Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermita Bus Umar
"Pola makan yang tidak sehat berhubungan dengan tingginya Dietary Inflammatory Index (DII) yang pada akhirnya memiliki hubungan timbal balik dengan profil lipid yang tidak normal seperti peningkatan LDL. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis DII pada diet Wanita Usia Subur (WUS) etnik Minangkabau dan hubungannya dengan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang pada 143 orang WUS etnik Minagkabau, yang terbagi ke dalam dua kelompok berdasarkan kadar LDL, yaitu LDL tinggi (n=71) dan kadar kolesterol LDL normal (n=72). Pengumpulan data meliputi wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan kolesterol LDL. Penilaian konsumsi makanan untuk menghitung DII menggunakan metode Semi Quatitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ) dan Food Recall. Analisis menggunakan uji t idependen, uj Chi square, Uji Anova dan Uji Regresi logistik ganda untuk melihat hubungan DII dengan kolesterol LDL dengan memperhatikan variabel kovariat. Hasil penelitian mendapatkan Skor DII secara keseluruhan sebesar 2,44±1,03, dengan nilai DII pada kelompok LDL tinggi sebesar 2,62±1,15 lebih tinggi dibanding kelompok LDL normal yaitu sebesar 2,27±0,86 (p<0,05). Subjek yang mempunyai DII tinggi (tertil 3) berisiko 2,69 kali mengalami kolesterol LDL tinggi dibanding subjek dengan DII rendah (tertil 1) setelah dikontrol dengan aktifitas fisik. Daging, ayam dan minyak mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kadar kolesterol LDL tinggi, sumber protein nabati (tahu dan tempe), sayuran dan bumbu mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kolesterol LDL normal. Ikan dan santan memberikan kontribusi pada kedua kelompok tergantung teknik pengolahan. Perlu adanya perubahan pola konsumsi dari jenis dan bahan makanan yang bersifat proinflamasi menjadi antiinflamasi, serta membatasi cara pengolahan makanan dengan cara digoreng dan mempertahankan tradisi penggunaan bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan kunyit di dalam pengolahan makanan terutama yang menggunakan santanPola makan yang tidak sehat berhubungan dengan tingginya Dietary Inflammatory Index (DII) yang pada akhirnya memiliki hubungan timbal balik dengan profil lipid yang tidak normal seperti peningkatan LDL. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis DII pada diet Wanita Usia Subur (WUS) etnik Minangkabau dan hubungannya dengan kadar kolesterol LDL. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang pada 143 orang WUS etnik Minagkabau, yang terbagi ke dalam dua kelompok berdasarkan kadar LDL, yaitu LDL tinggi (n=71) dan kadar kolesterol LDL normal (n=72). Pengumpulan data meliputi wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan kolesterol LDL. Penilaian konsumsi makanan untuk menghitung DII menggunakan metode Semi Quatitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ) dan Food Recall. Analisis menggunakan uji t idependen, uj Chi square, Uji Anova dan Uji Regresi logistik ganda untuk melihat hubungan DII dengan kolesterol LDL dengan memperhatikan variabel kovariat. Hasil penelitian mendapatkan Skor DII secara keseluruhan sebesar 2,44±1,03, dengan nilai DII pada kelompok LDL tinggi sebesar 2,62±1,15 lebih tinggi dibanding kelompok LDL normal yaitu sebesar 2,27±0,86 (p<0,05). Subjek yang mempunyai DII tinggi (tertil 3) berisiko 2,69 kali mengalami kolesterol LDL tinggi dibanding subjek dengan DII rendah (tertil 1) setelah dikontrol dengan aktifitas fisik. Daging, ayam dan minyak mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kadar kolesterol LDL tinggi, sumber protein nabati (tahu dan tempe), sayuran dan bumbu mempunyai kontribusi yang lebih dominan terhadap kolesterol LDL normal. Ikan dan santan memberikan kontribusi pada kedua kelompok tergantung teknik pengolahan. Perlu adanya perubahan pola konsumsi dari jenis dan bahan makanan yang bersifat proinflamasi menjadi antiinflamasi, serta membatasi cara pengolahan makanan dengan cara digoreng dan mempertahankan tradisi penggunaan bumbu seperti bawang merah, bawang putih dan kunyit di dalam pengolahan makanan terutama yang menggunakan santan.

