Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosyad Almas
"Proporsi hipertensi terus meningkat dan konsumsi kopi juga dapat berperan dalam peningkatan risiko hipertensi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara konsumsi kopi dan kejadian hipertensi pada wanita usia subur (WUS). Penelitian ini dilakukan di HNRC IMERI FKUI September 2022-Juni 2023 dengan menggunakan data dari payung penelitian FKUI-SEAMEO RECFON (peneliti utama Prof. Rina Agustina). Penelitian ini adalah studi potong lintang pada WUS suku Minangkabau dan Sunda berusia 19-50 tahun pada bulan September 2015-Oktober 2016. Konsumsi kopi dibagi menjadi dua kelompok (konsumsi dan tidak konsumsi). Tiga kategori hipertensi, yaitu hipertensi sistolik dan diastolik (≥140/90mmHg), hipertensi sistolik (≥140mmHg), dan hipertensi diastolik (≥90mmHg). Analisis data deskriptif statistik dan regresi logistik menggunakan SPSS versi 20.0, dengan mempertimbangkan faktor pengganggu (suku, usia, status merokok, aktivitas fisik, pekerjaan, dan riwayat pendidikan) di dalam model regresi, dengan tingkat signifikansi α=0,05 dan interval kepercayaan 95%. Dari data WUS suku Minangkabau dan Sunda, median usia responden adalah 37 tahun, sebagian besar bekerja (65,8%), memiliki riwayat pendidikan rendah (61,4%), kebiasaan merokok rendah (4,44%) dan aktivitas fisik bervariasi, dominan pada kategori sedang (49,44%). Konsumsi kopi berhubungan dengan peningkatan risiko hipertensi sistolik dan diastolik pada WUS secara keseluruhan (p=0,035, OR=1,683). Konsumsi kopi berhubungan dengan peningkatan risiko hipertensi secara keseluruhan.

The prevalence of hypertension is continually increasing, and coffee consumption may also play a role in elevating the risk of hypertension. This research aims to examine the relationship between coffee consumption and the incidence of hypertension in women of childbearing age (WCA). The study was conducted at HNRC IMERI FKUI from September 2022 to June 2023, utilizing data from the main research of FKUI-SEAMEO RECFON (led by primary researcher Prof. Rina Agustina). This study is a cross-sectional study on WCA of Minangkabau and Sundanese ethnicities aged 19-50 years, spanning from September 2015 to October 2016. Coffee consumption was divided into two groups (consumers and non-consumers). Three categories of hypertension were considered: systolic and diastolic hypertension (≥140/90mmHg), systolic hypertension (≥140mmHg), and diastolic hypertension (≥90mmHg). Descriptive statistical data analysis and logistic regression were performed using SPSS version 20.0, considering confounding factors (ethnicity, age, smoking status, physical activity, occupation, and educational history) in the regression model, with a significance level of α=0.05 and a 95% confidence interval. From the data of Minangkabau and Sundanese WCA, the median age of respondents was 37 years, with the majority employed (65.8%), having a low educational background (61.4%), low smoking habits (4.44%), and varied physical activity, predominantly in the moderate category (49.44%). Coffee consumption was associated with an increased risk of both systolic and diastolic hypertension in WCA overall (p=0.035, OR=1.683). Coffee consumption was related to an overall increased risk of hypertension. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Nurul Hadi
"ABSTRAK
Latar belakang: Beberapa faktor kebiasaan pilot dapat mempengaruhi status kesehatannya.
Minum kopi merupakan salah satu faktor terjadinya prehipertensi pada pilot. Tujuan penelitian
ini ialah untuk mengetahui hubungan minum kopi dan faktor - faktor lainnya terhadap pre
hipertensi pada pilot sipil di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang menggunakan data skunder Survei kebiasaan makan, minum
dan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia 2016. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik
demografi, kebiasaan minum kopi, latihan fisik, indeks massa tubuh dan karakteristik
penerbangan Analisis menggunakan regresi Cox dengan waktu konstan. Pre hipertensi dikatakan
jika tekanan darah sistolik 120-139 mmhg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmhg.
