Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inka Evelyna
"BTS, grup musik asal Korea Selatan yang debut pada Juni 2013 dibawah Big Hit Entertainment telah meraih ketenaran global dengan mengeksplorasi berbagai genre, tradisi musik, dan budaya. Kemudian terjadilah perdebatan seputar identitas genre BTS. Berdasarkan hal ini, timbul pertanyaan mengenai sejauh mana BTS dapat dipahami dalam ruang kategorisasi genre? Penulis melihat bahwa ada "kekacauan" dalam kategorisasi genre. Untuk menganalisis ini, penulis menggunakan dua metode penelitian, pertama, metode eksperimentasi pemikiran, yaitu menguji kebenaran adanya "kekacauan" kategorisasi genre mengenai esensi K-pop dan validitas penempatan BTS dalam genre tersebut. Kedua, metode analisis filosofis komparatif dengan membandingkan dialektika Hegel dengan kategorisasi, ditambah dengan kontra-argumennya, sehingga memicu refleksi filosofis yang kritis terhadap BTS dan hakikat kategorisasi itu sendiri, dimana dapat menunjukkan “cairnya” kategorisasi genre. Dialektika Hegel dan kategorisasi genre menjadi kerangka teori utama, dan topik K-pop menjadi teori pendukung dalam analisis ini. Melalui metode dan kerangka teori tersebut, akan dipahami bahwa makna BTS dan kategorisasi genre akan lebih filosofis jika kita melihatnya melalui dialektika Hegel.

BTS, a South Korean music group that debuted in June 2013 under Big Hit Entertainment, has achieved global fame by exploring various genres, musical traditions, and cultures. This has sparked debates about BTS's genre identity, leading to questions about the extent to which BTS can be understood within the framework of genre categorization. The author observes a "chaos" in genre categorization and employs two research methods for analysis. First, thought experimentation examines the truth of the "chaos" in genre categorization regarding the essence of K-pop and the validity of placing BTS within that genre. Second, a comparative philosophical analysis, contrasting Hegelian dialectics with categorization and supplemented with counter-arguments, triggers critical philosophical reflection on BTS and the nature of categorization itself, indicating the “fluidity” of genre categorization. Hegelian dialectics and genre categorization serve as the primary theoretical framework, with K-pop providing supporting theory in this analysis. Through these methods and theoretical frameworks, it will be understood that the meaning of BTS and genre categorization becomes more philosophical when viewed through the lens of Hegelian dialectics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Pinorsinta Febriani
"Indonesia memiliki potensi yang besar dalam industri musik. Salah satunya, pada sektor musik independen. Fenomena musik independen menjadi minat baru di tengah masyarakat karena dianggap berbeda dan menimbulkan eksklusivitas seni. Musisi yang memilih untuk berada di jalur independen, dapat menciptakan karya musik sesuai dengan selera yang mereka sukai bahkan menghasilkan berbagai genre dalam lagunya. Salah satu yang disoroti adalah musikalitas independen pada genre folk pop. Adhitia Sofyan dan Pamungkas merupakan dua musisi independen yang mengadopsi genre tersebut ke dalam musiknya. Keduanya, berhasil menyentuh berbagai kalangan dalam pasar musik industri baik lokal maupun global. Kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan digital saat ini menjadi faktor yang sangat mendukung mereka dalam melakukan strategi komunikasi pemasarannya. Hadirnya berbagai platform digital dimanfaatkan sebagai potensi untuk mengimplementasi elemen bauran pemasaran sebagai strategi komunikasi pemasaran yang mereka lakukan. Contohnya, pada berbagai layanan streaming musik seperti Spotify, Joox, Youtube Music, Deezer dan sebagainya yang dijadikan saluran untuk mendistribusikan hasil rilisan musik mereka.

