Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Godeliva Joceline Rechita
"Film adalah salah satu jenis karya sastra yang digunakan sebagai media untuk memberi gambaran fenomena di masyarakat. Remaja merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Kehidupan remaja di Belanda dituangkan dalam sebuah film berdurasi 100 menit berjudul Wij karya Rene Eller yang dirilis pada tahun 2018. Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah penggambaran kenakalan remaja dalam film Wij (2108) dan representasinya di masyarakat Belanda. Tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan bentuk-bentuk kenakalan remaja dalam film Wij (2018) serta perbandingan penggambarannya dalam film dengan realita di masyarakat Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori sosiologi sastra Sapardi Djoko Damono serta Wellek dan Warren. Penelitian ini juga menggunakan pendapat dan pemikiran dari beberapa peneliti sosial Belanda antara lain; Van der Laan dalam penelitiannya mengenai penurunan kenakalan remaja di Belanda, serta Grasmeijer yang meneliti mengenai pengaruh keluarga terhadap perilaku antisosial remaja. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, ditemukan bentuk-bentuk kenakalan remaja dalam film Wij (2018)  yaitu; mabuk minuman beralkohol, penganiayaan, prostitusi remaja, dan kejahatan properti. Faktor penyebab kenakalan remaja dalam film Wij (2018) ternyata selaras dengan fakta di masyarakat Belanda. Analisa yang dilakukan membuktikan bahwa film Wij (2018) merepresentasikan kehidupan remaja di masyarakat Belanda. Film sebagai ceriman kehidupan sosial masyarakat tidak hanya menampilakan sisi baik, tetapi juga sisi buruk dalam bentuk kenakalan remaja.

Film is a type of literary work that is used as a medium to convey images of phenomena in society. Teenagers are part of a community that cannot be separated. The life of teenagers in the Netherlands is outlined in a 100 minutes film entitled Wij by Rene Eller which was released in 2018. The research problem is the depiction of juvenile delinquency in the film Wij (2108) and its representation in Dutch society. The aim of this research is to explain the forms of juvenile delinquency in the film Wij (2018) and compare the film with reality in Dutch society. The research method used is descriptive qualitative using the literary sociology theory of Sapardi Djoko Damono and Wellek and Warren. This research also uses the opinions of several Dutch social researchers, including; Van der Laan in his research about the drop of  juvenile delinquency in the Netherlands and Grasmeijer who researched the influence of the family on teenagers’ antisocial behavior. Based on this analysis, forms of juvenile delinquency were found in the film Wij (2018), namely; underage drinking, assault, teenage prostitution, and property crimes. The factors causing juvenile delinquency in the film Wij (2018)  are in line with the facts in Dutch society. The analysis carried out proves that film Wij (2018) is a reflection of Dutch society. Films as a reflection of society not only show the good side, but also the bad side in the form of juvenile delinquency."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur `Afifah
"Kenakalan remaja yang marak terjadi, memerlukan penanganan dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sekolah sebagai instansi resmi memiliki peran yang siginifikan dalam menangani kenakalan remaja. Salah satu cara yang sekolah dapat lakukan untuk menangani kenakalan remaja adalah melakukan pendidikan karakter, dimana hal ini dapat menjadi salah satu cara agar para remaja dapat mengurangi kegiatan yang bersifat negatif dan lebih diarahkan pada kegiatan yang bersifat positif. Sistem ketarunaan yang diterapkan di SMKN 61 Jakarta menjadi keunikan dari SMKN 61 Jakarta sendiri dalam melaksanakan pendidikan karakter. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peran dari ketarunaan SMKN 61 Jakarta dalam mengatasi kenakalan remaja dan faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan pendidikan ketarunaan di SMKN 61 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan wawancara, observasi, dan studi literatur. Adapun peran ketarunaan dalam mengatasi kenakalan remaja yaitu dengan memperkecil kesempatan mereka untuk melakukan kenakalan remaja dengan memperpadat waktu mereka dengan kegiatan positif, menginternalisasi mereka dengan karakter yang harus dimiliki seorang taruna, dan membiasakan mereka melakukan kebiasaan positif. Hal tersebut akhirnya berdampak pada perubahan taruna dan taruni yaitu kenakalan yang mereka lakukan menjadi berkurang dan terdapat perubahan positif lainnya yaitu perubahan sikap, fisik, dan performa akademis.

