Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Sukmariana
"Stigma yang melekat pada perempuan pekerja seks dan perempuan yang dilacurkan tidak lepas dari norma yang ada di masyarakat patrarki yang menggunakan seksualitas sebagai alat dominasi dan kapitalisme yang seringkali mendorong perempuan pada prostitusi maupun menjadi korban trafficking Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan resistensi melawan stigma yang dilakukan melalui organisasi. Terdapat 3 (tiga) organisasi yang dijadikan studi kasus: OPSI, KPI, dan Yayasan Bandungwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumen. Teori feminis radikal dan feminis posmodern digunakan, dengan analisis feminis naratif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan dan stigma yang dialami pekerja seks menghasilkan upaya resistensi kolektif yang didasari atas kesadaran akan viktimisasi yang terjadi, hak asasi manusia, dan kesehatan reproduksi. Tiap organisasi yang hadir menjawab kebutuhan yang berbeda dari tiap kelompok perempuan pekerja seks dan pedila, dan didasari oleh perspektif terhadap prostitusi dan sex work yang berbeda. Bentuk resistensi organisasi tidak hanya didasari oleh perspektif yang mendasari, namun juga sumber daya dan jangkauan organisasi. Resistensi ini berdampak pada penyusunan kebijakan yang memihak, akses pelayanan kesehatan dan administratif, pendampingan hukum, dan pada stigma diri. Dengan demikian, perempuan pekerja seks dan pedila membangun kesadaran dan mengambilalih agensi diri sebagai kelompok terpenting dalam diskursus tentang prostitusi.

Stigma forced upon female sex workers and the prostituted came from patriarchal societal norms that uses sexuality to dominate women and capitalism that often pushes women into prostitution and trafficking victims. This thesis aims to elaborate on their resistance to stigma through sex worker’s organization and prostitute-serving organization. 3 (three) organizations are studied: OPSI, KPI, and Yayasan Bandungwangi. This research uses in-depth interview, participatory observation, and document studies to gain relevant data. The radical and postmodern feminist theories are used along with a feminist narrative descriptive analysis technique. Results show that violence experienced by female sex workers and the prostituted resulted in resistance efforts, one of them is to organize, pushed by the consciousness of their victimization, human rights, and reproductive health. Each organizations address the different needs of different groups of female sex workers and the prostituted, based on their different perspectives on prostitution and sex work. Resistance strategies chosen are closely linked organization’s resources and reach. Resistance efforts have impacted regulations, healthcare and administrative services access, legal assistance, and self-stigma amongst sex workers and the prostituted. Therefore, female sex workers and the prostituted built their conscience and reclaimed their agency as the most integral group of prostitution discourse. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Pinastika Daneswari
"Di Indonesia saat ini penyakit menular terutama Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah utama. Infeksi T. vaginalis melalui hubungan seksual terutama pada PSK yang berganti-ganti pasangan mempunyai angka yang tinggi dan saat ini pengobatan utama adalah dengan menggunakan amebisid metronidazole.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pengobatan dengan metronidazole pada waktu dan dosis yang sesuai masih bersifat amebisid yang ampuh terutama pada populasi PSK yang rentan koinfeksi.
Desain penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain satu grup pretest-post test dengan pengambilan data melalui sekret vagina PSK sebelum dan sesudah pengobatan metronidazole dan diwarnai larutan giemsa kemudian dilihat dibawah mikroskop.
Responden penelitian ini adalah PSK yang terinfeksi T. vaginalis sebanyak 100 orang di daerah Tangerang, Banten. Didapatkan sebelum pengobatan metronidazole terdapat 16 responden (16%) dengan infeksi kurang dari 10 T. vaginalis dan terdapat 84 responden (84%) dengan infeksi lebih dari 10 T. vaginalis.
Setelah pengobatan dengan metronidazole didapatkan 56 responden (56%) yang sudah tidak terinfeksi, 43 responden (43%) yang terinfeksi kurang dari 10 T. vaginalis, dan 1 responden (1%) dengan infeksi lebih dari 10 T. vaginalis. Dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa PSK dengan frekuensi berhubungan seksual sering sampai sangat sering masih efektif untuk diobati dengan metronidazole.

