Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175671 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angelica Patricia Djaya Saputra
"Penuaan biologis mencerminkan kondisi kesehatan fisik yang sebenarnya karena menilai fungsi organ dan sistem tubuh yang sebenarnya pada setiap individu, berbeda dengan usia kronologis. Penelitian ini mengeksplorasi prediksi usia biologis menggunakan metode Support Vector Regression (SVR) dan Klemera-and-Doubal Method (KDM), yang berfokus pada pengaruh biomarker dan faktor eksternal pada proses penuaan. Pembangunan model memanfaatkan data pemeriksaan medis dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2011 dimana keterbaharuan dari penelitian ini adalah melibatkan semua fitur yang berperngaruh terhadap usia biologis, termasuk faktor eksternal, tidak hanya biomarker saja. Kemudian, dilakukan pemanfaatan seluruh dataset tanpa membedakan subjek sehat dan tidak sehat. Pada dataset dilakukan data preprocessing agar dataset siap digunakan dengan melakukan filtering usia di atas 30 tahun, pemisahan dataset pria dan wanita, menghapus fitur yang tidak relevan, mengubah tipe data yang tidak sesuai, mengidentifikasi dan melakukan penanganan missing value serta outliers, dan melakukan encoding untuk data beripe kategorikal. Kemudian, dilakukan feature selection dengan menggunakan Spearman’s rank Coefficient Corelation dan pembangunan model SVR dan KDM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpilih 5 fitur untuk pria dan 6 fitur untuk wanita yang digunakan untuk membangun model SVR dan KDM. KDM menunjukkan performa evaluasi yang cukup baik dalam interpretasi variasi data dengan skor performa RMSE 1,39; R2 0,97; dan Adjusted R2 0,97 untuk pria dan RMSE 1,00; R2 0,99; dan Adjusted R2 0,99 untuk wanita. Metode ini lebih unggul daripada SVR yang cenderung menunjukkan performa yang kurang memuaskan dimana memiliki skor performa RMSE 6,36; R2 0,44; dan Adjusted R2 0,36 untuk pria dan RMSE 5,90; R2 0,57; dan Adjusted R2 0,53 untuk wanita. Berdasarkan hasil analisis dari berbagai teknik analisis yang dilakukan (analisis evaluasi performa, analisis hubungan usia kronologis dengan usia biologis, dan analisis evaluasi dengan melihat pola hasil estimasi) terlihat bahwa metode KDM lebih unggul dalam memprediksi usia biologis dibandingkan dengan SVR, terutama dalam hal konsistensi dan akurasi. Selain itu, analisis hubungan setiap fitur dengan usia biologis untuk tiap model menggambarkan pengaruh fitur-fitur tersebut terhadap fungsi organ tubuh seseorang.

The biological aging reflects the actual physical health condition as it assesses the real function of organs and body systems in each individual, different from chronological age. This research explores the prediction of biological age using the Support Vector Regression (SVR) method and the Klemera-and-Doubal Method (KDM), focusing on the influence of biomarkers and external factors on the aging process. The model development utilized medical examination data from the Indonesian Ministry of Health in 2011, where the novelty of this research is involving all features that affect biological age, including external factors, not just biomarkers. Then, the entire dataset was utilized without distinguishing between healthy and unhealthy subjects. In the dataset, data preprocessing was performed to make the dataset ready to use by filtering ages above 30 years, separating datasets for men and women, removing irrelevant features, changing inappropriate data types, identifying and handling missing values and outliers, and encoding for categorical data. Subsequently, feature selection was conducted using Spearman's Rank Coefficient Correlation, and then the SVR and KDM models were built. The research results showed that 5 features for men and 6 features for women were selected to build the SVR and KDM models. KDM showed fairly good evaluation performance in interpreting data variations with performance scores of RMSE 1.39, R^2 0.97, and Adjusted R^2 0.97 for men and RMSE 1.00, R^2 0.99, and Adjusted R^2 0.99 for women. This method outperformed SVR, which tended to show less satisfactory performance with performance scores of RMSE 6.36, R^2 0.44, and Adjusted R^2 0.36 for men and RMSE 5.90, R^2 0.57, and Adjusted R^2 0.53 for women. Based on the analysis results from various techniques performed (performance evaluation analysis, analysis of the relationship between chronological age and biological age, and evaluation analysis by looking at the pattern of estimation results), it appears that the KDM method is superior in predicting biological age compared to SVR, especially in terms of consistency and accuracy. In addition, the analysis of the relationship of each feature with biological age for each model illustrates the influence of these features on the organ function of an individual."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Mazaya Fasya
