Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salmaa Afkari
"Periode balita adalah fase rentan terhadap risiko kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan anak serta menyebabkan kematian. Diare menjadi perhatian utama dalam kesehatan balita karena menjadi penyebab utama kematian dan penyakit pada kelompok usia tersebut, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017, prevalensi diare pada balita di Indonesia cenderung stagnan, hanya mengalami sedikit penurunan dari 14,3% pada tahun 2012 menjadi 14,1% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara sumber air minum dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare pada balita di Indonesia dengan menggunakan analisis propensity score matching berdasarkan data SDKI 2017. Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi observasional.  Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak di bawah usia lima tahun (0-59 bulan) yang tercatat dalam data SDKI 2017. Hasil analisis propensity score matching menemukan bahwa efek rata-rata dari layanan air minum yang tidak layak menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita berdasarkan nilai statistic t yang dihasilkan dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 2,0%. Sementara itu, efek rata-rata dari layanan sanitasi yang tidak layak memenuhi nilai asumsi yang signifikan berdasarkan nilai t yang dihasilkan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 3,8%. Perbandingan hasil analisis propensity score matching dan analisis regresi logistik biner menunjukkan sedikit perbedaan pada nilai odds ratio yang dihasilkan, namun tidak terlihat signifikan. Temuan ini menunjukan masih diperlukan penanganan terhadap kejadian diare pada balita. Diperlukan upaya dalam penerapan program edukasi yang berfokus pada pencegahan diare untuk mengurangi kejadian diare pada balita terkait sanitasi jamban. Selain itu, diperlukan pengembangan infrastruktur dan peningkatan ketersediaan fasilitas sumber air minum dan sanitasi agar akses fasilitas dapat tercapai merata di seluruh wilayah Indonesia.

The under-five period is a phase vulnerable to health risks that can stunt a child's growth and cause death. Diarrhea is a major concern in the health of children under five as it is the leading cause of death and illness in this age group, especially in developing countries. Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017, the prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia tends to stagnate, only experiencing a slight decrease from 14.3% in 2012 to 14.1% in 2017. This study aims to examine the effect of drinking water sources and household sanitation on the incidence of diarrhea in children under five years old in Indonesia using propensity score matching analysis based on the 2017 IDHS data. The research was quantitative in nature using an observational study design.  The population of this study was all children under the age of five (0 - 59 months) recorded in the 2017 IDHS data.  The results of the propensity score matching analysis found that the average effect of unimproved drinking water services showed insignificant results on increasing the incidence of diarrhea in children under five years of age based on the t-statistic value generated with an increased risk effect value of 2.0%. Meanwhile, the average effect of unimproved sanitation services meets the significant assumption value based on the resulting t value on the increase in the incidence of diarrhea in children under five with an increased risk effect value of 3.8%. Comparison of the results of propensity score matching analysis and binary logistic regression analysis showed a slight difference in the resulting odds ratio values, but did not appear significant. These findings indicate the handling of the incidence of diarrhea in toddlers. Efforts are needed to implement educational programs that focus on diarrhea prevention to reduce the incidence of diarrhea in children under five years of age related to latrine sanitation. In addition, it is necessary to develop infrastructure and increase the availability of water supply and sanitation facilities so that access to facilities can be achieved evenly throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Sewelas Ekapermatasari
"Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tiga kali dalam sehari atau lebih dengan feses berbentuk lembek atau cair. Diare termasuk salah satu penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan tingkat fatalitas kasus cukup tinggi (1,97%). Banten menempati peringkat kesembilan di Indonesia dengan prevalensi diare pada balita terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sumber air minum dengan kejadian diare pada balita di Banten menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 467 balita. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan chi-square. Prevalensi diare pada balita sebesar 10,7%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber air minum (nilai p=0,574) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Banten berdasarkan data SDKI 2017. Hubungan yang secara statistik bermakna dengan kejadian diare pada balita hanya ditemukan pada indeks kekayaan. Selain indeks kekayaan (nilai p=0,013), tidak ada lagi variabel yang memiliki hubungan yang secara statistik bermakna dengan kejadian diare pada balita.

