Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayyada Khairunnisa
"Latar Belakang Sitrulin adalah asam amino non-protein yang diisolasi dari jus semangka (Citrullus lanatus Shard) oleh Koga & Okage pada tahun 1914 dan diidentifikasi hingga tahun 1930. Sitrulin merupakan perantara utama dalam siklus urea yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Sitrulin disintesis dari arginin dan glutamin dalam enterosit yang dapat mudah diubah menjadi arginin oleh nitrit oksida. Nitrit oksida adalah salah satu hasil dari sintesis L-arginin oleh enzim NO sintase. Selain diproduksi oleh tubuh, sitrulin juga diproduksi oleh tanaman, salah satunya adalah tanaman famili Cucurbitaceae. Akan tetapi, pembuktian terhadap keberadaan asam amino L-sitrulin dalam buah melon masih minim sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut melalui pengukuran kadar L-sitrulin pada melon. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui kandungan dan kadar L-Sitrulin pada buah melon hijau (honeydew) dan melon oranye (cantaloupe) menggunakan metode knipp dan vasak. Penelitian ini menggunakan sampel buah melon hijau (honeydew) dan melon oranye (cantaloupe) dengan berat bersih 50 gram yang diolah menjadi jus. Hasil Hasil pengukuran konsentrasi sitrulin pada buah melon hijau dan melon oranye didapatkan bahwa keduanya memiliki sitrulin yang terkandung di dalamnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat konsentrasi sitrulin total pada melon hijau yaitu 1,545 g/100 gram sampel dan pada melon oranye yaitu 0,802 g/100 gram sampel. Kesimpulan Pada buah melon hijau dan melon didapatkan bahwa keduanya memiliki sitrulin yang terkandung di dalamnya. Pengukuran kadar spesifik sitrulin total per protein total pada jus maupun supernatan pasca-TCA menunjukan tren bahwa melon hijau memiliki kadar spesifik sitrulin total per protein total yang lebih tinggi pada melon hijau dibandingkan melon oranye. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya perbedaan bermakna antara kadar spesifik sitrulin total per protein total pada supernatan pasca-TCA buah melon hijau dan melon oranye yang ditunjukan dengan p<0,05. Dengan adanya kemaknaan ini, maka disimpulkan bahwa buah melon hijau memiliki kadar spesifik sitrulin total per protein total yang lebih tinggi dibandingkan buah melon oranye.

Introduction Citrulline is a non-protein amino acid isolated from watermelon (Citrullus lanatus Shard) juice by Koga & Okage in 1914 and identified until 1930. 7 Citrulline is the main intermediate in the urea cycle which is produced naturally by the body. Citrulline is synthesized from arginine and glutamine in enterocytes which can be easily converted to arginine by nitric oxide. Nitric oxide is one of the results of the synthesis of L-arginine by the NO synthase enzyme. Apart from being produced by the body, citrulline is also produced by plants, one of which is the Cucurbitaceae family. However, evidence for the presence of the amino acid L-citrulline in melons is still minimal so further research is needed by measuring L-citrulline levels in melons. Method This research used a descriptive design with a quantitative approach to determine the content and levels of L-Citrulline in green melon (honeydew) and orange melon (cantaloupe) fruit using the Knipp and Vasak methods. This research used samples of green melon (honeydew) and orange melon (cantaloupe) with a net weight of 50 grams which were processed into juice. Results The results of measuring the citrulline content in green melons and orange melons showed that they both contain citrulline. The calculation results show that there is a total citrulline content in green melons, namely 1.545 g/100 grams of sample and in orange melons, namely 0.802 g/100 grams of sample. Conclusion In honeydew and cantaloupe melons, it was found that both have citrulline contained in them. Measurement of total citrulline levels in protein in total extracts and pasca-TCA supernatants showed a trend that green melons had higher levels of total citrulline in protein than orange melons. This was also proven by the significant difference between total citrulline levels in protein in the pasca-TCA supernatant of green melon and orange melon as shown by p<0.05. With this significance, it can be concluded that green melons have higher levels of total citrulline in protein than orange melons."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Deasy Natalia Botutihe
