Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransisca Yohanna Priscilla
"Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan adalah adanya radikal bebas yang berperan dalam stres oksidatif. Glutation (GSH) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap kerusakan oksidatif dengan menangkal radikal bebas melalui elektron yang didonorkannya. Spirulina sp. merupakan antioksidan alami yang dapat meningkatkan kadar glutation. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina plantesis terhadap kadar glutation ginjal tikus. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 30 tikus wistar jantan dari berbagai usia (12, 18, dan 24 minggu) masing-masing terdiri dari kelompok spirulina dan kontrol, sehingga total 6 kelompok. Kadar GSH diuji dengan metode Elman. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA. Hasil Data menunjukkan kadar GSH pada ginjal tikus berusia 12 dan 18 minggu yang diberi ekstrak etanol spirulina lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tikus kontrol berusia 24 minggu memiliki kadar GSH yang jauh lebih tinggi daripada yang berusia 12 dan 18 minggu. Tidak terdapat perbedaan bermakna di antara usia yang berbeda pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol spirulina. Kesimpulan Pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap penundaan penuaan organ ginjal tampak lebih dominan khususnya di usia muda.

Introduction One of the causes of aging is the presence of free radicals which play a role in oxidative stress. Glutathione (GSH) plays a role in the body's defense mechanism against oxidative damage by removing free radicals through donating electrons. Spirulina sp. is a natural antioxidant that can increase glutathione levels. This study focused on determining the effect of administration of Spirulina plantesis ethanol extract on rat kidney glutathione levels. Method This study uses an experimental research design. The sample consisted of 30 male wistar rats of various ages (12, 18, and 24 weeks), with each consisting of spirulina and control groups, though the total was 6 groups. GSH levels were tested using the Elman method. Data analysis was performed by ANOVA test. Results Data showed that GSH levels in the kidneys of rats aged 12 and 18 weeks which were given spirulina ethanol extract were higher than the control group. Control mice aged 24 weeks had significantly higher levels of GSH than those aged 12 and 18 weeks. There were no significant differences between different ages in the group of mice given spirulina ethanol extract. Conclusion The effect of Spirulina platensis ethanol extract to delay the aging of the kidney organs was dominant especially at a young age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Oktavianto Makdasari
"Pendahuluan: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan penurunan fungsi fisiologis sel yang bersifat progresif dan ireversibel. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap proses penuaan yaitu stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi malondialdehid (MDA) pada suatu jaringan maupun organ. Spirulina platensis diketahui memiliki kandungan senyawa yang bersifat antioksidan dan berpotensi menurunkan tingkat stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap konsentrasi malondialdehid (MDA) pada jantung tikus berbagai kelompok usia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental in vivo. Sampel yang digunakan yaitu homogenat jaringan jantung tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok usia 12, 18, dan 24 minggu yang sebelumnya diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari. Kelompok kontrol dengan usia 12, 18, dan 24 minggu tidak diberikan suplementasi Spirulina platensis dan hanya diberikan aquabidest. Konsentrasi MDA pada homogenat jaringan jantung tikus diukur dengan menggunakan metode Will. Hasil: Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 12 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,034 nmol/mg protein) lebih rendah tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 12 minggu kontrol (0,039 ± 0,011 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 18 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,114 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 18 minggu kontrol (0,050±0,022 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 24 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,088 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 24 minggu kontrol (0,067 ± 0,031 nmol/mg protein). Kesimpulan: Suplement ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari cenderung menurunkan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 12 minggu; dan belum mampu memberikan efek penurunan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 18 dan 24 minggu.

