mol, and -6.0266 kcal/mol, respectively. This indicates a significant improvement in energy binding and a higher number of interactions compared to before modification, where the energy binding values were -5.6250 kcal/mol for serotype 16 and -4.6169 kcal/mol for serotype 18."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Ernajanti
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan tumor ganas ketiga di dunia.
Sembilan puluh lima persen kanker kolorektal merupakan adenokarsinoma yang
berasal dari lesi prekursor adenoma. Dilaporkan 15%-20% kanker terkait dengan
infeksi virus. Virus yang diduga berhubungan dengan kanker kolorektal adalah
human papilloma virus (HPV) dan tipe tersering adalah 16 dan 18. Hubungan
antara HPV dan kanker kolorektal masih menjadi perdebatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi infeksi HPV pada adenoma dan
adenokarsinoma kolorektal di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM
Jakarta dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Bahan
dan Metode: Pemeriksaaan DNA HPV pada 33 kasus adenoma dan 33 kasus
adenokarsinoma kolorektal dengan teknik nested PCR MY/GP dan elektroforesis.
Pada kasus dengan hasil HPV positif, dilanjutkan PCR menggunakan primer
spesifik HPV 16 dan HPV 18. Subjek penelitian berasal dari Departemen Patologi
Anatomik FKUI/RSCM. Hasil: Satu dari 33 kasus (3,0%) adenoma dan 3 dari 33
kasus (9,1%) adenokarsinoma positif infeksi HPV. Satu kasus adenoma positif
HPV bukan merupakan tipe 16 dan 18. Satu kasus adenokarsinoma dengan
positif, HPV merupakan tipe 16, 2 kasus merupakan gabungan tipe 16 dan 18.
Kesimpulan: Prevalensi infeksi HPV pada adenokarsinoma lebih tinggi
dibandingkan adenoma kolorektal. Tipe HPV pada kasus adenokarsinoma
kolorektal merupakan tipe 16 dan 18.

ABSTRACT
Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18., Background : Colorectal cancer is the third malignant tumor in the world.
Ninety-five percent of colorectal cancers are adenocarcinomas derived from
precursor lesions adenoma. There are 15% -20% of cancers associated with viral
infections. Virus are suspected associated with colorectal cancer is the human
papilloma virus (HPV) and the most common types are 16 and 18. The
relationship between HPV and colorectal cancer is still being debated. This study
purpose to determine the prevalence differences of HPV infection in colorectal
adenomas and adenocarcinomas in the Department of Anatomic Pathology,
FKUI/RSCM Jakarta by using the polymerase chain reaction (PCR). Materials
and Methods : HPV DNA examination on 33 cases of adenoma and 33 cases of
colorectal adenocarcinoma by nested MY/GP PCR technique and electrophoresis.
In the cases with positive HPV results, continue by specific primers HPV 16 and
HPV 18 PCR. The subject of the study came from the Department of Anatomic
Pathology, FKUI/RSCM. Result : One (3.0%) adenomas and 3 (9.1%)
adenocarcinoma from 33 cases adenoma and adenocarcinoma are HPV positive.
One case of HPV positive adenomas are not types 16 and 18. HPV positive
adenocarcinoma, 1 case was type 16, two cases are combination of types 16 and
18. Conclusion : The HPV prevalence in adenocarcinoma was higher than
colorectal adenoma. HPV types on positive colorectal adenocarcinoma cases are
types 16 and 18.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>