Diarrhea is defined as the passage of three or more loose of liquid stools per day. Diarrhea is one of the diseases which frequently caused an outbreak with relatively high case fatality rate (CFR) (1,97%). Banten ranks ninth as province with the most high diarrhea prevalence nationally. Aim of this study is to analyze drinking-water sources related to diarrhea on under-five children in Banten based on Demographic and Health Survey (DHS) Indonesia 2017 data. This study used cross-sectional design study, and the number of sample used based on inclusion and exclusion criteria on this study is 467 under-five children. Data on this study were analyzed using frequencies and chi-square. Prevalence of diarrhea occurred on under-five children was 10,7%. There was no statistical significant relationship between drinking-water sources and diarrhea occurance on underfive children (p value=0,574), statistically significant relationship related to diarrhea occurance on under-five children only can be found in wealth index (p value=0,013).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Fauzi Firdaus
"Diare wisatawan (Traveler's Diarrhea) adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi encer, umum terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Sekitar 60% kasus TD disebabkan oleh Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, dan Aeromonas. Indonesia mencatat angka kejadian TD tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 19%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab TD pada wisatawan nusantara di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, dengan fokus pada sumber konsumsi air minum dan karakteristik individu (usia, perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), lama menginap, dan tempat menginap). Desain studi penelitian adalah cross-sectional dengan 173 responden, dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan kejadian TD di Pulau Tidung (11%), lebih rendah dibandingkan angka kejadian TD di Indonesia (19%) maupun Asia (20-60%). Faktor yang menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian TD di Pulau Tidung adalah sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=23,750), perilaku CTPS (p=0,012, OR=3,786), dan tempat menginap (p=0,053, OR=3,380). Analisis multivariat mengidentifikasi sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=24,986) dan tempat menginap (p=0,042, OR=3,797) sebagai faktor risiko dominan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian diare wisatawan (TD) di Pulau Tidung lebih rendah dibandingkan Indonesia dan Asia. Faktor risiko dominan TD adalah sumber air minum dan tempat menginap. Oleh karena itu, Penting untuk meningkatkan pengawasan sanitasi air minum dan kebersihan tempat menginap. Otoritas kesehatan, seperti puskesmas, disarankan memperkuat pemantauan sanitasi di tempat-tempat umum yang sering dikunjungi wisatawan.

Traveler's Diarrhea (TD) is characterized by passing loose stools more than three times within 24 hours and is common in developing countries like Indonesia. Approximately 60% of TD cases are caused by pathogens such as Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, and Aeromonas. Indonesia has the highest TD incidence in Southeast Asia, reaching 19%. This study aims to analyze the factors causing TD among domestic tourists in Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, focusing on water consumption sources and individual characteristics (age, handwashing behavior with soap (CTPS), length of stay, and accommodation). The study used a cross-sectional design with 173 respondents, analyzed using chi-square tests and binary logistic regression. Results showed that the TD incidence in Pulau Tidung was 11%, lower than in Indonesia (19%) and Asia (20-60%). Significant factors associated with TD in Pulau Tidung were water consumption source (p=0,000, OR=23,750), CTPS behavior (p=0,012, OR=3,786), and accommodation (p=0,053, OR=3,380). Multivariate analysis identified water consumption source (p=0,000, OR=24,986) and accommodation (p=0,042, OR=3,797) as dominant risk factors. The study concludes that TD incidence in Pulau Tidung is lower compared to Indonesia and Asia. Dominant risk factors for TD are water consumption sources and accommodation. Therefore, it is crucial to improve sanitation monitoring of drinking water and accommodation hygiene. Health authorities, such as local health centers, should enhance sanitation monitoring programs in public areas frequently visited by tourists."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Maheswari Ramadhanti
"Pemukiman kumuh memberikan pengaruh negatif terhadap masalah sanitasi dan lingkungan yang menjadi kotor. Kondisi tersebut menyebabkan penyakit berbasis lingkungan tidak dapat dihindari. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini membahas mengenai hubungan sanitasi dasar terhadap kejadian diare yang dilihat dari kacamata perilaku hidup sehat di empat lokasi Pemukiman Kumuh Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada balita. Sanitasi dasar yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian diare yaitu sarana air bersih, sarana pembuangan sampah dan perilaku pemeliharaan kesehatan.