Introduction: Aging is a biological process characterized by a progressive and irreversible decline in physiological cell functions. One of the factors contributing to the aging process is oxidative stress, indicated by an increase in the concentration of malondialdehyde (MDA) in tissues and organs. Spirulina platensis is known to contain antioxidant compounds and has the potential to reduce oxidative stress levels. This study aims to analyze the effect of administering ethanol extract of Spirulina platensis on the concentration of Malondialdehyde (MDA) in heart of rats of different age groups. Method: This research utilized an in vivo experimental study design. The samples used were homogenates of the heart tissues from male Wistar rats divided into age groups of 12, 18, and 24 weeks. Before the study, these rats were given supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days. The control groups of 12, 18, and 24-week-old rats were not given Spirulina platensis supplementation and were only administered with aquabidest. The MDA concentration in the homogenates of the rat heart tissues was measured using the Will’s method. Results: The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 12-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.034 nmol/mg protein) was insignificantly lower than the control group of 12-week-old rats (0.039±0.011 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 18-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.114 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 18-week-old rats (0.050±0.022 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 24-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.088 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 24-week-old rats (0.067±0.031 nmol/mg protein). Conclusion: The supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days tended to decrease the MDA concentration in 12-week-old male Wistar rats but did not show a reduction in MDA concentration in 18 and 24-week-old male Wistar rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Amelia Putri
"Latar Belakang Kerusakan lipid pada jaringan hati akibat proses peroksidasi oleh radikal bebas menghasilkan malondialdehid yang dapat digunakan sebagai parameter stres oksidatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, Spirulina dikenal sebagai antioksidan alternatif untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini akan mengetahui pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar malondialdehid jaringan hati tikus berbagai kelompok usia. Metode Penelitian eksperimental dengan mengukur kadar malondialdehid sebagai pertanda terjadinya stres oksidatif pada 30 jaringan hati tikus wistar jantan yang berasal dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan aquades berusia 12 minggu,18 minggu, dan 24 minggu, serta kelompok yang diberikan Spirulina platensis berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS. Hasil Rata – rata kadar malondialdehid pada kelompok tikus yang diberikan aquades tertinggi adalah kelompok usia 24 minggu (91,28 nmol/gram jaringan) dan terendah adalah kelompok usia 18 minggu (64,69 nmol/gram jaringan). Kadar malondialdehid setelah pemberian Spirulina platensis pada kelompok usia 12 minggu 0,96 kali lipat (p>0,05); usia 18 minggu 0,78 kali lipat (p<0,05); dan usia 24 minggu adalah 0,94 kali lipat (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan aquades. Kesimpulan Terjadi penurunan kadar malondialdehid pada usia tikus 12, 18, dan 24 minggu yang diberikan Spirulina platensis dibandingkan dengan aquades, meskipun hanya bermakna pada kelompok usia 18 dan 24 minggu.

Introduction Lipid damage in liver tissue due peroxidation process by free radicals produces malondialdehyde that used as a parameter of oxidative stress. Based on previous research, Spirulina is known as an alternative antioxidant to reduce free radicals. This research will determine the effect of giving Spirulina platensis on malondialdehyde levels in liver tissue of mice of various age groups. Method Experimental research measuring malondialdehyde levels as a sign of oxidative stress in 30 rat liver tissues from 6 groups, namely the group given aquades aged 12 weeks, 18 weeks and 24 weeks, and the group given Spirulina platensis aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks. Malondialdehyde levels were measured using the TBARS method. Results The highest average level of malondialdehyde in mice that given aquades was the 24 weeks age group (91.28 nmol/mg tissue) and the lowest was the 18 weeks age group (64.69 nmol/mg tissue). Malondialdehyde levels after administration of Spirulina platensis in the 12 weeks age group 0.96 times (p>0.05); age 18 weeks 0.78 times (p<0.05); and age 24 weeks was 0.94-fold (p<0.05) lower than the group given aquades. Conclusion There was a decrease in malondialdehyde levels in mice aged 12, 18 and 24 weeks who were given Spirulina platensis compared to aquades, although it was only significant in the 18 and 24 weeks age groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lawrentza Yunovka Mambaya
"Penuaan merupakan suatu proses hilangnya fungsi organ dan jaringan seiring bertambahnya usia yang sering dikaitkan dengan peningkatan kerentanan seseorang terhadap penyakit dan kematian. Salah satu faktor dari penuaan seluler yaitu stress oksidatif yang terjadi karena ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh yang menyerang struktur seluler, seperti membran, lipid, protein, lipoprotein, dan asam deoksiribonukleat. Spirulina platensis diketahui mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan manusia yaitu dalam antioksidan, peradangan, antitumor, dan peningkatan kekebalan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak etanol tanaman spirulina sebagai antioksidan terutama superoxide dismutase (SOD) untuk penanganan stres oksidatif yang juga mencegah penyakit kronik, terutama pada jaringan jantung. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimental in vivo. Penelitian menggunakan beberapa kelompok tikus berbeda usia, yaitu 12, 18, dan 24 minggu sebagai subjek penelitiannya yang diberikan ekstrak spirulina dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari secara oral menggunakan sonde ke lambung tikus dan kelompok tikus lainnya yang diberikan aquabides sebagai kelompok kontrol. Aktivitas SOD diukur dengan metode analisis kolorimetri WST-1. Hasil pengukuran menunjukkan aktivitas SOD yang lebih rendah pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol dengan p<0,05 (uji Kruskal-Wallis Post Hoc Mann-Whitney) pada kelompok usia 12 minggu, sedangkan p>0,05 pada kelompok 18 dan 24 minggu.Perbandingan antar kelompok kontrol dan antar kelompok perlakuan semuanya menunjukkan hasil yang bermakna p<0,05 (uji Kruskal-Wallis Post-Hoc Mann-Whitney U) kecuali hasil perbandingan antara kontrol 12 dan 24 minggu dengan p>0,05.