Poor dietary patterns correlate with high Dietary Inflammatory Index (DII) which ultimately has a reciprocal relationship with abnormal lipid profiles such as elevated Low-Density Lipoprotein (LDL). The purpose of this study was to analyze DII in the diet of Minangkabau ethnic women and their relationship with LDL cholesterol levels. This study uses a cross-sectional design, recruited 143 Minangkabau women of reproductive age, divided into two groups based on LDL levels, namely high LDL (n = 71) and normal LDL cholesterol levels (n = 72). Data collection includes interviews, anthropometric measurements, and examination of LDL cholesterol. Assessment of food consumption to calculate DII using the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and Food Recall methods. The analysis used independent t-test, Chi-square, ANOVA, and multiple logistic regression tests to see the relationship of DII with LDL cholesterol by observing covariate variables. The results obtained an overall DII score of 2.44 ± 1.03, with a DII score in the high LDL group of 2.63± 1.15, higher than the normal LDL group of 2.27±0.86 (p <0.05). Subjects who have high DII ( 3rd tertile) have a 2.69 times risk of experiencing high LDL cholesterol compared to those with low DII (1st tertile) after being controlled with physical activity. Meat, chicken, and oil have a more dominant contribution to high LDL cholesterol levels, sources of vegetable protein (tofu and tempeh), vegetables, and seasonings have a more dominant contribution to normal LDL cholesterol. Fish and coconut milk contribute to both groups depending on processing techniques. There needs to be a change in consumption patterns from types and foods that are pro-inflammatory to anti-inflammatory, as well as limiting the way food is processed by frying and maintaining the tradition of using herbs such as onions, garlic, and turmeric in food processing, especially those using coconut milk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khin Mittar Moe San
"[ABSTRAK
Studi komparasi potong lintang untuk menginvestigasi hubungan antara kegemukan dan inflamasi kronis derajat rendah, yang diukur melalui indeks diet inflamasi (DII), telah dilakukan pada guru wanita di Yangon, Myanmar (128 guru normal, 116 guru obese) Nilai rerata DII adalah 0.9 ±1.9 (0.91±1.92 dan 0.81±1.88 pada subyek obese dan non-obese, p=0.29). Guru dengan kegemukan beresiko 5.5 kali lebih besar untuk memiliki CRP >3mg/dl (p-value 0.02; 95%CI 1.24 - 24.07). Studi ini menemukan bahwa subyek obese mengkonsumsi lebih sedikit makanan yang bersifat anti-inflammasi seperti bawang dan antioksidan yang berimplikasi pada pencegahan dan pengendalian kegemukan dan penyakit tidak menular di Myanmar.

ABSTRACT
A comparative cross-sectional study was conducted to investigate the association between obesity and chronic low-grade inflammation measured by dietary inflammatory index (DII) among school teachers in Yangon, Myanmar. The mean ± SD of DII was 0.9±1.9 (obese 1.07 ± 1.92, non-obese 0.81± 1.88, p=0.29). Obesity was significantly associated with increased risk of having high CRP (OR= 5.5, 95% CI 1.24-24.07, p=0.02). This study found lower intakes of anti-inflammatory food parameters like onion and some antioxidants in obese (n=116) than non-obese (n=128), which have implication for prevention and control of obesity and non- communicable diseases in Myanmar population., A comparative cross-sectional study was conducted to investigate the association between obesity and chronic low-grade inflammation measured by dietary inflammatory index (DII) among school teachers in Yangon, Myanmar. The mean ± SD of DII was 0.9±1.9 (obese 1.07 ± 1.92, non-obese 0.81± 1.88, p=0.29). Obesity was significantly associated with increased risk of having high CRP (OR= 5.5, 95% CI 1.24-24.07, p=0.02). This study found lower intakes of anti-inflammatory food parameters like onion and some antioxidants in obese (n=116) than non-obese (n=128), which have implication for prevention and control of obesity and non- communicable diseases in Myanmar population.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Fitriyanti
