Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152024 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Meifika Fathiyani
"Rumah sakit merupakan tempat layanan kesehatan yang memiliki karakteristik multi profesi dan multi faktor risiko. Sehingga diperlukannya sistem yang dapat melindungi keselamatan pasien di RS. Salah satu sistem yang digunakan adalah pelaporan insiden keselamatan pasien. Pelaporan insiden dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dalam mencapai keselamatan pasien, sehingga perbaikan sistem dan pembuatan desain ulang pelayanan kesehatan dapat dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaporan insiden keselamatan pasien di RSUD Kota Serang tahun 2021. Penelitian menggunakan mix methode embedded design. Sampel berjumlah 110 responden untuk penelitian kuantitatif dan 7 responden untuk penelitian kualitatif. Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, persepsi, motivasi, teamwork, team leadership, budaya organisasi, pelatihan dan kepemimpinan dengan pelaporan insiden keselamatan pasien (p-value>0,05). Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa pelaporan inpatient safety incidentsiden tidak terjadi karena masih kurangnya pengetahuan responden mengenai insiden yang harus dilaporkan, dan dibutuhkannnya dukungan teamwork, dan team leadership dalam unit, serta adanya respon yang menghukum membuat responden enggan untuk melakukan pelaporan. Proporsi responden yang tidak pernah melakukan pelaporan IKP 79,2% memiliki pengetahuan rendah, 83,6% memiliki persepsi rendah, 83,3% memiliki motivasi rendah, 82,8% memiliki teamwork rendah, 85,5% belum mendapatkan pelatihan pealporan IKP dan 81,0% memiliki kepemimpinan rendah. Berdasarkan data tersebut, kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan pegawai perlu dilaksanakan secara rutin dan continue, serta dibutuhkan sistem yang dapat mengawasi dan melakukan kontrol di setiap uni agar insiden dapat termonitor dan dilaporkan.

The hospital is a place of health service that has multi-professional characteristics and multi-risk factors. So we need a system that can protect patient safety in hospitals. One of the systems used is reporting. Incident reporting is needed to evaluate in achieving patient safety, so that system improvements and redesign of health services can be carried out.
This study aims to analyze the factors related to the reporting of patient safety incidents at the Serang City Hospital in 2021. The study uses a mix method embedded design. The sample is 110 respondents for quantitative research and 7 respondents for qualitative research. Thetest Chi-Square showed that there was no relationship between knowledge, perception, motivation, teamwork, team leadership, safety culture and leadership with patient safety incident reporting (p-value> 0.05). Qualitative research shows that incident reporting does not occur due to the respondent's lack of knowledge about incidents that must be reported, and the need forsupport teamwork, and team leadership within the unit, as well as a punitive response that makes respondents reluctant to report. The proportion of respondents who have never reported IKP 79.2% have low knowledge, 83.6% have low perception, 83.3% have low motivation, 82.8% have teamwork low, 85.5% have not received training on IKP reporting and 81.0% have low leadership. Based on these data, activities that can increase employee knowledge need to be carried out regularly and continuously, and a system that can monitor and control each unit is needed so that incidents can be monitored and reported."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidarta Sagita
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien oleh dokter dan Komite Mutu Keselamatan Pasien Manajemen Risiko (KMKPMR) di RS Permata Depok tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien di RS Permata Depok tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah kualitatif menggunakan case study dengan metode wawancara mendalam, telaah data sekunder dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, pengetahuan tentang pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien, kerja rangkap, komunikasi, pengambilan keputusan dan penghargaan berhubungan dengan faktor pencatatan insiden keselamatan pasien oleh dokter, sedangkan pengalaman kerja, komunikasi dan penghargaan berhubungan dengan faktor pelaporan insiden keselamatan pasien oleh KMKPMR.