Hasil: Dari 644 data yang pilot sipil yang dikumpulkan, sebanyak 570 Subyek yang memenuhi
kriteria, 427 orang (74,91%) dengan risiko hipertensi dan 143 orang (25,09%) dengan tekanan
darah normal. Subyek dengan kebiasaan minum kopi lebih dari 1 kali setiap hari dibanding
subyek dengan kebiasaan minum kopi kurang dari 1 kali setiap hari memiliki risiko sebesar 20%
untuk mengalami pre hipertensi. [rasio relatif suaian (RRa = 1,20; 95% CI = 1,06-1,37; p = 0,004
]. Subyek dengan usia 40-74 tahun dibanding subyek berusia 17-39 tahun memiliki risiko sebesar
19% untuk mengalami pre hipertensi (RRa = 1,19; 95% CI = 1,07-1,31; p = 0,001).
Simpulan. Kebiasaan minum kopi lebih dari 1 kali setiap hari (kandungan kafein 80-125 mg
satu kali minum) berisiko untuk mengalami pre hipertensi. Hal ini penting diketahui bagi pilot
agar bisa melaksanakan pola hidup yang sehat.

ABSTRACT
Background: Several factors can affect the pilot habit health status.Drinking coffee is one of the
risk factors of prehypertension in pilots.The purpose of this study was to determine the
relationship of coffee and a couple of other factors on prehypertension in civil pilot in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study using secondary data Survey eating habits, drinking and
physical exercise on a civilian pilot in Indonesia in 2016.
Data were collected on demographic characteristics, coffee drinking habits, physical exercise,
body mass index and flight characteristics analysis using Cox regression with constant time.
Prehypertension if the systolic blood pressure is said to be 120-139 mmHg and diastolic blood
pressure of 80-89 mmHg.
Results: Of the 644 civilian pilot data collected, a total of 570 subjects who met the criteria, 427
(74.91%) with the risk of hypertension and 143 (25.09%) with normal blood pressure. Subjects
with coffee drinking habits of more than 1 time per day than subjects with habitual coffee
consumption is less than 1 time per day had an increased risk of pre hypertension by 20%.
[Adjusted relative ratio (RRA = 1.20; 95% CI = 1.06 to 1.37; p = 0.004]. Subjects with age 40-74
years compared to subjects aged 17-39 years have an increased risk of pre hypertension by 19%
(RRA = 1.19; 95% CI = 1.07 to 1.31; p = 0.001).
Conclusions. Coffee drinking habits of more than 1 time per day(contains 80-125 mg caffein per
drink) are at risk for pre hypertension. It is important to know for pilots in order to carry out a
healthy lifestyle."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Rosemiarti
"Latar belakang: Kopi merupakan minuman yang populer di kalangan masyarakat dan dijadikan  bagian dari gaya hidup. Kafein dalam kopi merupakan salah sat zat aktif dan seringkali dianggap sebagai psikostimulan yang bekerja sebagai stimulan di sistem saraf pusat, sehingga dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, daya konsentrasi, dan alertness. Kebiasan minum kopi di kalangan pekerja serta manfaatnya merupakan hal yang perlu ditinjau lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati konsumsi kopi harian dan hubungannya dengan alertness dan kinerja harian di PT.X Jakarta. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel minimal 114 orang karyawan di PT X. Alertness dinilai melalui pengukuran waktu reaksi dengan alat lakassidaya dan konsumsi kopi dinilai dengan 7-days fluid record dimana responden mencatat konsumsi minuman selama 7 hari berturut-turut, sedangkan kinerja harian menggunakan kuesioner yang dicatat oleh responden secara mandiri. Hasil: Terdapat 121 responden yang melengkapi seluruh data dan dianalisis dalam penelitian ini dari sejumlah 135 responden yang direkrut pada awal penelitian. Sebanyak 57 orang (47,1%) adalah responden yang konsumsi kopi. Konsumsi kopi harian pada kelompok yang konsumsi kopi adalah sebesar 247 ml dengan asupan kafein sebanyak 72 mg/hari. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan alertness (OR (IK 95%) = 0,650 (0,288 – 1,467); p-value = 0,403) dan kinerja harian (OR (IK 95%) = 0,637 (0,263 – 1,546); p-value = 0,403). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan alertness dan kinerja harian,

