Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dea Rifia Bella
"Tulisan ini menawarkan pendekatan etnografi kolaborasi dalam melihat dan memahami fenomena kepunahan bahasa melalui kacamata antropologi linguistik kontemporer, khususnya pada masyarakat Hamap, Alor, Nusa Tenggara Timur. Meskipun masyarakat Hamap dinyatakan mengalami kepunahan bahasa, mereka tidak merasa bahasa Hamap mengalami kepunahan. Dalam upaya making sense kenyataan dari kepunahan bahasa perlu adanya preposisi dengan bantuan metodologi yang arif dalam melihat bahasa yang hadir dalam interaksi dan dinamika sosial di masyarakat. Permasalahan sebelumnya adalah, mayoritas metodologi terdahulu melihat kepunahan bahasa dengan penyelamatan melalui pakem-pakem umum (konservasi, dokumentasi, revitalisasi), penyelamatan gramatikal (seperti pembuatan kamus dan penghitungan bahasa) sehingga analisis partikularitas pada masyarakat yang diteliti tidak terlihat. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan etnografi kolaborasi dapat menjadi alternatif dalam mengidentifikasi dan juga menganalisis persoalan kepunahan bahasa. Dengan pendekatan etnografi kolaborasi, ditemukan bahwa di tengah status kepunahan bahasa, terdapat penggunaan bahasa Hamap pada situasi-situasi dan kondisi-kondisi tertentu. Terutama di tengah kondisi masyarakat Hamap yang hidup berdampingan dengan tiga kelompok etnis lainnya, yakni Klon, Abui, dan Kui. Selain itu juga, dalam tulisan ini saya mencoba mempertanyakan kembali konsepsi mengenai kepunahan bahasa yang sudah menghegemoni dengan memperlihatkan praktik-praktik berbahasa yang nyata terjadi di masyarakat Hamap

This thesis presents a collaborative ethnographic approach to observing and understanding language extinction phenomena through the lens of contemporary linguistic anthropology, specifically within the Hamap community in Alor, East Nusa Tenggara. Despite the Hamap community being acknowledged as experiencing language extinction, they do not perceive the Hamap language as endangered. To make sense of the reality of language extinction, there is a need for prepositions aided by a judicious methodology to examine the language present in interactions and social dynamics within the community. The previous issue was that the majority of earlier methodologies viewed language extinction through general frameworks (conservation, documentation, revitalization) and grammatical preservation (such as creating dictionaries and language counts), neglecting the analysis of particularities within the studied community. Therefore, this research indicates that the collaborative ethnographic approach can be an alternative in identifying and analyzing language extinction issues. Through this approach, it was found that amidst the endangered status, the Hamap language is still used in specific situations and conditions. This is particularly evident in the context of the Hamap community coexisting with three other ethnic groups: Klon, Abui, and Kui. Additionally, in this writing, I attempt to question the prevailing conception of language extinction by demonstrating actual language practices occurring in the Hamap community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur yang terancam punah adalah bahasa Kafoa. Bahasa ini hanya dituturkan oleh 1200 orang di Desa Probur Utara, Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. Habollat, satu dari dua dusun yang ada di desa itu menjadi wilayah terakhir pemertahanan bahasa Kafoa. Dalam penggunaannya, ia tidak terlepas dari ekspresi kekuasaan dan jaringan kekerabatan 12 suku yang ada. Kedua aspek ini telah ikut mempenaruhi pembentukan sistem sosial budaya, struktur sosial, sekaligus sistem kebahasaan. Pengaruh itu tampak ke dalam praktik pengasuhan atau pemeliharaan antar generasi. Setiap anak mendapatkan sentuhan pertamanya dalam bahasa Kafoa, baik tuturan harian ataupun tuturan yang dianggap sebagai wasiat (woum) dari leluhurnya. Woum merangkai pandangan dunia dan nilai-nilai luhur dari generasi sebelumnya yang bertujuan untuk menjaga diri dan masyarakat saat berinteraksi antara satu dengan lainnya. Penelitian etnografis ini akhirnya menemukan kenyataan bahwa woum selain dianggap sebagai kearifan budaya, juga menjadi faktor penting pemertahanan bahasa Kafoa."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cambridge: Cambridge University Press, 2017
408.9 CRE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Evans, Nicholas
Chichester: Wiley-Blackwell, 2010
408 EVA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Damar Gerung
"Skripsi ini menganalisis implementasi dari Otoritas Manajemen di Indonesia berdasarkan ketentuan hukum dari Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) . Thesis ini akan membahas implementasi penegakan hukum akan perdagangan hewan langka dari segi international, regional, yang pada akhirnya mengerucut ke implementasinya di tingkat nasional di Indonesia. Penulis menemukan bahwa adanya ketentuan yang memberikan dua instansi negara menyebabkan susahnya isu perdagangan ilegal hewan langka ditegakkan. Penulis percaya bahwa dengan adanya kerjasama regional dan penggunaan sumberdaya dari ASEAN Wildlife Enforcement Network, perdagangan hewan liar dapat dikontrol hingga dapat menjadi pendapatan stabil untuk negara.