The aim of this research is to identify the supporting and inhibiting factors relating to the recording and reporting the incidence of patient's safety at Permata Depok Hospital in 2017. Type of research is qualitative using case studies with in-depth interview, secondary data review and document review.
The results of this study are work experience, knowledge, work load, communication, decision making and reward related to the factors of recording the incidence of patient's safety by the doctors, while work experience, communication and reward are related the factors of reporting the incidence of patient's safety by The Hospital Committee of Patient Safety.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidarta Sagita
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien oleh dokter dan Komite Mutu Keselamatan Pasien Manajemen Risiko KMKPMR di RS Permata Depok tahun2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien di RS Permata Depok tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah kualitatif menggunakan case study dengan metode wawancara mendalam, telaah data sekunder dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, pengetahuan tentang pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien, kerja rangkap, komunikasi,pengambilan keputusan dan penghargaan berhubungan dengan faktor pencatatan insiden keselamatan pasien oleh dokter, sedangkan pengalaman kerja, komunikasidan penghargaan berhubungan dengan faktor pelaporan insiden keselamatan pasienoleh KMKPMR.

The aim of this research is to identify the supporting and inhibiting factors relating to the recording and reporting the incidence of patients safety at Permata Depok Hospital in 2017. Type of research is qualitative using case studies with in depthinterview, secondary data review and document review.
The results of this studyare work experience, knowledge, work load, communication, decision making andreward related to the factors of recording the incidence of patients safety by the doctors, while work experience, communication and reward are related the factorsof reporting the incidence of patient rsquo s safety by The Hospital Committee of Patient Safety.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frandy Sinatra Surbakti
"Budaya keselamatan dapat dilihat sebagai bagian dari keseluruhan budaya organisasi yang menggambarkan nilai-nilai atau keyakinan bersama dari individu dan kelompok dalam suatu organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggotanya yang akan berdampak pada sikap dan perilaku terkait dengan peningkatan atau penurunan risiko. Iklim keselamatan adalah model yang menggambarkan budaya keselamatan kerja berdasarkan persepsi pekerja, baik sebagai individu, anggota kelompok/unit kerja maupun sebagai anggota organisasi perusahaan pada suatu waktu.
Penelitian tesis ini menganalisis iklim K3 pada PT.XYZ yang merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas alam. Data perusahaan menunjukkan terjadi 16 kasus recordable injury (RI) pada tahun 2019, 9 kasus RI pada tahun 2020 dan 2 kasus RI sampai dengan 31 Agustus 2021 yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran, kewaspadaan serta kelalaian. Survei iklim budaya K3 pada PT. XYZ dilakukan untuk mendapatkan potret terkini, menganalisis kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja.
Studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif serta metode penelitian Iklim K3 dipergunakan dengan menyebar survei kuisioner melalui Google Form dengan pemilihan sampel bersifat proporsional cluster random sampling yang melibatkan 322 responden.
Hasil survei menunjukkan nilai rata-rata iklim K3 perusahaan adalah 4.12 pada skala 1-5 dengan nilai rata-rata pada masing-masing variabel >3.75 menunjukkan bahwa pekerja mempersepsikan bahwa nilai keselamatan sudah terinternalisasi dengan optimal baiik sebagai individu, kelompok dan organisasi. Fokus perbaikan pada variabel kelompok yang memiliki 2 subvariabel dibawah nilai rata-rata. Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok status pekerja (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) dan kelompok lokasi kerja (Management Commitment p-value 0.018).

