Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Permata Sari Mashari
"Topik perubahan iklim terkait erat dengan pelepasan karbon ke atmosfer. Salah satu cara mengurangi emisi karbon adalah melalui perdagangan karbon dengan mekanisme cap and trade dan mekanisme offset. Menerapkan perdagangan karbon memerlukan investasi keuangan yang signifikan, yang mengharuskan kebijakan keuangan pemerintah dan sektor swasta untuk mendukung upaya mencapai kontribusi yang ditetapkan secara nasional berdasarkan Perjanjian Paris. Rumusan masalah penelitian ini adalah belum adanya kajian yang menganalisis pengujian skenario kebijakan keuangan berkelanjutan dalam kaitannya pada transaksi perdagangan karbon di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini untuk membangun model kebijakan intervensi yang dapat diimplementasikan oleh sektor jasa keuangan dalam rangka menurunkan emisi karbon di Indonesia untuk meningkatkan kemampanan ekonomi, pertumbuhan sosial, dan perlindungan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran yang melibatkan metode kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan analisis System Dynamics (SD), kajian bibliometrik, dan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif memerlukan penelitian literatur, melakukan wawancara ekstensif, dan menyelesaikan survei. Hasilnya menunjukkan adanya kesenjangan penelitian, khususnya mengenai peran sektor jasa keuangan dalam praktik perdagangan karbon. Hasil SD menunjukkan bahwa penerapan perdagangan karbon yang didukung oleh keuangan berkelanjutan akan menghasilkan hasil signifikan dalam rangka pengurangan emisi karbon. Selain itu, analisis AHP menunjukkan bahwa keuangan berkelanjutan lembaga keuangan memainkan peran penting dalam perdagangan karbon.

The subject of climate change is closely linked to the release of carbon into the atmosphere. One viable strategy for reducing carbon emissions is using the cap and trade and offset mechanisms. Implementing carbon trading necessitates substantial financial investment, which mandates government and private sector financial policies to support achieving nationally defined contributions under the Paris Agreement. The research problem is the need for a study illustrating sustainable finance policies' application in Indonesia's carbon trading transactions. The primary objective of this research is to construct a model for policy intervention that the financial services industry can execute to reduce carbon emissions in Indonesia, thereby enhancing economic resilience, social development, and environmental protection. This study employs a mixed methods approach encompassing both quantitative and qualitative methodologies. The quantitative approach involves System Dynamics (SD) analysis, bibliometric studies, and the Analytical Hierarchy Process (AHP), while the qualitative approach necessitates a review of the literature, extensive interviews, and completion of surveys. The findings indicate research gaps, particularly concerning the role of the financial services industry in carbon trading practices. The SD results demonstrate that implementing carbon trading supported by sustainable finance will yield significant outcomes in terms of carbon emission reduction. Furthermore, the AHP analysis highlights the crucial role of sustainable finance in carbon trading, which the financial services industry can undertake."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rayhana Putri
"Penyebab terjadinya permasalahan lingkungan yang terus meningkat dewasa ini didominasi oleh 5 faktor utama, yakni: teknologi, pertumbuhan penduduk, ekonomi, politik dan tata nilai. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai pengurangan kemiskinan, proses pembangunan ekonomi tradisional tetapi berdampak buruk pada lingkungan, sehingga merusak alam untuk pengembangan di masa yang akan datang. Untuk mengatasi hal ini, negara memerlukan strategi pembangunan berkelanjutan yang baru, dengan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan melestarikan lingkungan dan menanggapi masalah perubahan iklim. Pembiayaan berbasis lingkungan (Green Finance) adalah pendukung yang menggabungkan uang dan bisnis dengan perilaku ramah lingkungan. Salah satu bentuk Green Finance adalah dalam bentuk efek bersifat utang berwawasan lingkungan (Green Bond). Green Bond adalah kategori efek yang berkembang yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah, dan bank institusional untuk meningkatkan modal dalam mendukung proyek-proyek yang bermanfaat bagi adaptasi perubahan iklim dan inisiatif lingkungan. Penelitian ini melihat dari permasalahan yang akan timbul apabila penerbitan Green Bond tidak diatur oleh pemerintah dan tidak ada standar menegenai penerbitan Green Bond. Selanjutnya, dalam penelitian ini menganalisis mengenai implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia. Terakhir, penelitian ini menganalisis mengenai perbandingan implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia dengan Amerika Serikat. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah: Pertama, apabila Green Bond tidak diawasi dan tidak ada transparansi maka ketika terdapat informasi yang tidak seimbang (information asymmetry) dapat menyebabkan adanya satu pihak yang memperoleh keuntungan dengan cara mengeksploitasi ketidaktahuan pihak lain, yang kemudian dapat menghambat pertukaran barang atau kegiatan pasar. Sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Kedua, Pada awal 2016 PT SMI membentuk divisi pembiayaan berkelanjutan, dan saat ini sedang mengembangkan laporan keberlanjutan dan membangun akuntansi kapasitas gas rumah kaca (GRK). PT SMI telah mengkonfirmasi bahwa serratus persen dari hasil Green Bond akan digunakan untuk membiayai proyek hijau yang memenuhi syarat. Penerbitan Green Bond oleh PT SMI merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Ketiga, dibandingkan dengan Amerika Serikat, tidak memiliki peraturan yang spesifik mengenai Green Bond. Amerika Serikat memakai Green Bond Principle sebagai pedoman mereka untuk mengatur penerbitan Green Bond.