"Peptida bioaktif merupakan substansi yang dihasilkan dari proses hidrolisis protein yang dan memiliki beragam aktivitas biologis. Salah satu sumber protein yang potensial menghasilkan peptida bioaktif dan belum banyak dieksplorasi adalah biji melon (Cucumis melo L.). Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis aktivitas antioksidan, antihiperkolesterolemik dan antikanker hidrolisat protein dan fraksi peptida biji melon serta mengidentifikasi sekuen asam amino penyusun peptida. Protein dari biji melon diisolasi dengan metode ekstraksi alkali-presipitasi isoelektrik. Selanjutnya proses hidrolisis protein dilakukan secara enzimatis menggunakan 3 enzim yang berbeda yaitu tripsin, termolisin dan pepsin. Setiap hidrolisat yang diperoleh kemudian diseparasi dengan membran weight cut off (MWCO) 10 kDa dan 30 kDa sehingga didapatkan fraksi-fraksinya. Hidrolisat protein biji melon diuji aktivitas antioksidan dengan metode ABTS, DPPH dan aktivitas kelat logam Fe2+. Pengujian aktivitas antihiperkolesterolemik melalui penghambatan HMG CoA reduktase (HMGCR) dan pengikatan asam empedu. Fraksi peptida yang menunjukkan aktivitas antioksidan terbaik diuji aktivitas anti-hiperkolesterolemik dan potensi antikanker melalui pengujian sitotoksik MTT terhadap sel line MCF-7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrolisat protein biji melon memiliki aktivitas antioksidan dan antihiperkolesterolemik. Secara umum hidrolisat termolisin menghasilkan bioaktivitas yang lebih baik dibandingkan tripsin dan pepsin. Hasil pengujian fraksi-fraksi diperoleh fraksi <10 kDa memiliki aktivitas antioksidan terbaik dibandingkan fraksi 10-30 kDa dan fraksi >30 kDa. Fraksi <10 kDa juga menghasilkan efek antihiperkolesterolemik dan mampu menghambat viabilitas sel line MCF7. Berdasarkan hasil identifikasi, peptida dari fraksi <10 kDa tersusun atas 4-7 asam amino dengan sekuen yang bervariasi dan berat molekul <1000 Da. Hasil studi in silico menunjukkan interaksi peptida dengan molekul target cenderung stabil, dengan tipe interaksi berupa interaksi hidrofobik, elektrostatik dan ikatan hidrogen.

Bioactive peptides are substances produced through protein hydrolysis and exhibit various biological activities. One protein source that has not been widely explored for bioactive peptide is melon seeds (Cucumis melo L.). This study aimed to evaluate the antioxidant, antihypercholesterolemic, and anticancer activities of protein hydrolysates and peptide fractions derived from melon seeds, and to identify the amino acid sequences of the peptides. Melon seed protein was isolated using the alkali-isoelectric precipitation extraction method. The protein was then enzymatically hydrolyzed using three types of enzymes: trypsin, thermolysin, and pepsin. Each hydrolysate was then separated using membranes with 10 kDa and 30 kDa molecular weight cut-offs (MWCO) to obtain its fractions. The antioxidant activity of the melon seed protein hydrolysates was assessed using the ABTS, DPPH, and Fe2+ metal chelating methods. Antihypercholesterolemic activity was evaluated by inhibiting the HMG-CoA reductase (HMGCR) and through bile acid binding assays. Fractions with the highest antioxidant activity were further evaluated for antihypercholesterolemic and anticancer potential using MTT assays on MCF-7 cell lines. Results indicated that the melon seed protein hydrolysate exhibited both antioxidant and antihypercholesterolemic activities. Among the hydrolysates, thermolysin generally showed superior bioactivity compared to trypsin and pepsin. The fraction with a molecular weight of less than 10 kDa demonstrated the strongest antioxidant activity compared to the 10-30 kDa and >30 kDa fractions. This fraction also had antihypercholesterolemic effects and effectively inhibited MCF7 cell viability. Identification revealed that this fraction contained peptides with 4 to 7 amino acids, with molecular weights below 1000 Da. In silico studies confirmed that these peptides interacted stably with target molecules through hydrophobic, electrostatic, and hydrogen bonding interactions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramopolii, David Fernando
"Latar Belakang Sitrulin adalah asam amino non-protein yang terbentuk secara endogen melalui siklus urea pada hati dan ginjal sebagai senyawa intermediet. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa buah-buahan golongan Cucurbitaceae (seperti semangka, melon, dan mentimun) memiliki kandungan sitrulin. Sitrulin dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit hipertensi dengan menghasilkan nitrat oksida (NO) sebagai vasodilator pembuluh darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa mentimun memiliki kandungan sitrulin untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ingin membuktikan untuk mengetahui dan membandingkan kadar sitrulin pada buah mentimun lokal dan mentimun jepang. Metode Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengetahui kadar asam amino sitrulin dalam protein pada buah mentimun lokal dan mentimun jepang. Metode pembuktian adanya senyawa