Ditemukan 198503 dokumen yang sesuai dengan query
Nadya Nurizkitha
"Perkembangan media sosial yang semakin canggih memberikan ruang bagi setiap individu dalam menampilkan citra diri dirinya di dunia digital. Tiktok, sebuah fenomena budaya, telah mendefinisikan ulang lanskap pengaruh, memungkinkan siapa pun untuk muncul sebagai 'influencer baru' dan membentuk kembali gagasan konvensional tentang popularitas dan publik. Penelitian dilakukan melalui studi etnografi virtual dengan cara mengamati aktivitas subjek secara online, melakukan wawancara mendalam, dan pengamatan terlibat secara online. Tulisan ini meneliti fenomena tren ulasan produk Shopee di Tiktok melalui praktik yang dilakukan oleh pembuat konten dan penonton sebagai sebuah imagined community yang memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana anggotanya bekerja dalam ruang digital dan membangun nilai-nilai. Temuan mengungkapkan interaksi dinamis antara pembuat konten (influencer), penonton, dan platform Tiktok, menyoroti peran ketiganya dalam membentuk nilai dan standar. Penelitian ini mengidentifikasi tiga wawasan utama: pertama, dinamika rumit antara pengguna dan platform Tiktok dalam konstruksi nilai dan standar; kedua, penerapan praktik micro-celebrity oleh pengguna sebagai sarana untuk menyesuaikan dan menegosiasikan nilai-nilai mereka dalam komunitas; dan ketiga, eksplorasi kekuasaan yang lebih luas, termasuk pengendalian pasar dan faktor ekonomi, yang berperan dalam membentuk perilaku pengguna di platform. Tulisan ini lebih dari sekadar menjelaskan bagaimana pengguna memandang dan menafsirkan penonton mereka, menyoroti hubungan beragam antara struktur Tiktok dan pengaruh eksternal yang berdampak pada perilaku pengguna, tulisan ini menawarkan pemahaman komprehensif tentang interaksi yang rumit antara pengguna, platform digital, dan masyarakat luas.
The rapid development of social media provides space for every individual to display their image in the digital world. Tiktok, a cultural phenomenon, has redefined the landscape of influence, allowing anyone to emerge as a 'new influencer' and reshaping conventional notions of popularity and public. The research was conducted through a virtual ethnographic study by observing the subject's activities online, conducting in- depth interviews, and engaging in online observations. This article examines the trending phenomenon of Shopee product reviews on Tiktok through the practices carried out by content creators and viewers as an imagined community that provides a framework for understanding how its members work in the digital space and build values. The findings reveal dynamic interactions between content creators (influencers), audiences, and Tiktok platform, highlighting the role of all three in shaping values and standards. This research reveals three main insights: first, the complex dynamics between users and the Tiktok platform in the construction of values and standards; second, the adoption of micro- celebrities by users as a means of appropriating and negotiating their values within the community; and third, an exploration of the broader power, including market control and economic factors, that play a role in shaping user behavior on the platform. This paper goes beyond simply explaining how users perceive and interpret their audience, highlighting the diverse relationships between Tiktok's structure and external influences that impact user behavior, it offers a comprehensive understanding of the complex interactions between users, the digital platform, and society at large."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Luvina Alya Syakira
"Dalam E-WOM, terjadi interaksi antar konsumen yang dapat mempengaruhi purchase intention. Shopee merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan strategi E-WOM. E-WOM yang digunakan oleh Shopee berbentuk konten Shopee haul. Strategi konten haul juga digunakan oleh kompetitor Shopee. Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana Shopee haul dapat bertindak sebagai E-WOM dan pengaruhnya terhadap purchase intention. Melalui metode secondary research, tulisan ini akan membahas perbedaan Shopee haul dengan kompetitornya. Hal yang menjadi perbedaan Shopee dibandingkan kompetitornya adalah adanya fitur Shopee haul dalam aplikasi Shopee. Namun, tulisan ini menemukan bahwa potensi dari fitur Shopee haul yang ada di aplikasi Shopee belum berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, fitur Shopee haul yang ada di aplikasi Shopee belum dapat sepenuhnya mempengaruhi purchase intention. Di sisi lain, konten Shopee haul di media sosial terlihat memiliki potensi yang lebih besar.