Safety culture can be seen as part of the overall organizational culture that describes the shared values ​​or beliefs of individuals and groups within an organization that influence the attitudes and behavior of its members which will have an impact on attitudes and behaviors related to increasing or decreasing risk. Safety climate is a model that describes a work safety culture based on the perception of workers, either as individuals, members of groups/work units or as members of a company organization at certain time.
This thesis research analyzes the OHS climate at PT. XYZ, an oil and natural gas exploration and production company. Company data shows that there were 16 recordable injury (RI) cases in 2019, 9 RI cases in 2020 and 2 RI cases up to 31 August 2021 which were caused by lack of awareness, vigilance and complacency. OHS climate survey at PT. XYZ is carried out to get the latest OHS climate portrait, analyze weaknesses and provide recommendations for improvement to decrease the accidents.
A cross-sectional study with a quantitative approach and research methods on OHS Climate was used by distributing questionnaires survey via Google Form and sample selection by proportional cluster random sampling involving 322 respondents.
The survey results show that the average value of the company's OHS climate is 4.12 on a scale of 1-5 and average value for each variable >3.75 indicating that workers perceive that safety values ​​have been optimally internalized as individuals, groups and organizations. The focus of improvement is on group variables which have 2 sub-variables below the average value. There was a significant difference in worker status group (Supportive Environment p-value 0.048, Involvement p-value 0.001) and work location group (Management Commitment p-value 0.018).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rahman
"Blueprint pengelolaan energi nasional tahun 2006 – 2025, Indonesia sedang menuju kearah mandiri energi dimana negara akan hadir dalam penyediaan energi dengan harga wajar bagi masyarakat. Pada tahun 2018 lalu, pemerintah melalui rencana usaha penyediaan tenaga listrik hingga 2025 mendatang berencana menambah kapasitas pembangkit listrik hingga 56.024 MW. PT Indonesia Power merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yang bergerak dibidang pembangkitan tenaga listrik. PT Indonesia Power juga merupakan perusahaan pembangkit  listrik terbesar di  Indonesia. Dalam mengelola aset pembangkit, PT Indonesia Power menerapkan kebijakan risk management secara terintegrasi. Namun, hingga saat ini belum ada kajian ataupun kebijakan yang menganalisa faktor-faktor keselamatan bangunan gedung pembangkit. Dalam melakukan assessment keselamatan bangunan gedung terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Diantaranya yaitu ISRS 7th, NFPA 5000, dan Permen PU 29 tahun 2006. Berdasarkan hasil analisa metode assessment didapatkan tingkat kesesuaian masing- masing metode adalah 88,8% untuk ISRS 7th, 44,4% untuk NFPA 5000:2018, dan 77,7% untuk Permen PU 29 tahun 2006. Didapatkan pula bahwa metode assessment yang sesuai untuk diterapkan pada instalasi pembangkit listrik merupakan kombinasi dari 3 metode assessment tersebut

In the 2006-2025 national energy management blueprint, Indonesia is moving towards energy independence where the state will be present in providing energy at a reasonable price for the community. In 2018, the government, through a business plan to provide electricity until 2025, plans to increase power generation capacity to 56,024 MW. PT Indonesia  Power  is a  subsidiary  of  PT PLN (Persero)  which is engaged  in power generation.  PT  Indonesia  Power  is  also  the  largest  power  generation  company in Indonesia. In managing generator assets, PT Indonesia Power implements an integrated risk management policy. However, until now there has been no study or policy that analyzes the safety factors of power plant buildings. In conducting a building safety assessment, there are several methods that can be used. Among them are ISRS 7th, NFPA 5000, and Permen PU 29 of 2006. Based on the results of the analysis of the assessment method, it was found that the level of conformity of each method was 88.8% for ISRS 7th, 44.4% for NFPA 5000:2018, and 77.7 % for Minister of Public Works Regulation 29 of 2006. It was also found that the appropriate  assessment method to be applied to power plant installations is a combination of the 3 assessment methods"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Motivasi
"Masalah kesehatan dan keselamatan kerja di bengkel pembuatan alas kaki diakibatkan oleh lemahnya manajemen risiko, sehingga dibutuhkan pengkajian risiko dalam rangka pengelolaan risiko. Penelitian ini berisi analisis risiko kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel Pembuatan Alas Kaki Tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat risiko kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap tahapan proses produksi alas kaki. Penilaian risiko menggunakan metode W.T. Fine yaitu dengan menganalisis nilai konsekuensi, pajanan dan kemungkinan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang dimiliki pada setiap langkah kerja meliputi level very high yaitu bahaya kimia, level priority 1 yaitu bahaya ergonomi dan bahaya mekanik, level substantial yaitu desain kerja (housekeeping), level priority 3 yaitu bahaya kinetik dan acceptable yaitu bahaya psikososial.