"Penuaan merupakan kumpulan perubahan biologis pada tubuh manusia yang terjadi secara bertahap dan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit bahkan kematian. Hingga saat ini, usia kronologis menjadi indikator penuaan yang paling umum digunakan dalam dunia kesehatan. Akan tetapi, munculnya konsep usia biologis diyakini mampu memberikan pengukuran yang lebih akurat terkait penuaan pada manusia dibandingkan dengan usia kronologis. Usia biologis dipengaruhi oleh berbagai faktor yang disebut biomarker. Penelitian ini berfokus pada prediksi usia biologis berdasarkan usia kronologis dan fitur (biomarker) lainnya dengan memanfaatkan metode machine learning Extreme Gradient Boosting (XGBoost) dan Support Vector Regression (SVR). Dataset yang digunakan berupa data pemeriksaan medis oleh Kementerian Kesehatan RI. Pada dataset tersebut dilakukan data preprocessing, seleksi fitur menggunakan Spearman’s Rank Correlation Coefficient, dan pembangunan model. Model dievaluasi menggunakan metrik evaluasi pada model regresi yaitu Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination , dan Adjusted . Ketiga metrik ini masing-masing menghitung selisih nilai prediksi dengan nilai aktual dan menunjukkan seberapa baik variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen pada model. Dengan metode XGBoost diperoleh nilai RMSE 8,0560, 0,2894, dan Adjusted 0,2006 untuk data pria, serta RMSE 6,3851, 0,4252, dan Adjusted 0,3938 untuk data wanita. Dengan metode SVR, diperoleh RMSE 8,0697, 0,2870, dan Adjusted 0,1979 untuk data pria, serta RMSE 6,7147, 0,3643, dan Adjusted sebesar 0,3296. Metode XGBoost lebih unggul dalam memprediksi usia biologis baik pada model pria maupun wanita dibandingkan metode SVR. Usia kronologis dan biomarker (fitur) lainnya terkait kesehatan juga ditemukan berpengaruh positif terhadap usia biologis seorang individu.

Aging is a collection of biological changes in the human body that occur gradually and can increase the risk of disease and even death. Until now, chronological age is the most commonly used indicator of aging in the medical sector. However, the emergence of the concept of biological age is believed to be able to provide a more accurate measurement of aging in humans compared to chronological age. Biological age is influenced by various factors called biomarkers. This research focuses on predicting biological age based on chronological age and other features (biomarkers) by utilizing the Extreme Gradient Boosting (XGBoost) and Support Vector Regression (SVR) machine learning methods. The dataset used is medical examination data by the Indonesian Ministry of Health. Data preprocessing was performed on this dataset, followed by feature selection using the Spearman Rank Correlation Coefficient, and subsequent model development. The model is evaluated using evaluation metrics in the regression model, namely Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination , and Adjusted . These three metrics each calculate the difference between the predicted and actual values and indicate how well the dependent variable can be explained by the independent variables in the model. Using the XGBoost method, RMSE values were obtained of 8,0560, 0,2894, and Adjusted 0,2006 for male data, as well as RMSE 6,3851, 0,4252, dan Adjusted 0,3938 for female's data. Using the SVR method, RMSE 8,0697, 0,2870, and Adjusted 0,1979 were obtained for male data, as well as RMSE 6.7147, 0.3643, and Adjusted of 0,3296 for female's data. The XGBoost method demonstrates better performance in predicting biological age for both male and female models compared to the SVR method. Chronological age and other health-related biomarkers (features) were also found to have a positive impact on an individual's biological age."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayla Calista Ayal