In E-WOM, there is interaction between consumers that can affect purchase intention. Shopee is one of the companies that implement E-WOM strategy. The E-WOM used by Shopee is in the form of Shopee haul. Shopee’s competitors are also using haul content as their strategy. This paper aims to discuss how Shopee haul can act as an E-WOM and its influence on purchase intention. Through secondary research method, this paper will discuss the differences between Shopee haul and its competitors. What makes Shopee different from its competitor is the Shopee haul feature in the application. However, this paper finds that the potential of this feature has not been maximally developed. Therefore, the Shopee haul feature in the application has not been able to fully influence purchase intention. Meanwhile, Shopee haul content on social media seems to have greater potential."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Diana Kusuma Wardhani
"Seorang dokter memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kesehatan kepada pasien, saat ini perkembangan media sosial memudahkan dokter untuk membagikan informasi mengenai dunia kesehatan kepada khalayak tanpa mengenai jarak dan waktu. Mudahnya membagikan sebuah informasi membuat lahirnya para konten kreator dalam media sosial. Seorang individu dapat dikatakan sebagai konten kreator apabila memiliki pengikut yang banyak dan konten yang viral. Individu tersebut dinamakan
influencer. Untuk dapat menjadi
influencer yang terkenal, seorang individu harus memiliki sebuah hal yang berbeda dengan individu lainnya, hal ini disebut dengan personal branding. Personal branding yang baik memiliki delapan dimensi hukum personal branding milik Peter Montoya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
eight laws of personal branding dalam konten Tiktok Ayman Alatas. Teori utama yang digunakan adalah teori delapan hukum personal branding. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis konten tiktok dan wawancara semi-terstruktur dengan informan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dr. Ayman Alatas memiliki hampir semua elemen-elemen dari delapan hukum personal branding yaitu
, law of specialization, law of leadership, law of personality, law of distinctiveness, law of visibility, law of persistence, law of goodwill kecuali
the law of unity.
A doctor has an obligation to provide information about health to patients, currently the development of social media makes it easier for doctors to share information about the world of health to the public regardless of distance and time. The ease of sharing information makes content creators born on social media. An individual can be said to be a content creator if he has many pengikut and viral content. These individuals are called influencers. To be a famous influencer, an individual must have something different from other individuals, this is called personal branding. Good personal branding has eight legal dimensions of Peter Montoya's personal branding. This study aims to explores eight laws of personal branding in Ayman Alatas' Tiktok content. The main theory used is the theory of eight personal branding laws. This research is qualitative descriptive exploratory research. Data was collected by analyzing the content of tiktok and semi-structured interviews with informants. The results of this study indicate that dr. Ayman Alatas has almost all the elements of the eight personal branding laws, namely, the law of specialization, the law of leadership, the law of personality, the law of distinctiveness, the law of visibility, the law of persistence, the law of goodwill except the law of unity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ray Hans Surjadinata
"Sosial media telah membawa beberapa perubahan berarti berkat kehadiran fitur User Generated Content yang memungkinkan pengguna untuk membuat konten secara mandiri yang mengakibatkan kaburnya batas-batas komunikasi massa dengan privat, serta adanya algoritma penyebaran informasi milik platform sosial media yang mengubah aliran informasi dengan hanya memilih dan mengamplifikasi konten yang dianggap dapat menggugah dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Tidak hanya itu, perkembangan sosial media juga mengubah fungsinya dari yang awalnya hanya sebagai sarana penyampaian informasi, kini juga menjadi sarana perdagangan melalui sistem elektronik. Namun kebebasan dalam pembuatan konten tersebut malah membawa isu baru mengenai maraknya penyebaran konten illegal seperti misinformasi yang dapat menyebabkan kekacauan dalam masyarakat maupun disinformasi yang dapat merugikan konsumen, terutama dalam fungsinya sebagai penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik. Penyebaran konten illegal juga diperparah oleh algoritma penyebaran informasi milik platform sosial media yang bersifat komersil yang hanya mengutamakan penyebaran informasi berbasis sensasionalisme untuk menarik keterlibatan pengguna sebanyak mungkin demi keuntungannya sendiri. Mengacu pada semakin besarnya kebergantungan masyarakat akan keberfungsian platform sosial media yang kini semakin meluas khususnya di Indonesia, maka keproaktifan dan juga pertanggungjawaban para platform sosial media untuk memastikan keandalan sistem dalam layanan digitalnya pun sangat diperlukan, terutama dalam memoderasi konten dan menyediakan sistem tata kelola dalam memitigasi penyebaran konten tersebut. Sebagai penelitian doktrinal, dengan memahami konsep dan kerangka hukum yang ada sebagai sumber hukum tertulis, penelitian ini akan membahas mengenai kesesuaian upaya pertanggungjawaban dan tata kelola para platform sosial media dengan kerangka regulasi Indonesia dan juga dalam menangani resiko. Melihat peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang keberperanan platform dalam menyebarkan konten illegal, para platform sebagai bagian dari pertanggungjawabannya sudah seharusnya wajib memastikan bahwa pihaknya tidak menjembatani penyebaran konten illegal dengan menerapkan sistem tata kelola yang aman, andal, dan bertanggungjawab.