Infectious diseases, especially Sexually Transmitted Disease (STDs) is still one of the main health problem in Indonesia. There is a high prevalence rate for Trichomonas vaginalis infection through sexual intercourse, especially in commercial sex workers who have multiple sex partners. Amebisid Metronidazole is the drug of choice for this infection.
The goal of this research is to identify if metronidazole treatment is still effective especially in the commercial sex workers population, who is vulnerable to coinfection.
Experimental study design is used in this research, using pretestposttest method and data sampling from vaginal discharge before and after metronidazole treatment and then inspected using a microscope with giemsa staining.
Responden for this research is 100 commercial sex workers who is infected with Trichomonas vaginalis at Tangerang, Banten. Obtained before treatment metronidazole are 16 respondents (16%) with number of infection T. vaginalis is less than 10 and there are 84 respondents (84%) with number of infection more than 10 T. vaginalis.
After treatment with metronidazole obtained 56 respondents (56%) who are not infected, 43 respondents (43%) were infected with T. vaginalis is less than 10, and 1 respondent (1%) with number of infection more than 10 T. vaginalis. This findings shows that treatment with metronidazole is still effective in commercial sex workers with frequent sexual intercourse.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan Hidayat
"Penelitian ini bertujuzm mengetahui gambaran pekerja seks yang memiliki suami rnelalui analisa Thematic Apperception T est (TAT). Penelitian ini 1nenggu.na.kan pendekatan kulitatif dengan metode analisis dokumen yang didapat dari laporau kepaniteraan mahasiswa klinis. Subjek terdiri dari 6 orang yang semuanya bekerja sebagai pekcrja seks dan memiliki suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya istri dalam Iingkungan pelacuran dikarenakan perasaan tertolak dan tidak mendapatkan perhatian dari sosok suami, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang merupakah kebutuham yang utama. Mereka cenderung merasa tidak mampu, menilai diri mereka Iemah dan juga kurang memiliki pengendalian dorongan yang baik. Konflik dominan yang dialami adalah kebutuhan untuk disayangi naman ternyata mereka ditinggalkan. Mereka memiliki keoemasan ditinggalkan, kehilangan kasih sayang dan menjadi tidak berdaya. “Hukuman” yang diberikan pun sering kali terlalu parah dan juga terlalu lembut serta tidak tepat. Hal ini yang dapat mernperkuat perilaku mereka untuk tetap melgiadi pekerja seks.

The aim of this research is to find out image of sex worker who has a husband with analysis of Thematic Apperception Test (TAT). This research use qualitative approach by analysis document method, which got from case report of clinical student. The subjects including six female seks worker who has a husband. From research using TAT as a instrument, indicating that a wife entry into prostitution because of feeling refused and attentionless from husband, this show that needs of love is the most dominant needs to all sex workers. They tend to feel disable, assessing their self weaks, and less control of drive. Dominant conflict which they experience is need to be loved but they get left by their couple. They feel anxious when they are dread len, loss of affection and become disable. A "Punishment" that they get is too hard as well as too bland and also incorrect. So they can’t learn &om the punisment that they got. This matter which can strengthen their behavior to remain to be worker seks."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34028
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Jeany Chrestien
"Kejadian infeksi HIV semakin meluas secara globaL Di Indonesia, tren kasus HIV meningkat pada penularan meialui hubungan seks (Ditjen P2PI_., 2007). Pencegahan untuk hal tersebut adalah dengan menggunakan kondom secara benar dan konsisten. Namun berdasarkan Survei Surveilans Perilaku (SSP) HIV/AIDS tahun 2003, temyata penggunaan kondom pada populasi ri§iko tinggi seperti wanita penjaja seks masih rendah. Di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Ambon, penggmmaan kondom pada WPS bahkan lcurang dari 5%. Untuk mengubah perilaku ini, perlu diketahqi faktor-faktor yang merupakan determinan penggunaan kondom pada WPS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk xnengetahui dctcrminan pcnggunaan kondom pada WPS di Kota Ambon tahun 2005. Penelitian ini mengglmakan data SSP HIV/AIDS tahun 2005, dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah WPS yang diwawancarai dan datanya dapat dianalisis sebanyak 333 