Penelitian ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan produksi serta pengendalian material di perusahaan manufaktur farmasi. Metodenya melibatkan implementasi Advance Planning System (APS) dengan API Gateway untuk production planning dan material requirements planning. Data diambil dari perusahaan farmasi di Indonesia melalui observasi dan wawancara. Hasilnya mencakup rancangan sistem informasi, seperti Entity Relationship Diagram, tabel Relational Database, Use Case Diagram, Data Flow Diagram, dan Activity Diagram. Sistem yang dikembangkan mencapai 4 tahap transformasi digital dalam proses PPIC: digitalisasi, integrasi data, dan otomatisasi proses.
This research aims to increase the efficiency and effectiveness of production planning and material control in pharmaceutical manufacturing companies. The method involves implementing an Advance Planning System (APS) with API Gateway for production planning and material requirements planning. Data was taken from pharmaceutical companies in Indonesia through observation and interviews. The results include information system designs, such as Entity Relationship Diagrams, Relational Database tables, Use Case Diagrams, Data Flow Diagrams, and Activity Diagrams. The system developed achieves 4 stages of digital transformation in the PPIC process: digitalization, data integration, and process automation.
"
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan farmasi di Indonesia. Ketika riset dan pengembangan produk menjadi isu yang sering dibahas dalam perkembangan industri farmasi, faktor yang mengaruhi profitabilitas perusahaan farmasi yang dibahas dari sudut pandang indikator finansial jarang dibahas. Data panel dari sepuluh perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia meliputi data dari tahun 2009 sampai dengan 2018, diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan. Analisa dibagi menjadi dua bagian 2009-2013 dan 2014-2018, dalam rangka memastikan pengaruh implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional pemerintah sejak 2014 terhadap profitabilitas perusahaan farmasi. Regresi dengan metode Pooled o least squares dan fixed effects digunakan dalam analisa data. Hasil analisa menunjukkan korelasi positif signifikan antara market power, likuiditas dan sustainable growth rate dengan profitabilitas, dan korelasi negative signifikan untuk firm size dan sales growth. Efisiensi perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Sebelum implementasi JKN, hanya likuiditas dan firm size yang berkorelasi secara signifikan terhadap profitabilitas, di mana keduanya positif.
This research aims to examine the factors affecting profitability of pharmaceutical company in Indonesia. While research and development has been the main discussed issues in pharmaceutical sector development, scant attention has been paid to profitability factors determined by financial ratio specifically. Panel data of ten pharmaceutical companies listed on Indonesia Stock Exchange covering the period of 2009 to 2018 were extracted from companies’ annual reports. The analysis is divided into two part 2009-2013 and 2014-2018, in order to ascertain the impact of Indonesia’s National Health Insurance policy (implemented in 2014) upon the company’s profitability. Pooled least squares regression and fixed-effects were used to analyze the data. The findings show strong positive relationships between market power, liquidity and sustainable growth rate with profitability, and strong negative relationships with regards to firm size and sales growth. Company efficiency (as measured by assets turnover ratio) has no significant relationship with profitability. Prior the National Health Insurance implementation period, only liquidity and firm size have significant relationships with profitability, both are positively correlated.
"Hambatan internal dalam proses perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi merupakan hambatan yang bisa dikendalikan dengan intervensi. Penelitian fokus pada usulan perubahan sistem manajemen pengelolaan perbekalan farmasi khususnya perencanaan dan pengadaan di internal tim RSPG Cisarua Bogor. Intervensi menggunakan lean six sigma hanya sampai pada tahap improve. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan informan yang terkait proses perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi, observasi dan penelusuran dokumen kemudian diakhiri dengan diskusi kelompok untuk menentukan kesepakatan bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiadaan prosedur tetap dalam proses pengadaan perbekalan farmasi membuat lamanya prosedur berjalan dan tidak ada tolak ukur efisiensi dalam sistem. Alat bantu dalam proses pengadaan perbekalan farmasi juga tidak ada sehingga komunikasi internal dalam tim rendah. Pada tahapan improve dari lean six sigma menghasilkan usulan perubahan standar operasional prosedur untuk proses pengadaan perbekalan farmasi rutin, penggunaan indikator efisiensi pengadaan dan pemanfaatan ABC VEN sebagai alat bantu dalam proses pengadaan perbekalan farmasi. Usulan perbaikan penggunaan ABC VEN dan indikator efisiensi perencanaan untuk mengatasi waste over production yang teridentifikasi selama proses perencanaan perbekalan farmasi. Usulan penetapan standar operasional prosedur baru yang memuat timeline, alat bantu pengelompokan perbekalan farmasi berdasarkan ABC VEN dan indikator efisiensi pengadaan untuk mengatasi waste waiting dalam proses pengadaan perbekalan farmasi.
Internal obstacles in the process of planning and procuring pharmaceutical supplies are obstacles that can be controlled. The research focused on proposed changes to the management system of pharmaceutical supplies management, especially planning and procurement within the RSPG Cisarua Bogor team. Intervention using lean six sigma only reaches the stage of improvement. Data collection used in-depth interviews with informants related, observation and document tracing then ended with group discussions. The results showed that the absence of fixed procedures in the process made run longer and there was no benchmark of efficiency in the system. Tools in the process are also absent so that internal communication within the team is low. At the improve stage produced proposals for changes to standard operating procedures for routine pharmaceutical supply procurement processes, the use of procurement efficiency indicators and the use of ABC VEN as a tool in the pharmaceutical supply procurement process. Proposed improvements in the use of ABC VEN and planning efficiency indicators to address waste over production. Proposed establishment of new standard operating procedures containing timelines, tools for grouping pharmaceutical supplies based on ABC VEN and procurement efficiency indicators to overcome waste waiting.
"