Social media has brought significant changes thanks to the feature of User Generated Content that allow users to create content independently which results in the blurring between mass and private communication, as well as the existence of information dissemination algorithms owned by social media platforms that changes the information flow by only selecting and amplifying content that is able to increase user-engagement. Notwithstanding, the development of social media has also changed its original function from means of disseminating information, to now also means of trading through electronic systems. However, freedom to create content has instead brought new issues regarding the rampant spread of illegal content such as misinformation that cause chaos in society or disinformation that can harm consumers, especially in its function as means of trade through electronic systems. The spread of illegal content is also exacerbated by the information dissemination algorithm owned by social media platforms that prioritizes the spread of sensationalism-based information to attract as much user-engagement for their own benefit. Referring to the increasing dependence of society on the functioning of social media platforms in Indonesia, the proactivity and responsibility of social media platforms to ensure the reliability of their digital environment are demanded, especially in moderating content and providing a system to mitigate the spread of such content. As a doctrinal study, understanding the existing legal concepts and frameworks as written legal sources, this study will discuss the suitability of social media platforms' responsibility and governance efforts with the Indonesian regulatory framework upon dealing with the risk. Seeing the laws and regulations that has strictly prohibited the role of platforms in spreading illegal content, platforms as part of their responsibility should ensure that they don’t bridge the spread of illegal content by implementing a safe, reliable, and responsible governance system."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Chelsea Phandinata
"Penelitian ini menganalisis pola tindakan intervensi oleh layanan federal pemerintah Rusia yaitu Rozkomnodzor, terhadap arus publikasi konten pada media sosial populer TikTok. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari konten-konten video TikTok yang mengandung muatan kritik, sindiran, dan ejekkan terhadap pemerintahan Federasi Rusia dan Presiden Vladimir Putin yang dipublikasikan sejumlah akun TikTok yang terafiliasi dengan tagar #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, dan #протестнаяроссия, serta sejumlah video tanpa tagar yang turut viral dan masuk ke dalam rekomendasi untuk ditonton atau dikenal dengan istilah For Your Page (FYP) Dengan menggunakan metode analisis konten visual didukung dengan teori proses politik oleh Doug McAdam, penelitian ini membuktikan bahwa pemerintah Federasi Rusia dapat melakukan berbagai tindakan intervensif tersebut dengan menghapus konten dan memblokir akun TikTok yang memuat publikasi konten video bernuansa negatif terhadap pemerintah Rusia hingga memberikan sanksi teguran hingga denda terhadap otoritas TikTok.