"Usia biologis mengukur penuaan individu berdasarkan kondisi fisik dan fungsi organ. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk memprediksi usia biologis dengan berbagai metode, penerapan metode machine learning masih memiliki ruang untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian ini mengimplementasikan dua metode machine learning dengan pendekatan yang berbeda, yaitu metode Support Vector Regression (SVR) dan Light Gradient Boosting Machine (LGBM) dalam memprediksi usia biologis menggunakan data pemeriksaan medis Kementerian Kesehatan tahun 2011 yang mencakup 5960 subjek dan 41 fitur. Proses preprocessing meliputi penyaringan usia kronologis > 30 tahun, pemisahan data berdasarkan jenis kelamin, penanganan missing values dan outlier, serta data encoding. Feature selection menggunakan koefisien korelasi Spearman menghasilkan 8 fitur berbeda untuk setiap jenis kelamin. Data dibagi dengan 90% untuk pelatihan dan 10% untuk pengujian, serta dilakukan tuning hyperparameter menggunakan GridSearchCV. Penelitian ini menggunakan metrik RMSE dan adjusted R-squared, yang dipilih berdasarkan relevansinya dengan tujuan penelitian. Hasil menunjukkan LGBM lebih unggul dari SVR dengan RMSE 7,2064 tahun dan adjusted R-squared 33,36% pada pria, serta RMSE 7,1475 tahun dan adjusted R-squared 22,16% pada wanita. Analisis korelasi menunjukkan hubungan yang wajar antara usia biologis dan usia kronologis serta korelasi yang cukup antara usia biologis dengan biomarker tekanan sistolik dan status hipertensi pada pria, serta tekanan sistolik dan kolesterol pada wanita. Analisis korelasi menunjukkan hubungan signifikan antara usia biologis dengan usia kronologis dan beberapa biomarker. Secara keseluruhan, LGBM lebih efektif dalam memprediksi usia biologis dibandingkan SVR. Hasil dari penelitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membantu perusahaan asuransi menilai kelayakan klaim berdasarkan prediksi usia biologis, serta mendukung keputusan di bidang kesehatan preventif.

Biological age measures an individual's aging based on physical condition and organ function. Although numerous studies have been conducted to predict biological age using various methods, there is still room for further research in the application of machine learning techniques. This study implements two machine learning methods with different approaches, namely Support Vector Regression (SVR) and Light Gradient Boosting Machine (LGBM), to predict biological age using medical examination data from the Ministry of Health in 2011, covering 5960 subjects and 41 features. The preprocessing steps include filtering chronological age > 30 years, segregating data by gender, handling missing values and outliers, and data encoding. Feature selection using Spearman correlation coefficients resulted in 8 different features for each gender. The data was split into 90% for training and 10% for testing, with hyperparameter tuning performed using GridSearchCV. This study used RMSE and adjusted R-squared metrics, selected based on their relevance to the research objectives. The results show that LGBM outperformed SVR with an RMSE of 7.2064 years and an adjusted R-squared of 33.36% for men, and an RMSE of 7.1475 years and an adjusted R-squared of 22.16% for women. Correlation analysis revealed a significant relationship between biological age and chronological age, as well as a reasonable correlation between biological age and biomarkers such as systolic blood pressure and hypertension status in men, and systolic blood pressure and cholesterol in women. Overall, LGBM proved to be more effective in predicting biological age compared to SVR. The results of this study are expected to be applicable in everyday life, such as assisting insurance companies in evaluating claim eligibility based on biological age predictions, as well as supporting decision-making in preventive healthcare."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Hartini Kusumawijaya
"Penuaan adalah salah satu faktor utama resiko terjadinya penyakit dan kematian. Laju
penuaan individu dengan usia kronologis yang sama terbukti bervariasi. Maka dari
itu, muncul kebutuhan untuk alat pengukuran penuaan yang lebih akurat, robust, dan
dapat diandalkan dibandingkan usia kronologis, yakni usia biologis. Pada penelitian
ini, penulis membangun model menggunakan Metode Random Forest Regression (RF)
dan Metode Support Vector Regression (SVR) untuk memprediksi umur biologis pada
data pemeriksaan medis, menilai dan mengevaluasi hasil kinerjanya, serta melakukan
komparasi kinerja kedua metode. Terkait metode yang digunakan, Metode RF adalah
metode yang mengaplikasikan Teknik Ensemble Learning dengan cara menggabungkan
beberapa decision tree untuk menghasilkan prediksi. Sedangkan, Metode SVR adalah
metode yang berkerja dengan cara membangun hyperplane atau kumpulan hyperplane
dalam ruang berdimensi tinggi yang dapat digunakan untuk regresi linier atau nonlinier.
