Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizna Notarianti
"Ketahanan pangan rumah tangga menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan gizi dan konsumsi rumah tangga. Pandemi Covid-19 mengakibatkan semakin terbatasnya akses pangan bagi rumah tangga, sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan pangan. Guna menanggulangi kerawanan pangan, rumah tangga melakukan food coping strategy. Penelitian di pemukiman kumuh di Depok menunjukkan sebanyak 51,3% rumah tangga memiliki skor food coping strategy tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran food coping strategy dan faktor-faktor yang berhubungan dengan food coping strategy pada rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari Studi Ketahanan Pangan Keluarga dalam Kondisi Pandemi Covid-19 di Wilayah Urban dan Semi Urban Tahun 2020. Responden berjumlah 259 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan pasangan, pendapatan rumah tangga, status menerima bantuan pemerintah dan ketahanan pangan rumah tangga dengan penggunaan food coping strategy. Faktor yang paling dominan terhadap food coping strategy adalah rumah tangga rawan pangan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang diversifikasi pangan dan promosi potensi pangan lokal agar tercapainya ketahanan pangan rumah tangga

Household food security is one of the factors in the fulfilment of nutrition and household consumption. The Covid-19 pandemic has resulted in increasingly limited access to food for households, thus potentially causing food insecurity. To overcome food insecurity, households adopt a food coping strategy. Research in slums area in Depok shows that 51.3% of households have a high food coping strategy score. This study aims to determine the food coping strategy and the factors associated with the food coping strategy in the household. This study is a cross-sectional study using secondary data from the Study of Family Food Security in the Conditions of the Covid-19 Pandemic in Urban and Semi-Urban Areas in 2020. This study is a cross-sectional study with a sample of 259 households. The results showed that there was relationship between occupation of household head, spouse education, household income, status of receiving government assistance and household food security with food coping strategy. The dominant factor in food coping strategy is household food security. From the results of this study, it is hoped that education about food diversification and promotion of local food potential can be carried out to achieve household food security."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Martha
"Skripsi ini membahas mengenai gangguan pertumbuhan yakni pendek (stunting), kurus (wasting), dan berat badan kurang (underweight) pada anak umur 0-59 bulan di Indonesia.Gizi mempunyai peranan penting dalam periode pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat irreversible.Penilaian gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri menggunakan, indeks tinggi badan terhadap umur (stunting), serta indeks tinggi badan terhadap berat badan (wasting), indeks berat badan terhadap umur (underweight).
Tujuan penelitian ini mengetahui keterkaitan faktor sosial ekonomi dan beberapa faktor lain seperti kecukupan energi dan protein, infeksi malaria dan pelayanan kesehatan sanitasi dasar serta status BBLR pada gangguan pertumbuhan anak 0-59 bulan. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2010. Sampel penelitian ini adalah semua anak umur 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi, pendidikan ibu dan ayah mempunyai pengaruh terhadap gangguan pertumbuhan.Semakin rendah status ekonomi keluarga semakin tinggi juga risiko balita dalam keluarga tersebut untuk mengalami kejadian pendek, kurus dan berat badan kurang. Balita dari keluarga status ekonomi terbawah mempunyai risiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pendek (stunting) 1,4 kali lebih besar mengalami kekurusan (wasting), dan 1,7 kali lebih besar untuk mengalami berat badan kurang (underweight) dibandingkan dengan balita dari keluarga status ekonomi tertinggi.
Balita yang mempunyai ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai risiko lebih besar dalam mengalami gangguan pertumbuhan. Sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang mendasari gangguan pertumbuhan balita, sosial ekonomi keluarga baik akan berdampak baik juga dalam kesediaan asupan, lingkungan yang sehat, dan perilaku sehat.