orang. Faktor-faktor yang diteliti dalam hubungannya dengan penggunaan kondom antara lain urnur, peudidikan, larna bekerja, jumlah pfilarlggarl, ketersediaan kondom, riwayat IMS, riwayat konsumsi alkohol/narkoba, dan keterpaqanan informasi tentang HIV/AIDS. Semua variabel ini dianalisis secara multivariat menggunakan analisis Cax Proportional Hazard Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa detenninan penggmmaan kondom pada WPS di kota Ambon adalah lama bekenja [PR=2.l7 (CI95%=I,25-3,'76)}, ketersediaan kondom [PR=4,ll (CI95%=1,66-l0.l9)], riwayat IMS [PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], dan keterpajanan informasi tentang HIV/AIDS [PR=3,38 (CI95%=1 ,64-7,01 )]. Berdasarkan hasil penelitian tersebut., maka saran yang dapat diberil-can adalah menetapkan perda yang mewajibkan ketersediaan kondom di tempat kerja WPS, mengembangkan metode diskusi serta pcmbcrian brosur dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan pemberian informasi dan edukasi yang intensif kepada WPS yang positif terkena IMS, serta mengembangkan kemampuan WPS dalam bemegosiasi penggunaan kondom dengan pelanggannya.

HIV infections are considered spread worldwide. In Indonesia, trend of HIV cases increase at sexual transmitting (Ditjen P2PL, 2007). Prevention of the infection is the proper and consistent condom use. However, Behavioral Surveillance Survey of HIV/AIDS 2003 indicated that condom use among high-risk population, such as Female Sex Workers, was still low. Condom use among FSW in Jakarta, Bekasi, and Ambon was the lowest, less than tive percent. In order to modify this behavior, it requires factors that are considered as determinants of condom use among FSW.
The objective of the study is to identify detenninants of condom use among FSW in Ambon City 2005. This study use data horn HIV/AIDS Behavioral Surveillance Survey in 2005, with study design cross-sectional. Three hundred and thirty three FSWS are interviewed and their data can be analyzed. Factors that are studied, related to condom use, are age, education, time of work, number of clients, condom availability, history of Sexual Transmitted Infection (STI), history of alcohol and drug use, and exposure to infonnation about HIV/AIDS. All of these variables are multivariate analyzed using Cox Proportional Hazard Regression Analysis.
Result of this study shows that determinants of condom use among FSW in Ambon City are time of work [PR=2.l7 (Cl95%=l,25-3,76)], condom availability [PR=4,ll (CI95%=l,66-l0.l9)], history of STI (PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], and exposure to information about HIV/AIDS {PR=3,38 (CI95%=1,64-7,0l)]. Based on the results, suggestions given iiom this study are to establish regulation of condom availability at FSW’s workplace, develop promotion of HIV/AIDS prevention by discussion and brochure distribution, increase information and education intensively to FSW with STI, and develop FSW’s ability of condom negotiation with client.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34411
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Ardiansyah
"Tujuh puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia adalah pekerja. Produktivitas kerja serta kelangsungan hidup para pekerja sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari bagian integral dari pelayanan kesehatan kerja dan merupakan unsur penting dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja. Dari hasil laporan menunjukkan bahwa dengan adanya promosi kesehatan di tempat kerja berdampak pada kesehatan pekerja, pekerja yang sehat hanya sedikit sekali kehilangan hari kerja karena mengalami sakit.
Tujuan penelitian ini adalah diketahui gambaran faktor yang mempengaruhi absensi sakit dan prilaku Pekerja hidup pekerja terhadap kejadian absensi sakit di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisa bivariat yaitu variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian absensi karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah usia (p = 0,030), jenis pekerjaan (p = 0,017), kebiasaan merokok (p = 0,014), pola tidur.

Seventy percent of the entire population in Indonesia is worker. Work productivity and the survival of the workers is strongly influenced by the degree of health which is owned by workers. Health promotion in the workplace is one of the integral part of occupational health services and is an important element in the maintenance and improvement of health status of workers. From the results of the report shows that with the existence of health promotion in the workplace affects the health of workers, health workers has very little loss of working days due to an illness.