Indonesia has great potential in the music industry. One of them is in the independent music sector. The phenomenon of independent music has become a new interest in society because it
is considered different and generate exclusivity in art. Musicians who choose to be independent can create music according to their preferences and even produce some genres in their songs. One of the highlight is independent musicality in the folk pop genre. Adhitia Sofyan and Pamungkas are two independent musicians who have adopted this genre into their music. Both of them have successfully approached various circles in the industrial music market in local and global. The convenience offered by digital developments is currently a factor that really supports them in carrying out their marketing communication strategies. The presence of any digital platforms is used as a potential for implementing marketing mix elements as their marketing communication strategy. For example, some music streaming services such as Spotify, Joox, Youtube Music, Deezer and etc. used as channels to distribute their music releases.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Eka Wijaya
"Klasifikasi genre musik merupakan salah satu bidang dari Music Information Retrieval (MIR) yang menggunakan pola-pola spektral dalam rekaman audio digital sebagai fitur untuk membentuk sebuah sistem yang dapat menentukan genre dari sebuah musik secara otomatis. Beberapa model deep learning telah dikembangkan untuk memperoleh performa terbaik dalam melakukan klasifikasi genre musik. Tiga di antaranya adalah Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), dan model hybrid CNN-LSTM. Walaupun model- model tersebut mampu memberikan hasil yang cukup memuaskan, model-model tersebut memiliki kekurangan masing-masing. Model CNN kurang dapat memperhitungkan urutan-urutan fitur pada data berurutan dan model LSTM tidak dapat melakukan komputasi secara paralel. Ketiga model tersebut juga membutuhkan pengulangan dan konvolusi yang kompleks, serta waktu yang cukup panjang untuk perhitungan berurutan. Transformers merupakan arsitektur model yang tidak lagi mengandalkan recurrence/pengulangan, melainkan mekanisme attention yang dapat memperhitungkan urutan-urutan data pada data berurutan dan melakukan perhitungan paralel sehingga jangka waktu yang dibutuhkan dalam perhitungan lebih singkat. Melihat keberhasilan dan kepopuleran dari Transformer pada berbagai bidang seperti Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT) pada bidang Natural Language Processing dan Vision Transformers pada bidang Computer Vision, pada skripsi ini dilakukan analisis mengenai kinerja model Transformers dalam permasalahan klasifikasi genre musik dibandingkan dengan model CNN, LSTM, dan CNN-LSTM.

Music genre classification is one of the fields of Music Information Retrieval (MIR) that uses spectral patterns in digital audio recording as features to build a system that can automatically classify a music’s genre. Several deep learning models have been developed to get the best performance in classifying music genres. Three of them are Convolutional Neural Network (CNN), Long Short-Term Memory (LSTM), and hybrid CNN-LSTM model. Although those models can give satisfactory results, each model has their own weakness. CNN is less able to consider the sequences in sequential data and LSTM is not able to do parallel computation. All these models also require complex recurrences and convolutions, as well as quite a long time for sequential calculations. Transformers is a model architecture that no longer relies on recurrences, but rather on an attention mechanism that can consider the sequences in data and perform parallel calculations so that the time required for calculation is shorter. Looking into the success and popularity of Transformers in various fields such as BERT in the field of NLP and Vision Transformers in the field of Computer Vision, this thesis analyzes the performance of Transformers on music genre classification compared to CNN, LSTM, and CNN-LSTM."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasyyati Safira
"Produser Rekaman Suara merupakan salah satu pihak yang sangat berkaitan dengan musik atau lagu, khususnya musik atau lagu dalam bentuk rekaman suara (sound recording) yang biasanya dimasukkan dalam sebuah media seperti compact disc (CD), kaset, dan sebagainya. Produser Rekaman Suara adalah pihak yang biasanya melakukan perekaman pertama kali terhadap musik atau lagu dan Produser Rekaman Suara adalah pihak yang mempunyai hak milik atas master rekaman suara musik atau lagu yang bersangkutan. Juga, Produser Rekaman Suara mempunyai hak yang disebut sebagai Hak Terkait. Pada kehidupan sehari-hari, rekaman suara musik atau lagu sering digunakan untuk kegiatan komersialisasi atau kegiatan yang bertujuan untuk mencari keuntungan atau laba. Seperti misalnya rekaman suara musik atau lagu yang digunakan di tempat karaoke, kafe, rumah makan, maupun sebuah pertunjukan langsung. Semua kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dan sudah seharusnya apabila musik atau lagu tersebut berperan dalam kegiatan usaha yang dilakukan, maka harus terlebih dahulu meminta izin dalam penggunaannya. Penelitian pada skripsi ini akan membahas mengenai analisis hukum terkait hak Produser Rekaman Suara mengenai rekaman suara musik atau lagu yang digunakan untuk kegiatan komersialisasi dengan menggunakan tiga peraturan sebagai acuan yakni, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002tentangHakCipta, Konvensi Roma, dan WIPO Performances and Phonograms Treaty, juga akan dibahas mengenai kepada siapa izin penggunaan rekaman musik atau lagu dimintakan. Penelitian ini merupakan sebuah penelilitian hukum doktriner dan meggunakan metode analisa kualitatif.