"Malnutrition has been responsible, directly or indirectly, for 60% of the 10.9 million deaths annually among children under five. Over two-thirds of these deaths, which are often associated with inappropriate feeding practices, occur during the first year of life (WHO, 2003). In UNICEF conceptual framework, two immediate causes of malnutrition are inadequate dietary intakes and diseases, and the underlying causes that lead to those two are inadequate access to food in the household, insufficient health services and an unhealthy environment, and inadequate care for children and women (UNICEF, 1998). Inadequate dietary intake is influenced by inappropriate feeding practice. Children who are not breastfed have repeated infections and grow less well than children who at least receive some breast milk (Daelmans and Saadeh, 2003). From six months onward, a child must have complementary food at six-month point, since breast milk alone no longer meets all nutritional needs. Delaying the switch over much beyond six months of age can cause a child's growth to falter. Thus, for optimal growth and development, a child needs to be fed frequently with energy-rich, nutrient-dense foods (UNICEF, 1998). However, the complementary foods do not easily fulfill the nutrient requirement a child needs. Problem nutrients are those for which there is the greatest discrepancy between their content in complementary foods and the estimated amount required by the child (WHO, 1998). Three strategies for obtaining needed amounts of problem nutrients are: optimization of nutrient intake from locally available food, micronutrient supplementation, and fortification of processed complementary foods (Dewey and Brown, 2003). The 541" World Health Assembly in 2001 not only recommended exclusive breastfeeding for six months as a global public health recommendation, but also recommended the widest possible use of indigenous nutrient-rich foodstuffs to improve complementary foods and feeding practice (Daelmans and Saadeh, 2003). In response to that recommendation, this study was aimed to develop a feasible dietary guideline for complementary feeding of infants aged 6-11 months that will used local food available. There have been some researches about developing dietary guideline in other countries for certain age group. This study was planned to develop a dietary guideline in one area of Indonesia where many of its children in the age group of 6-11 month were under nourished."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Gabe
"Pengaruh dari media sosial serta permasalahan terkait penampilan dan citra tubuh yang dialami remaja putri membuat mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan berat badan ideal serta penampilan diri yang menarik dengan cara yang mudah dan cepat (fad diets). Namun, umumnya fad diets tidak didasari oleh dasar ilmiah yang jelas (pseudoscientif) sehingga keamanannya tidak terjamin dan dapat menyebabkan masalah gizi seperti malnutrisi dan anemia yang dapat mengarah ke status gizi serta prestasi belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paparan informasi fad diets di media sosial dan faktor lainnya terhadap perilaku diet mahasiswa fakultas non kesehatan di Universitas Indonesia pada tahun 2022. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional melibatkan 175 responden dari mahasiswa fakultas non-kesehatan Universitas Indonesia semester 2 dan 4. Data diambil dengan pengisian kuesioner online dan diolah menjadi analisis data univariat, bivariat, dan multivariat berupa uji Chi Square dan uji Regresi Logistik Ganda yang dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil penelitian menunjukkan 74,3% responden pernah atau sedang melakukan upaya penurunan berat badan dengan metode fad diets. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa jenis kelamin, citra tubuh, dorongan diet dari keluarga, dorongan diet dari teman sebaya, frekuensi paparan infromasi fad diets di media sosial, serta pengaruh paparan informasi fad diets di media sosial secara signifikan berhubungan dengan perilaku fad diets. Variabel citra tubuh merupakan faktor dominan dari perilaku fad diets dengan OR sebesar 9,6 setelah dikontrol dengan variabel frekuensi paparan informasi fad diets di media sosial sebagai variabel perancu.

