Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahratul Jannah
"Dalam waktu yang lama mahasiswa telah tercatat sebagai populasi dengan kualitas tidur yang buruk. Disregulasi emosi diketahui berkontribusi pada kualitas tidur yang buruk. Problematic internet use (PIU) muncul sebagai bentuk coping dari disregulasi emosi yang kemudian memperburuk kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PIU sebagai mediator antara disregulasi emosi dan kualitas tidur. Partisipan berjumlah 141 mahasiswa aktif (68,8% perempuan, M usia = 20,68, SD = 1,509) dan mengisi kuesioner online. Disregulasi emosi diukur menggunakan Difficulties in Emotion Regulation Scale - Short Form (DERS-SF), kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan PIU diukur menggunakan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2). Analisis mediasi menggunakan PROCESS Macro menunjukkan bahwa PIU memediasi hubungan antara disregulasi emosi dan kualitas tidur secara signifikan (ab = 0,022, p < 0,05) dan efek mediasi bersifat partial mediation. Hal ini menunjukkan, semakin tinggi tingkat disregulasi emosi maka akan meningkatkan perilaku PIU sehingga semakin memburuknya kualitas tidur mahasiswa.

In the long run, college students have been documented as a population with poor sleep quality. Emotional dysregulation is known to contribute to poor sleep quality. Problematic Internet Use (PIU) emerges as a form of coping with emotional dysregulation, subsequently worsening sleep quality. This study aims to investigate the role of PIU as a mediator between emotional dysregulation and sleep quality. A total of 141 active students (68.8% female, M age = 20.68, SD = 1.509) completed an online questionnaire. Emotional dysregulation was measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale - Short Form (DERS-SF), sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and PIU was measured using the Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2). Mediation analysis using the PROCESS Macro indicated that PIU significantly mediated the relationship between emotional dysregulation and sleep quality (ab = 0.022, p < 0.05), and the mediating effect was partial. This suggests that higher levels of emotional dysregulation increase PIU behavior, consequently worsening the sleep quality of students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrazzaq Fathur Rahman Luthan
"Permasalahan tidur berkembang semenjak pandemi. Penggunaan gawai pun semakin bertambah bagi mahasiswa dalam kegiatan akademis dan waktu luang secara bersamaan. Kaburnya batas antara dua hal itu berdampak pada kualitas tidur yang menurun dari prokrastinasi waktu tidur berbentuk penggunaan gawai bermasalah. Penelitian ini membahas peran penggunaan gawai bermasalah yang berdampak pada kualitas tidur dengan prokrastinasi waktu tidur sebagai mediasi dalam bentuk penundaan tidur pada mahasiswa. Berdasarkan pengukuran Bedtime Procrastination Scale untuk pengukuran prokrastinasi waktu tidur, Smartphone Addiction Scale-Short Version untuk penggunaan gawai berlebihan, dan Pittsburgh Scale Questionnaire Index untuk kualitas tidur (n = 154), hasil penelitiannya adalah penggunaan gawai bermasalah tidak menjadi prediktor kualitas tidur (c = - 0.04, SE = .04, p = .27) serta prokrastinasi waktu tidur tidak memediasi hubungan antara penggunaan gawai bermasalah dan kualitas tidur (ab = 0.01, 95% CI, -.0036 s.d. .0237). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan hasil berbeda bahwa tidak adanya hubungan antara prokrastinasi waktu tidur dan kualitas tidur serta prokrastinasi waktu tidur tidak menjadi mediator dalam penelitian.