Producers of Phonograms is a party that very related to the music or to the song. Especially for the music or song that already recorded in any media such as compact disc (CD), cassette, etc. Producer of Phonograms are those who usually do the first recording of music or song and happen to be the party who have the ownership right of the sound recording they recorded. Producers of Phonograms have the rights that called “Neighbouring (Related Rights)”. In daily life, music or song recordings are often used for commersialization. Commersialization is an activity that really related to profit. For example, the music or song recordings used in karaoke place, cafe, restaurant or even in live performances. Those activities absolutely related to commercial things. If the music or songs recordings play an important role in users’ activities that related to commercial things, the users must obtain the permit that usually called licensing. This thesis will give an explanation about legal analysis regarding Producers of Phonograms’ Rights based on three regulations, which are Law No. 19 year 2002 concerning Copyright, Rome Convention and WIPO Performances and Phonograms Treaty. This thesis will also contain about to whom the permit regarding the usage of music or songs recordings must be obtained. This thesis uses doctrinal legal reasearch approach and uses qualitative method.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Atika Regilia
"Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, bahasa tidak hanya berperan sebagai alat komunikasi antar sesama, namun tampil sebagai alat untuk mengekspresikan keindahan musik. Musik terbagi menjadi beberapa genre, salah satunya Hip Hop. Dewasa ini Hip Hop dipandang sebagai aliran musik yang sangat populer di masyarakat. Dalam musik Hip Hop sering ditemukan penggunaan Anglizismus. Pada penelitian ini akan dibahas kata-kata Angliszismus apa saja yang muncul dalam tiga lagu Jerman bergenre Hip Hop dari penyanyi yang berbeda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode deskriptif-analitis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam ketiga lagu Jerman bergenre Hip Hop tersebut ditemukan Anglizismus jenis Fremdwort dan Lehnwort dalam bentuk kata tunggal dan komposita.

Language has very importand role on human living. On its development, language is not only taking a role as the communication instrument among fellows, but also emerged as an instrument to express the beauty of music/song. Music is divided into some genres. One of them is hiphop. Nowadays hiphop music is considered to be very popular music on society. On hiphop music, we found some words which adapted from foreign language. This research is going to discuss the variety of Anglizismus formation and the usage when those words are contained on hiphop songs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cinta Jayanimita
"Makalah ini menjelaskan tentang perkembangan genre musik penyanyi wanita asal Lebanon, yaitu Fairouz Haddad, selama dia berkarir di dunia musik pada 1952 hingga 2017. Makalah ini membahas biografi Fairouz Haddad, penghargaan yang didapat, hingga genre-genre dan tema-tema lagu yang diproduksi oleh Fairouz. Makalah ini bertujuan agar peneliti dapat mengembangkan pengetahuannya dan pembaca dapat mendapatkan informasi yang sebelumnya tidak diketahui. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis. Peneliti menggunakan studi pustaka dalam menyelesaikan makalah. Fairouz Haddad berasal dari keluarga miskin di kota Beirut, Lebanon. Dia memiliki dua saudari perempuan dan satu saudara laki-laki. Dia mulai suka menyanyi sejak kecil dan memiliki penyanyi idola yang dia dengar dari radio tetangganya. Dia memulai karir musiknya sebagai anggota paduan suara di Stasiun Radio Lebanon dan direkrut oleh komposer musik bernama Halim Al Rumi. Rumi yang mengenalkan Fairouz dengan Rahbani Bersaudara dan mereka menyesuaikan diri dengan menyanyikan lagu `Itab. Lagu tersebut membuat Fairouz dan Rahbani terkenal di Lebanon hingga di dunia Arab. Fairouz dan Assi Rahbani menikah dan terus memproduksi lagu bersama. Selama enam puluh lima tahun, Fairouz memiliki lagu-lagu yang berbeda-beda genrenya sesuai dengan perkembangan musik di dunia.