Dataset yang digunakan adalah data medis yang berasal dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Pada dataset dilakukan data preprocessing, yakni data diproses pada
aspek missing values handling, encoding, dan outliers detection and outliers handling.
Kemudian, dilakukan feature selection menggunakan Spearman’s Rank Correlation
Coefficient. Setelah itu, dilakukan pembangunan model dengan Metode RF dan model
dengan Metode SVR secara terpisah untuk masing - masing jenis kelamin. Terakhir,
performa model dievaluasi dan dibandingkan kinerjanya menggunakan metrik evaluasi
Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination (R2), Adjusted R2, dan
running time. Metode RF menggunakan hyperparameter terbaik {’max depth’: 15,
’n estimators’: 1150} untuk dataset pria, dan {’max depth’: 15, ’n estimators’: 1250}
untuk dataset wanita. Sedangkan, Metode SVR menggunakan hyperparameter terbaik
{’C’: 2,’epsilon’: 0,2, ’gamma’: ’scale’, ’kernel’: ’rbf’, ’tol’: 0,005} untuk dataset pria,
dan {’C’: 3, ’epsilon’: 0,2, ’gamma’: ’scale’, ’kernel’: ’rbf’, ’tol’: 0,005} untuk dataset
wanita. Metode RF memiliki kinerja yang cukup baik, dengan nilai RMSE = 7,532; R2
= 0,403; Adjusted R2 = 0,351; running time = 0,154 untuk pria dan RMSE = 6,889;
R2 = 0,340; Adjusted R2 = 0,264; running time = 0,179 untuk wanita. Selain itu, SVR
juga memiliki performa yang cenderung sama namun sedikit lebih buruk, dengan nilai
RMSE = 7,692; R2 = 0,376; Adjusted R2 = 0,321; running time = 0,035 untuk pria dan
RMSE = 6,905; R2 = 0,337; Adjusted R2 = 0,306; running time = 0,080 untuk wanita.
Berdasarkan analisis kinerja model yang dilakukan pada penelitian ini model yang
dibangun dengan Metode Random Forest Regression lebih unggul dalam memprediksi
usia biologis dibandingkan dengan Metode Support Vector Regression.

Aging is one of the main risk factors for disease and death. The aging rate of individ- uals of the same chronological age has been shown to vary. So therefore, a need arises for a more accurate, robust, and reliable aging measurement tool than chronological age, namely biological age. In this research, the author build a model using the Random For- est Regression (RF) Method and the Support Vector Regression (SVR) Method to predict biological age from patient clinical data, assess and evaluate the performance results, and compare the performance of the two models. Regarding the method used, the Random Forest Regression Method is a method that applies the Ensemble Learning Technique by combining several decision trees to produce predictions. Meanwhile, the Support Vector Regression Method is a method that works by building a hyperplane or collection of hy- perplane in high-dimensional space which can be used for linear or nonlinear regression. The dataset used is medical data originating from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. On the dataset, data preprocessing is carried out, namely the data is processed in the aspects of missing values handling, encoding, and outliers detection and outliers handling. Then, feature selection is carried out using Spearman’s Rank Correlation Co- efficient. After that, machine learning model using RF Method and machine learning model using SVR Method were created separately for each gender. Finally, the model performance is evaluated and its performance compared using evaluation metrics, namely Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination (R2), and Adjusted R2, as well as running time. The RF Method used best hyperparameters {’max depth’: 15, ’n estimators’: 1150} for the male dataset, and {’max depth’: 15, ’n estimators’: 1250 } for the female dataset. Meanwhile, the SVR Method used best hyperparameters {’C’: 2, ’epsilon’: 0.2, ’gamma’: ’scale’, ’kernel’: ’rbf’, ’toll’: 0.005} for the male dataset, and {’C’: 3, ’epsilon’: 0, 2, ’gamma’: ’scale’, ’kernel’: ’rbf’, ’toll’: 0.005} for female dataset. The result is that the model built using the RF Method has quite good performance, with an RMSE value of = 7.532; R2 = 0.403; Adjusted R2 = 0.351; running time = 0.154 for men and RMSE = 6.889; R2 = 0.340; Adjusted R2 = 0.264; running time = 0.179 for women. Apart from that, SVR also has performance that tends to be the same but slightly worse, with an RMSE value of = 7,692; R2 = 0.376; Adjusted R2 = 0.321; running time = 0.035 for men and RMSE = 6.905; R2 = 0.337; Adjusted R2 = 0.306; running time = 0.080 for women. Based on the model performance analysis carried out in this research, the model built using the Random Forest Regression Method is superior in predicting biological age compared to the Support Vector Regression Method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seon-Chil Kim