Sleep disturbances have increased in number since Covid-19 pandemic. Smartphone usage for college students have also increased in academic activities and leisure in tandem. The blurred boundary between those two things affects the decrease in sleep quality from bedtime procrastination in the form of problematic smartphone use. This research addresses the role of problematic smartphone use toward sleep quality with bedtime procrastination as mediator in the form of sleep delay in college students. Based on measurement conducted with Bedtime Procrastination Scale to measure bedtime procrastination, Smartphone Addiction Scale-Short Version for problematic smartphone use, and Pittsburgh Scale Questionnaire for sleep quality (n = 154), research show that problematic smartphone use does not predict sleep quality (c = - 0.04, SE = .04, p = .27) and bedtime procrastination does not mediate the relationship of problematic smartphone use and sleep quality (ab = 0.01, 95% CI, -.0036 s.d. .0237). Hence, this research shows different results that there is no relationship between bedtime procrastination and sleep quality and also bedtime procrastination is not a mediator."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Josephine Dirjayanto
"Pendahuluan: COVID-19 telah mengakibatkan berbagai perubahan yang memengaruhi berbagai aspek dari kesehatan mental mahasiswa preklinik kedokteran, yang merupakan salah satu subset populasi paling rentan terhadap gangguan psikososial bahkan sebelum pandemi. Di antara perubahan tersebut, kualitas tidur adalah salah satu faktor yang kemungkinan berperan besar karena kaitan fisiologisnya dengan status mental. Di Indonesia, belum ada studi yang menganalisis hubungan antara kualitas tidur dan kesehatan mental ini pada mahasiswa kedokteran preklinik.
Metode: Studi potong lintang ini melibatkan 285 mahasiswa kedokteran preklinik di Indonesia. Setelah simple random sampling, data yang didapatkan dianalisis dengan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 24 for Mac. Kesehatan mental umum dinilai dengan menggunakan General Health Questionnaire-12 (GHQ-12), sedangkan kualitas tidur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analissi asosiasi di antara kedua skor ini dilakukan dengan statistik Chi-square, sedangkan korelasi andtara domain-domain yang ada diinvestigasi berdasarkan Spearman’s rank-order correlation coefficient.
Hasil: Proporsi mahasiswa preklinik kedokteran Indonesia yang mengalami masalah psikososial adalah 96.5%, sedangkan yang mengalami gangguan tidur adalah 61.8%. Asosiasi yang signifikan ditemukan antara kualitas tidur buruk dan gangguan psikososial (OR=3.96; p=0.04). Korelasi lemah ditemukan antara kesehatan mental dan domain-domain kualitas tidur subjektif, latensi tidur, dan disfungsi aktivitas siang hari pada PSQI. Korelasi terkuat ditemukan antara disfungsi aktivitas siang hari dan disfungsi sosial.
Simpulan dan saran: Pada studi ini ditemukan asosiasi yang signifikan antara kualitas tidur buruk dan gangguan psikososial. Dengan demikian, lebih banyak perhatian seharusnya diberikan untuk meningkatkan kualitas tidur mahasiswa preklinik kedokteran sehingga kesehatan mentalnya baik pula. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memperkuat bukti serta mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh pada kesehatan mental mahasiswa preklinik kedokteran saat pandemi COVID-19.

Introduction: COVID-19 has brought about tremendous changes that affect many aspects including the mental health of preclinical medical students, who have been one of the most vulnerable groups to psychosocial changes even before the pandemic. Amongst those changes, sleep might be one of the most important factors as it is physiologically correlated with mental states through various pathways. In Indonesia specifically, there has been no study which explains this relationship in the preclinical medical students. Method: This cross-sectional study was conducted involving 285 preclinical medical students across Indonesia. After simple random sampling, data were analyzed using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 24 for Mac. General mental health was assessed using General Health Questionnaire-12 (GHQ-12), while the sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analysis of association between these scores employed Chi-square statistics, while correlations between domains were investigated through Spearman’s rank-order correlation coefficient.
Results: The proportion of Indonesian preclinical medical students who experience psychosocial disturbances was 96.5%, while those experiencing sleep disturbances was as high as 61.8%. Significant association was discovered between poor sleep quality and psychosocial disturbance (OR=3.96; p=0.04). Weak correlations were found between general mental health and subjective sleep quality, sleep latency, and daytime activity dysfunction domains of PSQI. The strongest correlation between domains existed between daytime activity dysfunction and social dysfunction.