Slums have a negative effect on sanitation and environmental problem. This condition causes environment-based diseases to be unavoidable. Diarhea is an environment-based disease which is the main cause of death for children under five years old. This study discusses the correlation of basic sanitation to the incidence of diarhea seen from the perspective of healthy living behavior in four slum areas of Jakarta. The results of this research shows that theres a strong correlation between basic sanitation to the incidence of diarhea among the toddlers. Basic sanitation is significantly related to the incidence of diarhea are clean water facilities, waste disposal facilities and health maintenance behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Arlinda
"Diare masih menjadi masalah kesehatan yang belum teratasi, dimana delapan persen kematian pada anak disebabkan karena diare. Salah satu penyebab diare adalah sanitasi dan perilaku saniter. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perilaku sanitasi sesuai dengan lima pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM); buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dengan aman, mengelola limbah dengan aman dan mengelola sampah dengan benar dan pengaruhnya terhadap kejadian diare anak.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (crosssectional) dengan menggunakan data survey riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui nilai rasio odds kejadian diare berdasarkan perilaku sanitasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare rendah pada ibu yang berperilaku sanitasi. Pengelolaan air minum dan pengelolaan limbah rumah tangga merupakan pilar yang menentukan dalam kejadian diare anak. Ibu sebagai penentu kondisi kesehatan anak perlu meningkatkan meningkatkan pengetahuan agar hidup lebih higienis dan saniter agar anak tercegah dari kejadian diare.

Diarrhea is still a health problem is not resolved, where eight percent of deaths in children caused by diarrhea. One of the causes of diarrhea are sanitary and sanitary behavior. This study aimed to assess the sanitary behavior in accordance with the five pillars of community-based total sanitation; defecation, hand washing with soap, safe drinking water to manage, manage waste safely and correctly managing waste and its effects on the incidence of childhood diarrhea.
This study used a cross-sectional study design using survey data basic health research in 2013. The sample was mothers with toddlers. Logistic regression was used to determine the value of the odds ratio incidence of diarrhea by sanitation behavior.
The result showed that the incidence of diarrhea lower in women who behaved sanitation. Management of drinking water and household waste management are the pillars that determine the incidence of diarrhea in children. The mother as a determinant of child health conditions need to improve in order to improve knowledge of life more hygienic and sanitary so that children prevented from diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Agustina
"Water, Sanitation, Hygiene iatau WASH adalah hal yang sangat penting untuk kesehatan manusia dan berkontribusi penting di kehidupan. Indonesia memiliki target untuk bebas BABS hingga 0% tahun 2024 Menurut Menteri Kesehatan bahwa 70% dari sumber air sudah positif terkontaminasi feses. Dampak ini dikarenakan bahaya iklim yang mengurangi akses air dan sanitasi . Lebih dari setengah 52,3% rumah tangga di NTT tidak pernah mengikutsertakan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait air dan sanitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi ketahanan iklim air minum sanitasi, implementasi WASH terhadap GEDSI, dan memberi rekomendasi terkait implementasi WASH berbasis GEDSI di Kota Kupang. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data ini adalah menggunakan WASH Climate Resilient Development GWP, Key Informant Interview, dan Focus Group Discussion. Melalui analisis dari hasil pengamatan baik dengan Risk Assessment dan deskriptif, didapatkan bahwa bahaya Iklim terbesar Kota Kupang alami adalah Kekeringan dengan eksposur terbesar ke lingkungan yaitu sumber air dengan tingkat skor sebesar 27 (skala 1-27). Bahaya iklim berdampak besar selanjutnya adalah Badai Seroja yang memberikan eksposur kepada masyarakat dan lingkugan dimana menjadi rentan dengan infrastruktur sanitasi di rumah dan populasi terdampak hingga skor masing - masing 18. Faktor yang menyebabkan ini adalah kurangnya anggaran daerah untuk memprioritaskan pengembangan infrastruktur sanitasi dan air minum. Untuk implementasi WASH ketahanan iklim berbasis GEDSI, Kota Kupang masih minim dalam melibatkan perempuan, disabilitas dan masyarakat rentan dikarenakan minimnya sarana untuk ikut mengambil keputusan di tengah kelompok masyarakat yang dominan laki - laki. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kondisi air minum dan sanitasi di Kota Kupang belum berketahanan iklim dikarenakan masih rentan dengan bahaya iklim, belumnya pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi bagi masyarakat khususnya kelompok perempuan, disabilitas dan masyarakat rentan. Rekomendasi penelitian yaitu memberikan adalah peningkatan forum diskusi dan edukasi terutama untuk perempuan, disabilitas, dan kaum rentan seperti anak – anak sehingga seluruh kebutuhan dapat tersampaikan lalu oleh pemerintah dapat meningkatan biaya anggaran untuk penyediaan infrastruktur distribusi air.