The influence of social media and problems related to appearance and body image experienced by young women make them have a strong desire to get ideal body weight and attractive appearance in an easy and fast way (fad diets). However, generally, fad diets are not based on a clear scientific basis (pseudoscientific) so their safety is not guaranteed. It can cause nutritional problems such as malnutrition and anemia that can lead to nutritional status and learning achievement. This study aimed to determine the relationship between exposure to fad diets information on social media and other factors on the dietary behavior of non-health faculty students at the University of Indonesia in 2022. The research design used was cross-sectional involving 175 respondents from non-health faculty students at the University of Indonesia. semesters 2 and 4. The data were taken by filling out online questionnaires and processed into univariate, bivariate, and multivariate data analysis in the form of Chi Square test and Multiple Logistics Regression test which were carried out using SPSS software. The results showed that 74.3% of respondents had or are currently trying to lose weight using the fad diet method. The results of the bivariate analysis stated that gender, body image, dietary encouragement from family, dietary encouragement from peers, frequency of exposure to fad diets information on social media, and the influence of exposure to fad diets information on social media was significantly related to fad diets behavior. Body image is the dominant factor in fad diet behavior with an OR of 9.6 after controlling for the frequency of exposure to fad diet information on social media as a confounding variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rohanta
"Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Waktu pelaksanaan survey pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2003. sampai dengan 10 Februari 2004. Sedangkan penelitian dilakukan pada tanggal 21 April 2004 sampai dengan 10 Mei 2004. Cara pengambilan sampel dengan purposive random sampling pada pasien yang sesuai dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukkan 52,8% patuh terhadap asupan zat gizi makro. Rentang usia pasien yang mengalami DM TIPE 2 berada pada 30-50 tahun sebesar 51,4%. Perempuan ditemui 70,8% merupakan kelompok terbesar mengalami DM TIPS 2 sedangkan tingkat pendidikan tinggi terbanyak mengalami DM TIPE 2 sebesar 61,1%. Terlihat hasil yang sama pada penyuluhan gizi dengan media food model atau tanpa media food model.
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini pada asupan protein terlihat pengaruh penyuluhan gizi terhadap kepatuhan diet dengan nilai P < 0,05 sedangkan asupan energi, karbohidrat dan lemak tidak terlihat pengaruh penyuluhan gizi terhadap kepatuhan diet dengan nilai P > 0.05.
Hendaknya frekuensi pemberian penyuluhan gizi di rumah sakit ditingkatkan agar terbentuk sikap dan pengetahuan pasien terhadap gizi cukup baik untuk melaksanakan diet dengan kepatuhan yang tinggi. Profesioualisme para penyuluh harus terus ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, melakukan diskusi-diskusi teutang kasus yang terjadi. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas gizi 1 kali dalam sebulan berguna untuk memonitor pelaksanaan diet pada penyandang DM Tipe 2.
Kepustakaan : 60 (1985 - 2003)

Nutrient Illumination Influence Concerning Diet Compliance to NIDDM Sufferer Outpatient at Mohammad Hoesin and Palembang Bari Hospital 2004Diet compliance lower to diabetic patient not depend on insulin (NIDDM) is shown an unknowingly patient's circumstance, not has a high attitude and knowledge yet, healthy attitude to diet compliance. It is appear at patient who not capable to decrease amount of food calorie and incompliance for doctor's suggestion and other healthy official. Therefore, is needed to illuminate nutrient approach in order that NIDDM patient has a healthy attitude, to bring about food arrangement with orderly, discipline and compliance.
This research purpose to observe nutrient illumination influent that use food model nor not use food model toward diet compliance NIDDM patient at M. Hoesin and Palembang Hospital BARI 2004 also to see other factors influent such as age, sex, education, food reserve and diet consumption.
This research used quasi-experimental method. Initial survey carry out period begins at December 6, 2003 until February 10, 2004. Meanwhile, research progress at April 21, 2004 to May 10, 2004. Carry out sample by purposive random sampling way on patient as proper as with sample criterion. The result of research shown 52,8% macro nutrient reserve with compliance at total energy. Patient's age part of the way in NIDDM at 30-50 is 51,4%. Woman found 70,8% as biggest group as NIDDM, meanwhile education level as biggest in NIDDM is 61,1%. Shown as same as at nutrient illumination with media food model or non-media food.
As conclude from this research at total energy and protein reserve appears nutrient illumination on diet compliance as value P < 0,05 while energy reserve, carbohydrate and fat not appear nutrient illumination effluent toward diet compliance in value P > 0,05.
Be desirable that nutrient illumination giving frequency in hospital can improve it in order to form patient attitudes and knowledge toward nutrient is good enough to bring about diet with high compliance. Illuminators professionalism has to improve with trainings, discussion on cases happened. Home visit done/conducted by gizi officer once in a month good for monitoring diet execution at patient DM Type 2.
Bibliography: 60 (1985 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
White, Ellen G.