Background: Coffee is a popular beverage among people and is part of their lifestyle. Caffeine in coffee is one of the active substances and is often considered a psychostimulant that works as a stimulant in the central nervous system, so it can help improve cognitive function, concentration, and alertness. The habit of drinking coffee among workers and its benefits are things that need to be reviewed further. The purpose of this study was to observe daily coffee consumption and its relationship with alertness and daily performance at PT.X Jakarta. Methods: The method used in this study was cross-sectional with a minimum sample size of 114 employees at PT X. Alertness was assessed through the measurement of reaction time with a lakassidaya tool and coffee consumption was assessed with a 7-days fluid record where respondents recorded beverage consumption for 7 consecutive days, while daily performance used a questionnaire recorded by respondents independently. Results: There were 121 respondents who completed all data and were analyzed in this study from a total of 135 respondents recruited at the beginning of the study. A total of 57 people (47.1%) were coffee-consuming respondents. Daily coffee consumption in the coffee consumption group was 247 ml with a caffeine intake of 72 mg/day. There was no association between coffee consumption and alertness (OR (95% CI) = 0.650 (0.288 - 1.467); p-value = 0.403) and daily performance (OR (95% CI) = 0.637 (0.263 - 1.546); p-value = 0.403). Conclusion: There is no significant relationship between coffee consumption and alertness and daily performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Rinjayani Arafani Irawan
"Kebutuhan kaum dewasa perkotaan Jakarta dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya mendorong pembentukan sebuah third place di ruang kota sebagai ruang ‘escape’. Kehadiran third place tersebut tidak lepas dari peran makanan dan minuman yang meningkatkan produktivitas sebuah ruang, khususnya third place. Skripsi ini membahas bagaimana pengaruh makanan dan minuman, khususnya kopi dalam pembentukan interaksi dan privasi di beberapa jenis tempat minum kopi yang berbeda, yaitu warung kopi dan kedai kopi franchise. Dari pengamatan yang dilakukan di masing-masing tempat didapatkan bahwa di kedua tempat tersebut menawarkan kualitas ruang third place sehingga mendorong terciptanya interaksi dan privasi yang menghasilkan sociopetal spacing dan sociofugal spacing dengan komposisi yang berbeda. Komposisi ruang sociopetal dan sociofugal tersebut merupakan hal yang potensial dalam menjawab kebutuhan akan ruang ‘escape’.
The needs of Jakarta’s adults to fulfill their psychological needs have encouraged the formation of third place in urban space as an escaping place. The presence of third place is strictly related to the role of food and beverage which increase the productivity of a space, especially in third place. This research discusses how the influence of food and beverage, especially coffee, in creating interaction and privacy in some types of different coffee places, such as warung kopi and franchise coffee shop. According to the surveys done in each places, both places provide the quality of third place which create interaction and privacy which also produce the sociopetal spacing and sociofugal spacing in different compositions. Those compositions are the potential things in answering the needs of escaping place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Jody Rusli
"Minuman kopi adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia setiap hari. Secangkir kopi dapat mengandung 80 – 100 mg kafein (1,3,7-trimethylxanthine), senyawa alkaloid purin yang bila dikonsumsi dapat merangsang sistem saraf pusat. Banyak konsumen kopi minum untuk efek saraf ini atau hanya untuk kesenangan pribadi. Namun, meminum kafein secara berlebihan atau mereka yang memiliki toleransi rendah terhadap kafein dapat menghadapi berbagai efek buruk seperti pusing, mual, susah tidur, dan banyak efek negatif pada wanita hamil. Untuk memungkinkan penggila kopi atau mereka yang memiliki toleransi rendah terhadap kafein untuk minum kopi, kopi decaf dibuat. Kopi decaf adalah kopi bebas kafein yang dihasilkan dari biji kopi hijau yang telah melalui proses dekafeinasi. Proses Dekafeinasi Air Swiss adalah pilihan utama penghilangan kafein karena tidak menggunakan bahan kimia apa pun