Juvenile delinquency is rife, requiring treatment from the family, school, and community. Schools as official institutions have a significant role in dealing with juvenile delinquency. One of method that schools can do to deal with juvenile delinquency is character education, it can reduce activities of adolescents that are negative and more directed at positive activities. Ketarunaan system that implemented at SMKN 61 Jakarta is unique from SMKN 61 Jakarta itself in carrying out character education. This research aim the role of the ketarunaan SMKN 61 Jakarta to resolve juvenile delinquency. This research uses a qualitative approach with descriptive research design. The data collection techniques used in this research are in-depth interviews, observation, and literature studies. The results of this research role of ketarunaan to resolve juvenile delinquency is to reduce their chances of juvenile delinquency by tightening their time with positive activities, internalizing them with the character that must be possessed by taruna, and getting them into positive habits. This is make impact on the change in taruna dan taruni, delinquency they do becomes reduced and there are other positive changes that is change of attitude, physical, and academic performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, B.
Bandung: Alumni Bandung, 1979
364.15 SIM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saifullah Fil Ardhi
"ABSTRAK
Masalah Kenakalan Remaja terus berkembang seiring berkembangnya
waktu.Lemabaga Kesejahteraan Sosial Anak lebih berpotensi meningkatkan
jumlah kenakalan remaja di Indonesia jika tidak di atasi dengan benar.Hanya
sedikit yang dapat mengasuh remaja dengan berkualitas hingga dapat menangani
kenakalan remaja.Penelitian ini mengkaji studi deskriptif pada dua ibu asuh dalam
menangani kenakalan remaja. Pertanyaan penelitian ini adalah ingin melihat
bagaimana peran ibu asuh dalam menangani kenakalan remaja dan apa saja faktor
penghambat peran ibu asuh dalam menangani kenakalan remaja. Hasilnya adalah
ibu asuh menekankan pemenuhan kebutuhan biologis, psikolohis, dan sosiologis
yang baik distertai dengan pola asuh otoritatif terhadap anak.Hambatannya adalah
pengaruh yang besar dari faktor lingkungan dan disertai pergolakan psikologis
remaja yang membuat kontrol diri yang lemah

ABSTRACT
Delinquency problems continue to evolve as the development time. Foster Care
more potentially increase the number of juvenile delinquency in Indonesia, if not
addressed properly. Few are qualified to care for adolescents with juvenile
delinquency to be able to handle. This study examines descriptive study in two
foster mothers in dealing with juvenile delinquency. This research question was to
see how the role of foster mother in addressing juvenile delinquency and what are
the factors inhibiting the foster mother's role in dealing with juvenile delinquency.
The result is a foster mother emphasized the biological needs,psychology needs,
and good sociological needs with authoritative parenting on children. The obstacle
is the great influence of environmental factors and psychological upheaval with
teens who make a weak self-control"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Hana Safitri
"Tugas akhir ini membahas makna ekstralingual atau makna di luar bahasa yang juga memiliki karakteristik kenakalan remaja dari sebuah lagu berjudul “Hier kommt Alex” karya band Die Toten Hosen. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan teori jenis makna milik Gustav Blanke, terutama pada jenis makna ekstralingual yang terdiri dari makna referensial, asosiatif, afektif, situatif, etimologis, dan stilistis. Permasalahan yang dibahas adalah kata dan frasa apa saja yang memiliki makna ekstralingual dan mengandung karakteristik kenakalan remaja dalam lirik lagu Hier kommt Alex. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua jenis makna ekstralingual muncul dalam lirik lagu tersebut. Terdapat makna dengan total keseluruhan 55 makna, yaitu sebanyak 20 makna referensial, 11 makna asosiatif, 11 makna afektif, 7 makna situatif, 3 makna etimologis, dan 3 makna stilistis. Makna ekstralingual kata dalam lirik "Hier kommt Alex" tersebut juga dapat mengungkap isu kenakalan remaja. Kenakalan remaja adalah kenakalan yang dilakukan oleh anak berusia 14-18 tahun, baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.