Conclusion and recommendation: This study revealed significant association between poor sleep quality and psychosocial disturbance. Thus, more attention should be allocated in order to improve sleep quality, and hence mental health, of preclinical medical students in the current pandemic. Further studies are recommended to strengthen the evidence and explore other factors that might affect the mental health of preclinical medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risak Tiimron Iswara
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan menjadi masalah kesehatan dunia. Virus COVID-19 berdampak pada kesehatan fisik, mental hingga mempengaruhi kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kualitas tidur pada perawat yang merawat pasien COVID-19. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif dengan simple random sampling. Sebanyak 123 responden diikutsertakan dari salah satu rs x daerah Depok. Data diambil pada bulan februari hingga maret 2023. Kuesioner penelitian menggunakan Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitan menunjukkan 78.9% perawat yang merawat pasien COVID-19 memiliki kualitas tidur buruk dan 87% mengalami tingkat kecemasa ringan. Selain itu diperoleh hasil p value 0.017 sehingga terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur perawat yang merawat pasien COVID-19 (p=0,017). Perawat bagian managerial diharapkan lebih memperhatikan kualitas tidur perawat melalui staffing yang baik, Perawat diharapkan dapat menjaga kualitas tidur sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan optimal

COVID-19 is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a global health problem. The COVID-19 virus can have an impact on physical and mental health and also can affect the quality of sleep for nurses. This study aims to find the relationship between anxiety level and sleep quality in nurses who caring for COVID-19 patients. Design used retrospective descriptive with simple random sampling. Total respondent was 123 respondents at one of the hospital in Depok. The questionnaire used the Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results of the study showed that 78.9% of nurses caring for COVID-19 patients had poor sleep quality and 87% experienced mild levels of anxiety. In addition, there was a significant relationship between anxiety levels and sleep quality for nurses caring for COVID-19 patients (p = 0.017). Managerial nurses are expected to pay more attention to the quality of nurse sleep through good staffing. Nurses are expected to be able to maintain sleep quality so that they can provide optimal nursing care"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Faturamadhan
"Permasalahan kualitas tidur menjadi salah satu hal yang umum ditemui pada kelompok mahasiswa. Kualitas tidur buruk ditemukan berasosiasi positif dengan kesepian. Hal ini mengingat mahasiswa masih berada di tahapan perkembangan yang rentan terhadap munculnya kesepian. Mekanisme hubungan antara kesepian dan kualitas tidur diduga dimediasi oleh cara individu merespons terhadap pengalaman kesepian tersebut. Salah satu respons yang umum dilakukan oleh individu saat menghadapi kesepian adalah ruminasi atau memikirkan pengalaman suasana hati negatif secara berulang-ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ruminasi sebagai mediator antara hubungan antara kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa Indonesia. Partisipan pada penelitian ini terdiri atas 124 mahasiswa strata 1 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia (M = 21,08; SD = 0,95). Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur kesepian, Ruminative Response Scale Short Version untuk mengukur ruminasi, dan Pittsburgh Sleep Quality Index untuk mengukur kualitas tidur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ruminasi terbukti secara signifikan berperan sebagai variabel mediator antara hubungan kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa (ab = 0,0198, 95% CI [0,0052, 0,0391]). Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi kepada mahasiswa untuk mengadopsi respons yang lebih adaptif dalam menghadapi kesepian serta kepada perguruan tinggi dan tenaga kesehatan mental profesional untuk merancang intervensi yang dapat meminimalisasi tingkat kesepian dan ruminasi pada mahasiswa.