"In modern medicine, a radiation scans is an very important examination tool for making a diagnosis and subsequent treatment plan. Among the range of medical examinations, Computed tomography (CT) is being performed in an increasing number of cases and a CT scan uses the most radiation of any diagnostic exam. On the other hand, radiation protection during scanning is not typical for bodily regions other than those designated for examination. Therefore, the aim of this study was to develop a lead-free fused radiation shielding fiber (RSF) and to evaluate its effectiveness with a view to reducing radiation exposure to only the effective dose or less in a CT scan by means of a multilayer structural coating. A GE High Speed Advantage Spiral CT was used to conduct measurements using a FH-40G (Eberline, USA) proportional digital counter survey meter. In a brain CT scan, abdominal CT scan, and knee CT scan, two-way ANOVA was used to analyze the changes in radiation dosage and to examine the correlation based on body parts and thickness of the RSF. In addition, when significant results were obtained, a Duncan post hoc test was used to examine the difference depending on each condition. In the brain CT scan, the highest exposure to secondary radiation was measured in the chest, which was closest in distance. The use of a 3- mm shielding fiber resulted in a shielding effect of approximately 65% shielding effect compared to the initial exposure dose. In the abdominal CT scan, no exposure dose was detected in the head area, which had been shielded with the 3-mm shielding fiber. In a knee CT scan, 1-mm shielding fiber was sufficient to demonstrate a shielding effect. The RSF developed in this study may help reduce low-dose exposure to secondary X-rays, such as scattered rays."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2013
UI-IJTECH 4:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asnawi Yanto
"Terdapat dua macam perubahan faali yang terjadi dalam tu buh selama gerak badan. Pertama, perubahan faali yang terjadi akibat kerja fisik (exercise) dan kedua, perubahan faali yang terjadi secara bertahap dalam tubuh akibat latihan fisik (training) yang teratur. Beberapa peneliti melaporkan selama kerja fisik terjadi peningkatan kadar elektrolit serum, sedangkan latihan fisik dapat menyebabkan turunnya kadar elektrolit serum.
Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya pengaruh ker ja fisik dengan beban maksimal dan latihan fisik yang teratur selama 6 minggu terhadap kadar elektrolit serum, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan data yang bermanfaat dalam menentukan apakah perlu penambahan air atau elektrolit sesudah kerja fisik dan latihan fisik.
Telah dilakukan penelitian terhadap 10 atlit balap sepeda dari Pelatda DKI Jaya mengenai kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida, kalsium dan magnesium) yang dilakukan sebelum dan sesudah menjalani latihan fisik selama 6 minggu. Pemeriksaan kadar elektrolit serum baik sebelum maupun sesudah latihan fisik dilakukan masing-masing 4 kali, yaitu sebelum kerja fisik (menit ke 0), waktu melakukan kerja . fisik menggunakan ergosikel Monark dengan beban maksimal {150 watt) menit ke 5, saat kerja fisik maksimal dan waktu melakukan pemulihan aktif pada menit ke 20 sesudah kerja fisik maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kerja fisik dengan beban maksimal kadar natrium, kalium, korida, kalsium total dan magnesium total serum meningkat secara bermakna, se dangkan sesudah pemulihan aktif kadarnya menurun dan tidak berbeda lagi dengan kadar sebelum kerja fisik. Sesudah latihan fisik selama 6 minggu terjadi penurunan kadar semua elektrolit serum yang diperiksa, baik sebelum maupun sesudah latihan fisik menunjukkan pada perubahan kadar elektrolit serum yang hampir sama.