Water, Sanitation, Hygiene or WASH is very important for human health and makes an important contribution to life. Indonesia has a target to be free of open defecation by 0% by 2024 According to the Minister of Health, 70% of water sources have been contaminated with positive feces. The impact is due to climate hazards that reduce access to air and sanitation. More than half of 52.3% of households in NTT have never included women in making decisions related to water and sanitation. This study aims to analyze the condition of the resilience of drinking water sanitation, WASH implementation of GEDSI, and provide recommendations regarding the implementation of GEDSI-based WASH in Kupang City. The method used to obtain this data is using the WASH Climate Resilient Development GWP, Key Informant Interviews, and Focus Group Discussions. Through an analysis of the results of observations both with Risk Assessment and descriptive, it was found that the biggest natural climate hazard in Kupang City is Drought with the greatest exposure to the environment, namely water sources with a score level of 27 (scale 1-27). The next major impact climate risk is extreme weather (hurricane sejora) which provides exposure to communities and environments where becomes vulnerability with sanitation infrastructure at home and population tracking up to a score of 18 each. The factor that causes this is the lack of local budgets to prioritize the development of sanitation and water infrastructure drink. For the implementation of the climate of resilience based on GEDSI WASH, the City of Kupang is still lack in involving women, disturbances, and vulnerable communities due to the lack of means to take part in making decisions in the midst of male-dominated community groups. Therefore, it can be concluded that the condition of drinking water and sanitation in Kupang City is not yet climate resilient because it is still vulnerable to climate hazards, the need for drinking water and sanitation has not been fulfilled for the community, especially women’s difficulties, and vulnerable communities. The research recommendation is to provide increased discussion forums and education, especially for women, people with disabilities, and vulnerable people such as children so that all needs can be conveyed and government increasing budget costs for the provision of water distribution infrastructure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Laura Kartini
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara pembangunan infrastruktur pekerjaan umum yaitu sistem penyediaan air minum dan sanitasi (SPAMS) layak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi di Indonesia pada tahun 2005-2015 serta menganalisis faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi di Indonesia pada tahun 2005-2015. Metode penelitian yang dipergunakan pendekatan kuantitatif dan pengujian hipotesis dengan mengumpulkan dan menggunakan data sekunder untuk dianalisis. Pengujian kesesuaian model menunjukkan bahwa metode yang tepat untuk digunakan adalah metode fixed effect model. Hasil analisis dengan metode fixed effect model menunjukkan bahwa pembangunan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum Layak sebagai infrastruktur Pekerjaan Umum memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015. Sedangkan pembangunan sanitasi sebagai infrastruktur Pekerjaan Umum tidak memiliki pengaruh yang signifikan namu memiliki hubungan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005 – 2015. Faktor lain yang terdiri dari Angka Partisipasi Murni tingkat SMA dan Pembentukan Modal Tetap Bruto secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015. Sedangkan jumlah tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015.