Occupational health and safety problems in small and medium enterprises are caused by lack of risk management. This research aimed to assess the OHS risk level at five small shoes industries. Risk assessment was done by implementing W.T Fine method to analyze risk level by scoring the level of probability, exposure and consequence.
This study found that the risk of chemical hazard (solvent vapor from glue) was very high; the risk of ergonomic and mechanical hazard were categorized as priority 1, the risk of poor housekeeping was substantial; the risk of kinetic hazard was priority 3; and the risk of psychosocial hazards was acceptable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septa Ryan Ellandi
"Keselamatan pasien di rumah sakit masih menjadi isu krusial yang mendunia, karena rumah sakit merupakan institusi jasa pelayanan yang mengupayakan kesembuhan pasien. Maka keselamatan pasien menjadi suatu keniscayaan, diharapkan tidak terjadi insiden keselamatan pasien (zero insiden). Salah satu cara untuk mengendalikan peningkatan angka insiden di rumah sakit adalah dengan memanfaatkan sistem pelaporan. Penelitian ini membahas mengenai gambaran pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia beserta faktor-faktor yang memengaruhinya, ditinjau dari faktor individu, organisasi, dan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah didapatkannya informasi mengenai faktor-faktor yang brpengaruh terhadap pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan basis data Garuda Kemendikbud, Rama Kemendikbud, Directory of Open Acces Journals (DOAJ), Library UI, Science Direct, PubMed, ProQuest, dan Scopus. Hasil penelitian didapatkan bahwa rumah sakit di Indonesia sudah memiliki regulasi yang mengatur mengenai pelaporan insiden kselamatan pasien. Sistem pelaporan yang digunakan masih berbasis manual, dan praktik pelaporan belum bisa dikatakan sukses karena masih adanya budaya menghukum, jaminan kerahasiaan pelapor masih diragukan, pelaporan belum tepat waktu, dan umpan balik masi minim. Dari hasil penelitian juga diperoleh faktor yang dapat memengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit adalah faktor individu (pengetahuan, ketakutan, beban kerja, dan motivasi), faktor organisasi (umpan balik, sistem pelaporan, kerahasiaan, sosialisasi dan pelatihan, serta budaya keselamatan), dan faktor pemerintah dalam hal kebijakan.

Patient safety in hospitals is still a crucial issue worldwide, because hospitals are service institutions that seek to cure patients. So patient safety becomes a necessity, it is hoped that there will be no patient safety incidents (zero incidents). One way to control the increasing number of incidents in hospitals is to utilize a reporting system. This study discusses the description of patient safety incident reporting in hospitals in Indonesia and the factors that influence it, in terms of individual, organizational, and government factors. The purpose of this study was to obtain information about the factors that influence the reporting of patient safety incidents in hospitals in Indonesia. This study uses a literature review method with the Garuda Ministry of Education and Culture database, Rama Kemendikbud, Directory of Open Acces Journals (DOAJ), UI Library, Science Direct, PubMed, ProQuest, and Scopus. The results showed that hospitals in Indonesia already have regulations governing patient safety incident reporting. The reporting system used is still manual-based, and reporting practices cannot be said to be successful because there is still a punitive culture, guarantees for the confidentiality of whistleblowers are still in doubt, reporting is not timely, and feedback is still minimal. From the results of the study, it was also found that the factors that can affect the reporting of patient safety incidents in hospitals are individual factors (knowledge, fear, workload, and motivation), organizational factors (feedback, reporting systems, confidentiality, socialization and training, and safety culture), and government factors in terms of policy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliek Sulistyowardani
"Tesis ini membahas faktor manusia yang berperan dalam insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini terdapat 3 variabel yang berhubungan signifikan dengan insiden keselamatan pasien yaitu: pengawasan kurang memadai (P value 0,012 dengan OR 0,28), manajemen sumber daya (P value 0,004 dengan OR 3,85) dan proses operasional (P value 0,019 dengan OR 3,29). Peran organisasi sangat penting dalam mengurangi insiden keselamatan pasien agar tercapai peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hasil penelitian menyarankan bahwa pentingnya faktor manusia dalam insiden keselamatan pasien di rumah sakit maka perlu ditingkatkan pelatihan kepada tenaga kesehatan tentang insiden keselamatan pasien sesuai dengan kebutuhan rumah sakit yang dilakukan secara berkesinambungan serta diperlukan peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam membina rumah sakit di wilayahnya.

