Ditemukan 66539 dokumen yang sesuai dengan query
Alvina Tamarine
"Ze Noemen Me Baboe adalah film dokumenter karya Sandra Beerends yang mengangkat cerita Alima, seorang pribumi yang bekerja sebagai pembantu untuk keluarga Belanda. Film dokumenter ini juga tidak jauh berbeda dan memiliki pola-pola yang mirip dengan film dokumenter sejarah lainnya. Perbedaan film Ze Noemen Me Baboe dengan film dokumenter sejarah lainnya adalah sudut pandang film ini diceritakan oleh seorang baboe, seorang dari kelas sosial rendah. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan bagaimana representasi budaya Jawa dari sudut pandang orang Belanda dalam film dokumenter Ze Noemen Me Baboe. Teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori semiotika oleh Roland Barthes. Data yang digunakan adalah film dokumenter berjudul Ze Noemen Me Baboe karya Sandra Beerends yang dirilis pada tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data penelusuran pustaka dan observasi. Hasil yang didapatkan setelah analisis yang dilakukan adalah budaya Jawa direpresentasikan sebagai kelompok masyarakat tradisional yang kaya akan tradisi dan bangsa yang terjajah dari sudut pandang masyarakat Belanda.
Ze Noemen Me Baboe is a documentary by Sandra Beerends that tells the story of Alima, a native who works as a maid for a Dutch family. This documentary is also not much different and has similar patterns to other historical documentaries. The difference between Ze Noemen Me Baboe and other historical documentaries is that the point of view of this film is told by a baboe, a person from a low social class. This research was made with the aim of showing how Javanese culture is represented from the perspective of the Dutch in the documentary Ze Noemen Me Baboe. The theory used for this research is the semiotic theory by Roland Barthes. The data used is a documentary titled Ze Noemen Me Baboe by Sandra Beerends released in 2019. The method used is descriptive qualitative method with data collection techniques of literature search and observation. The results obtained after the analysis carried out are that Javanese culture is represented as a traditional community group rich in traditions and a colonized nation from the perspective of Dutch society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Darry Alexander Christian Sangari
"Babu memiliki peranan penting pada era kolonial. Babu tidak hanya dilihat sebagai pekerja untuk menjaga anak, mereka dilihat juga sebagai suatu simbol prestise orang Belanda pada saat itu. Penelitian ini membahas tentang representasi Alima seorang babu dalam film dokumenter Ze Noemen me Baboe karya Sandra Beerends yang dirilis pada tahun 2019. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Michael Quinn Patton. Selain itu, dalam menganalisis dokumenter ini penulis juga akan menggunakan teori sosiologi sastra yang disampaikan oleh Sapardi Djoko Damono. Penulis juga menggunakan pendekatan historis dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah film dengan judul Ze Noemen me Baboe karya Sandra Beerends. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi babu dalam film dokumenter “Ze Noemen me Baboe?” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan representasi babu dalam dokumenter “Ze Noemen me Baboe” dan membandingkannya dengan fakta sejarah yang ditemukan di bukti-bukti sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua representasi babu yang ditunjukkan dalam film dokumenter ini sesuai dengan fakta sejarah. Secara keseluruhan film dokumenter ini merepresentasikan kehidupan babu yang pada saat itu sering dipandang sebelah mata. Melalui dokumenter ini pembuat film menunjukkan gambaran penderitaan, kesedihan dan, kemalangan yang dialami oleh babu pada saat itu. Selain itu, pembuat film juga merepresentasikan kebaikan yang dilakukan babu.