Aging is a process of loss of organ and tissue function with age that is often associated with increased susceptibility to disease and death. One of the factors of cellular aging is oxidative stress that occurs due to an imbalance between free radicals and antioxidants in the body that attack cellular structures, such as membranes, lipids, proteins, lipoproteins, and deoxyribonucleic acid. Spirulina platensis is known to have various benefits for human health, namely in antioxidants, inflammation, antitumor, and immune enhancement. Therefore, this study aims to examine the effect of ethanol extract of spirulina plant as an antioxidant, especially superoxide dismutase (SOD) for handling oxidative stress which also prevents chronic diseases, especially in heart tissue. The research design used was an in vivo experimental study. The study used several groups of rats of different ages, namely 12, 18, and 24 weeks as research subjects who were given spirulina extract at a dose of 200 mg/kgBW for 29 days orally using a sonde into the stomach of rats and another group of rats given aquabides as a control group. SOD activity was measured using the WST-1 colorimetric analysis method. The measurement results showed lower SOD activity in the treatment group compared to the control group with p<0.05 (Kruskal-Wallis Post Hoc Mann-Whitney test) in the 12-week group, while p>0.05 in the 18- and 24-week groups. Comparison between control groups and between treatment groups all showed significant results p<0.05 (Kruskal-Wallis Post-Hoc Mann- Whitney U test) except for the comparison results between the 12- and 24-week controls with p>0.05. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Lestari Suwardi
"Latar Belakang Stres oksidatif mendorong penuaan ginjal, yang mengakibatkan penurunan fungsi. Penuaan ginjal ditandai dengan peningkatan stres oksidatif, yang dapat diukur melalui aktivitas enzim SOD. Spirulina, kaya akan antioksidan, dapat mengurangi stres oksidatif. Studi ini meneliti efek Spirulina pada aktivitas superoksida dismutase di ginjal tikus untuk mengevaluasi potensinya dalam mengurangi penuaan ginjal. Metode Penelitian ini menggunakan desain eksperimen analitik dengan 30 tikus Wistar, yang dikategorikan menjadi kelompok kontrol dan Spirulina pada tiga kelompok usia (12, 18, dan 24 minggu). Kelompok Spirulina menerima Spirulina dengan dosis 250 mg/kg berat badan per hari secara oral melalui tabung lambung selama 29 hari. Ginjal tikus diekstraksi dan dihomogenisasi untuk menentukan aktivitas SOD. Hasil dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah. Hasil Dalam uji ANOVA satu arah, perbedaan signifikan ditemukan dalam aktivitas spesifik SOD antara kelompok Spirulina dan kontrol pada tiga kelompok usia yang berbeda (12, 18, 24 minggu) (p<0,05). Post-hoc Tukey menunjukkan bahwa aktivitas spesifik SOD pada kelompok Spirulina 24 minggu secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan perbedaan rata-rata sebesar 0,09, (p<0.05). Kesimpulan Spirulina secara signifikan memengaruhi aktivitas SOD, karena perbedaan diamati antara kelompok Spirulina dan kontrol di semua kategori usia. Selain itu, manfaat Spirulina berbeda di antara kelompok usia, karena variasi dalam aktivitas spesifik SOD di antara kelompok-kelompok ini signifikan. Oleh karena itu, Spirulina dapat digunakan untuk menghambat perkembangan penuaan pada ginjal.