The causes of environmental problems that continue to increase today are dominated by 5 main factors, namely: technology, population growth, economy, politics and values. Economic growth is considered a poverty reduction, a traditional economic development process but it has a negative impact on the environment, thus damaging nature for future development. To overcome this, the country needs a new sustainable development strategy, by striving for economic growth that is in line with preserving the environment and responding to the problem of climate change. Green Finance is a proponent that combines money and business with environmental concerns. One form of Green Finance is in the form of Green Bond. Green Bond is a growing category of bond issued by companies, governments and institutional banks to raise capital to support projects that benefit climate change adaptation and environmental initiatives. This research observes at the problems that will arise if the issuance of Green Bond is not regulated by the government and there are no standards regarding the issuance of Green Bond. Furthermore, this research analyzes the implementation of Green Bond issuance in Indonesia. Finally, this study analyzes the comparison of the implementation of Green Bond issuance in Indonesia with the United States. The conclusions that can be obtained from this research are: First, if Green Bond is not monitored and transparency is not present then there will be information asymmetry lead to the existence of one party that benefits by exploiting the nescience of the other party, which can then impeding the exchange of goods or market activities. So the government issued Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Secondly, in early 2016 PT SMI formed a sustainable financing division, and is currently developing a sustainability report and building an accounting for greenhouse gas (GHG) capacity and issued Green Bond. PT SMI has confirmed that one hundred percent of Green Bond proceeds will be used to finance eligible green projects. Issuance of Green Bond by PT SMI refers to the Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Third, compared to the United States, it does not have specific regulations regarding Green Bond. The United States uses the Green Bond Principle as their guideline to regulate the issuance of Green Bonds.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T54610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lubna Nazihah
"Indonesia merupakan negara urutan ke-6 di dunia yang menyumbang emisi CO2 terbanyak dari sektor energi pada tahun 2022. Hal ini didukung dengan 62% sumber energi listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar batu bara. Namun, upaya Indonesia untuk dekarbonisasi dengan menaikkan target pembangkit listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berjalan cukup lambat. Hingga tahun 2023, tercatat bahwa realisasi investasi sektor EBT di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat dalam praktik pendanaan hijau khusus untuk pembangkit listrik EBT di Indonesia berdasarkan lima dimensi. Untuk menunjang hasil analisis, dilakukan uji validitas dengan Content Validity Index dan Modified Kappa untuk mengetahui relevansi faktor-faktor yang akan diteliti. Pada faktor yang terbukti valid, dilakukan perhitungan dengan metode DEMATEL berbasis ANP (DANP). Hasil penelitian mencakup pengelompokkan faktor dan dimensi berdasarkan nilai pengaruh, visualisasi hubungan antar faktor dalam setiap dimensi, dan analisis bobot prioritas kepentingan dari setiap faktor.