Babu had an important role in the colonial era. Babu was not only seen as labourers to take care of children, they were also seen as a symbol of the prestige of the Dutch at that time. This research discusses the representation of Alima a babu in the documentary film Ze Noemen me Baboe by Sandra Beerends which was released in 2019. This research will analyse the babu representation in the documentary using a qualitative research method put forward by Michael Quinn Patton. In addition, in analyzing this documentary the author will also use the theory of literary sociology presented by Sapardi Djoko Damono and the author also uses a historical approach in this research.. The data used is a film entitled Ze Noemen me Baboe by Sandra Beerends. The formulation of the problem in this study is how is the representation of babu in the documentary film Ze Noemen me Baboe? The purpose of this study is to describe the representation of babu in the documentary Ze Noemen me Baboe and compare it with historical facts. The results of this study show that not all babu representations shown in this documentary are in accordance with historical facts. Overall, this documentary film represents the life of a babu who at that time was often looked down upon. Through this documentary, the filmmakers showed a picture of suffering, sadness and misfortune experienced by babu at that time. In addition, the filmmaker also represents the goodness babu has done."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Jasmine Nur Arifah Yaza
"Karya sastra merupakan representasi kenyataan sosial yang di dalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Salah satu bentuk karya sastra adalah film. Penelitian ini membahas apa nilai-nilai etika Jawa yang terkandung dalam film pendek Tanah Kalurahan karya Paniradya Kaistimewan. Tujuan penelitian adalah untuk memahami etika Jawa melalui analisis struktur logis dan representasi budaya Jawa mendasarkan pada konsep etika Jawa sebagaimana disampaikan oleh Magnis-Suseno (1984), serta bagaimana etika tersebut direpresentasikan melalui bahasa, tanda, dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif melalui analisis dialog dan tangkapan layar dari adegan film. Data dianalisis menggunakan metode Miles dan Huberman (1992) yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini berfokus pada empat topik etika Jawa yaitu: sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat dalam dunia, tempat yang tepat, dan pengertian yang tepat. Hasil penelitian menemukan representasi nilai etika Jawa melalui dua unen-unen bahasa Jawa yaitu sepi ing pamrih rame ing gawe dan andhap asor serta sikap ngapurancang. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana etika Jawa mempengaruhi interaksi sosial, hubungan antarindividu, dan keselarasan sosial dalam masyarakat.
Literary works are representations of social reality which contain life values. One form of literary work is film. This research discusses the Javanese ethical values contained in the short film Tanah Kalurahan by Paniradya Kaistimewan. The aim of the research is to understad Javanese ethics through analysis of the logical structure and representation of Javanese culture based on the concept of Javanese ethics as presented by Magnis-Suseno (1984), along with how these ethics are represented through language, signs, and images. The research method used is dercriptive qualitative with an objective approach through analysis of dialogue and screen captures from film scenes. Data were analyzed using the Miles and Huberman (1992) method which including data reduction, data display, and conclution drawing. This research focuses on four topics of Javanese ethics, namely: the right inner attitude, the right action in the world, the right place, and the right understanding. The results of the research found a representation of Javanese ethical values through two Javanese language adages, namely sepi ing pamrih rame ing gawe and andhap asor as well as the ngapurancang attitude. This research provides an understanding of how Javanese ethics influences social interactions, relationships between individuals, and social harmony in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nur Mukti Indriani
"Ilaa Samaa merupakan film dokumenter karya Waad Al-Kateab mengenai perang di Suriah yang ditayangkan pertama kali dalam festival film South by Southwest di Texas, Amerika Serikat pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dampak perang Suriah terjadi di kota Aleppo dengan melalui unsur-unsur intrinsik dan representatif yang muncul dalam film Ilaa Samaa. Untuk itu penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan fokus pada adegan-adegan yang menggambarkan representasi dampak perang Suriah dalam film. Teori strukturalisme dan representasi digunakan dalam penelitian ini untuk memaparkan representasi dampak perang yang terdapat dalam struktur film Ilaa Samaa. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Film Ilaa Samaa menampilkan dampak perang dalam tiga representasi, yaitu dampak perang secara fisik, dampak perang secara emosional, dan dampak perang secara sosial. (2) Representasi dampak perang secara fisik diperlihatkan dengan jatuhnya korban jiwa, hancurnya bangunan dan infrastruktur kota, juga sekolah anak. Dampak perang secara emosional diperlihatkan dengan kondisi psikis seperti rasa tidak aman, guncangan jiwa, dan kebimbangan. Sementara itu, dampak sosial perang Suriah ditandai dengan meningkatnya rasa kemanusiaan dan solidaritas warga Aleppo.