This research shall analyze the implementation of the Management Authority in Indonesia as based on the legal instructions of the Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). It shall discuss the implementation wildlife trade enforcement stage-by-stage from an international platform, a regional co-operation platform and finally leading into its implementation at a national level in Indonesia. Through the writing process, the writer has found that from a legal perspective, other then Indonesias lack of capacity to address this problem, endangered wildlife trade enforcement has been unable to reach its optimal level due to the overlaying laws which give authority to more than one state institution to excercise this right. Though such distribution of power is allowed by the CITES, Indonesia still needs to develop an optimal effort to address illegal endangered wildlife trade. The writer believes that this can be done by Indonesia through utilizing the resources of the regional wildlife enforcement, ASEAN Wildlife Enforcement Network, thus making endangered wildlife species trade a viable asset for the country."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S61713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detroit: Gale Research Inc., 1994
R 578.6803 ENC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Septianto Aldiansyah
"Keberadaan Taman Nasional Gandang Dewata menunjukkan kemauan, komitmen dan ambisi untuk memperluas kawasan lindung bagi spesies penting. Anoa (Bubalus quarlesi) berstatus Endangered Species (EN) dan juga masuk dalam Appendix I CITES yang berarti spesies ini terancam punah dan dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Tindakan konservasi bagi spesies ini di pulau Sulawesi memerlukan pendekatan ekologi dan geospasial. Pendekatan yang tepat diharapkan dapat meminimalisir tekanan terhadap populasi dan menghubungkan kawasan konservasi yang mungkin saja menjadi rumah bagi populasi anoa terbesar di dunia. Penelitian ini bertujuan memodelkan prediksi habitat secara spasial dan memprediksi kondisi habitat anoa tahun 2018 dan 2021 serta melihat potensi konservasi melalui pendekatan lansekap. Metode yang digunakan dalam membangun model adalah Maximum Entropy dengan memanfaatkan parameter lingkungan dan data kehadiran anoa. Parameter lingkungan yang digunakan adalah jarak dari jalan, jarak dari permukiman, jarak dari sungai, penggunaan lahan dan tutupan lahan, kemiringan lereng, wilayah ketinggian, dan kerapatan vegetasi. Sedangkan data kehadiran yang digunakan adalah jejak aktivitas anoa. Hasil menunjukkan bahwa jejak aktivitas yang ditemukan adalah sarang, kotoran (feses), jejak kaki, tempat istirahat dan tempat tidur. Anoa pegunungan di Taman Nasional Gandang Dewata dapat ditemui pada wilayah yang jauh dari sumber aktivitas manusia seperti jalan dan permukiman, dekat dengan sungai, terdapat pada tutupan lahan berupa tutupan vegetasi dengan kemiringan lereng landai hingga curam dan dapat ditemukan pada hutan pegunungan bawah hingga hutan pegunungan atas. Dalam waktu 3 tahun, terjadi pengurangan habitat anoa seluas 3.203 ha. Terkait aspek geospasial, korelasi terbesar bersumber dari aktivitas manusia (jarak dari jalan dan jarak dari permukiman). Pendekatan lansekap menemukan kemungkinan migrasi melalui koridor dari Taman Nasional Gandang Dewata menuju Taman Nasional Lore Lindu dengan memanfaatkan struktur topografi dan hutan lindung disekitarnya.

The existence of Gandang Dewata National Park shows the willingness, commitment and ambition to expand the protected area for important species. Anoa (Bubalus quarlesi) has Endangered Species (EN) status and is also included in Appendix I CITES which means this species is threatened with extinction and prohibited in all forms of international trade. Conservation action for this species on the island of Sulawesi requires an ecological and geospatial approach. The right approach is expected to minimize population pressure and link conservation areas that may be home to the world's largest anoa population. This study aims to model habitat predictions spatially and predict the condition of anoa habitat in 2018 and 2021 as well as see the potential for conservation through a landscape approach. The method used in building the model is Maximum Entropy by utilizing environmental parameters and anoa presence data. The environmental parameters used are distance from roads, distance from settlements, distance from rivers, land use land cover, slope, elevation, and vegetation density. While the presence data used is traces of anoa activity. The results showed that the traces of activity found were nests, feces, footprints, resting areas and beds area. Mountain anoa in Gandang Dewata National Park can be found in areas far from sources of human activity such as roads and settlements, close to rivers, found in land cover in the form of vegetation cover with gentle to steep slopes and can be found in lower mountain forest to upper mountain forest. Within 3 years, anoa habitat has been reduced to an area of 3.203 ha. Regarding the geospatial aspect, the largest correlation comes from human activities (distance from roads and distance from settlements). The landscape approach finds the possibility of migration through the corridor from Gandang Dewata National Park to Lore Lindu National Park by utilizing the topographical structure and the surrounding protected forest."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mittermeier, Russell A.
Mexico City: Cemex Conservation International, 1999
R 333.9516 MIT h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>