The purpose of this study is to be seen the illustration Factors Related to sick absenteeism of worker at PT X during time period of March 2009-March 2010. This research is quantitative research with cross sectional design. Results obtained based on bivariate analysis are variables associated with the incidence of absenteeism due to illness of workers at the PT. X during the time period March 2009-March 2010 were age (p = 0.030), occupation (p = 0.017), smoking (p = 0.014), sleep pattern (p = 0.003). Researchers suggest to do health promotion in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T41347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Gunawan
"Turnover tinggi pada Generasi Y menjadi masalah serius bagi perusahaan. Berdasarkan tinjauan pustaka, peneliti menemukan salah satu penyebab turnover pada Generasi Y yaitu perbedaan antar generasi (Generasi X dan Generasi Y) yang dapat memicu konflik karena perbedaan work ethics (Society for Human Resource Management, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan work ethics pada kedua generasi tersebut. Secara teoritis, work ethics adalah suatu kumpulan sikap dan keyakinan individu terkait pekerjaannya (Miller dkk., 2002). Konstruk work ethics terdiri dari tujuh dimensi, yaitu hard work, centrality of work, self-reliance, wasted time, delay of gratification, leisure dan morality/ethics. Hasil pengolahan data menggunakan independent sample t-test, dari 303 responden karyawan Generasi X dan Generasi Y, diukur dengan Multidimensional Work Ethics Profile – Short Form (MWEP-SF), pada sektor aneka industri dan pertambangan, dua dimensi work ethics, yaitu leisure dan delay of gratification terbukti signifikan mempengaruhi perbedaan work ethics di tempat kerja. Sementara itu, lima dimensi work ethics, yaitu hard work, centrality of work, self reliance, wasted time dan morality/ethic tidak signifikan mempengaruhi perbedaan work ethics pada Generasi X dan Generasi Y.

High Generation Y turnover of poses serious problems for the companies. Previous researches show that one of the causes is differences between generations (Generation X and Generation Y) due to differences in work ethics (Society for Human Resource Management, 2004). This study aims to determine differences of work ethic between Generation X and Generation Y. Work ethics is defined as dividual attitudes and beliefs related to work (Miller et al., 2002), consists of seven dimensions: hard work, centrality of work, self-reliance, wasted time, delay of gratification, leisure and morality/ethics. 303 subject (102 of Generation X and 201 of Generation Y) filled out the Multidimensional Work Ethic Profile - Short Form (MWEP-SF). Independent sample t-test showed that Generation X’s score significantly different in leisure and delay of gratification significantly differs in work ethics. There are no significant differences on the remaining dimensions (hard work, the centrality of work, self-reliance, wasted time and morality/ethics) between Generation X and Generation Y.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunastiya Retna Wandansari
"Skripsi ini membahas tentang proses pelaksanaan rekrutmen dan seleksi tenaga kerja di Rumah Sakit Annisa Tangerang tahun 2015, untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Rumah Sakit Annisa Tangerang ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Pada Januari ? Mei 2015 ini terdapat 318 pelamar, akan tetapi yang diterima hanya 40 kandidat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan desain deskriptif yang diperoleh dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi.
Hasil penelitian ini menyarankan tim rekrutmen dan seleksi untuk melakukan pertemuan antara bagian SDM, dan unit terkait untuk menentukan jadwal seleksi yang akan dilakukan, perlu adanya tes praktek untuk kandidat yang memiliki keahlian tertentu, melakukan job fair, menambah tes buta warna dan tes pendengaran untuk kandidat.

This Paper is discussing about recruiting and selecting process for
employee at An-Nisa Hospital Tangerang in 2015 to obtain qualified employees fit to the hospital needs. In January to May 2015, 318 applicants enrolled the proposals but only 40 of the applicants met the qualification. This Paper is using qualitative research, by descriptive design through intensive interview, document comprehension and observation.