Ilaa Samaa is a documentary by Waad Al-Kateab about the war in Syria which was premiered at the South by Southwest film festival in Texas, United States in 2019. This study aims to describe the impact of the Syrian war that occurred in the city of Aleppo through the intrinsic and representative elements that appear in the film Ilaa Samaa. For this reason, the author uses qualitative research methods with a focus on scenes that describe the representation of the impact of the Syrian war in the film. The theory of structuralism and representation is used in this study to describe the representation of the impact of war contained in the structure of the film Ilaa Samaa. From the results of the study obtained the following conclusions: (1) The Ilaa Samaa film shows the impact of war in three representations, namely the physical impact of war, the emotional impact of war, and the social impact of war. (2) The representation of the physical impact of war is shown by the loss of life, the destruction of buildings and city infrastructure, as well as children's schools. The emotional impact of war is shown by psychological conditions such as insecurity, mental shock, and indecision. Meanwhile, the social impact of the Syrian war is marked by the increasing sense of humanity and solidarity of the people of Aleppo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ni Putu Diah Asyanti
"Istilah Indo mengacu pada orang yang terlahir dari perkawinan pribumi dan bangsa pendatang di Hindia-Belanda. Salah satu film yang membahas mengenai kehidupan orang Indo di Hindia-Belanda adalah film Bumi Manusia. Film ini hadir di bioskop pada tahun 2019 dan merupakan hasil karya dari seorang sutradara kenamaan, Hanung Bramantyo. Penelitian ini membahas representasi orang Indo yang ada dalam film Bumi Manusia (2019) melalui tokoh kakak-beradik Annelies dan Robert Mellema. Dalam proses analisis, peneliti menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh teori semiotika Roland Barthes dan konsep pemikiran Stuart Hall mengenai identitas budaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada film Bumi Manusia, terdapat perbedaan penggambaran orang Indo melalui kedua tokoh. Perbedaan penggambaran tersebut disebabkan oleh perkembangan identitas dari kedua tokoh. Annelies yang awalnya seorang Indo, ingin dianggap sebagai pribumi dengan berperilaku baik dan tidak mengkotak-kotakan manusia sesuai rasnya. Di sisi lain, Robert yang ingin dianggap sebagai Belanda totok cenderung berperilaku kasar dan bertindak semena-mena pada pribumi.
The term Indo refers to people born from marriages of natives and immigrants in the Dutch East Indies. One of the films that discusses the life of the Indos in the Dutch East Indies is Bumi Manusia. This film arrived in theaters in 2019 and is the work of a well-known director, Hanung Bramantyo. This study looks at how Indo people are portrayed in the film Bumi Manusia, specifically through the characters Annelies and Robert Mellema. This paper used the descriptive methods in the analysis, which were aided by Roland Barthes' semiotic theory and Stuart Hall's concept of cultural identity. This study reveals that there are differences in the depiction of the Indo in the film Bumi Manusia through the two characters. The difference in depiction is due to the two characters' desire for different identities. Annelies who want to be considered Natives tends to be well-behaved and does not divide humans based on race. On the other hand, Robert, who wanted to be considered a full-blooded Dutchman, acted rudely and arbitrarily toward natives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rania Maharani Putri
"Film Send Me to The Clouds (送我上青云) adalah film drama komedi yang dirilis pada 16 Agustus 2019 di Cina. Film ini menceritakan tentang tokoh Sheng Nan yang merupakan perempuan lajang berumur 30 tahun dan belum menikah, yang harus berjuang menghadapi kanker ovariumnya. Kemudian, Sheng Nan dihadapi dengan petualangan baru yang memberikannya akan arti kehidupan. Penelitian ini akan menguraikan bagaimana perempuan modern dengan figur mandiri di Cina kini tidak lagi perlu untuk merasa bergantung kepada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang penokohan Sheng Nan sebagai Leftover Women yang merepresentasikan karakter perempuan mandiri dalam film Send Me to The Clouds. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Sheng Nan sebagai perempuan mandiri mampu menunjukkan sudut pandang positif dari fenomena Leftover Women di Cina. Melalui tokoh Sheng Nan dalam film ini, dapat diketahui bahwa fenomena Leftover Women merupakan bentuk nyata keberhasilan emansipasi perempuan di Cina.