The purpose of this research is to analyze the influence of drinking water and sanitation access on regional economic growth province in indonesia year 2005-2015 and to analyze other factors affecting provincial economic growth in Indonesia in 2005-2015. The research method used a quantitative approach and hypothesis testing by collecting and using secondary data to be analyzed. The model conformity test shows that the right method to use is the fixed effect model. The result of analysis with fixed effect model shows that the development of Infrastructure of Water Supply infrastructure has a significant positive impact on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015. While Environmental Sanitation of Settlement as Public Works infrastructure has not a significant positive impact on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015. While other factors consisting of Pure Participation Rate (Angka Partisipasi Murni) SMA, Gross Fixed Capital Formation together have a positive influence on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wahyudi
"

Diare masih menjadi salah satu penyebab utama kematian anak-anak, terutama di negara-negara berkembang. Akses air minum dan sanitasi yang buruk adalah pendorong utama penyakit ini. Indonesia masih menghadapi masalah dalam menyediakan air minum yang baik dan akses sanitasi yang layak bagi semua masyarakat. Pemerintah Indonesia telah berjanji untuk memenuhi target Sustainable Development Goals (SDG) dalam kategori sanitasi dan air bersih pada tahun 2019 dengan tema 'universal access'. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah sanitasi dan air yang tidak layak menyebabkan penyakit diare di Indonesia dan untuk membahas perkembangan penyediaan sanitasi dan penyediaan air bersih di Indonesia sehingga apakah Indonesia dapat mencapai target SDG pada tahun 2019. Penellitian ini menggunakan linear growth method dan logistic regression untuk membuat proyeksi dan menganalisis. Penelitian ini menggunakan data Sosio-Ekonomi Indonesia (SUSENAS) untuk 2011 dan 2015. Studi ini menemukan bukti bahwa air yang buruk dan sanitasi yang buruk secara terus menerus menyebabkan diare di Indonesia. Kami juga memperkirakan bahwa Pemerintah Indonesia gagal mencapai target SDG pada tahun 2019.


Diarrhea remains one of the main causes of death of young children, particularly in developing countries. Poor water and sanitation are the main drivers of this disease. Indonesia still faces problems in providing improved drinking water and proper sanitation access for all communities. The Government of Indonesia has pledged to meet the target of SDGs in sanitation and clean water in 2019 with ‘universal access’. This study objective to examine whether the relationship between unimproved sanitation, unimproved water and diarrhea diseases in Indonesia and to discuss the latest development of sanitation and clean water provision in Indonesia using Indonesia’s Socio-Economic Survey (SUSENAS) data for 2011 and 2015. This research uses linear growth method and logistic regression to make projection and analysis. The study finds evidence that poor water and poor sanitation continue to cause diarrhea in Indonesia. We also predict that the Indonesian Government cannot achieve the target of SDG in 2019."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2018
T52003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Anindita Rahmawati
"Pendahuluan: Diare merupakan penyakit pembunuh kedua pada balita dengan prevalensi sebesar 14,3 dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Indonesia. Lebih dari 100.000 balita meninggal akibat diare dengan estimasi hilangnya biaya ekonomi sebesar Rp. 7,2 Triliun.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh balita Indonesia usia 0-59 bulan pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan sampling dengan metodesistem random sampling dengan jumlah sampel 5.961 balita.
Hasil: Prevalensi kejadian diare pada balita yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei SDKI 2012 adalah sebesar 15,2 907 balita dan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia balita 6-35 bulan POR: 1,977; 95 CI: 1,500-2,518; p 0,001, jenis kelamin POR: 1,298; 95 CI: 1,125-1,497; p 0,001, pendidikan ibu POR: 1,365; 95 CI: 1,180 ndash; 1,576; p 0,001 , sosial ekonomi menengah POR: 1,309; 95 CI: 1,064 ndash; 1,610; p 0,011, sosial ekonomi bawah POR: 1,623; 95 CI: 1,376 ndash; 1,913; p 0,001, sumber air minum POR: 1,326; 95 CI: 1,134-1,551; p 0,001, ketersediaan jamban POR: 1,424; 95 CI: 1,228-1,650; p 0,001, ketersediaan tempat cuci tangan POR: 1,248; 95 CI: 1,062-1,465; p 0,008, dan daerah tempat tinggal POR: 1,250; 95 CI: 1,085=1,440; p 0,002 dengan kejadian diare pada balita di Indonesia tahun 2012. Dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, perlu adanya kesadaran bersama baik pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, maupun orang tua dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS.