This article analyzes the pattern of intervention acts by the Russian government federal service Rozkomnodzor, on the flow of contents publication on the popular social media TikTok. This article uses data taken from TikTok video content containing criticism, satire, and ridicule of the government of the Russian Federation and President Vladimir Putin published by TikTok accounts that affiliated with the hashtags #russiangovernment, #vladimirputin, #presidentputin, #политикароссия, #тупаяроссия, and #протестнаяроссия, as well as a number of videos without hashtags that went viral and included in the recommendations to watch or known as For Your Page (FYP). The government of the Russian Federation can carry out these various intervening actions by removing content and blocking TikTok accounts containing the publication of video content with negative nuances against the Russian government to giving sanctions from reprimands and fines against TikTok authorities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hanif Aditya Kurniawan
"TikTok merupakan aplikasi media sosial yang berfungsi sebagai platform berbagi video pendek. Aplikasi ciptaan ByteDance asal Cina ini merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh pada tahun tahun 2019 hingga kuartal awal tahun 2020 dengan total sebanyak 350 juta kali. Penulisan ini bertujuan untuk memetakan motivasi apa yang dimiliki oleh pengguna TikTok dalam menggunakan aplikasi tersebut dan dalam membuat sebuah konten. Berpijak pada teori Uses & Gratification, penelitian ini mengidentifikasi berbagai macam jenis motivasi yang dimiliki oleh para pengguna TikTok. Motivasi tersebut hadir untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh para pengguna melalui aplikasi TikTok. Penelitian metaanalisis ini dilakukan terhadap 5 artikel jurnal internasional yang terbit pada 2019 dan 2020. Hasil penelitian memperlihatkan beberapa motivasi yang paling banyak dimiliki oleh pengguna; yaitu hiburan, mengisi waktu kosong, dan mengekspresikan diri. Jenis-jenis konten yang memotivasi yang memotivasi pengguna TikTok yaitu video positif, komedi, dan informasi atau pengetahuan. Motivasi tersebut dimiliki oleh para pengguna TikTok untuk memenuhi kepuasan yang mereka inginkan dalam penggunaan TikTok.
TikTok is a social media application that functions as a short video-sharing platform. This application, created by ByteDance from China, was the most downloaded application in 2019 until the first quarter of 2020 with a total of 350 million times. This writing aims to map out what motivation TikTok users have in using the application and in creating content. Based on the Uses & Gratification theory, this research identifies the various types of motivation that TikTok users have. This motivation is here to fulfil the needs desired by users through the TikTok application. This meta-analysis research was conducted on 5 international journal articles published in 2019 and 2020. The results of the research shows some of the most motivational users: entertainment, filling leisure time, and self-expression. Types of motivational content that motivate TikTok users are positive videos, comedy, and information or knowledge. TikTok users have this motivation to fulfil the satisfaction they want in using TikTok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Shahril Shahputra Azis
"Interactivity didefinisikan sebagai kemampuan media untuk menyediakan synchronous communication dengan menekankan kecepatan respon dan kualitas informasi. Penelitian sebelumnya telah mempelajari tentang peran interactivity dalam meningkatkan secara positif involvement pelanggan terhadap mobile retail advertising. Tidak hanya interactivity, brand familiarity dan information quality juga merupakan faktor yang dapat meningkatkan involvement di dalam media sosial berdasarkan hasil penelitian lainnya yang telah dilakukan di dalam konteks media sosial. Lebih lanjut, involvement terbukti sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong pembentukan attitude secara positif. Akibatnya, intensitas pembelian di masa depan (future purchase intention) akan meningkat karena adanya attitude yang positif terhadap suatu brand. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peran interactivity sebagai salah satu prediktor pendukung dalam meningkatkan involvement pelanggan di dalam konteks media sosial. Data dikumpulkan dari 195 responden Indonesia yang tergolong pengguna aktif TikTok dengan rentang usia 18-48 tahun. Responden dipilih dengan menggunakan kriteria sampel yang sudah ditentukan berdasarkan dari rekomendasi penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil menunjukkan bahwa interactivity dapat membentuk involvement secara positif di dalam media sosial sebuah brand. Sementara faktor lainnya seperti information quality dan brand familiarity memainkan peran yang lebih dominan dalam membentuk involvement pelanggan. Selain itu, keterlibatan terhadap media sosial secara positif mempengaruhi attitude yang mengarah pada intensitas pembelian yang lebih tinggi. Namun, involvement tidak terbukti menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan intensitas pembelian
