Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfiyah Haniifah Oktaviani
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion di kalangan laki-laki melalui gender performativity. Studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki merupakan salah satu bentuk dalam ekspresi gender melalui fashion telah mengalami redefinisi maskulinitas. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi sebelumnya tidak membahas bagaimana proses terbentuknya redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion yang digunakan sehari-hari di kalangan laki-laki. Dengan menggunakan konsep gender performativity dan identitas gender oleh Butler sebagai pisau analisis dari penelitian ini. Peneliti berargumen bahwa laki-laki menggunakan genderless fashion yang dilakukan secara terus menerus sebagai cara mereka untuk menunjukkan identitas gender mereka. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki menunjukkan redefinisi maskulinitas yang berbeda dengan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya mampu menegosiasikan makna maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan diri melalui genderless fashion. Data pada penelitian ini diperoleh dengan pendekatan kualitatif denganstudi fenomenologi yang menggambarkan pengalaman individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan laki-laki pengguna genderless fashion yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai identitas diri.

This study aims to to describe the redefinition of masculinity through the genderless fashion among men through gender performativity. Previous studies say that the use of genderless fashion among men is a form of gender expression through fashion that has experienced a redefinition of masculinity. However, researchers see that previous studies did not discuss the process of redefinition of masculinity through genderless fashion in daily use among men. By using Butler's concepts of gender performativity and gender identity as analytical tools for this research. Researchers argue that men use genderless fashion continuously to show their gender identity. In addition, this research argues that the use of genderless fashion among men shows a redefinition of masculinity that is different from Indonesian society which is ultimately able to negotiate the meaning of modern masculinity, namely men who care about their own appearance through genderless fashion. The data in this research was obtained using a qualitative approach with a phenomenological study which describes individual experiences of a phenomenon. The data source for this study is in-depth interviews with men who wear genderless fashion in their daily activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Yuliana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui redefinisi maskulinitas yang dianalisis melalui masculine performativity yang dilihat pada praktik dan pemaknaan pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Studi-studi terdahulu menunjukkan laki-laki yang memakai produk perawatan kulit, berguna untuk menjaga penampilan serta menarik perhatian lawan jenis, akan tetapi, belum banyak studi yang melihat fenomena ini sebagai bentuk redefinisi dari maskulinitas, khususnya dalam konteks pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Dengan memakai konsep masculine performativity oleh Butler dan body practice dari Shilling sebagai pisau analisis, peneliti berargumen bahwa laki-laki memakai produk perawatan kulit sebagai praktik yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus sebagai cara untuk menunjukkan identitas gender mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa praktik tubuh pada laki-laki yang memakai produk perawatan kulit bertujuan untuk mencapai bentuk tubuh yang mereka inginkan. Sementara, pemaknaan maskulinitas yang terdapat dalam pemakaian produk perawatan kulit dilakukan secara berulang dan konsisten yang dianggap sebagai maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan wajah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi, yaitu studi yang menggambarkan pengalaman beberapa individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan informan yang memiliki kriteria sebagai laki-laki yang memakai produk perawatan kulit dan content creator laki-laki di bidang beauty (skincare enthusiast).

This study aims to determine the redefinition of masculinity which is analyzed through masculine performativity which is seen in the practice and meaning of using skin care products for men. Previous studies have shown that men who use skin care products are useful for maintaining their appearance and attracting the attention of the opposite sex, however, not many studies have looked at this phenomenon as a form of redefinition of masculinity, especially in the context of using skin care products for men. man. Using Butler's concept of masculine performativity and Shilling's body practice as an analytical tool, the researcher argues that men use skin care products as a practice that is carried out repeatedly and continuously as a way to show their gender identity. Research findings show that men's body practices using skin care products aim to achieve the body shape they desire. Meanwhile, the meaning of masculinity contained in the use of skin care products is carried out repeatedly and consistently which is considered as modern masculinity, namely men who care about facial appearance. This study uses a qualitative approach with the type of phenomenological research, namely a study that describes the experiences of several individuals from a phenomenon. The data sources of this study are in-depth interviews with informants who have criteria as men who use skin care products and male content creators in the beauty field (skincare enthusiast).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Hans Joshua
"ABSTRAK
Artikel ini berfokus pada persoalan mengenai dekonstruksi maskulinitas dan keberadaan laki-laki feminis. Maskulinitas yang berkembang dalam masyarakat merupakan strereotip yang membentuk bagaimana seharusnya fisik laki-laki terbentuk serta perilakunya. Upaya melakukan dekonstruksi ini menggunakan etika kepedulian dalam kelompok kecil di masyarakat. Dalam tulisan ini, penulis mencoba menghadirkan aliansi laki-laki baru sebagai bentuk dekonstruksi maskulinitas. Kesadaran akan kepemilikan pemahaman diri menjadi kunci dalam memunculkan penggunaan teori etika kepedulian. Aliansi laki-laki baru muncul sebagai jawaban atas pemaknaan maskulinitas yang baru karena adanya kesadaran dari laki-laki bahwa tatanan patriarkis juga mengikis kebebasan untuk memilih secara otonom. Dalam tatanan patriarkis, perempuan dan laki-laki dikondisikan dalam pilihan yaitu mengikuti aturan masyarakat atau dikeluarkan dari social. Artikel ini mengangkat mengenai label laki-laki yang ditanamkan dalam budaya patriarkal. Oleh sebab itu butuh adanya dekonstruksi sebagai bentuk penolakan label tersebut melalui kesadaran atas kepemilikan diri secara otonom.