Melihat hasil pemeriksaan kadar elektrolit serum sesudah latihan fisik selama 6 minggu dan kurangnya ?intake? natrium, kalium, kalsium dan magnesium, penulis mengusulkan selama latihan fisik perlu penambahan air dan elektrolit terutama kalsium dan magnesium. Sedangkan sesudah kerja fisik dengan beban maksimal, tidak perlu penambahan air dan elektrolit.
untuk mengetahui apakah turunnya kadar elektrolit serum sesudah latihan fisik selama 6 minggu mengganggu peningkatan prestasi yang diharapkan, serta membuktikan kebenaran hipotesis turunnya kadar elektrolit serum karena kehilangan lewat keringat atau karena masuknya elektrolit ke dalam eritrosit dan sel otot yang sedang berkontraksi, penulis mengusulkan dilakukan penelitian lanjutan antara PKO Senayan dan Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM mengenal hal-hal tersebut. Di usulkan pula untuk melanjutkan penelitian serupa pada berbagai cabang olahraga yang lain untuk mengetahui apakah ada pola khusus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Zahra
"Penuaan adalah proses alami yang secara bertahap menurunkan kondisi fisik dan menyebabkan kemunculan berbagai penyakit, yang pada akhirnya dapat mengurangi rentang hidup makhluk hidup serta berujung pada kematian. Dalam konteks ini, usia biologis berperan sebagai indikator penting yang mampu mengevaluasi proses penuaan dan prediksi penyakit lebih efektif dibandingkan dengan usia kronologis. Hal ini dikarenakan usia biologis juga memperhatikan kondisi fisiologis individu, bukan hanya mengukur lamanya hidup seseorang sejak lahir. Penelitian ini berfokus pada proses penuaan alami yang tidak dipengaruhi oleh penyakit. Dengan demikian, model ini dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi individu yang jalur penuaannya menyimpang dari jalur penuaan yang sehat. Penelitian ini menggunakan metode Support Vector Regression dan Principal Component Analysis untuk memprediksi usia biologis berdasarkan biomarker klinis yang berkontribusi terhadap proses penuaan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data medis yang berasal dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada dataset, dilakukan data preprocessing yang meliputi pengubahan tipe data, penghapusan kolom yang tidak digunakan, penyaringan usia partisipan, pembentukan data sintetis, dan pemisahan dataset pria dan wanita. Selanjutnya, dilakukan feature selection, uji multikolinearitas, dan pembentukan model menggunakan metode Support Vector Regression dan Principal Component Analysis. Performa dari model yang dibentuk, dievaluasi menggunakan Root Mean Squared Error dan Coefficient of Determination. Untuk model yang menggunakan metode Support Vector Regression, didapatkan nilai RMSE = 5, 228 dan r2 = 0, 807 pada model pria, serta nilai RMSE = 1, 798 dan r2 = 0, 959 pada model wanita. Sementara itu, model yang menggunakan metode Principal Component Analysis didapatkan nilai RMSE = 6, 835 dan r2 = 0, 751 pada model pria dan nilai RMSE = 5, 35 dan r2 = 0, 874 pada model wanita. Berdasarkan analisis kinerja model yang dilakukan pada penelitian ini, model dengan metode Support Vector Regression lebih unggul dalam memprediksi usia biologis dibandingkan dengan metode Principal Component Analysis.