Bandung Indonesia Publishing House 1992,
613.2 Whi p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fhadilla Amelia
"ABSTRAK
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi penderita
hipertensi terbesar di Provinsi Jawa Barat, selain itu kepatuhan diet penderita
hipertensi di wilayah tersebut masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet berdasarkan
Dietary Approach to Stop Hypertension for Indonesian (DASHI) pada penderita
hipertensi dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian yang
dilakukan di wilayah kerja Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Puskesmas
Bojonggede Kabupaten Bogor ini menggunakan desain studi cross sectional dan
metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 49,52% responden cukup patuh dan 50,48%
resonden kurang patuh. Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
manfaat (OR= 3.9 95% CI 1.18-12.9) dan persepsi hambatan (OR= 3.007 95% CI
1.34-7.05) dengan kepatuhan diet. Instansi terkait diharapkan mampu memotivasi
penderita hipertensi untuk lebih patuh dalam menerapkan diet melalui edukasi
gizi, monitoring dan evaluasi pola makan, serta pengembangan media KIE
(komunikasi, informasi, dan edukasi) yang efektif dan efisien.

ABSTRACT
Kabupaten Bogor is the one place in West Java Province with highest prevalence
of hypertension people, yet the dietary adherence among them still poor. The
objective of this studi was to identify factors related to dietary adherence based on
Dietary Approach to Stop Hypertension for Indonesian (DASHI) among
hypertensive patient in Health Belief Model Theory point of view. This study was
conducted in work area of UPF Puskesmas Bojonggede Kabupaten Bogor by
using cross sectional design with purposive sampling method. The total samples
of this study was 105 persons. The result showed that 49,52% respondents are
having enough adherence to dietary recommendation and 50,48% respondents still
poor. There were significant associations between percevied benefits (OR= 3.9
95% CI 1.18-12.9) and perceived barriers (OR= 3.007 95% CI 1.34-7.05) with
dietary adherence. Institutions are hoped to motivate hypertensive patient to get
more adherence in dietary recommendation through nutrition Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi penderita
hipertensi terbesar di Provinsi Jawa Barat, selain itu kepatuhan diet penderita
hipertensi di wilayah tersebut masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet berdasarkan
Dietary Approach to Stop Hypertension for Indonesian (DASHI) pada penderita
hipertensi dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian yang
dilakukan di wilayah kerja Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Puskesmas
Bojonggede Kabupaten Bogor ini menggunakan desain studi cross sectional dan
metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 49,52% responden cukup patuh dan 50,48%
resonden kurang patuh. Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
manfaat (OR= 3.9 95% CI 1.18-12.9) dan persepsi hambatan (OR= 3.007 95% CI
1.34-7.05) dengan kepatuhan diet. Instansi terkait diharapkan mampu memotivasi
penderita hipertensi untuk lebih patuh dalam menerapkan diet melalui edukasi
Kabupaten Bogor is the one place in West Java Province with highest prevalence
of hypertension people, yet the dietary adherence among them still poor. The
objective of this studi was to identify factors related to dietary adherence based on
Dietary Approach to Stop Hypertension for Indonesian (DASHI) among
hypertensive patient in Health Belief Model Theory point of view. This study was
conducted in work area of UPF Puskesmas Bojonggede Kabupaten Bogor by
using cross sectional design with purposive sampling method. The total samples
of this study was 105 persons. The result showed that 49,52% respondents are
having enough adherence to dietary recommendation and 50,48% respondents still
poor. There were significant associations between percevied benefits (OR= 3.9
95% CI 1.18-12.9) and perceived barriers (OR= 3.007 95% CI 1.34-7.05) with
dietary adherence. Institutions are hoped to motivate hypertensive patient to get
more adherence in dietary recommendation through nutrition education,
monitoring and evaluation of dietary pattern, and developed KIE
(Communication, Information, and Education) media which are effective and
efficient."
2015
S60435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Arfiananda
"ABSTRAK
Obesitas mulai muncul sebagai masalah yang serius di seluruh dunia, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya beberapa penyakit, diantaranya adalah DM Tipe 2, Penyakit Jantung Koroner, dan dislipidemia. Obesitas dapat terjadi di semua kalangan. Faktor yang mempengaruhi obesitas diantaranya genetik, pola makan, aktivitas fisik, dan stres. Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan perubahan status gizi pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Desain penelitian ini menggunakan kohort retrospektif. Sampel merupakan mahasiswa FKUI tahun pertama tahun ajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan di RIK UI di awal tahun ajaran Mei atau Juli 2018 dan di akhir tahun ajaran Mei 2019. Pola makan diukur menggunakan kuesioner AFHC yang diisi oleh responden. Didapatkan rerata perubahan berat badan sebesar 0,43 kg (p 0,012), rerata perubahan tinggi badan sebesar 0,0031 m (p<0,01), dan median perubahan IMT sebesar 0,2 (p 0,346). Tidak ada hubungan antara skor AFHC dengan IMT (P=0,233). Tidak ditemukan perubahan IMT di awal dan di akhir tahun ajaran pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Tidak ada hubungan antara pola makan yang dinilai dengan skor AFHC dengan perubahan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa FKUI tahun pertama.