This research recommend the recruitment and selection team to have a meeting between the Human Resources Department and
the related unit to decide the schedule for the selection, provide practice test for the candidates who have particular ability, do the job fair, and add color blind and hearing test for the candidates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nurmalisa
"Penelitian ini berjutuan untuk menggali keberdayaan perempuan pekerja VCS dalam berelasi dengan klien dan pihak lainnya. Terdapat banyak studi yang membahas bahwa prostitusi online menyediakan ruang yang lebih aman dimana pekerja seks dianggap lebih mampu meminimalisir resiko (Jones, 2016; NSWP, 2016; Cunningham, 2019). Namun studi-studi sebelumnya lebih berfokus pada manfaat internet terhadap profesi pekerja seks ataupun alasan pekerja seks memanfaatkan media sosial. Terdapat hal menarik lain yang dapat diteliti lebih lanjut, yaitu mengenai upaya yang dilakukan oleh pekerja seks dengan memanfaatkan ruang virtual yang tersedia untuk menciptakan posisi yang berdaya selama berelasi dengan pihak lain seperti klien dan mucikari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus terhadap 4 perempuan pekerja VCS yang mempromosikan dirinya melalui media sosial Twitter. Studi ini menggunakan konsep power, otonomi tubuh, dan teori pertukaran sosial sebagai pisau analisis. Temuan studi melalui wawancara mendalam secara virtual kepada ke-4 informan menyimpulkan pekerja VCS mampu untuk memiliki kontrol pada profesinya, kontrol atas tubuhnya, hingga kemampuan menciptakan posisi tawar yang baik. Hal ini menciptakan keberdayaan yang ditunjukan pada beberapa hal, seperti 1) Kemampuan untuk menolak dan menerima klien melalui penseleksian dan penyortiran klien yang mengacu pada kriteria klien serta kesepakatan kerja dengan klien; 2) Kemampuan dalam merespon dan menciptakan strategi untuk terhindar dari resiko capping, doxing, penipuan, online sexual harassement, hingga keberadaan faker; 3) Kemampuan pekerja VCS untuk dapat benegosiasi dengan klien selama proses transaksi seksual. Kemampuan pekerja VCS untuk dapat memproduksi kekuasaan dan menciptakan relasi kerja yang sejajar dengan klien disebabkan karena adanya pengetahuan terkait kondisi kerja, kesadaran kritis, keterampilan digital yang dimiliki, serta kemampuan untuk menciptakan sumberdaya alternatif yang dibutuhkan lainnya, yaitu uang, dengan menjaga dan memperluas pasarnya. Ruang digital juga seakan menjadi tembok pembatas antara pekerja VCS dan klien sehingga memudahkan pekerja VCS untuk menciptakan dan mengunakan kekuasaanya.

This study aims to explore the empowerment of women VCS workers in relating to clients and other parties. There are many studies that discuss that online prostitution provides a safer space where sex workers are considered to be better able to minimize risk (Jones, 2016; NSWP, 2016; Cunningham, 2019). However, previous studies have focused more on the benefits of the internet for the sex worker profession or the reasons sex workers use social media. There is another interesting thing that can be investigated further, namely the efforts made by sex workers by utilizing the available virtual space to create a position of power while dealing with clients. This study uses a qualitative approach with a case study method on 4 female VCS workers who promote themselves through social media Twitter. This study will use the concept of power, body autonomy, and social exchange theory as an analytical knife. The study findings through virtual in-depth interviews with the 4 informants concluded that VCS workers are able to have control over their profession, control over their bodies, to the ability to create a good bargaining position. This can be shown in several things that are done by VCS workers, such as 1) The ability to reject and accept clients through the selection and sorting of clients based on client criteria and work agreements with clients; 2) Ability to respond and create strategies to avoid the risk of capping, doxing, fraud, online sexual harassment, and the presence of fakers; 3) The ability of VCS workers to be able to negotiate with clients during the sexual transaction process. The ability of VCS workers to be able to produce power and create equal working relationships with clients is due to their knowledge of working conditions, critical awareness, digital skills, and the ability to create alternative resources needed, namely money, by maintaining and expanding the market. The digital space also seems to be a dividing wall between VCS workers and clients, making it easier for VCS workers to create and use their power."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayatti Rissa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pajanan debu pada pekerja controller di area grinding dan packing PT Semen Padang. Jenis penelitian ini adalah anlisis deskriptif cross sectional dengan menggunakan metode risk analysis paradigm untuk menentukan risiko pada pekerja. Sampel dari penelitian ini adalah 16 orang pekerja controller untuk personal dust sampling dan 50 orang pekerja controller untuk mengetahui karakteristik antropometri dan pola aktifitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada pajanan debu yang melebihi nilai ambang batas berdasarkan standar Permenaker No. 13/2011 dan OSHA. Pajanan tertinggi umumnya berada di area kerja cement mill.