ABSTRACT
This article focuses on the question of the existence of the deconstruction of masculinity and male feminists. The society developed masculinity as a stereotype that specifies male how to form their physics and behavior. There is an effort by doing a deconstruction using the ethic of care in small groups in society. In this article, the author tries to present Aliansi Laki-Laki Baru as a form of deconstruction of masculinity. An awareness of self-understanding is needed as the key to rise the use of ethics of care. Aliansi Laki-Laki Baru emerged as an answer to the meaning of a new masculinity that deconstruct the patriarchal order that erodes men tho choose autonomously. In the patriarchal order, women and men are conditioned in between the choices to follow the rules or being excluded from the society. This article talks about male label that embedded in a patriarchal culture. Therefore, it took the deconstruction as a form of rejection of the label through an awareness of self ownership autonomously."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natassya
"Penelitian ini merupakan studi maskulinitas yang merupakan bagian dari kajian gender yang bersinggungan dengan kajian budaya. Penelitian ini melihat konstruksi maskulinitas baru yang diwujudkan melalui konsumsi laki-laki atas produk perawatan. Informan penelitian ini adalah tujuh laki-laki dengan rentang usia 18-25 tahun dan pengguna produk perawatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi. Temuan menunjukkan bahwa ketujuh informan memiliki pemahaman mengenai maskulinitas yang berbeda sehingga masuk ke dalam beberapa kategori. Empat informan memiliki pemahaman maskulinitas normatif, Ada dua informan memiliki pemahaman maskulinitas yang disandingkan dengan maskulinitas, dan satu informan yang memiliki pemahaman maskulinitas yang semiotik.
This research is part of gender and cultural studies. This research wants to see the construction of new masculinity through grooming products. The informants in this research are men, 18 36 years old and using grooming products. This research used qualitative methods with in depth interviews and observation to collect data. The result of this research shows that informants had different idea of masculinity. There are four informants who had normative idea. There are two informants who had idea of masculinity which compared to feminism. Also there is one informant who had semiotic idea."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Putri
"ABSTRAK
Fashion merupakan gaya busana populer yang dipakai dan atau ditiru oleh sekelompok masyarakat. Budaya fashion masyarakat Korea (K-Fashion), merupakan salah satu produk Korean Wave yang mulai diminati masyarakat mancanegara. Korean Wave awalnya hanya berfokus pada musik dan drama mulai merambah ke dunia kecantikan dan fashion. Hal ini yang membuat masyarakat Korea lebih memperhatikan gaya berpakaiannya, tak terkecuali kaum lelaki. Jurnal ini meneliti tentang makna fashion di Korea terutama bagi kaum laki-laki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah makna fashion bagi laki-laki Korea sama seperti yang tergambar dalam film Pesyeonwang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data adalah metode kepustakaan. Temuan dari jurnal ini menunjukkan bahwa ada tiga makna fashion bagi laki-laki Korea, yaitu fashion sebagai gaya busana sehari-hari, fashion sebagai tren, dan fashion sebagai prestise bagi laki-laki Korea.

ABSTRACT
Fashion is one popular style that wore or copied by a group of people. Korean fashion culture or simply called as K-Fashion is one of culture’s product made by the growth of Korean Wave. At the beginning, Korean Wave only focused on its music or drama and later try to maintain people’s interest through fashion and beauty. This is why people in Korea even men, pay more attention to fashion. This journal is about the meaning of fashion in South Korea, especially for Korean men. The purpose of this research is to find wether the meaning of fashion for Korean men is the same in the Pesyeonwang film. This journal is using descriptive qualitative method. Collecting data is literature method. This journal have found that there were three meanings of fashion for Korean men, namely fashion as daily outfit, fashion as a trend, and fashion as a prestige for Korean men.;"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Widdy Endah Permatasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktik maskulinitas molimo direalisasikan oleh laki-lakiperantauan Jawa di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 3 orang informan penelitian. Adapun temuan lapangan penelitian menggambarkan tentang bagaimana nilai – nilai Jawa di internaisasikan oleh orang tua, keluarga, dan lingkunan kepada anak laki – lakinya dan juga bagaimana informan memandang nilai filsafah Jawa molimo sebagai salah satu nilai yang juga secara sadar maupun tidak sadar di internalisasikan. Hasil penelitian membahas mengenai bagaimana praktik maskulinitas molimo tersebut diwujudkan oleh laki-lakiperantauan Jawa di kota besar Jakarta, apa saja contoh tingkah laku yang masih menjadi cerminan praktik maskulinitas molimo dan bagaimana informan memaknai filosofi molimo itu sendiri. Pada akhir bab terdapat kesimpulan penelitian dan saran guna penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan tema yang sama.