Send Me to The Clouds (送我上青云) is a comedy-drama film released on August 16, 2019 in China. This film tells a story about Sheng Nan, a single woman who is 30 years old and unmarried, and struggle with ovarian cancer. Then, Sheng Nan is faced with a new adventure that will give her the meaning in her own life. This study will describe an independent figures women in China now adays no longer dependent on men. This study also aims to discuss the characterization of Sheng Nan as a Leftover Woman who represents an independent female character in the film Send Me to The Clouds. The method used in this research is a qualitative method. The results of the study will show that Sheng Nan as an independent woman is able to show a positive perspective on the Leftover Women phenomenon in China. Through Sheng Nan's character in this film, it can be seen that the Leftover Women phenomenon is the success of women's emancipation in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Abigail Jeovannie
"Fungsi bahasa berkaitan dengan pesan dan makna kalimat yang dimaksud oleh partisipan. Makna tuturan juga diperoleh dengan mengidentifikasi implikatur nonkonvensional dengan menganalisis pelanggaran teori prinsip kerja sama Grice. Adapun pelanggaran ini dapat membedakan fungsi bahasa tertentu dari makna literal sebelumnya. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif deskriptif ini akan dianalisis jenis fungsi bahasa dalam wawancara pada film dokumenter “Onze Jongens op Java” (2019). Setiap kalimat dari perspektif veteran Belanda memiliki pesan dan fungsinya masing-masing. Penelitian ini juga menemukan bahwa implikatur berperan besar dalam mengidentifikasi fungsi bahasa. Fungsi referensial, yaitu fungsi untuk mendeskripsikan dan memberi informasi, mendominasi keseluruhan analisis. Fungsi referensial dan pengakuan veteran diperoleh dengan memahami implikatur nonkonvensional terlebih dahulu.
In every conversation, each participant uses language function which related to the sentence’s intention, message, and implication. The meaning of a speech is obtained by identifying the conversational implicature of a sentence by analyzing the violations of Grice’s principle of cooperation theory. Thus, this descriptive qualitative research has analyzed kinds of language’s functions in an interview session on a documentary film called “Onze Jongens op Java” (2019). Each sentence from the Dutch’s veterans perspectives have their own messages and functions. This research has also found out that conversational implications take a huge part on identifying the functions of language. The referential function, which is the function to describe and to give information, dominates the entire analysis. The referential function and the veteran’s confessions are obtained by comprehending the nonconventional implicature first."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Clara Marianna
"Heimat merupakan konstruksi sosial yang esensial bagi diaspora. Konstruksi tersebut mengikat diaspora dengan lingkungan yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses identifikasi diri. Konstruksi Heimat terhadap diaspora dapat kita lihat melalui film dokumenter Yes, I Am, yang mengangkat kisah tentang konflik budaya yang dialami tiga pemusik Afro Jerman selama tinggal di Jerman serta bagaimana Reunifikasi Jerman mempertemukan mereka untuk bersatu melawan diskriminasi warna kulit dan ras yang masih terjadi di Jerman. Film ini sangat menarik karena terdapat lagu karya ketiga pemusik tersebut yang memvisualisasikan kisah hidup mereka. Konstruksi makna Heimat dalam film akan dianalisis berdasarkan beberapa adegan dan satu lagu dalam film dengan menggunakan teori circuit of culture Stuart Hall mengenai representasi dan identitas.