Indonesia is the 6th country in the world that contributes the most CO2 emissions from the energy sector in 2022. This is supported by the fact that coal still accounts for 62% of Indonesia's electrical generation. However, Indonesia's efforts to decarbonize by increasing the number of renewable energy-based power plants have been slowly implemented. Until 2023, investment in the renewable energy sector in Indonesia shows a decline. This study will analyze the drivers and barriers of green finance for renewable energy power plants in Indonesia based on five categories. To support the analysis' findings, a validity test is performed using the Content Validity Index and Modified Kappa to determine the relevance of the factors. Calculations on valid factors are carried out using the DEMATEL-based ANP method (DANP). The study's findings include grouping of factors and categories based on the values of influence, visualizing the relationship between factors in each category, and analyzing the priority weight of each factor's importance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizi Nur Wicaksono
"Fenomena underpricing terjadi pada hampir di seluruh pasar modal di dunia, termasuk Indonesia, namun dengan tingkat yang bervariasi. Skripsi ini membahas tentang analisis fenomena underpricing pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia, dan bertujuan untuk membuktikan fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO pada periode 1998 - 2010 sekaligus mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti menggunakan regresi berganda dalam perhitungannya dan variabel yang diteliti adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, proporsi penawaran perdana, jenis industri, return on asset, financial leverage, earning per share, reputasi auditor, reputasi underwriter dan tujuan penggunaan dana investasi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa dari variabel-variabel yang digunakan, hanya reputasi auditor dan ukuran perusahaan yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat underpricing, dengan arah hubungan negatif untuk ukuran perusahaan dan positif untuk reputasi auditor. Secara bersama-sama seluruh variabel berpengaruh terhadap underpricing.

Underpricing phenomenon occurs in almost all the world's capital markets, including Indonesia, but with varying levels of underpricing. This research discuss about analysis phenomenon of underpricing that occurs in companies that do in initial public offering in indonesia stock exchange and the aims are to prove the phenomenon of underpricing that occurs in companies that do an IPO on 1998 - 2010 at once study factors that affecting underpricing. Researchers used multiple regression in its calculation and variable which studied are company age, company size, the proportion of offers, type of industry, return on asset, financial leverage, earning per share, auditor reputation, underwriter reputation, and the intended use of investment funds.
Result of this study prove that from all variable used, only auditor reputation and company size that significantly affect the level undepricing, with a negative relationship for company size and positive relationship for auditor reputation. Taken together, all variables affect the level of underpricing.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Basyith
Depok: Rajawali Press, 2023
332.1 ABD g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goeltom, Miranda S.
Singapore: Institut of Southeast Asian Studies, 1995
332 GOE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The research tries to know impact insider ownership and Debt Policy to stock return. The research objects are the company that was registered in the Indonesian Stock Exchange in 2005 until 2008 that announce dividend. The sampling method is purposive sampling method an it can find 13 sample companies that announce dividend. Hypothetical testing method is Multistage Regression with the significance level 0,05. The result shows there is no significant impact insider ownership and Debt Policy to Devidend Policy. So Devidend Policy no impact to Stock Return."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Effendi
"ABSTRAK
PT Taspen (Persero) adalah perusahaan yang dipercaya oleh pemerintah untuk
mengelola program tabungan hari tua dan program pensiun dalam rangka
mensejahterakan pegawai peserta program dan keluarganya setelah pegawai tersebut
pensiun. Sumber dana program tersebut berasal dari premi dan hasil investasi. Khusus
dalam investasi, perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan tingkat pengembalian
yang tinggi atau minimal sama dengan tingkat inflasi. Batasan tersebut adalah batas
minimal, dan harus diingat bahwa beban yang dihadapi terus meningkat baik untuk
membayar klaim maupun biaya operasional perusahaan. Disamping itu adanya
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menetapkan batasan yang harus
dipatuhi dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan peserta program dan
keluarganya. Permasalahan lainnya yaitu sebagaimana diketahui bahwa investasí adalah
merupakan usaha utama perusahaan dalam menghasilkan laba yang tentu saja bila
teijadi kesalahan akan berakibat hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan.
Untuk itulah penulis memandang perlu melakukan penilaian terhadap kebijakan
investasi perusahaan, apakah sudah optimal atau belum.