ABSTRACT
Obesity is starting to emerge as a serious problem throughout the world. Obesity leads to higher risk of several diseases, such as type 2 DM, coronary heart disease, and dyslipidemia. Factors affecting obesity include genetic, diet, physical activity and stress. Medical students are at high risk of obesity. The purpose of this study was to determine the relationship of dietary habit and changes of BMI in the first-year medical students of FMUI. This study is a retrospective cohort. Its subjects are medical students in the first year of the 2018/2019. The study was conducted at RIK UI at the beginning of the school year in May or July 2018 and at the end of the school year in May 2019. Dietary habit was measured using the AFHC questionnaire. There was an increase of 0.43 kg (p 0.012) change of body weight average, an increase of 0.0031 m (p <0.01) change of height average, and an increase of 0.2 (p 0.346) change of BMI median. There was no relationship between AFHC scores and BMI changes (P = 0.233). There were no changes in BMI at the beginning and at the end of the school year. There was no correlation of dietary pattern by AFHC score and changes of BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Martina Siboe
"ABSTRAK
Latar belakang: Prevalens obesitas anak dan remaja semakin meningkat.
Obesitas merupakan masalah yang penting karena dianggap sebagai salah satu
faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung, resistensi insulin, diabetes
mellitus tipe 2 (DMT2), hipertensi, dan stroke. Diperkirakan 80% anak yang
mengalami obesitas akan terus mengalami kondisi tersebut pada saat dewasa.
Sebelum anak mencapai pubertas, intervensi dini pada diet dan aktivitas fisis
sangat penting sebagai tata laksana obesitas anak.
Tujuan: Mengetahui pengaruh intervensi diet dan aktivitas fisis terhadap indeks
massa tubuh (IMT), asupan makan, aktivitas fisis, dan kebugaran pada anak obes
usia 6-9 tahun.
Metode: Penelitian ini menggunakan uji pre dan pasca-intervensi pada murid SD
usia 6-9 tahun di SD Marsudirini dan SD Melania Jakarta pada bulan SeptemberDesember
2015. Intervensi
diet
berupa
analisis
dan
edukasi
diet
pada
subyek
dan
orangtua.
Intervensi
aktivitas
fisis
diberikan
sebanyak
3 kali
60 menit
per
minggu
selama
12
minggu
dengan
intensitas
sedang
vigorous.
Pengukuran tingkat
aktivitas fisis menggunakan Physical Activity Questionnaire (PAQ-C).
Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan penambahan
data IMT pada pertengahan penelitian.
Hasil: 25 subyek ikut serta pada awal penelitian, 23 subyek menyelesaikan
penelitian. Pada akhir intevensi, terdapat hasil yang bermakna pada penurunan
IMT -1.16 kg/m
2
(p<0,001), asupan makan -772,58 kkal (p<0,001), dan
peningkatan 3 komponen tes kebugaran (lari 30 m, loncat vertikal, and baring
duduk). Sebelas subyek mengalami penurunan IMT sehingga mencapai status
nutrisi gizi lebih. Terdapat peningkatan nilai PAQ-C 0,15, namun peningkatan ini
tidak bermakna. Tidak terdapat korelasi antara penurunan IMT dengan kehadiran
latihan fisis dan penurunan asupan makan subyek.
Simpulan : Intervensi diet dan aktivitas fisis selama 12 minggu pada anak obes
usia 6-9 tahun menyebabkan penurunan IMT, asupan makan, dan peningkatan
kebugaran. Hasil ini menunjukkan pentingnya multidisiplin ilmu dalam tata laksana anak dengan obesitas.