Aging is a natural process that gradually deteriorates physical condition and leads to the emergence of various diseases, ultimately reducing the lifespan of living beings and leading to death. In this context, biological age acts as an important indicator capable of evaluating the aging process and predicting diseases more effectively than chronological age. This is because biological age also considers an individual's physiological condition, not just measuring the length of time of person's life since birth. This research focuses on the natural aging process that is not influenced by disease. Thus, this model can be used as a tool to identify individuals whose aging path deviates from a healthy aging trajectory. This study uses Support Vector Regression and Principal Component Analysis methods to predict biological age based on clinical biomarkers that contribute to the aging process. The data used in this study are medical data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. In the dataset, data preprocessing is performed, which includes changing data types, removing unused columns, filtering participant ages, forming synthetic data, and separating datasets for men and women. Next, feature selection, tests of multicollinearity, and model formation using the Support Vector Regression and Principal Component Analysis methods are conducted. The model formed is evaluated using Root Mean Squared Error and Coefficient of Determination. For the model using the Support Vector Regression method, RMSE=5,228 and r^2=0,807 were obtained for the men model, while an RMSE=1,798 and r^2=0,959 were obtained for the women model. Conversely, for the model using the Principal Component Analysis method, an RMSE=6,835 and r^2=0,751 were obtained for the men model, and an RMSE=5,35 and r^2=0,874 for the women model. Based on the performance analysis conducted in this study, the model using the Support Vector Regression method outperforms the Principal Component Analysis method in predicting biological age."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Sifa
"Pemeriksaan kesehatan pranikah merupakan serangkaian tes yang harus dilakukan calon pengantin sebelum menikah untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada calon pengantin dan keturunannya kelak. Tidak semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik walaupun dalam keadaan sehat. Skripsi ini membahas kebijakan negara-negara yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan pranikah sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan. Ketentuan pemeriksaan kesehatan pranikah tiap negara juga berbeda-beda baik dalam kewajibannya juga rangkaian tes yang dilakukan. Penelitian ini adalah review literatur dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Indonesia masih jauh dari negara lainnya dalam pelaksanaan PHE, dibutuhkan evaluasi kebijakan sehingga dipatuhi dan berjalan lebih baik, meningkatkan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku kesehatan dalam masayarakat.

Premarital screening is defined as testing couples who are going to be married in order to prevent common genetic blood disease and infectious disease that may affect their next generation. Some people might look healthy but they might be a carrier for hereditary disease. This tresearch focused on policies concerning on premarital screening in Indonesia and other countries. The research uses Literature Review (LR) with descriptive approach. The result is PHE in Indonesia is still far from other countries implementation of PHE. Evaluation of PHE policy is needed to support PHE, ensure intervention health promotion to raise awareness and attitude of PHE."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levinson, Warren
Boston: McGraw-Hill, 2008
616.904 1 LEV r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Ajani
"Panjang badan lahir merupakan ukuran valid dalam memperlihatkan keterhambatan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan di awal trimester kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model prediksi dan faktor dominan yang memengaruhi panjang badan lahir bayi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis, laporan bagian kebidanan, dan laporan pertolongan persalinan ibu. Model prediksi panjang badan lahir yang diperoleh adalah z=-9,548 + 1,176 tinggi badan ibu + 0,942 berat badan pra hamil + 0,525 pertambahan berat badan selama kehamilan + 0,822 paritas + 1,25 usia gestasi + 0,315 status pekerjaan + 0,619 total kunjungan antenatal care + 0,952 jenis kelamin bayi. Dari model tersebut, usia gestasi ibu merupakan faktor dominan yang memengaruhi panjang badan lahir bayi, disusul oleh tinggi badan ibu dan jenis kelamin bayi setelahnya. Adapun faktor lain yang memengaruhi panjang badan lahir adalah berat badan pra hamil (BBpH), paritas, total kunjungan antenatal care (ANC), pertambahan berat badan (PBB) selama kehamilan, dan status pekerjaan. Dengan demikian, disarankan agar sektor terkait lebih meningkatkan fokus pada penurunan kejadian prematur melalui perbaikan BBpH dengan melaksanakan penyuluhan gizi seimbang pada remaja dan ibu pra-hamil di karang taruna dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), serta perbaikan PBB selama kehamilan melalui kunjungan ANC.

The focus of this study is internal training design at PT Aetra Air Jakarta. This research
is qualitative, the data were collected by literature study and interview. The result of this
study showing that internal training design at PT Aetra Air Jakarta include : a) training
calendar, b) training site, c) trainer, d) training method, e) training module, f) pre test
and post test, and g) training observer. There were include training need analysis and
training evaluation at PT Aetra Air Jakarta. The researcher suggest that should be
conduct sharing session for all unit managers in order to realize them to evaluating the
employees that finished their training program
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>