This thesis discusses human factors that play a role in the incidence of patient safety in hospitals. This research is quantitative research with cross sectional design. Human factors play an important role in the incidence of patient safety. The results of this study are 3 variables that are significantly related to the incidence of patient safety, namely: inadequate supervision (P value 0.012 with OR 0.28), resource management (P value 0.004 with OR 3.85) and operational processes (P value 0.019 with OR 3.29). The role of the organization is very important in reducing the incidence of patient safety in order to achieve improved quality of health services in hospitals. The results of the study suggest that the importance of human factors in the incidence of patient safety in hospitals requires training of health workers on incidents of patient safety in accordance with hospital needs and the role of the Provincial Health Office in fostering hospitals in the region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Fernanda
"Di Indonesia peti kemas mulai berkembang penggunaannya karena dalam fungsinya untuk mengemas dapat dipakai berulang kali dan kemudahan dalam operasionalnya. Didalam menggunakan peti kemas maka diperlukan fasilitas penunjang yaitu terminal peti kemas yang berfungsi untuk pendistribusian dan juga untuk penampungan. Di dalam operasional terminal peti kemas risiko keselamatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen risiko untuk mengendalikan risiko-risiko tersebut agar dapat dihindari atau dampaknya bias diminimalisir. Manajemen risiko ini dimulai dengan mengidentifikasi secara umum risiko yang ada serta menganalisis dampak umum dan penyebab umum dari risiko tersebut. Standar khusus yang digunakan untuk manajemen keselamatan dalam kerja adalah Standar IMO yaitu Formal Safety Assesment. Di dalam peniliaian risiko ini digunakan sebuah metode yaitu menggunakan matriks risiko yang berisi nilai- nilai dari sebuah risiko itu sendiri. Risiko yang mendapatkan nilai tertinggi (berbahaya) dianalisis sebab terjadinya dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis sehingga bisa diminimalisir atau dihilangkan dampak negatifnya.

Nowadays, in Indonesia used of container as a transport equipment has growth because it is simple and easy to use. In usage of container, the most important thing besides container itself and ship is a container terminal. Every container operation need container terminals to stacking the container and distribute them. Every operational activity in container terminal contain much safety risk. A risk management is needed to prevent, decrease the damage of risk, even to make a risk disappear. First thing to do is identification risks and analyze what main cause and the effect. After risks identified we make a simple risks scoring with risk matrix. The highest risks then identified with Fault Tree Analysis method so we know what the root of this risk and make a simple rules to control the risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidiana Putri Hudalinas
"Proses produksi karkas sapi memiliki risiko keselamatan dan kesehatan yang dapat mengganggu produktivitas. Hal tersebut dapat dilihat pada rumah potong hewan Kota Bogor di mana ditemukan perilaku pekerja yang tidak aman. Kajian risiko perlu dilakukan untuk mencegah kerugian material maupun terganggunya proses produksi secara keseluruhan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi berupa survei. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan pada standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif dan Job Hazard Analysis JHA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level risiko very high, priority 1, substantial dan priority 3. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi yang bersifat engineering, administratif serta penggunaan alat pelindung diri.

Cattle carcass production processes have safety and health risks that can interfere with productivity. This indication shown by Bogor slaughterhouses in which unsafe work conditions found. Risk assessment to prevent material losses and production disruptions needs to be done. This research employed descriptive methods with survey study design. Risk assessment based on standard AS NZS 4360 2004 with semi quantitative methods and Job Hazard Analysis JHA.
The results showed that level of risk were very high, priority 1, substantial and priority 3. Thus engineering, administrative, and the use of personal protective equipment was recommended to prevent further losses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>