The ability of the media to provide synchronous communication while stressing reaction time and information quality is known as interactivity. Previous studies have looked at how interactive media can help boost consumer engagement with mobile retail advertising. Based on the findings of various research that have been undertaken in the context of social media, characteristics other than interactivity, brand familiarity and information quality are other factors that can boost involvement in social media. Additionally, engagement has been shown to be one of the elements that can promote the development of a positive attitude. As a result, a good attitude toward a brand will raise the intensity of upcoming purchases (future purchase intention). In the context of social media, this study intends to investigate the role of interactivity as one of the supportive indicators for rising customer involvement. 195 Indonesian respondents between the ages of 18 and 48 who are considered active TikTok users provided the data. Using established sample criteria based on suggestions from prior studies, respondents were chosen. The findings demonstrate how interactivity can influence the way people engage with a brand's social media. While other elements, like the quality of the information and brand recognition or familiarity, influence customer involvement more significantly. Participation in social media also has a beneficial and positive effect on attitudes, which increases the customer's intention to purchase. However, involvement was not proven to be one of the factors that escalate purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lutfi Agusta Satyawan
"Penelitian ini berupaya untuk menganalisis efek media pada konten Tiktok Sisca Kohl dengan menggunakan konsep modal sosial dan prestise merek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan efek media pada konten Sisca Kohl terhadap pengikutnya dalam pembentukan prestise merek. Penelitian berangkat dari atensi pengguna Tiktok terhadap konten Sisca Kohl yang unik karena memamerkan kekayaannya pada setiap video yang diunggah. Konten yang dinilai unik tersebut menuai pro dan kontra dari pengguna Tiktok. Namun kontroversi yang dibuat malah menjadikan dirinya salah satu konten kreator yang banyak di endorse perusahaan. Fenomena ini yang coba penulis analisis dengan mengaitkan konsep modal sosial dan prestise merek dalam melihat pengaruh media kepada penonton yang melihat konten Sisca Kohl. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, dan studi pustaka. Berdasarkan dugaan sementara penulis, terdapat kaitan antara modal sosial dengan pembentukan prestise pada suatu merek pada barang yang diiklankan oleh akun Tiktok Sisca Kohl. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pemanfaatan modal sosial akun Sisca Kohl untuk memberikan efek media berupa prestise merek pada suatu produk.
This study analyzes the effect of media of Sisca Kohl's Tiktok content by using the concepts of social capital and brand prestige. In terms of its purpose, the study aims to explain the media effects of Kohl's content and her followers in the process of creating brand prestige. The first part of the research discuss the attention of Tiktok users toward Kohl's unique content in which she boasts her wealth in every videos. Consequently, this act of displaying wealth sparks controversy among TikTok users. Interestingly, however, Kohl’s popularity skyrocketed, and she’s been widely endorsed by a variety of brands. To analyze this phenomenon, this study connects the concepts of social capital and brand prestige. This study uses qualitative research methods with data collection techniques in the form of interviews, observations and literature studies. The researcher assumes that there is a link between social capital and the creation of brand prestige toward the products that that are endorsed by Kohl. Finally, this study concludes that Kohl actively utilises social capital to provide brand prestige toward the products that she endorses."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Vina Aprilia
"Shopee menciptakan Program Shopee Affiliates sebagai salah satu strategi dalam mempromosikan produknya di masa pandemi Covid-19. Program Shopee Affiliates merupakan suatu program yang memberikan kesempatan kepada content creator atau influencer untuk mendapatkan komisi atau penghasilan tambahan hanya dengan mempromosikan produk-produk yang ada di platform Shopee ke sosial media yang dimiliki. Studi-studi terdahulu cenderung melihat pekerjaan influencer sebagai suatu pekerjaan yang memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan menguntungkan. Berbeda dengan studi terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis bentuk-bentuk kerentanan yang dialami oleh pekerja influencer dalam Program Shopee Affiliates di platform digital TikTok. Penelitian ini berargumen bahwa hadirnya Program Shopee Affiliates memunculkan kelompok pekerja imaterial yaitu pekerja influencer yang dinilai fleksibel tidak adanya ikatan ruang dan waktu, justru memposisikan pekerjaan influencer ini ke dalam kondisi pekerja yang rentan. Penelitian ini menggunakan konsep immaterial labour yang dikemukakan oleh Maurizio Lazzarato dan konsep precarious work yang dikemukakan oleh Guy Standing, dimana kategori-kategori yang telah disebutkan, pekerja influencer tergolong ke dalam jenis pekerjaan yang menghasilkan suatu produk yang bersifat imaterial atau tidak berwujud yang memiliki risiko kerja yang rentan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya fleksibilitas dalam bekerja dan ketidakpastian kontrak kerja menyebabkan influencer Program Shopee Affiliates di TikTok mengalami kondisi kerja yang rentan, seperti ketidakpastian kontrak kerja, ketiadaan perlindungan hak cipta terhadap konten digital yang telah dibuat, ketiadaan perlindungan jaminan sosial dan kesehatan, ketidakpastian jam kerja, ketidakstabilan pendapatan, dan ketiadaan serikat pekerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan dan mengkaji kerentanan-kerentanan yang dialami oleh pekerja influencer dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam semi-terstruktur, observasi digital, data sekunder, dan studi pustaka.