Sleep quality problems are common among university students. Poor sleep quality was found to be positively associated with loneliness. This is because students are still at a stage of development that is vulnerable to the emergence of loneliness. The mechanism of the relationship between loneliness and sleep quality is thought to be mediated by the way individuals respond to the experience of loneliness. One of the common responses made by individuals when facing loneliness is rumination or thinking about negative mood experiences repeatedly. This study aims to determine the role of rumination as a mediator in the relationship between loneliness and sleep quality in Indonesian university students. Participants in this study consisted of 124 undergraduate students from state and private universities in Indonesia (M = 21.08; SD = 0.95). The instruments used were the UCLA Loneliness Scale version 3 to measure loneliness, the Ruminative Response Scale Short Version to measure rumination, and the Pittsburgh Sleep Quality Index to measure sleep quality. The results of statistical analysis show that rumination is proven to significantly act as a mediator variable in the relationship between loneliness and sleep quality in college students (ab = 0.0198, 95% CI [0.0052, 0.0391]). The results of this study can be a recommendation for students to adopt more adaptive responses in dealing with loneliness and for universities and mental health professionals to design interventions that can minimize the level of loneliness and rumination in college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiya Ulya Fawnia
"Mahasiswa memiliki aktivitas akademis dan beban tugas tinggi dan cenderung mengadopsi perilaku gaya hidup yang kurang baik, seperti diet tidak sehat, penurunan aktivitas fisik rutin, dan peningkatan aktivitas sedentari sehingga menyebabkan kualitas tidur buruk disertai gangguan tidur ringan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran diet, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada mahasiswa beserta hubungannya terhadap kualitas tidur menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, dan Pittsburgh Sleep Quality Index dengan desain penelitian cross-sectional. Terdapat hubungan antara frekuensi diet mahasiswa dengan kualitas tidurnya (p < 0,05), sedangkan pada aktivitas fisik dan kualitas tidur tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan (p > 0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, diet rendah serat, serta aktivitas fisik yang tidak rutin. Strategi diperlukan untuk meningkatkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi diet tinggi serat dan aktivitas fisik rutin setiap harinya serta meningkatkan kesadaran mengenai kualitas tidur untuk memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa.

University students, burdened with high academic activities, often adopt unhealthy lifestyles, including poor diets and reduced physical activity, leading to compromised sleep quality. This cross-sectional study investigated the dietary habits, physical activity, and sleep quality of 378 students from 14 faculties at the University of Indonesia. Data were collected using the Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, and Pittsburgh Sleep Quality Index. A significant correlation was found between dietary frequency and sleep quality (p < 0.05), while no significant link was observed between physical activity and sleep quality (p > 0.05). This study concluded that students have poor sleep quality, a low-fiber diet, and irregular performed physical activity. Strategies are needed to improve a healthy lifestyle by consuming a high-fiber diet, engaging in regular physical activity every day, and increasing awareness of the quality of sleep to meet the basic needs of students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Laksmi Maharani
"Latar Belakang Pandemi COVID-19 telah membawa dampak signifikan di seluruh dunia, termasuk sistem pendidikan di Indonesia yang mengadopsi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mahasiswa kedokteran tingkat preklinik, kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan mental, juga terdampak. Meskipun terdapat perubahan akibat pandemi COVID-19, institusi pendidikan perlahan mulai kembali ke pembelajaran tatap muka. Hal ini menciptakan kemungkinan alterasi kualitas tidur mahasiswa kedokteran tingkat preklinik pada dua fase tersebut. Dengan demikian, kualitas tidur mahasiswa kedokteran tingkat preklinik di fase puncak dan pascapuncak pandemi COVID-19 perlu diselidiki. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Kuesioner PSQI yang sudah diterjemahkan dan divalidasi disebarkan pada dua periode, yaitu bulan Juli—Oktober 2021 untuk data puncak dan April 2022—Maret 2023 untuk data pascapuncak. Sebanyak 246 mahasiswa kedokteran diikutsertakan dalam penelitian ini yang kemudian akan diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur saat puncak dengan pascapuncak pandemi. Faktor yang dianalisis antara lain jenis kelamin, usia, dan tingkat preklinik. Hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara fase puncak dengan pascapuncak pandemi (p > 0,05). Dalam aspek komponen PSQI, ada perbedaan yang signifikan antara durasi tidur dan gangguan tidur saat puncak dengan pascapuncak (p < 0,05). Rata-rata durasi tidur adalah 6—7 jam. Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara saat puncak dengan pascapuncak pandemi pada mahasiswa kedokteran tingkat preklinik.