Dalam penilaian, penulis akan melihat kinerja perusahaan secara umum, apakah
kondisinya sudah baik atau belum, untuk itu digunakan beberapa analisis rasio yaitu
meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Kemudian akan dinilai
pula setiap jenis investasi yang dipilih perusahaan. Untuk melihat hasilnya penulis
membandíngkan antara hasil investasi dengan nilai investasi, kemudian menghitung porsi
hasil investasi terhadap laba usaha perusahaan. Untuk itu penulis menggunakan analisis
komparatif yang meliputi analisis trend/horizontal dan analisis vertikal. Analisis
trend/horizontal bertujuan memperoleh kesimpulan apakah telah terjadi kemajuan atau
kemunduran usaha investasi perusahaan dan mengukur kemampuan perusahaan dan
dana yang tertanam dalam investasi tersebut daiam menghasilkan laba. Sedangkan
analisis vertikal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran serta suatu Pos dalam
pendapatan usaha perusahaan. Dalam hal penilaian portofollo penulis menggunakan
perhitungan portofolio yang optimal. Untuk menghitung portofolio yang optimal ini penulis
menggunakan bantuan program komputer yaltu dari Charles P. Jones untuk
mendapatkan komposisi portofolio yang efisien. Darl portofolio yang efisien tersebut
setelah digabungkan dengan risk-free rate akan didapatkan portofoho yang optimal yaltu
pada persinggungan dan risk-free line dengan efficIent prontier line.
Dengan menggunakan data perusahaan selama 5 tahun yaitu tahun 1992 sampai
dengan tahun 1996, penulis melakukan penilaian dengan hasil yaitu perusahaan dalam
kondisi yang likuid dan solvabel. Likuid beranti perusahaan mampu untuk membayar
hutang-hutang yang segera harus dibayar dengan aktiva lancar. Solvabel berarti bila
perusahaan dilikuiditir miaka perusahaan akan mampu memenuhi seluruh kewajibannya.
Selanjutnya pada perhitungan profitabilitas, hasilnya kecil berarti kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dan total modal yang diinvestasikan kecil yaitu
rata-rata 2,67%.
Kebijakan investasi yang dilakukan perusahaan adalah dengan perpedoman
kepada kebijakan pemegang saham yaitu keamanan (nsiko) yang sekecil mungkin.
Investasi perusahaan dibagi dalam dua kelompok yaitu : pertama, investasi jangka
pendek, yang dimaksudkan sebagai penempatan dana sementara belum digunakan, dan
kedua, investasi jangka panjang, yang tujuannya sebagai usaha utama dalam
menghasilkan laba. Jenis investasi yang dipilih meliputi, saham, obligasi, deposito, SBI,
dan investasl langsung Penempatan dana sebagian besar ditempatkan pada SBI dan
deposito, seda ngkan pada saham dan obligasi serta investasi Iangsung, mengingat
risikonya Iebih besar, hanya sebagian kecil saja.
Pengaruh kebijakan investasi terhadap profitabilitas perusahaan cukup besar, hal
ini dapat dilihat dari proporsi hasil investasi terhadap laba perusahaan cukup besar yaitu
rata-rata 53%. Dengan kebijakan investasi yang dilakukan perusahaan saat ini
menunjukkan bahwa walaupun nilai investasi dan hasil investasi setiap tahunnya selalu
meningkat, tetapi bila dilihat rasio hasil investasi terhadap nilai investasi tidak terlalu
besar dan berfluktuasi bahkan bila dibandingkan dengan tirigkat bunga deposito 3 bulan
setiap tahunnya masih lebih kecil. Sebagai contoh dan hash penelitian panulis, hasil
portofolio perusahaan tahun 1996 adalah 14,90%, setelah dihitung dengan
menggunakan bantuan program komputer, portofoho perusahaan tersebut dapat
dioptimalkan, hasilnya adalah 15,615%. Dalam perhitungan tersebut komposisi investasi
yang disarankan adalah 0,172% pada saham. 0,974% pada obligasi, 98854% pada
deposito dan investasi di SBI tidak rekomendasikan.