dalam prosesnya. Senyawa kafein dihilangkan dari larutan kopi dengan adsorpsi menggunakan karbon aktif. Karbon aktif mengikat molekul kafein melalui fisisorpsi gaya van der Waals, menciptakan larutan media bebas kafein untuk proses dekafeinasi lebih lanjut. Karbon aktif dapat dibuat dari banyak bahan organik seperti kulit pisang. Kulit pisang yang telah diolah terlebih dahulu biasanya dikarbonisasi dan kemudian diaktifkan secara kimiawi. Pada penelitian ini dilakukan terlebih dahulu aktivasi kimia dengan ZnCl2, H2SO4, dan KOH pada larutan 6N, perbandingan karbon 3:1 pada suhu 85°C selama 3 jam. Karbon aktif kimiawi yang dihasilkan kemudian akan mengalami aktivasi termal pada 500°C selama 1 jam dengan aliran gas N2 ditetapkan pada 0,15 NL/menit. Karbon aktif yang dihasilkan memiliki perkiraan luas permukaan berdasarkan bilangan yodium sebesar 1228,76 m2/g untuk karbon aktif H2SO4, 1220,89 m2/g untuk karbon aktif ZnCl2 dan 1218,46 m2/g untuk karbon aktif KOH. Karakterisasi SEM dan EDS menghasilkan citra permukaan dan kandungan spesies karbon aktif yang dihasilkan dengan karbon aktif KOH yang memiliki struktur pori terbaik dan pengotor paling sedikit diantara ketiga sampel. Kafein diekstraksi dan larutan kopi yang dihasilkan dicampur dengan karbon aktif KOH konsentrasi 15% selama 1 dan 2 jam. Hasil HPLC menunjukkan bahwa setelah 2 jam, 99,4% kafein dihilangkan dari larutan ekstrak kafein baik Arabica maupun Robusta, sehingga membuktikan bahwa karbon aktif yang dibuat dari limbah kulit pisang efektif sebagai adsorben kafein untuk proses dekafeinasi.

Coffee drink is one of the world’s most consumed beverages on a daily basis. A cup of coffee may contain 80 – 100 mg of caffeine (1,3,7-trimethylxanthine), a purine alkaloid compound that when consumed, may stimulate the central nervous system. A lot of coffee consumer drink for this neuro effects or simply for personal enjoyment. However, drinking caffeine in excess or those with low tolerance to caffeine may face various adverse effects such as dizziness, nausea, insomnia, and many negative effects on pregnant women. To allow coffee enthusiast or those that has low tolerance to caffeine to drink coffee, decaf coffee is made. Decaf coffee is caffeine free coffee that is produced from green coffee bean that has gone through the decaffeination process. The Swiss Water Decaffeination process is the leading choice of caffeine removal as it does not use any chemicals in the process. Caffeine compounds are removed from the coffee solution by adsorption using activated carbon. Activated carbon binds the caffeine molecules through physisorption of the van der Waals’ forces, creating a caffeine-free medium solution for further decaffeination process. Activated carbon can be prepared from many organic materials such as banana peels. The banana peel that has been pretreated are usually carbonized and then chemically activated. In this study, chemical activation by ZnCl2, H2SO4, and KOH at 6N, 3:1 solution to carbon ratio at 85°C for 3 hours are conducted first. The resulting chemically activated carbon will then undergo thermal activation at 500°C for 1 hour with N2 gas stream set at 0.15 NL/min. The activated carbon produced are shown to have an estimated surface area based on iodine number equal to 1228.76 m2/g for H2SO4 activated carbon is, 1220.89 m2/g for ZnCl2 activated carbon and 1218.46 m2/g for KOH activated carbon. The SEM and EDS characterization produced images on the surface and species content of the activated carbon produced with KOH activated carbon having the best porous structure and least impurities among the three samples. Caffeine is extracted and the resulting coffee solution are mixed with 15% concentration KOH activated carbon for 1 and 2 hours. The HPLC results shows that after 2 hours, 99.4% of the caffeine are removed from both Arabica and Robusta caffeine extract solution, hence proving that activated carbon prepared from banana peel waste are effective as caffeine adsorbent for decaffeination process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuti Dahayu Desi Juwitasari