Heimat is an essential social construction for the diaspora. This construction binds the diaspora to the environment which can have a major influence on the process of self-identification. We can see the Heimat construction on the diaspora through the documentary Yes, I Am, which raises the story of the cultural conflicts experienced by three German Afro musicians while living in Germany and how German Reunification brought them together to unite against the discrimination of skin color and race that still occurs in Germany. This film is very interesting because there are songs by the three musicians who visualize their life stories. The construction of Heimat's meaning in the film will be analyzed based on several scenes and one song in the film using Stuart Hall's circuit of culture theory of representation and identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69116
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Clara Marianna
"
ABSTRAKHeimat merupakan konstruksi sosial yang esensial bagi diaspora. Konstruksi tersebut mengikat diaspora dengan lingkungannya yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses identifikasi diri. Konstruksi Heimat terhadap diaspora dapat kita lihat melalui film dokumenter Yes, I Am, yang mengangkat kisah tentang konflik budaya yang dialami oleh tiga pemusik Afro-Jerman selama tinggal dan tumbuh di Jerman serta bagaimana Reunifikasi Jerman, yang membawa serta pergerakan radikal Neo-Nazi, mempertemukan mereka untuk bersatu melawan diskriminasi warna kulit dan ras yang masih terjadi di Jerman. Film ini sangat menarik karena terdapat lagu-lagu karya ketiga pemusik tersebut yang ditampilkan untuk memvisualisasikan kisah hidup mereka. Konstruksi makna Heimat dalam film akan dianalisis berdasarkan beberapa adegan dan lagu dalam film dengan menggunakan teori circuit of culture Stuart Hall mengenai representasi dan identitas.
ABSTRACTHeimat is an essential social construction for diaspora. The social construction ties diaspora and its environtment which affecting the process of self identification. The Heimat construction of the diaspora can be seen through documentary fim Yes, I Am, which shows us story about cultural conflicts experienced by three Afro German musicians during their life in Germany and how the German Reunification drew them up together to make anti discrimination movement. Yes, I Am presents story not just from the actors, but also from the songs that visualized their life. Meaning construction of Heimat will be analysed based on some scens and one song from the film using Stuart Halls rsquo circuit of culture about representation and identity. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hasibuan, Elisabet
"Kehadiran alat transportasi dan telekomunikasi yang dapat mengatasi permasalahan ruang dan waktu memicu terjadinya globalisasi. Proses mendunia ini mengakomodasi sistem perekonomian kapitalisme berkembang semakin pesat dalam kurun waktu yang cepat. Ines Conradi yang bekerja pada perusahaan konsultan Morison International di sebuah perusahaan minyak di Bukares, Rumania, tanpa sadar menjadi korban penghisapan nilai kapitalisme. Ia teralienasi oleh kehidupannya sendiri. Keterpurukan Ines membuat ayahnya, Winfried Conradi, yang merupakan seorang hippie memutuskan menyamar sebagai ldquo;Toni Erdmann rdquo; untuk memperbaiki hubungan dengan putri semata wayangnya. Dengan melakukan analisis tekstual yang didukung studi pustaka, penelitian ini memperlihatkan bagaimana gaya hidup hippie yang diterapkan Toni Erdmann berhasil menjadi budaya tanding kapitalisme.
The presence of transportation and telecommunication that overcome the problems of space and time trigger globalization. This global process enhances the development of the economic system of capitalism rapidly. Ines Conradi, who works with Morison International's consulting firm at an oil company in Bucharest, Romania, is unknowingly becoming a victim of capitalism. She is alienated from her own life. Ines's downfall made his father, Winfried Conradi, a hippie, decided to impersonate ldquo Toni Erdmann rdquo to improve his relationship with his only daughter. By conducting a textual analysis supported by literature studies, this study shows how the hippie lifestyle that Toni Erdmann applied successfully became a culture of capitalism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69631
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library