This study aims to describe how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in Jakarta. This study uses a qualitative approach with a descriptive design. The sampling technique used was purposive sampling technique with a total of 3 research informants. The findings of the research field describe how Javanese values ​​are internalized by parents, family, and the environment to their sons and also how the informants view the value of Molimo's Javanese philosophy as one of the values ​​that are also consciously or unconsciously internalized. The results of the study discuss how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in the big city of Jakarta, what are some examples of behavior that still reflect the practice of molimo masculinity and how informants interpret the molimo philosophy itself. It also discusses the relevance of the life that is currently being lived. At the end of the chapter there are research conclusions and suggestions for further research that is still related to the same theme.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hulya Amina Putri
"Artikel ini membahas bagaimana laki-laki menggunakan makeup dan membuat video tutorial makeup di YouTube seperti Jeffree Star dan Patrikstarrr yang menentang konsep maskulinitas tradisional dengan menggunakan makeup. Dalam studi kasus ini, media sosial, yaitu YouTube, tidak hanya berperan sebagai media ekspresi diri, namun juga sebagai media untuk memperoleh persamaan hak. Analisis Alvarez mengenai maskulinitas digunakan sebagai kerangka dalam studi ini. Dengan menggunakan analisis teks, dapat ditampilkan bahwa laki-laki yang menggunakan makeup cenderung dimarginalisasi oleh laki-laki yang berada dalam grup dominan di dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dimana mereka diharapkan untuk menerapkan ciri-ciri yang secara stereotipikal merepresentasikan laki-laki, seperti memiliki tubuh yang berotot dan menekan emosi yang dirasakan. Selanjutnya, artikel ini tidak hanya membahas tujuan laki-laki tersebut untuk menentang hegemoni maskulinitas dan mendapatkan persamaan hak, melainkan mereka juga memperkuat standar kecantikan bagi perempuan dengan menampilkan cara tertentu dalam mengaplikasikan makeup. Oleh karena itu, artikel ini memberikan kontribusi dalam pengetahuan mengenai laki-laki yang mengaplikasikan karakter feminin dan penggunaan media sosial yang memberikan pengaruh lebih lanjut dalam studi mengenai gender, jenis kelamin, dan identitas.

This article investigates how men who wear and do makeup tutorial videos on YouTube like Jeffree Star and Patrickstarrr challenge the traditional concept of masculinity by wearing makeup. In the chosen case studies, social media, in this case YouTube, does not only work as a media of expression, but also as a tool to seek equality. Alvarez rsquo s analysis about masculinities is used as the framework of this study. By using textual analysis, it is shown that men who wear makeup are more likely to be marginalized by the dominant group of men in patriarchal society where men are expected to perform the traits that stereotypically represent masculinity, such as having muscular bodies and oppressing emotions. Furthermore, this article does not only discover the purpose of these men to challenge hegemonic masculinity and seek equality, this also finds that they reinforce beauty standards on women by showing the way they put on makeup. Thus, this study contributes to the knowledge about men who perform feminine traits and the use of social media which give further impacts in the study of gender, sex, and identity."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Frangky E.
"ABSTRAK
Di masyarakat, laki-laki dituntut menjadi maskulin dengan memiliki sifat
atau karakteristik berbeda dari perempuan. Terpaan pesan komunikasi
dalam media membuat nilai-nilai maskulinitas cenderung diasosiasikan
dengan penampilan tubuh. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
penelitian ini menggambarkan pemaknaan laki-laki homoseksual dan lakilaki
heteroseksual terhadap nilai-nilai maskulinitas dan citra tubuh dalam
program komunikasi pemasaran suplemen kesehatan L-Men. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan
teknik analisis tematik. Temuan penelitian ini adalah pesan promosional
komunikasi pemasaran L-Men diterima dan dimaknai secara beragam oleh
target komunikasinya, baik laki-laki homoseksual maupun laki-laki
heteroseksual. Temuan lain adalah program komunikasi pemasaran
membentuk ragam kepercayaan terhadap kualitas L-Men.