sitrulin dalam jus mentimun berdasarkan prinsip colorimetric assay Knipp dan Vasak (2000). Hasil Terdapat kandungan sitrulin pada buah mentimun dengan massa rata-rata kadar sitrulin per protein total yang terkandung dalam jenis mentimun lokal dan mentimun jepang secara berurutan adalah (0,291  0,104) mmol/mg dan (0,414  0,106) mmol/mg untuk 100 gram buah. Kadar sitrulin total pada buah mentimun sebesar (1,087  0,042) gram dan mentimun jepang sebesar (1,319  0,068) gram dalam 100 gram sampel buah. Kesimpulan Terdapat kandungan sitrulin pada buah mentimun, baik mentimun lokal dan mentimun jepang dengan perbedaan kadar yang tidak signifikan antara mentimun lokal dan mentimun jepang. Mentimun lokal maupun mentimun jepang dapat digunakan sebagai sumber makanan yang baik dalam mencegah penyakit kardiovaskular contohnya hipertensi dan angina pektoris, serta mengurangi risiko terjadinya komplikasi mikrovaskular pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Introduction Citrulline is a non-protein amino acid that is formed endogenously through the urea cycle in the liver and kidneys as an intermediate compound. Previous studies have shown that Cucurbitaceae fruits (such as watermelon, melon, and cucumber) contain citrulline. Citrulline can reduce the risk of hypertension by producing nitric oxide (NO) as a vasodilator of blood vessels. Several studies have shown that cucumber contains citrulline to reduce the risk of cardiovascular disease. This study wants to determine and compare the levels of citrulline in local cucumbers and Japanese cucumbers. Method This study used a quantitative descriptive approach to determine the levels of the amino acid citrulline per total protein in local cucumber and Japanese cucumber. The method of proving the presence of citrulline compounds in cucumber juice based on the principle of colorimetric assay Knipp and Vasak (2000). Results The content of citrulline in cucumber fruit with the average mass of citrulline content per total protein contained in local cucumber and japanese cucumber types is (0,291  0,104) mmol/mg and (0,414  0,106) mmol/mg of citrulline for 100 grams of fruit, respectively. The total mass of citrulline in 100 grams of local cucumber fruit is (1,087  0,042) grams and japanese cucumber is (1,319  0,068) grams for 100 grams fruit sample Conclusion The presence of citrulline compounds in local cucumber and Japanese cucumber is proved. The content of citrulline in both types of cucumber has a not significant difference levels between local cucumbers and Japanese cucumbers. Local cucumbers and Japanese cucumbers can be used as a good food source in preventing cardiovascular diseases, such as hypertension and angina pectoris, and also reducing the risk of microvascular complications in patients with type 2 diabetes mellitus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Bhaskara Wikanendra
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dengan penyumbang terbesar adalah infark miokard. Salah satu obat dalam penanganan PJK adalah Nitrat organik sebagai donor NO namun tidak dapat digunakan dalam jangka panjang. l-sitrulin berfungsi sebagai donor l-arginin yang akan dimetabolisme menjadi NO. Selain sebagai vasodilator, l-sitrulin juga menurunkan adhesi leukosit dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi kardioprotektif L-citrulline terhadap infark miokard yang diinduksi oleh Isoproterenol dengan fokus pada aktivitas antioksidan.Metode: Penelitian ini menggunakan 24 tikus Wistar jantan berbobot 190-220gr yang dibagi kedalam 4 kelompok. Kelompok 1 dan 2 menerima air sementara kelompok 3 dan 4 menerima 300mg/kgBB dosis rendah dan 600mg/kgBB dosis tinggi l-sitrulin per hari peroral setiap hari. Induksi dilakukan dengan injeksi subkutan 85mg/kgBB isoproterenol pada hari ke-4 dan 5 untuk kelompok 2,3 dan 4 sementara kelompok 1 menerima normal saline. Tekanan darah dan EKG diukur pada hari ke-3 dan 6. Subyek dikorbankan pada hari ke-6 untuk mengumpulkan sampel darah dan jaringan untuk pengukuran biomarker dan evaluasi histopatologi.Hasil: Induksi menyebabkan penurunan tekanan darah dan perubahan EKG dan pemberian l-sitrulin gagal menunjukkan efek proteksi yang signifikan. Suplementasi l-sitrulin gagal menunjukkan efek proteksi pada kadar AST dan LDH namun berhasil pada evaluasi histopatologis. Suplementasi l-sitrulin berhasil menunjukkan efek antioksidatif signifikan pada aktivitas katalase namun gagal pada kadar MDA, aktivitas SOD dan cenderung menurunkan kadar GSH lebih jauh dibandingkan dengan kelompok isoproterenol saja. Suplementasi menunjukkan proteksi terhadap apoptosis.Kesimpulan: Suplementasi l-sitrulin menunjukkan potensi kardioproteksi terhadap infark miokard induksi isoproterenol melalui aktivitas antioksidannya.