Introduction Oxidative stress promotes renal aging, resulting in functional deterioration. The aging of kidneys is characterized by increased oxidative stress, which can be assessed by SOD enzyme activity. Spirulina, abundant in antioxidants, may mitigate oxidative stress. This study examines the effect of Spirulina on superoxide dismutase activity in the kidneys of rats to evaluate its potential in mitigating kidney aging. Method This research employed an analytical experimental design with 30 Wistar rats, categorised into control and Spirulina groups over three age cohorts (12, 18, and 24 weeks). The Spirulina group received 250 mg/kg body weight per day of Spirulina orally via a gastric tube for 29 days. Rat kidneys were extracted and homogenised to determine the SOD specific activity. The outcomes were evaluated using a one-way ANOVA. Results In the one-way ANOVA, significant differences were found in SOD specific activity between Spirulina and control groups across three different groups (12-, 18-, 24-weeks) (p<0.05). Post-hoc Tukey indicated that the SOD specific activity in the 24-weeks spirulina group is significantly lower than the control one with the highest mean difference of 0.09, (p<0.05). Conclusion Spirulina significantly affects SOD activity, as differences were observed between the Spirulina and control groups across all age categories. The benefits of Spirulina are different across age groups, as the variation in the SOD specific activity among these groups is significant. Therefore, Spirulina may be used to mitigate the advancement of kidney aging."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Hastuti Handayani S
"NF-κB berperan dalam keseimbangan mediator pro/anti inflamasi. Suplementasi S. platensis telah memperlihatkan efektivitasnya yang berdampak pada respons imunitas pada studi hewan dan manusia berumur tua yang sehat. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian S. platensis terhadap modulasi NF-κB dan regulasi TNF-α, COX-2 dan IL-10 pada tikus sehat. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok tikus Wistar jantan kelompok perlakuan umur 12, 18 dan 24 minggu yang diberikan ekstrak S. platensis dosis 200 mg/kgBB dan kelompok kontrol. Penelitian ini merupakan studi eksprimental in vivo menggunakan limpa tikus dan uji in silico. Metode ELISA sandwich, qRT-PCR dan uji penambatan molekuler digunakan pada penelitian ini. Ekspresi protein NF-κB umur 24 minggu lebih rendah dibandingkan kelompok 12 dan 18 minggu pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Ekspresi protein TNF-α dan COX-2 kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol semua umur. Ekspresi protein IL-10 kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol umur 12, 18 dan 24. Terdapat korelasi antara konsentrasi NF-κB dengan TNF-α (p<0,05, R=0,461) dan COX-2 (p<0,05, R=0,434). Senyawa aktif S. platensis yaitu phycocyanobilin, beta karoten dan alfa glucan diprediksi memiliki potensi sebagai inhibitor terhadap aktivasi NF-κB. Ekstrak etanol S. platensis memodulasi imunitas seluler dengan cara meningkatkan konsentrasi NF-κB diikuti penurunan TNF-α dan COX-2 serta peningkatan IL-10.