This paper describes the development of the music genre of Lebanese female singer, named Fairouz Haddad, during her career in the music world from 1952 to 2017. This paper discusses the biography of Fairouz Haddad, the awards obtained, to the genres and themes of songs that are produced by Fairouz. This paper aims to enable researchers to develop their knowledge and readers can obtain information that was not previously known. This research uses descriptive-analytical method. Researchers use literature studies in completing papers. Fairouz Haddad comes from a poor family in the city of Beirut, Lebanon. She has two sisters and one brother. He started singing since she was a child and had an idol singer she heard on her neighbor`s radio. She began her music career as a choir member at the Lebanon Radio Station and was recruited by a music composer named Halim Al Rumi. Rumi introduced Fairouz to the Rahbani Brothers and they adjusted to singing the song `Itab. The song made Fairouz and Rahbani famous in Lebanon to the Arab world. Fairouz and Assi Rahbani got married and continued to produce songs together. For sixty-five years, Fairouz has songs that vary in genre according to the development of music in the world."
2019: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zotter, Franz
"This open access book provides a concise explanation of the fundamentals and background of the surround sound recording and playback technology Ambisonics. It equips readers with the psychoacoustical, signal processing, acoustical, and mathematical knowledge needed to understand the inner workings of modern processing utilities, special equipment for recording, manipulation, and reproduction in the higher-order Ambisonic format. The book comes with various practical examples based on free software tools and open scientific data for reproducible research.
The books introductory section offers a perspective on Ambisonics spanning from the origins of coincident recordings in the 1930s to the Ambisonic concepts of the 1970s, as well as classical ways of applying Ambisonics in first-order coincident sound scene recording and reproduction that have been practiced since the 1980s. As, from time to time, the underlying mathematics become quite involved, but should be comprehensive without sacrificing readability, the book includes an extensive mathematical appendix. The book offers readers a deeper understanding of Ambisonic technologies, and will especially benefit scientists, audio-system and audio-recording engineers.
In the advanced sections of the book, fundamentals and modern techniques as higher-order Ambisonic decoding, 3D audio effects, and higher-order recording are explained. Those techniques are shown to be suitable to supply audience areas ranging from studio-sized to hundreds of listeners, or headphone-based playback, regardless whether it is live, interactive, or studio-produced 3D audio material."
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20506247
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Genre musik adalah label kategorikal yang dibuat oleh manusia yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu musik berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Genre musik biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan lagu-lagu terutama yang ada di Web. Namun, dengan seiring bertambahnya jumlah lagu maka manusia mengalami kesulitan untuk mengklasifikasikan lagu-lagu tersebut. Sehingga, dibutuhkan sistem yang dapat mengklasifikasikan lagu-lagu tersebut berdasarkan genre musiknya. Penelitian ini menggunakan metode Cascade Correlation untuk mengklasifikasikan lagu-lagu berdasarkan genre musik. Cascade Correlation adalah salah satu metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) supervised learning yang memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu dengan menggunakan algoritma yang baru untuk membangun arsitektur. Cascade Correlation dimulai dengan sebuah jaringan yang hanya berisi input unit yang terhubung dengan output unit lalu dilatih dan secara otomatis menambah satu per satu hidden unit ke dalam jaringan. Dengan keunikan algoritmanya dalam membangun aristektur jaringan syaraf tiruan, metode Cascade Correlation mampu mengklasifikasikan lagu-lagu berdasarkan genre musik dengan tingkat akurasi 97,33 % untuk data latih dan 94 % untuk data uji."
620 JURTEL 15:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Man Hee
Seoul: Hyeonmsa, 2002
KOR 306.095 19 KIM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>