Dari uraian diatas diketahui bahwa PT Taspen (Persero) daJam kondisi yang sehat
bila dilihat dari rasio likuiditas dan solvabilitas. Hanya saja rasio profitabulitasnya cukup
kecil, padahal beban yang harus dipikul perusahaan setiap tahunnya akan semakin besar
seperti untuk menutup beban klaim dan biaya operasional perusahaan. Untuk ¡tu
pelaksanaan investasi sebagai usaha utama perusahaan dalam menghasilkan laba harus
dioptimalkan. Dengan portofolio perusahaan saat ini dimana investasinya lebih dominan
pada sertifikat bank indonesia dan deposito temyata hasilnya setiap tahun selalu
dibawah tingkat bunga deposito 3 bulan seperti tahun 1996 hasilnya adalah sebesar
14,90%, padahal tingkat bunga deposito adalah 15,29%. Dengari komposisi portofoio
perusahaan yang Iebih banyak pada sertifikat bank indonesia dan deposito tersebut
hasilnya akan sangat tergantung kepada pergerakan tingkat suku buriga bank. Oleh
karena itulah penulis mencoba menghitung berapa komposisi yang optimal bagi
perusahaan sehingga hasil investasi dapat ditingkatkan dan risiko dapat diminirnalkan.
Dengan menggunakafl perhitungafl portofolio yang optimal, maka portofolio perusahaan
tahun 1996 dapat dioptimaikan dan hasHnya lebih besar yaltu 15,62% dan deviasi
standar sebesar 15,76%. Hasil ¡ni dapat diperbesar apabila perusahaan lebih berani
mengambil risiko yaitu dengan merubah komposisi nvestasinya lebit, banyak pada
obligasi.
Dan penilaian kebijakan investasi tersebut saran yang dapat penulis rekomendasi
kan antara lain : (1) perusahaan rnasih perlu meningkatkan kinerjanya , (2) perlu
dipikirkan untuk menambah jenis investasi seperti pada reksadana dan atau investasi di
real assets, (3) Terhadap portofolio yang ada hendaknya senantiasa dilakukan penilaian
secara berkala dan dilakukan revisi sesuai dengan hasil analisis, dan (4) untuk
membenkan per,galaman kepada analis irivestasi, sebaiknya jual beli obligasi dan
saham dilakukan kembali
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Irene
"ABSTRAK
Dengan diberLakukannya UU mengenai dana pensiun No 11 tahun 1992, dana
pensiun telah memasuki era profesionalisasi dalam pengelolaan kekayaannya.
Hal ini merupakan tantangan bagi dana pensiun untuk selalu meningkatkan
kemampuannya dalarn perencanaan (dalam rangka rnenghadapi situasi yang
senantiasa berubah baik internal dan seringkali eksternal) serta dalam implementasi
dan perencanaan ínvestasi tersebut. Kedua tahap proses manajemen investasi
tersebut perlu diikuti Secara proaktif dan tidak cukup hanya reaktif. Dengan kinerja
positif yang berhasil dicapai, akan memberikan dampak secara makro, yaitu
pemanfaatan dana yang ada untuk kepentingan nasional, mau pun dampak secara
mikro, bagi perusahaan pemberi kerja dan tentunya peserta pensiun itu sendiri.
Sebagaimana yang ditemui, esbagian dari dana pensiun di Indonesia masih
mengalami defisit dalam kecukupan dananya. Diantara penyebabnya adalah karena
pendanaan dari sponsor yang belum terpenuhi. Dalam kondisi defisit ini, bukan
berarti bahwa dana pensiun belum perlu atau tidak dapat memikirkan
pengembangan dan kekayaan yang ada. Dalam kondisi defisitpun, pengembangan
kekayaan dapat dilakukan karena,. seperti halnya pada kondisi pendanaan yang
surplus, tetap tersedia penumpukan dana untuk sementara waktu. Begitu pula
sebaliknya dalam kwalitas pendanaan yang surplus, bukan merupakan jaminan
bahwa Dana Pensiun yang bersangkutan akan selalu berhasil dalam
pengembangan kekayaannya. Balk bagi dana pensiun yang pendanaanya rnasih
dalam kondisi defisit ataupun bagi yang pendanaannya telah dalam kondisi surplus,
perlu memperhatikan kegíatan dan pengembangan kekayaannya yaitu dengan
peningkatan kemampuan dalam perencanaan maupun implementasi dari
perencanaan investasí.
Pada saut ¡ni, pola penempatan investasi masíh di tentukan secara
konvensional dimana para investor dana pensiun cenderung untuk memilih
investasi yang aman-aman saja yang sifatnya jangka pendek yaitu seperti deposito.