Berdasarkan nilai RQ realtime respirabel dust,pekerja yang berisiko terhadap pajanan respirabel dust mulai dari awal bekerja sampai pada saat dilakukannya penelitian ini adalah sampel pekerja no 14 dan no 12 di area kerja Cement Mill II-III, nomor 1 di area kerja Cement Mill IV, nomor 17 di area kerja Raw Mill V dan nomor 15 di area kerja Cement Mill V. Sementara berdasarkan nilai RQ lifetime menunjukkan peningkatan risiko pada pekerja, dari 16 pekerja hanya 1 pekerja yang tidak berisiko terhadap pajanan selama bekerja 30 tahun. Disarankan pada perusahaan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pajanan di debu di area kerja dan personal secara rutin, melakukan engineering control terhadap pajanan debu, menerapkan sistem area basah pada saat pembersihan area, serta meningkatkan kegiatan maintenance.

This study aim to see picture of dust exposure on controller workers at grinding and packing area PT Semen Padang. This type of reasearch is descriptive analytic cross sectional using risk analysis paradigm method. The sample for this study is 16 controller workers for personal dust sampling and 50controller workers for anthropometric characteristics and activity patterns. Based on the results of the study showed no dust exposure exceeds a threshold value based on the standar Permenaker No. 13/2011 and OSHA. Exposure is generally highest in the cement mill area. Based on the value of RQ realtime respirable dust, workers at risk of exposure to respirable dust from first time until the time this study was a sample of workers No. 14 and No. 12 in the area Cement Mill II-III, No. 1 in the area Cement Mill IV, number 17 in the area Raw Mill V and number 15 in the area Cement Mill V.
While based on the lifetime value of RQ showed an increased risk to workers, the workers only sample no 11 in the Raw Mill II-III who are not at risk of exposure while working 30 years. It is suggested to company to conduct monitoring and evaluation in the area of dust exposure in the workplace and personal, perform the engineering control of exposure to dust, apply a wet area systems when area cleaning, as well as increased maintenance activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfha Shavira
"Skripsi ini membahas bagaimana mantan PSP menjalani transisi keluar dari dunia prostitusi yang membentuk serangkaian tantangan dan bagaimana menyiasati dengan melakukan tiga strategi bertahan hidup dalam rangka mencapai social well-being. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi dengan desain deskriptif yang dilakukan pada tujuh informan mantan PSP.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tipologi transisi yang telah dilakukannya pada masa lalu memberikan sumbangsih untuk melakukan strategi bertahan hidup. Dari gambaran data lapangan, informan mendapatkan respon adaptif dan maladaptif yang bervariasi yang tentunya menyumbang kepada social well-being mantan pekerja sosial.
Dari hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa social well-being dapat tercapai apabila mendapatkan respon adaptif, dan terjadi sebaliknya apabila mendapatkan respon yang maladaptif dari tiga strategi bertahan hidup.

This undergraduate thesis explains about how the ex female sex worker undergo a transition period that forming a series of challenges and how to get around by doing the three survival strategies in order to achieve social well being. This research is a qualitative research with descriptive design.
The research concludes that typology of transition that it had done in the past make a contribution to do the survival strategy. From an overview of field data, the source get and adaptive and maladaptive responses to social well being the ex female sex worker.
From this case, the researcher concludes that social well being can be achieved if the informants got the adaptive response and the other way around if the informants get the maladaptive response from three survival strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>