Abstract
In society, men are expected to possess masculine traits which make them
distinct from women. The exposure of media message has been causing an
association of masculine values toward body appearance. Through
qualitative approach, this research tries to describe various meaning
toward masculinity values and body appearance in L-Men?s marketing
communication programs. In-depth- interview is used in collecting data
from certain informants. The data will be analyzed by using thematic
analysis. The finding of this research is promotional message received and
interpreted variously by target market, both the homosexual and
heterosexual men. Another finding is the marketing communication program
creates various type of trust toward the quality of L-Men."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrya Pinandita
"Dewasa ini, di Indonesia khususnya, produsen produk-produk perawatan tubuh tengah mengembangkan sayapnya dengan menjadikan laki-laki sebagai target baru pada industri mereka. Laki-laki kini juga dituntut untuk merawat dan menjaga tubuh serta penampilan mereka. Berbagai strategi pemasaran seperti pemasangan iklan di televisi dan bioskop dan juga pemasaran melalui media sosial sedang gencar dilakukan sehingga terpaan terhadap pesan-pesan ini tidak akan terelekan.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bawah sebuah pesan dapat dimaknai berbeda-beda oleh khalayak luas. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggali bagaimana khalayak pria memaknai gambaran maskulinitas yang terdapat pada iklan susu suplemen L-Men Gain Mass. Latar belakang responden menjadi fokus penelitian untuk mengetahui bagaimana tiap responden dengan latar belakang dan sudut pandang mengenai maskulinitas yang berbeda memaknai pesan maskulinitas pada iklan L-Men tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yang menggunakan pendekatan paradikma intepretive dengan pemilihan responden menggunakan sistem purposive random sampling. Setelah melakukan riset, peneliti menemukan bahwa didikan orang tua serta pengaruh pergaulan sosial adalah dua faktor yang paling mempengaruhi sudut padang responden dalam memaknai pesan maskulinitas. Riset ini bermanfaat bagi para pemasar produk untuk lebih berhati-hati dalam membuat sebuah pesan agar khalayak ramai dapat memaknai pesan yang disampaikan dengan baik.

In late 2000's in Indonesia, beauty and body care companies has began to expand their target market by targeting males as their potential consumers. This fact requires every males to look after their physical appearances. Various marketing strategies such as TV and social media commercial has been chosen by the marketing team to expose Indonesian males which aims to influence their perception and knowledge.
Past research has reveal that a particular message can be intepreted differently by different audiences. In this research, researcher is interested to see how male audiences interpret the masculinity image on L-Men Gain Mass TV Commercial, a protein milk suplement for male. Respondent's background and prior knowledge are chosen to be the study subject and focus to see how these factors are influencing respondent perception and opion towards L-Men's masculinity image.
This research is a qualitative research using intepretive paradigm with purposive random sampling technique. After conducting the research, researcher founds that parenting style and peer groups influence are the strongest factors which influencing respondent's response towards the masculinity message. This research is beneficial for marketer to reflect how they should choose a strong yet impactful message that are acceptable and understandable to make their program succesful.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Ayu Amala Maharani
"Maskulinitas hegemonis mencerminkan dominasi sosial melalui maskulinitas, seringkali diasosiasikan dengan olahraga sebagai penyalurnya. Hal ini menjadi menarik ketika kita melihat olahraga seperti cheerleading yang didominasi oleh perempuan, bahkan digambarkan sebagai emphasized femininity. Cheerleading hari ini sudah bukan lagi konsep rok pendek dan penyorak di pinggir lapangan, kini cheerleading menjadi sebuah olahraga kompetisi ekstrem yang juga diikuti sebagian laki-laki. Maka dari itu, tulisan ini mengeksplorasi identitas gender melalui bentuk-bentuk maskulinitas hegemonis dalam olahraga cheerleading yang didominasi perempuan, serta performativity dari cheerleader laki-laki. Melalui studi pustaka, ditemukan bahwa bentuk maskulinitas sebagai dominasi sosial terbagi menjadi dua yaitu ortodoks dan inklusif. Terakhir, performativity yang ditemukan adalah dalam bentuk skill tertentu, unggahan media sosial yang dipilah, dan attitude yang dijaga sebagai cheerleader.

Hegemonic masculinity reflects social domination through masculinity, often associated with sport as the channel for it. This becomes interesting when we investigate a female-dominated sport like cheerleading, even described as emphasized femininity. Cheerleading today is not just short skirts cheering on the sideline anymore, now cheerleading is an extreme competitive sport that also participated by some men. Thus, this article explores gender identity through constructions of hegemonic masculinity in cheerleading as a female-dominated sport, and performativity of male cheerleaders, through literature study. Through literature study, it is found that masculinity as a form of social domination is divided into two groups which are orthodox and inclusive. Lastly, the performativity is found in the form of certain skills, sorted social media post, and maintained attitude as cheerleader."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>