Meskipun struktur demografi peserta dana pensiun masih memungkinlcan untuk
bergerak Iebih ?agresif, sementara diiain pihak teknologi yang semakin maju juga
membuka peluang yang lebih besar untuk investasi pada jenis asset lainnya, namun
umumnya dana pensiun masih ragu-ragu untuk mendiversifikasikan atau
merelokaslkan dananya dari deposito ke jenis asset lainnya.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam perencanaan dan
implmentasi dana pensiun diperlukan pengukuran-pengakuran kinerja
yang Iebíh akurat yang memungkinkan investor Iebih meyakini keputusan yang
diambil. Kondisi saat ini menunjukkan belum ada satupun dari dana pensiun yang
mengukur kinerjanya dengan mempertimbangkan nisiko.Pada dasarnya terdapat
4 alternatif pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan nisiko ini yaitu excess
return to variability measures, excess return to systematic risk, differential return to
Variability measures, dan diffirentiai return to systematic risk. Bahkan pengukuran
yang disebut dengan diffrrensial return to systematic risk sangat niendukung untuk
dilakukannya evaluasi terhadap atribusi kinerja yang telab berhasil dicapai.
Dari segi kinerja investasi, semua investasi yang dilakukan dana pensiun
memang telah menghasilkan kinerja positif yang lebih baik dibandingkan dengan
suku bunga bebas risiko. Namun bila ditelusuri dengan metode pengukuran kinerja
relatif terhadap risiko, masih banyak dana pensiun yang memiliki investasi besar
justru belum menghasilkan kinerja yang sepadan dengan besamya risiko yang
diemban. Lembaga dana pensiun yang memiliki investasi lebih kecil menghasilkan
kinerja relatif, balk differential return systematic risk maupun differential return to
variability measures yang lebih balk daripada lembaga dana pensiun yang ?bermodal
besar?.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Rismauli
"Sebagai perusahaan asuransi jiwa P.T. (Persero) Asuransi Jiwasraya telah berhasil menghimpun dana dari masyarakat pemegang polis. Agar pada waktunya perusahaan itu dapat memenuhi kewajibannya dengan sebaik-baiknya kepada pemegang polis, dana yang terhimpun harus ditanam kan dalam investasi yang aman dan menguntungkan. Salah satu bentuk investasi yang diperkenankan oleh ketentuan Menteri Keuangan adalah penggadaian polis.
Penggadaian polis adalah pinjaman yang diberikan oleh perusahaan asuransi jiwa kepada pemegang polis derigan penyerahan polis yang bersangkutan sebagai agunan. Pinjaman ini memang sudah dikenal sejak mula-mula berkembang industri asuransi jiwa di dunia. Semula penggadaian polis dimaksudkan untuk menanggulangi kesulitan pemegang polis dalam membayar premi. Namun, dalam perkembangan selanjut nya pinjaman dibenikan dalam bentuk tunai yang pengunaan nya sepenuhnya diserahkan kepada pemegang polis.
Sesuai dengan polis yang digadaikan, pinjaman dilaku kan dalam 3 macam valuta yaitu: valuta rupiah tanpa in deks, valuta rupiah dengan indeks, dan valuta dolar Ameri ka Senikat. Tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku saat ini dibedakan untuk ketiga jenis valuta yang dipergunakan. Pungutan bunga dilakukan pada awal tiap semester. Apabila dua semester berturut-turut pemegang polis tidak membayar bunga, maka piutang bunga tersebut dibebankan pada pokok pinjaman. Pembayaran pokok pinjaman dapat dilakukan secara angsuran, atau sekaligus, atau diperhi tungkan dengan uang asuransi yang akan diterima kelak.
Banyak pemegang polis yang tidak membayar bunga serta tidak mengangsur pokok pinjaman. Sehingga, beban pinjaman nya semakin lama semakin besar. Pada saat terjadi kiaim kematian atau kiaim ekspirasi, uang asuransi yang diterima menjadi terlalu kecil karena dipotong pinjaman yang semakin besar. Keadaan ini mengecewakan pemegang polis atau ahli warisnya dan dapat merugikan citra perusahaan asuransi jiwa.
Sementara itu pengelolaan penggadaian polis itu sendiri belum berjalan dengan baik. Mutu pelaksana masih perlu ditingkatkan dengan dukungan otomatisasi administrasi. Apabila dikelola dengan baik, penggadaian polis dapat menjadi alternatif investasi yang menguntungkan bagi perusahaan asuransi jiwa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>