"Dinamika pola spasial memberikan kontribusi pada proses spasial yang nyata dalam aspek lingkungan ataupun budaya. Salah satu penerapan penggunaan konsep pola spasial adalah bidang perniagaan, di mana memiliki pergerakan unik pada tiap unitnya untuk memasarkan barang. Dalam penelitian ini, analisis pola spasial tertuju pada pedagang kopi keliling di daerah Senen, Jakarta Pusat. Para pedagang tersebut membentuk satu komunitas PKL yaitu Kampung Starling yang berdiri sejak tahun 2010 yang beranggotakan masyarakat suku Madura perantau dari Kabupaten Sampang. Suku Madura memiliki karakteristik dan caranya tersendiri dalam menentukan pergerakan aktivitas penjualan mereka, karena menentukan hasil penjualan mereka dari berbagai aspek. Hal inilah yang menyebabkan Kampung Starling menjadi homogen dan sangat jarang ada suku lain yang bergabung. Indikator yang menjadi pokok analisis dibagi menjadi dua jenis, yaitu karakteristik pedagang dan aktivitas pedagang. Indikator karakteristik terdiri dari usia, suku, hubungan kekerabatan dengan agen, lama waktu berdagang, serta pendapatan pedagang. Sementara indikator aktivitas terdiri dari rute, waktu, dan panjang rute berdagang. Penelitian ini memanfaatkan penggunaan metode deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Data primer didulang dari observasi dan wawancara mendalam para PKL. Data sekunder diambil dari dokumentasi. Pengolahan data melakukan klasifikasi dan pemetaan data terhadap transkripsi wawancara. Teknik dalam menganalisis data yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif melalui triangulasi data. Hasil dilaksanakannya riset ini membuktikan bahwa pola spasial yang berbeda di antara pedagang sebagian besar merupakan loyalitas pengamalan nilai-nilai kemaduraan yang senioritas, serta homogenitas suku memberi kemudahan dan kelancaran interaksi antara pedagang dan agen.

The dynamics of spatial patterns contributes to spatial processes in many environmental or cultural aspects. One application of the use of the spatial pattern concept is in the field of commerce, where each unit has a unique movement to market goods. In this study, spatial pattern analysis focuses on mobile coffee trader in Kecamatan Senen, Central Jakarta. These traders formed a community of street vendors, namely Kampung Starling, which was established in 2010 with members of the overseas Madurese community from Sampang Regency. The Madurese have their own characteristics and ways of determining the movement of their sales activities, thus determining their sales results from various aspects. This is what causes Kampung Starling to become homogeneous and it is very rare for other ethnic groups to join. The indicators that are the subject of analysis are divided into two types: characteristic of the traders and activity of the traders. Characteristic indicators consist of age, ethnicity, kinship with the agent, length of trading time, and trader's income, while activity indicators consist of routes, time, and length of trading routes. This research utilizes the use of a qualitative descriptive method through a case study approach. Primary data was obtained from observations and in-depth interviews with street vendors. Secondary data is taken from the documentation. Data processing performs classification and mapping of data against interview transcriptions. The technique used in analyzing the data is descriptive qualitative through data triangulation. The results of this research prove that the different spatial patterns among traders are mostly a form of loyalty to the tribal practice of seniority, and ethnic homogeneity provides ease and smoothness of interaction between traders and agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviana Tirtasari
"Hipertensi hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang besar di Indonesia, dimana sebesar 34,1% penduduk Indonesia usia >18 tahun menderita hipertensi. Saat ini mulai terjadi pergeseran populasi pada penderita hipertensi yang mulai sering ditemukan pada usia dewasa muda (18-34 tahun). Dimana wanita Indonesia memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi daripada pria (36,9%: 31,3%). Provinsi jawa barat yang mayoritas penduduknya merupakan suku Sunda, yang selama ini dikenal dengan kebiasaan hidup mereka yang sehat ternyata menempati peringkat kedua tertinggi untuk prevalensi hipertensi di Indonesia. Selain masalah hipertensi, nampaknya obesitas juga mengalami peningkatan prevalensi yang cukup signifikan di Indonesia dari yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 14,8% menjadi 21.8% pada tahun 2018 (Batlibankes, 2013; Batlibangkes, 2018). Hal ini yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tentang obesitas dan hipertensi pada wanita usia dewasa muda, suku Sunda. Penelitian ini memakai desain cross sectional dengan memakai data sekunder , yaitu: IFLS (Indonesian Family Life Survey) -5. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua wanita yang berusia 18-34 tahun bersuku Sunda yang menjadi responden dalam IFLS-5. Sehingga didapatkan sampel dalam penelitian ini sebesar 780 responden. Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi hipertensi pada wanita usia dewasa suku Sunda adalah sebesar 11,79% sedangkan prevalensi obesitasnya adalah 41,03%. Serta terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi sebesar 2,8 (95% CI, 1,8-4,3) setelah dikontrol dengan variabel usia.

Hypertension is still a major health problem in Indonesia, where 34.1% of Indonesia's population over 18 years suffer from hypertension. Currently there is a population shift in hypertensive patients who begin to be found frequently in young adults (18-34 years). Where Indonesian women have a higher prevalence of hypertension than men (36.9%: 31.3%). West Java province, which is predominantly Sundanese and has been known for their healthy living habits turned out to be the second highest in the prevalence of hypertension in Indonesia. In addition to hypertension problems, obesity also seems to experience a significant increase in prevalence in Indonesia from the previous year of 14.8% to 21.8% in 2018 (Batlibankes, 2013; Batlibangkes, 2018). This is the background study of obesity and hypertension in young adult Sundanese women. This study uses a cross sectional design using secondary data, namely: IFLS (Indonesian Family Life Survey) -5. The samples taken in this study were all Sundanese women aged 18-34 years who were respondents in IFLS-5. So that the sample in this study was 780 respondents. In this study the prevalence of hypertension in adult Sundanese women was 11.79% while the prevalence of obesity was 41.03%. And there is a relationship between obesity and hypertension of 2.8 (95% CI, 1.8-4.3) after being controlled by age variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahirania Sekarayu Astawan
"Latar Belakang Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebagai salah satu kondisi prediabetes berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur karena pengaruh kandungan serat dan antioksidan terhadap kesehatan pankreas dan metabolisme glukosa darah. Penelitian mengenai hubungan konsumsi buah citrus dan sayur merah-oranye dengan GDPT pada wanita usia subur (WUS) masih terbatas. Metode Penelitian analisis sekunder dari dataset penelitian potong lintang berjudul ‘Hubungan Asupan dan Status Gizi dengan Jumlah Mikrobiota dan Marker Metabolik pada Wanita Suku Minangkabau dan Sunda’ ini melibatkan 360 WUS yang dipilih melalui Population Proportional Sampling. Konsumsi buah citrus (jeruk) dan sayur merah-oranye (wortel dan tomat) diperoleh dari wawancara ahli gizi terlatih menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. Setelah berpuasa 12-14 jam, 10 ml darah WUS diambil dari vena fossa cubiti dan dimasukkan vacutainer EDTA. Glukosa darah puasa diukur menggunakan kolorimetri enzimatik dengan glukosa oksidase-fenol aminofenazon. Hasil Rerata usia WUS 36 tahun, mengonsumsi buah citrus saja 14,4%, sayur merah-oranye saja 21,4%, keduanya 57,8%, dan tidak keduanya 6,38%. Setelah dikontrol dengan aktivitas fisik dan indeks massa tubuh, konsumsi sayur merah-oranye berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT yaitu sebagai faktor protektif. (OR=0,403, p=0,043). Konsumsi buah citrus tidak berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT (p=0,138). Konsumsi keduanya tidak berhubungan bermakna dengan kejadian GDPT (p=0,655). Kesimpulan Konsumsi sayur merah-oranye mampu menurunkan risiko GDPT secara bermakna pada populasi WUS suku Minangkabau dan Sunda. Edukasi gizi disarankan untuk meningkatkan konsumsi sayuran tersebut dalam pola makan harian beraneka ragam.