Introduction The COVID-19 pandemic has had a significant impact worldwide, including on the educational system in Indonesia, which adopted remote learning (PJJ). Pre-clinical medical students, a group vulnerable to mental health issues, were also affected. Despite the changes brought about by the COVID-19 pandemic, educational institutions are gradually returning to in-person learning. This presents the risk of alterations in the quality of sleep of pre-clinical medical students during these two phases. Therefore, the sleep quality of pre-clinical medical students during the peak and post-peak phases of the COVID-19 pandemic needs to be examined. Method The research design used was cross-sectional. The PSQI questionnaire, which had been translated and validated, was administered during two periods: July to October 2021 for peak data and April 2022 to March 2023 for post-peak data. A total of 246 medical students participated in this study and were tested using the Mann-Whitney test to determine differences in sleep quality during the peak and post-peak phases of the pandemic. Factors analysed included gender, age, and pre-clinical level. Results Mann-Whitney test revealed no significant difference in sleep quality between the peak and post-peak phases of the pandemic (p > 0,05). In terms of PSQI componentes, there were significant differences in sleep duration and sleep disturbances between the peak and post-peak phases (p < 0,05). The average sleep duration was 6—7 hours. Conclusion There was no significant difference in sleep quality between the peak and post-peak phases of the pandemic among pre-clinical medical students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Junaeni
"Hemodialisis merupakan terapi pengganti fungsi ginjal terbanyak yang dijalani pasien gagal ginjal tahap akhir. Pasien yang menjalani terapi hemodialisis rutin seringkali memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk pada pasien hemodialisis dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan penyakit autoimun, infeksi dan risiko kardiovaskular yang pada akhirnya dapat juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Keluhan tidur pada pasien hemodialisis diduga karena efek dari hemodialisis dan progresifitas penyakit gagal ginjal itu sendiri. Terapi untuk mengatasi gangguan tidur dilakukan dengan metode sleep hygiene. Sleep hygiene merupakan modifikasi perilaku kesehatan atau membangun kebiasaan sebelum tidur yang mencakup aktivitas, waktu tidur dan lingkungan yang tenang dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan consecutive sampling terhadap 106 responden yang menjalani hemodialisis rutin di Unit HD PJT RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan (p<0,05) antara sleep hygiene dengan kualitas tidur (p=0,046). Perawat perlu mengajarkan intervensi sleep hygiene secara terprogram beserta evaluasinya untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas tidur yang baik pada pasien hemodialisis.

Hemodialysis is the most common renal replacement therapy for end stage renal disease patients. These patients who undergoing regular hemodialysis often experience a poor of sleep quality. Poor sleep quality can reduce their quality of life, since increasing autoimmune diseases, infections and cardiovascular risks, ultimately can also increase morbidity and mortality. Sleep complaints in hemodialysis patients are thought to be due to the effects of hemodialysis and the progression of kidney failure itself. Therapy to treat sleep disorders is carried out using the sleep hygiene method. Sleep hygiene is a modification of health behavior or building habits before sleeping that include activities, sleep time and a calm environment to increase the quantity and quality of sleep. This study aims to identify the relationship between sleep hygiene and sleep quality in hemodialysis patients. The research design used is cross sectional with a consecutive sampling of 106 respondents undergoing regular hemodialysis at the PJT HD Unit, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Based on the research results, it shows that there was a significant relationship (p<0.05) between sleep hygiene and sleep quality (p=0,046). Therefore, nurses need to carry out and teach the patients sleep hygiene interventions and their evaluation to improve and maintain a good sleep quality in hemodialysis patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Bambangsafira
"Kejadian Excessive Daytime Sleepiness (EDS) merupakan gejala yang timbul dari kecenderungan untuk merasakan kantuk yang berlebihan pada periode terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian EDS dengan kualitas tidur pada mahasiswa baru di rumpun ilmu kesehatan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia sebesar 107 responden yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Kejadian EDS diukur menggunakan kuesioner Epworth Slepiness Scale (ESS), sedangkan kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian EDS dan kualitas tidur yang buruk cukup tinggi terjadi pada mahasiswa. Sebanyak 52 orang (48,6 %) mengalami EDS dan sebanyak 80 orang (74,8 %) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,617 : x2= 0,249) antara kejadian Excessive Daytime Sleepiness dan kualitas tidur. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor ? faktor yang dapat memengaruhi kejadian EDS dan kualitas tidur. Selain itu, upaya promotif dan preventif dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan akibat kualitas tidur yang buru.