Background Cardiovascular diseases contribute more than 17 million deaths every year with coronary heart disease CHD being the greatest contributor. L citrulline shows potential as supplementation to treat CHD for its vasodilative and antioxidative effects The aim of this study is to find the potential cardioprotective effect of l citrulline against MI, with focus on antioxidants activity.Method This study used 24 male Wistar rats weighed 190 220 grams which divided to 4 groups. 1st and 2nd group received water while 3rd and 4th group received 300mg kgBW low dose and 600mg kgBW high dose of l citrulline daily respectively. Induction were done by injecting isoproterenol 85mg kgBW subcutaneously on day 4 and 5 for group 2,3 and 4 while 1st group served as sham. Blood pressure and ECG were recorded on day 3 and 6. Subjects were sacrificed on day 6 to collect blood and tissue samples for biomarker measurement and histopathological evaluation.Results L citrulline supplementation failed to show significant protective effect on blood pressure and ECG change. L citrulline supplementation failed to show protective effect on blood AST and LDH level but managed to show protective effect on Histopathological evaluation. On antioxidants activity, L citrulline supplementation managed to show significant antioxidative effect on tissue Catalase activity but failed on tissue MDA level, blood SOD activity and lowered tissue GSH level more than Isoproterenol only. Supplementation also showed protection against apoptosis.Conclusion L citrulline supplementation shows some potential cardioprotective effect through its antioxidant activities."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lestari
"Hipertensi di Indonesia merupakan permasalahan kesehatan yang penting, karena prevalensinya yang tinggi dan dampak jangka panjang yang ditimbulkan. Daun pare (Momordica charantia L.) telah banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi, namun belum banyak penelitian yang menyebutkan khasiat tanaman ini sebagai antihipertensi. Daun ini mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang dapat mengimbangi radikal bebas akibat stres oksidatif yang akan berpengaruh terhadap tekanan darah.
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menguji khasiat daun pare sebagai antihipertensi dengan metode penghambatan aktivitas angiotensin-converting enzyme dari ekstrak etanol 80% menggunakan ACE kit-WST (Dojindo, Jepang) dan juga aktivitas antioksidan dari fraksi-fraksinya dengan metode FRAP. Selanjutnya aktivitas antioksidan akan dikorelasikan dengan kadar fenolik yang dinyatakan dalam ekuivalen asam galat (GAE) dan flavonoid total dalam ekuivalen kuersetin (QE).
Hasil uji menunjukkan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol untuk penghambatan aktivitas ACE sebesar 7,52 μg/mL. Pengujian antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat dengan nilai EC50 sebesar 69,387 μg/mL. Penentuan fenolik total dan flavonoid total juga menunjukkan kadar tertinggi pada fraksi etil asetat dengan nilai berturut-turut sebesar 18,752 mg GAE/gr ekstrak dan 8,310 mg QE/gr ekstrak.

Hypertension in Indonesia is an important health problem, due to the high of prevalence and long-term impact. Bitter melon (Momordica charantia L.) leaves has been widely used as a traditional medicine to treat hypertension, but has not been studied as Angiotensin Converting Enzyme inhibitor. This leaves contain phenolic and flavonoids compounds that can counterbalance free radicals caused by oxidative stress which will affect blood pressure.
The aims of study was to investigate potency of 80% ethanol extract from bitter melon leaves as antihypertensive using ACE-kit WST (Dojindo, Japan) and also the antioxidant activity of its fractions using FRAP method. Furthermore, the antioxidant activity would be correlated with total of phenolic expressed in gallic acid equivalents (GAE) and total flavonoids in quercetin equivalent (QE).