Introduction Impaired fasting blood glucose (IFBG) as a prediabetes condition is associated with fruit and vegetable consumption because of the influence of fiber and antioxidant content on pancreatic health and blood glucose metabolism. Research on the relationship between consumption of citrus fruit and red-orange vegetables with IFBG in women of reproductive age (WRA) is still limited. Method This secondary analysis of research dataset entitled 'Relationship of Intake and Nutritional Status with the Number of Microbiota and Metabolic Markers in Minangkabau and Sundanese Women' involved 360 WRA who were selected using the Population Proportional Sampling. Consumption of citrus fruits (oranges) and red-orange vegetables (carrots and tomatoes) was obtained from interviews with trained nutritionists using Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire. After the subject fasted for 12- 14 hours, 10 ml of blood was taken from the cubital fossa vein, placed in EDTA vacutainer. Fasting blood glucose was measured using enzymatic colorimetry with glucose oxidase-phenol aminophenazone. Results The average age of WUS was 36 years, 14.4% consumed only citrus fruit, 21.4% only consumed red-orange vegetables, 57.8% both, and 6.38% neither. After controlling for physical activity and body mass index, consumption of red-orange vegetables was significantly related to the incidence of GDPT, namely as a protective factor. (OR=0.403, P=0.043). Consumption of citrus fruit was not significantly related to the incidence of GDPT (P=0.138). Consumption of both was not significantly related to the incidence of GDPT (P=0.655). Conclusion Consumption of red-orange vegetables can significantly reduce the risk of GDPT in the Minangkabau and Sundanese WRA populations. Nutrition education is recommended to increase consumption of these vegetables in their daily diverse diet."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Assetya Pratiwi
"Konsentrasi timbal melebihi baku mutu di perairan Kabupaten Gresik akibat limbah industri dapat menjadi risiko gangguan kesehatan kronis seperti hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pajanan timbal di air minum dan makanan terhadap kejadian hipertensi penduduk kawasan industri dan non industri. Penelitian ini menggunakan desain studi Public Health Assessment dan analisis spasial pada 1050 responden usia dewasa di Kabupaten Gresik. Data yang digunakan berupa data sekunder Riset Khusus Pencemaran Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2012. Tingkat risiko akibat pajanan timbal di air minum kawasan industri (RQrealtime:0,21039; RQlifespan:0,28690) memiliki kecenderungan berisiko lebih tinggi daripada kawasan non industri (RQrealtime:0,01692; RQlifespan:0,01692). Tingkat risiko tertinggi akibat pajanan timbal di makanan kawasan industri pada beras (RQrealtime:12,1544; RQlifespan:16,2481) sedangkan kawasan non industri pada jagung (RQrealtime:9,6615; RQlifespan:9,4970). Penduduk terpajan timbal tidak memenuhi syarat pada air minum memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan terpajan timbal memenuhi syarat (OR: 2,693 95%CI: 0,982-7,386) untuk mengalami kejadian hipertensi setelah dikontrol oleh variabel usia, jenis kelamin dan obesitas. Analisis spasial menunjukkan sebaran timbal di media lingkungan tidak memiliki pola persebaran tertentu.