The focus of this study is on extralinguistic meaning or meaning outside of language. It also has the characteristics of juvenile delinquency in the song called Hier kommt Alex by the band Die Toten Hosen. This research uses a qualitative research method and Gustav Blanke's theory of meaning types to analyze the meaning, there are referential, associative, affective, situational, etymological, and stylistic meanings. The problem discussed is which words and phrases have an extralinguistic meaning and contain the characteristics of juvenile delinquency in the lyrics. The results of this study show that all types of extralinguistic meaning appear in the song lyrics. There are 55 total meanings, namely 20 referential meanings, 11 associative meanings, 11 affective meanings, 7 situational meanings, 3 etymological meanings, and 3 stylistic meanings. The extralinguistic meaning of the words in the lyrics of "Hier kommt Alex" can also reveal the issue of juvenile delinquency. Juvenile delinquency is delinquency committed by children aged 14-18 years, both boys and girls."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold, William R.
Boston: Houghton Mifflin, 1983
364.36 Arn j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shaw, Clifford R.
Chicago: University of Chicago, 1969
364.36 SHA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ratna Maulidiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trojanowicz, Robert C., 1941-
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1987
364.36 TRO j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Angeliky Handajani Day
"Merebaknya isu mengenai hak asasi manusia berdampak pula pada bidang hukum pidana khususnya yang mengatur mengenai kenakalan anak (Juvenile Delinquency), yang menunjukkan adanya pergeseran penerapan kebijakan kriminalnya terutama pada sistem penjatuhan hukuman yaitu dari pemidanaan dengan tujuan penjeraan menjadi bentuk pembinaan dengan asas proporsionalitas sebagai penyeimbangnya. Hal ini dilakukan dengan mengingat karakteristik khusus yang dimiliki anak sehingga dengannya anak diharapkan dapat terayomi dan terlindungi. Namun dalam penerapannya terlihat adanya suatu ketimpangan dimana tidak adanya peraturan yang jelas dan tegas mengakibatkan tidak semua anak pelaku mendapatkan perlindungan yang sama, sebagaimana yang terjadi pada anak pelaku pengulangan tindak pidana yang jelas-jelas "dirugikan" haknya untuk mendapatkan perlindungan dari ketiadaan dan kekaburan aturan yang mengatur seputar perbuatannya tersebut. Kedaan ini menyebabkan anak secara tidak langsung tetap mendapatkan perlakuan yang sama dengan pelaku tindak pidana dewasa yaitu pemidanaan dengan pemberatan dan hal ini sangat bertentangan dengan tujuan dari perlindungan anak sebab apabila kesejahteraan anak yang harus diutamakan maka semua peradilan yang dilakukan untuk anak haruslah mendasarkan pertimbangannya pada upaya pembinaan dan bukan pada berat-ringannya kesalahan anak. Menyadari hal tersebut maka dirasakan pentingnya untuk mengadakan perubahan dan penyempurnaan terhadap berbagai produk hukum yang berkaitan dan juga secara khusus terhadap Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang merupakan produk kekhususan bagi Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang masih berlaku pada saat ini. RUU KUHP yang sedang disusun telah memberikan jawaban yang jelas yaitu tidak dimungkinkannya anak pelaku pengulangan tindak pidana untuk memperoleh pernberatan hukuman dan kemungkinan besar akan diberlakukan untuk menutupi kekosongan hukum dalam UU pengadilan Anak selama UU pengadilan Anak belum diamandemen."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
T16442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>