The test results showed IC50 values from ethanol extract by inhibition of ACE activity was 7.52 μg/mL. The highest activity of antioxidants from the fractions was given by ethyl acetate fraction with EC50 values 69.387 μg/mL. Determination of total phenolic and total flavonoid also showed the highest levels in ethyl acetate fraction with values 18.752 mg GAE/g extract and 8.310 mg QE/g extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"Teknologi akustik sangat bermanfaat terutama dibidang perkebunan yaitu untuk mendeteksi kematangan buah seperti misalnya buah melon, karena buah ini sangat digemari oleh masyarakat. Pengukuran tingkat kematangan buah melon ini menggunakan sensor suara yang dikendalikan oleh mikrokontroller dengan tampilan LCD dan program Labview 2011. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur besar diameter buah melon, nilai amplitude dan kecepatan rambat gelombang suara yang melewati daging buah melon. Pendeteksian ini menghasilkan tingkat amplitude dan kecepatan perambatan suara yang berbeda beda tergantung dari tingkat kematangan buah melon. Buah melon termasuk kategori matang apabila besarnya persentase amplitudo yang ditransmisikan 22% sampai 61 %, setengah matang 63% sampai 75% dan mentah 65.2 % sampai 89%. dan besarnya kecepatan gelombang suara pada buah melon lebih kecil dibandingkan dengan buah melon setengah matang ataupun mentah yaitu 556m/s sampai 1111m/s, melon setangah matang 1000m/s sampai 1020 m/s dan melon mentah 1209 m/s sampai 7500 m/s.

Acoustic technology is very useful especially in plantation is to detect the ripeness of the fruit, such as melon, because the fruit is very popular. The measurement of the melon fruit maturity level have been done using the sound sensor which is controlled by a microcontroller with LCD display and Labview program 2011. This measurement is done by measuring at the large diameter of the melons, the value of the amplitude and velocity of sound waves passing through the melon flesh. This show that the propagation speed of the acoustic sound different depending on the level of maturity level of the melon. The melon is categorized ripe if the magnitude of the amplitude of the transmitted wave is approximately 22% - 61 %, 63% - 75% for half cooked melon, and 65.2 % - 89%. is for raw melon. The magnitude of the sound speed in ripe melon is 556m/s - 1111m/s, while in half ripe melon is 1000m/s - 1020 m/s d and for raw melon is 1209 m/s - 7500 m/s.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qevin Pratama Prasetya
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris): L-sitrulin adalah asam amino non-protein bersifat netral yang bekerja pada siklus urea di hati dan ginjal. Asam amino ini terbukti mempunyai beberapa khasiat seperti agen proteksi pembuluh darah, anti inflamasi, dan anti oksidan. Pada sebuah penelitian, telah ditemukan adanya kadar L- sitrulin di dalam jus buah semangka. Buah semangka merupakan buah yang termasuk ke dalam famili cucurbitacea. Salah satu buah lain yang termasuk ke dalam famili cucurbitacea adalah sechium edule (labu siam). Akan tetapi, penelitian terkait kadar L-sitrulin di dalam buah sechium edule (labu siam) masih sedikit. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dipelajari lebih lanjut terkait kadar L-sitrulin dalam buah sechium edule (labu siam). Dalam penelitian ini juga akan dianalisis kadar sitrulin dalam beberapa perlakuan yaitu mentah, rebus, dan kukus. Metode: Penelitian ini adalah peneletian desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis dan mengetahui kadar L-sitrulin dalam buah sechium edule (labu siam) dengan berat bersih 50 gram menggunakan metode pengukuran Knipp dan Vasak. Pada penelitian ini menggunakan jus (murni) dan supernatan dari jus (uji pengendapan protein) atau supernatan pasca TCA. Hasil: Pada penelitian ini ditemukan rata-rata kadar sitrulin per gram sampel yaitu labu siam mentah (0,861-1,183 g/100 g) ; labu siam rebus (0,683-1,381 g/100 g); dan labu siam kukus (0,636-1,422 g/100 g) Dari ketiga perlakuan tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan, karena p > 0,05. Kesimpulan: Labu siam dapat dikonsumi dalam ketiga perlakuan yang telah diuji yaitu mentah, rebus, dan kukus untuk mendapatkan khasiat dari sitrulin yang ada di dalamnya.