NF-κB plays a role in the balance of pro/anti-inflammatory mediators. Supplementation of S. platensis effectively impacts the immune response in animal studies and healthy elderly humans. This study aimed to analyze the administration of S. platensis on NF-κB modulation and regulation of TNF-α, COX-2, and IL-10 in healthy mice. This study used six groups of male Wistar rats aged 12, 18, and 24 weeks treated with 200 mg/kgBW of S. platensis extract and a control group. This research is an experimental in vivo study using mouse spleen and in silico test. The sandwich ELISA method, qRT-PCR, and molecular docking were used in this study. The expression of NF-κB protein at 24 weeks was lower than in the 12 and 18 week groups in the treatment and control groups. TNF-α and COX-2 protein in the treatment group were lower than in the control group of all ages. IL-10 level in the treatment group was higher than in the control group of all ages. There was a correlation between the concentration of NF-κB with TNF-α (p<0.05, R=0.461) and COX-2 (p<0.05, R=0.434). The active compounds of S. platensis, namely phycocyanobilin, beta carotene, and alpha glucan, are predicted as inhibitors of NF-κB activation. The ethanolic extract of S. platensis modulated cellular immunity by increasing the concentration of NF-κB, followed by a decrease in TNF-α and COX-2 and an increase in IL-10."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hibban Heldian
"Latar belakang: Prevalensi diabetes di dunia dan Indonesia tinggi. Gula darah yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan organ-organ. Obat diabetes harus digunakan dalam waktu lama sehingga membutuhkan biaya besar serta memiliki beberapa efek samping. Pengobatan diabetes menggunakan daun Ficus carica menjadi alternatif potensial dalam pengobatan diabetes karena mudah didapatkan dan memiliki efek antidiabetes dan antioksidan, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya dalam pencegahan komplikasi diabetes. Penelitian ini menelusuri hubungan ektrak etanol daun Tin terhadap pencegahan komplikasi diabetes dilihat dari kerusakan yang terjadi pada sel Langerhans pankreas dan Tubulus ginjal. Metode: Tikus Wistar jantan dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif (metformin), dan tiga kelompok daun Tin (200 mg/KgBB, 400 mg/KgBB, 800 mg/KgBB), semuanya diinduksi dengan Streptozotocin (STZ) dosis tunggal 40 mg/KgBB kecuali kelompok normal. Setelah 4 minggu, dilakukan terminasi tikus untuk diambil organnya. Pengamatan histologi menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (H&E) dilakukan untuk mengamati kerusakan sel Langerhans pankreas, mengamati ukuran, jumlah, dan sel dominan, serta tubulus ginjal, mengamati dilatasi dan nekrosis. Selanjutnya dikelompokkan menjadi tidak ada kerusakan, kerusakan kecil, kerusakan sedang, dan kerusakan berat. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada semua kelompok tikus baik pada kerusakan pankreas (p=0,239), kerusakan terkecil Tin 800 mg/KgBB, maupun ginjal (p=0,116), kerusakan terkecil Tin 400 mg/KgBB. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun Tin tidak memberikan efek penurunan yang berbeda pada kerusakan pankreas tikus, kerusakan paling kecil pada Tin 800 mg/KgBB, dan ginjal tikus, kerusakan paling kecil pada Tin 400 mg/KgBB.

Introduction: The diabetes prevalence in the world and Indonesia is high. Blood sugar that is’t controlled will cause complications, organ damage. Diabetic drugs must be used for a long time, hence it will cost a lot and have several side effects. Treatment of diabetes using Ficus carica leaves is a potential alternative treatment of diabetes because it is easy to obtain and has anti-diabetic and antioxidant effects, but further research is still needed to determine its effectiveness in preventing diabetes complications. This study explores the relationship of ethanol extract of tin leaves to the prevention of diabetes complications, the damage that occurs in pancreatic Langerhans cells and kidney tubules. Method: Male Wistar rats were divided into six groups consisted of normal group, negative control, positive control(metformin), and three groups of tin leaves (200 mg/KgBW,400 mg/KgBW,800 mg/KgBW), which were induced with Streptozotocin (STZ) single dose of 40 mg/Kg BW except the normal group. After 4 weeks, the rats were terminated for their organs. Histological Hematoxylin Eosin (H&E) staining were carried out to observe damage to pancreatic Langerhans cells, observe size, number, and predominant cells, as well as renal tubules, observe dilatation and necrosis, grouped into no damage, minor damage, moderate damage, and heavy damage. Result: There were no statistically significant differences found in all groups of rats, both in pancreatic damage (p=0.239), the smallest damage in the 800 mg/KgBW fig group, and in the kidney (p=0.116), the smallest damage in the 400 mg/KgBW fig group. Conclusion: Ethanol extract of fig leaf did not give a different reduction effect on pancreatic damage, the smallest damage was in the 800 mg/KgBW Tin group, and the rat kidney damage, the smallest damage was in the 400 mg/KgBW Tin group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"ABSTRAK
Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif.
Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan.
Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.

ABSTRACT
Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells.
Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured.
Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>