Introduction: Diarrhea is a second killer disease in under five children with a prevalence of 14,3 and have potential to outbreak in Indonesia. More than 100,000 under five children died from diarrhea with an estimated loss of economic costs of 7.2 Trillion Rupiah.
Objective: This study aims to determine factors are related to diarrhea occurrence among under five children in Indonesia based on data Indonesia Demographic and Health Survey IDHS 2012.
Method: This is a cross sectional study with study population were all Indonesian under five children 0 59 months in SDKI 2012 that meet the criteria of inclusion and exclusion. Then sampling by simple random sampling method with the number of sample is 5.961 responden.
Results: The prevalence of diarrhea occurrence in under fives with diarrhea 2 weeks before survey was 15.2 907 and there was a statistically significant relationship between age 6 35 months POR 1,977 95 CI 1,500 ndash 2,518 p 0,001, sex POR 1,298 95 CI 1,125 ndash 1,497 p 0,001, maternal education POR 1,365 95 CI 1,180-1,576 p 0,001, middle socioeconomic POR 1,309 95 CI 1,064-1,610 p 0,011, low socioeconomic POR 1,623 95 CI 1,376 ndash 1,913 p 0,001, drinking water source POR 1,326 95 CI 1,134 ndash 1,551 p 0,001, latrine availability POR 1,424 95 CI 1,228 ndash 1,650 p 0,001, handwasher availability POR 1,248 95 CI 1,062 ndash 1,465 p 0,008, and residence area POR 1,250 95 CI 1,085-1,440 p 0,002 on the incidence of diarrhea among under five children in Indonesia 2012. To decreasing the incidence of diarrhea among under five children, need a common awareness of government, health workers, community, and parents to improving sanitation and healthy life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Estiqomah
"Infrastruktur memiliki peranan penting dalam meningkatkan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Infrastruktur air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat dapat memperbaiki kondisi kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan perlindungan lingkungan. Adanya kesenjangan antar wilayah maka dibutuhkan adanya pemetaan infrastruktur sehingga dapat mengetahui prioritas pembangunan. Indikator penilaian didapatkan dengan studi literatur. Pemetaan infrastruktur didapatkan dengan kuesioner yang diolah dengan metode AHP.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peringkat kota sebagai berikut; Surabaya, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Medan, Yogyakarta, Jakarta, Mamuju, Palembang, Makassar, Mataram, Pontianak, Jayapura, Jambi, Bandung, Padang, Semarang, Serang, Ternate, Bengkulu, Manokwari, Pangkal Pinang, Kendari, Palangkaraya, Bandar Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Gorontalo, Tanjung Pinang, Kupang, Ambon, Manado.

Infrastructures have important roles in escalating and preserving rapid economic growth. Drinking water and sanitation infrastructure are basic human needs which can mend heatlh condition, increase quality of life and provide environment protection. Nevertheless, there are disparities in drinking water and sanitation infrastructure in Indonesia. Therefore, the need for mapping drinking water and sanitation infastructure is expected to determine the pattern of development and improvement of future drinking water and sanitaion infrastructure. Literature studies are used as sources for scoring selected indicators. The weight of each indicators is acquired by questionaires.
The result of this research indicates the rank of capital of provinces as follows; Surabaya, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Medan, Yogyakarta, Jakarta, Mamuju, Palembang, Makassar, Mataram, Pontianak, Jayapura, Jambi, Bandung, Padang, Semarang, Serang, Ternate, Bengkulu, Manokwari, Pangkal Pinang, Kendari, Palangkaraya, Bandar Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Gorontalo, Tanjung Pinang, Kupang, Ambon, Manado.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>