ABSTRACT Background: The prevalence of obesity among children and adolescents has
dramatically increased. Obesity is considered as risk factor for cardiovascular
disease and associated with comorbid conditions such as insulin resistance, type 2
diabetes mellitus, hypertension and stroke. It has been observed that 80% of obese
adolescents will persist into adulthood. Early dietary and physical activity
intervention of childhood obesity is mandated before reaching puberty.
Objective: To examine the effects of 12-week dietary and physical activity
intervention on body mass index (BMI), dietary intake, physical activity, and
fitness in 6-9 years old obese children.
Methods: In this one group pre and post test design, 25 obese children were
subjected to 12-weeks dietary and physical activity intervention. All children were
between 6-9 years old and attending primary education in SD Marsudirini I and
SD Melania III. Dietary intervention were given in the form of dietary analysis
and education 4 times with 1 month interval. Physical activity intervention were
given 3 times weekly (60 minutes duration) with moderate to vigorous exercise
intensity. Measurement of physical activity was done using Physical Activity
Questionnaire (PAQ-C). Data collection were done at intial and final time of
intervention with additional of BMI on mid time of intervention.
Results: From 25 observed subjects, 23 subjects completed the program. There
were significant reduction in BMI -1.16 kg/m
2
(p<0,001), dietary intake -772,58
kkal (p<0,001), and improvement of 3 components of fitness test (30 m sprint,
vertical jump, and sit-up). Eleven subjects managed to reach BMI level for
overweight nutritional status. There was an increase in PAQ-C level 0.15
(p=0,389). However, there was no correlation between decrease dietary intake or
exercise attendance with the decrease of BMI.
Conclusions: Our data demonstrate beneficial effects of a combined dietary and
physical activity intervention among 6-9 years old obese children. These results
highlight the importance of multidisciplinary programs for the treatment of childhood obesity.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santika Candra Kusuma
"Latar belakang: Usia menarke merupakan onset menstruasi pertama sebagai tanda matangnya sistem reproduksi seorang wanita dengan banyak implikasi terhadap psikososial dan kesehatan seorang wanita di masa mendatang. Seiring perkembangan sosial-ekonomi, ditemukan penurunan rerata usia menarke di Indonesia. Sehingga, faktor-faktor terkait gaya hidup menjadi fokus utama studi ini. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia menarke dengan IMT, aktifitas fisik dan pola makan pada remaja putri usia 9-15 tahun di Kota Depok. Metode: Menggunakan desain studi potong lintang, data diambil melalui pengisian kuesioner dan wawancara food recall secara daring, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat One Way Anova, Mann Whitney, Kruskal Wallis, dianggap bermakna apabila p<0,05. Hasil: Terdapat 223 subjek sudah menstruasi dengan median usia menarke adalah 11,92 tahun. Diambil 89 subjek untuk analisis bivariat berasal dari 2 SMP dan 1 SD Negeri Kota Depok. Hasil analisis statistik, didapatkan hubungan signifikan aktivitas fisik dengan usia menarke (p=0,034) tetapi tidak didapati perbedaan signifikan pada variabel IMT (p=0,095) dan pola makan (p=0,512) terhadap usia menarke. Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan antara aktivitas fisik dengan usia menarke, tetapi tidak ditemukan perbedaan signifikan antara IMT dan pola makan dengan usia menarke pada remaja putri di Kota Depok.

Background: Age of menarche (AOM) is onset of first time of menstruation, a sign of the maturity of woman reproductive system, which has many implications for the psychosocial and health. Along with socio-economic developments, it was found a declining in the average AOM in Indonesia. Thus, factors related to lifestyle, are the main focus of this study. This study was aimed to measure the AOM and its association with BMI, physical activity (PA), and dietary habits in girls aged 9-15 years in Depok City. Methods: This study used a cross-sectional design, with data collected through filling questionnaires, online food recall interviews, measuring height and weight. Data analysis using One Way-Anova, Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, is considered significant if p<0,05. Results: The 223 subjects who had menstruated with the median of AOM at 11,92 years. The 89 subjects were analysed for the bivariate analysis are from 2 Junior High Schools and 1 Elementary School in Depok City. It was found a significant relationship between PA and age AOM (p=0.034), but there was no significant difference between BMI (p=0.095) and dietary habits (p=0,512) with AOM. Conclusion: There is a significant difference between PA and AOM, but there is no significant difference between BMI and dietary habits with AOM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>