Introduction: L-citrulline is a neutral non-protein amino acid that works in the urea cycle in the liver and kidneys. This amino acid has been proven to have several properties such as a blood vessel protection agent, anti-inflammatory and anti-oxidant. In one study, it was found that there were levels of L-citrulline in watermelon extract. Watermelon is a fruit that belongs to the cucurbitacea family. Another fruit that belongs to the cucurbitacea family is sechium edule (chayote). However, there is still little research regarding L-citrulline levels in sechium edule (chayote) fruit. Therefore, in this research we will study further regarding L-citrulline levels in sechium edule fruit (chayote). In this research, citrulline levels will also be analyzed in several treatments, namely raw, boiled and steamed. Method: This research is a descriptive research design with a quantitative approach to analyze and determine L-citrulline levels in sechium edule fruit (chayote) with a net weight of 50 grams using the Knipp and Vasak measurement method. This study used juice (pure) and supernatant from juice (protein precipitation test) or post-TCA supernatant. Results: In this study, the average citrulline content per gram of sample was found, namely raw chayote (0.861-1.183 g/100 g); boiled chayote (0.683-1.381 g/100 g); and steamed chayote (0.636-1.422 g/100 g). From the third treatment, no significant differences were found, because p > 0.05. Conclusion: Chayote can be consumed in the three treatments that have been tested, namely raw, boiled and steamed to get the benefits of the citrulline it contains."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ika Mayasari Atmaputri
"Pare (Momordica charantia Linn.) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya diabetes melitus. Komponen bioaktif dari pare yang mempunyai efek hipoglikemik yaitu karantin (C32H53O6), yang merupakan campuran dari dua komponen steroidal saponin, dan diketahui agak sukar larut dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek antidiabetes fraksi diklormetana buah pare pada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin serta pembuatan mikrosfer fraksi diklormetana buah pare menggunakan metode semprot kering. Fraksi tersebut diperoleh dengan cara partisi ekstrak etanol menggunakan diklormetana dan air secara berturut-turut. Fraksi yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dan diuji aktivitas antidiabetesnya. Mikrosfer fraksi diklormetana buah pare dibuat dengan metode semprot kering menggunakan xanthan gum dan gum arab sebagai polimer penyalut. Mikrosfer yang diperoleh kemudian dievaluasi meliputi bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, dan profil disolusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fraksi diklormetana buah pare dengan dosis 20, 40, dan 60 mg/kgBB secara per oral selama 3 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes. Fraksi dengan dosis 40 mg/kgBB merupakan fraksi yang paling efektif karena dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus sebesar 58,46-88,90%, dengan nilai Area Above Curve 1324,38 mg.hari/dl. Mikrosfer yang dihasilkan berupa serbuk halus berwarna kekuningan, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata. Efisiensi penjerapan diperoleh sebesar 35-46% dan memiliki diameter 26,7-36,6 µm. Jumlah fraksi diklormetana yang terlepas dari mikrosfer dalam medium air selama 6 jam sebesar 98,46-100,37%. Formula mikrosfer F3 dengan perbandingan zat aktif : polimer (1:3), terpilih sebagai formula mikrosfer terbaik.

Bitter melon (Momordica charantia Linn.) is a medicinal plant which can be used to treat various diseases, one of which is diabetes mellitus. Its bioactive compound, which is having hypoglycemic activity is charantin (C32H53O6), a mixture of two streroidal saponin compounds and slightly soluble in water.
This study was aimed to investigate the antidiabetic effect of dichloromethane fraction from bitter melon fruits on streptozotocin-induced diabetic rats, prepare the microspheres of dichloromethane fraction from bitter melon fruits using spray drying method and evaluate the obtained microspheres. The dichloromethane fraction was obtained by partition of the ethanolic extract using dichloromethane and water, respectively. The fraction was then characterized and evaluated for antidiabetic activity. The dichlormethane fraction was microencapsulated by spray drying method using xanthan gum and acacia gum as a coating polymer. The microspheres were then evaluated for their shape and morphology, entrapment efficiency, particle size distribution, and dissolution profile.
The results showed that administration of dichlormethane fraction of bitter melon fruit at oral doses of 20, 40, and 60 mg/kg body weight for 3 weeks could reduce fasting blood glucose levels of diabetic rats. The fraction at a dose of 40 mg/kg body weight was the most effective one that showed 58.46-88.90% reduction of fasting blood glucose levels with Area Above Curve value of 1324.38 mg.day/dl. The obtained microspheres were yellowish powder and have spherical shape with irregular surface morphology. The entrapment efficiency was in the range of 35-46% and diameter of 26.7-36.6 µm. Percentage of dichloromethane fraction released from microspheres in water medium for 6 hours was 98.46-100.37%. Formula F3 of which ratio of fraction : polymer (1:3) was selected as the best microspheres formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>