Excessive Daytime Sleepiness (EDS) is a symptom that arises from the tendency to feel excessive sleepiness during the awake period. This study aimed to identify the relationship between excessive daytime sleepiness and sleep quality among first year students at faculty of health sciences. This study used cross sectional design, involving 107 samples of students from the faculty of health science at University of Indonesia. Samples were selected by proportional stratified random sampling. EDS was measured by using Epworth Sleepiness Scale (ESS) while sleep quality was measured by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
The results shows that the prevalence of EDS and poor sleep quality is high enough among college students. A total of 52 people (48.6%) experienced EDS and as many as 80 people (74.8%) had poor sleep quality. The result showed that there was no significant relationship (p = 0,617 : x2= 0,249) between excessive daytime sleepiness and sleep quality. This study recommended health promotion as a preventive effort to reduce the number of EDS and to increase students sleep quality. In addition, further studies are required to identify factors affecting sleep quality or contributing to the incidence of EDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octavya Christianty L
"Media sosial merupakan sarana dalam membentuk suatu komunitas secara tidak langsung atau sering disebut daring. Penggunaan media sosial secara berlebihan dan tinggi dapat berakibat buruk terhadap kualitas tidur. Kualitas tidur bagian yang paling utama dalam 14 kebutuhan dasar manusia. Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa FIK-UI. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel mahasiswa dipilih menggunakan Stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FIK-UI reguler 2019, 2020, 2021, dan ekstensi 2021 dengan jumlah 202 orang. Instrumen yang digunakan adalah Social Media Use Questionnaire (SMUQ) untuk penggunaan media sosial dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur. Analisis data univariat menggunakan distribusi frekuensi dan presentase dengan hasil usia rata-rata pada penelitian ini yaitu 21 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan (96%) laki-laki (4%). Pada penelitian ini terdapat penggunaan media sosial tinggi sebanyak 59,9% dan rendah 41,1%. Hasil kualitas tidur menunjukkan kualitas tidur baik 86,6% dan buruk 13,4%. Analisis data bivariat menggunakan uji statistic chi square dengan hasil p value=0,001, OR= 4,119 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 FIK-UI.

Social media is kind of tool for creating some communities indirectly or often called online. Excessive and high use of social media can bring the negative impact on sleep quality. Sleep quality is the most important part of the 14 basic human needs. Poor sleep quality can impact the daily activities. This study aims to identify the relationship between social media use and sleep quality in FIK-UI students. This study uses a correlative analytic research design with a cross-sectional approach. The sample was selected using Stratified random sampling. The sample in this study were regular FIK-UI students in 2019, 2020, 2021, and the 2021 extension with a total of 202 people. The instruments used were the Social Media Use Questionnaire (SMUQ) for social media use and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) for sleep quality. Univariate data analysis used frequency distribution and percentage with the result that the average age in this study was 21 years, and the majority were female (96%) and male (4%). In this study, there was a high use of social media as much as 59.9% and 41.1% low. The results of sleep quality showed good sleep quality at 86.6% and 13.4% bad. Bivariate data analysis using the chi-square statistical test with the result p value = 0.001, OR = 4,119 states that there is a significant relationship between the use of social media and sleep quality in FIK-UI undergraduate students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>