Lead concentrations have been exceeded water quality standards in Gresik because of industrial waste could be a risk of chronic health problems such as hypertension. The objective of this study was to analyze lead exposure in drinking water and food with hypertension in population at industrial and non-industrial area. This design study of research was Public Health Assessment and spacial analysis on the 1050 adults at Gresik. Data used in the research was secondary data from Special Research Environmental Contamination of Agency for Health Research and Development in 2012. The average of risk quotient due to lead exposure in drinking water at industrial area (RQrealtime: 0.21039; RQlifespan: 0.28690) was higher than non-industrial area (RQrealtime: 0.01692; RQlifespan: 0.01692). The highest of risk quotient due to lead exposure at industrial area on food was rice (RQrealtime: 12.1544; RQlifespan: 16.2481) while at non-industrial area was corn (RQrealtime: 9.6615; RQlifespan: 9.4970). Respondent with not qualified lead exposure in drinking water had higher risk than respondent with qualified lead exposure in drinking water (OR: 2.693 95% CI: 0.982-7.386) to experience hypertension after being controlled by the variables of age, sex and obesity. Spatial analysis showed distribution of lead in environmental media did not follow the specific distribution pattern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Permata Sari Yahya
"Kebiasaan minum kopi dan kebiasaan merokok memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan tekanan darah. Pekerja yang merokok dan minum kopi lebih rentan terhadap hipertensi daripada pekerja yang tidak melakukannya. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi di DKI Jakarta lebih dari rata-rata nasional yaitu sebesar > 8,4%. Pekerja kantoran adalah salah satu kelompok yang memiliki proporsi kejadian hipertensi tinggi dibandingkan dengan jenis pekerja lainnya. Tenaga kerja yang mengalami hipertensi akan mengalami penurunan produktivitas sehingga menimbulkan kecelakaan kerja. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kopi, kebiasaan merokok, dan factor lainnya terhadap kejadian hipertensi. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 145 pekerja di Kementerian PUPR yang dipilih denan teknik accidental sampling, Data diperoleh pada bulan Mei 2024 melalui pengukuran antropometri, pengukuran tekanan darah, dan pengisian kuesioner. Sebesar 24,1% pekerja mengalami hipertensi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dengan usia (p = 0,026; OR = 2,471; 95% CI 1,1-5,4) dan status gizi (p = 0,045; OR = 2,518; 95% CI 1,1-6,0). Pekerja yang berusia ≥ 40 tahun berisiko 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang berusia < 40 tahun dan pekerja yang memiliki status gizi lebih memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang memiliki status gizi normal. Bagi pekerja diharapkan dapat melakukan konsultasi gizi dengan ahli gizi agar dapat mengetahui kebutuhan gizi dan pengaturan makan yang sesuai untuk mencegah atau menangani gizi lebih. Untuk pekerja yang berusia menjelang 40 tahun dapat melakukan kontrol rutin terkait tekanan darah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti kadar gula darah dan berat badan.

Coffee drinking habits and smoking habits have a significant relationship with increasing blood pressure. Workers who smoke and drink coffee are more susceptible to hypertension than workers who do not. Based on Riskesdas data in 2018, the prevalence of hypertension in DKI Jakarta is more than the national average, namely > 8.4%. Office workers are one group that has a high proportion of hypertension compared to other types of workers. Workers who experience hypertension will experience a decrease in productivity, causing work accidents. Therefore, this study aims to determine the relationship between coffee consumption, smoking habits, and other factors on the incidence of hypertension. This quantitative research used a cross-sectional design with a sample size of 145 workers at the Ministry of PUPR selected using accidental sampling technique. Data was obtained in May 2024 through anthropometric measurements, blood pressure measurements, and filling out questionnaires. 24.1% of workers experienced hypertension. The results of the analysis showed a relationship between hypertension and age (p = 0.026; OR = 2.471; 95% CI 1.1-5.4) and nutritional status (p = 0.045; OR = 2.518; 95% CI 1.1-6, 0). Workers aged ≥ 40 years have a risk 2.4 times higher than workers aged < 40 years and workers who have a higher nutritional status have a risk 2.5 times higher than workers who have a normal nutritional status. Workers are expected to be able to carry out nutritional consultations with nutritionists so they can find out nutritional needs and appropriate eating arrangements to prevent or treat overnutrition. Workers approaching 40 years of age can carry out routine control of blood pressure and the factors that influence it, such as blood sugar levels and body weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>