Shopee created the Shopee Affiliates program as one of the strategies to promote its products during the Covid-19 pandemic. The Shopee Affiliates program is a program that provides opportunity for content creators or influencers to earn commission or additional income only by promoting products from Shopee using their personal social media. Previous studies tend to view influencer work as a promising and lucrative career prospect. However, this research aims to critically analyze the forms of vulnerability experienced by influencer workers in the Shopee Affiliates Program on the TikTok digital platform. This study argues that the introduction of the Shopee Affiliates Program has given rise to a group of immaterial workers, namely influencer workers, who are considered flexible due to the absence of spatial and temporal constraints. However, this flexibility actually places influencer work in a vulnerable condition. The study adopts the concept of immaterial labor proposed by Maurizio Lazzarato and the concept of precarious work put forth by Guy Standing. Within these categories, influencer work is classified as a type of work that produces intangible or immaterial products, which entails risks and vulnerabilities. The findings of the research indicate that the flexibility of work and the uncertainty of employment contracts contribute to the vulnerability of influencers in the Shopee Affiliates Program on TikTok. They experience precarious working conditions, including uncertain employment contracts, lack of copyright protection for their digital content, absence of social security and health benefits, uncertain working hours, income instability, and the absence of labor unions. This research uses qualitative research methods to describe and study the precarities which are experienced by influencers, while also doing semi-structured in-depth interview, digital observation, and uses secondary data and literature study as the data collection technique."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Putri Alia Oktavia
"Penggunaan Instagram dan Kolaborasi dengan micro-celebrity sudah menjadi tren baru dalam dunia komunikasi dan promosi, terutama di bisnis produk kecantikan. Penggunan micro-celebrity sebagai salah satu strategi juga membuat pesan yang disampaikan lebih efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran merek SASC di Instagram dan penggunan micro-celebrity dalam strategi mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa konten yang diunggah di akun instagram @sascofficial berupa konten penjelasan kelebihan produk, konten berupa giveaway dan kontes, serta aktivitas sosial perusahaan. Lalu ada beberapa micro influencer yang bekerja sama dengan mereka seperti Marsha Aruan, Dita Soewarjo, dan juga Tyna Kanna Mirdad . Pemilihan influencer tersebut tidak hanya berdasarkan jumlah follower, tapi juga berdasarkan kualitas yang mereka miliki dan juga concern mereka terhadap woman empowering serta dunia anak.
The use of Instagram and collaboration with micro celebrity has become a new trend in the world of communication and promotion, especially in the beauty products business. The use of micro influencers as a strategy also makes the message delivered more effective. The purpose of this study was to determine the marketing strategy of the SASC brand on Instagram and the use of micro celebrity in their strategies. This research shows that the content uploaded on the Instagram account @official is in the form of an explanation of the advantages of the product, content in the form of giveaway and contests, as well as corporate social activities. Then there are some micro influencers who work with them such as Marsha Aruan, Dita Soewarjo, and also Tyna Kanna Mirdad. The selection of influencers is not only based on the number of followers, but also based on the quality they have and also their concern for woman empowering and the world of children."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library