This thesis mainly discusses about the growth disorders, stunting, wasting and underweight in children aged 0-59 months in Indonesia. Nutrition be an important role during the growth and development period of the children, which is irreversible. Nutritional assessment by anthropometric measurements performed using height of age index (stunting), height of weight index, weight of age index.
The purpose of this study is to determine the relationship of socio-economic factors and other factors, such as the adequacy of energy and protein, malaria infection, basic sanitation, and health care of LBW status in children 0-59 months of growth disorders. This research is quantitative, with a cross-sectional study design usingData Analysis of Primary Health Research 2010. Samples of this study are all children aged 0-59 months who were respondents in Data Analysis of Primary Health Research 2010.
Result of this study indicates that economic status and level of intelligence of the parents have influence on children's growth disorders. The lower the economic status of the family the riskier a toddler in the family would experience growth disorder.Toddlers from the family with lowest economic status have 1.8 times greater risk for experiencing stunting, 1.4 times greater risk for experiencing wasting, and 1.7 times greater risk for experiencing underweight compared with toddlers from family with highest economic status.
Toddlers with less educated parents also have greater risk for experiencing growth disorder. Socio-economic factors in family underly the growth disorder of the toddlers and would also affect the fulfillment of the nutritional intake, health services, and healthy behaviors in toddlers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sofia Parmawaty
"ABSTRAK
Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini akibat asupan gizi yang kurang lengkap dalam jangka pendek terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan gangguan pertumbuhan fisik sedang dalam jangka panjang resiko penyakit tidak menular. Salah satu upaya yang dilakukan untuk penanggulangan melalui percepatan kegiatan intervensi gizi spesifik. Namun angka drop out pemeriksaan di Posyandu masih tinggi hal ini dapat menghambat intervensi yang seharusnya didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun prototipe untuk memantauan intervensi gizi spesifik pada baduta di puskesmas serta mengidentifikasi baduta yang tidak datang periksa drop out ke posyandu. Penelitian ini merupakan pengembangan sistem informasi dengan teknik prototipe menggunakan metode System Development Life Cycle SDLC . Pengembangan sistem informasi ini dapat memberikan notifikasi informasi ketidakhadiran baduta di Posyandu berupa SMS kepada bidan desa dan ibu baduta sehingga dapat dilakukan follow up. Sistem ini juga dapat digunakan untuk memantau intervensi gizi spesifik pada baduta secara berkesinambungan sebagai salah satu upaya mencegah stunting.

ABSTRACT
The first thousand days of life is a golden period for a child to grow and develop optimally. Disorders that occur in this period due to the lack of complete nutritional intake in the short term disruption of brain development, intelligence and disruption of physical growth is in the long term risk of non communicable diseases. One effort was made to tackle through the acceleration of specific nutrition intervention activities. However, the number of out checks in Posyandu is still high. This can prevent the intervention that should be obtained. This study aims to build prototypes to monitor specific nutrient interventions in baduntas at puskesmas as well as to identify badans that do not come drop out to posyandu. This research is an information system development with prototype technique using System Development Life Cycle SDLC method. The development of this information system can provide notification of baduta absence go to Posyandu in the form of SMS to midwife and baduta rsquo s mother so it can be follow up. This system can also be used to monitor specific nutritional interventions on baduta on an ongoing basis as an effort to prevent stunting."
2017
T48842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"

ABSTRAK

Nama : Sri Lestari
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Determinan Severe Wasting pada Balita 6-59 Bulan di Kota Tangerang
Tahun 2019
Pembimbing : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting merupakan salah satu permasalahan gizi pada tingkat global, Asia
maupun di Indonesia termasuk di Kota Tangerang. Berdasarkan Data Riskesdas Tahun
2018 balita severe wasting di Indonesia sebesar 3,5%, Provinsi Banten 4,58%,
sedangkan Kota Tangerang lebih tinggi dibanding Indonesia dan Provinsi Banten yaitu
sebesar 4,84%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan severe wasting
pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Total sampel sebanyak 108 balita (kasus 36
balita, kontrol 72 balita). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat,
bivariat dengan chi square dan multivariat dengan analisis regresi logistik. Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2019 di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Hasil
analisis bivariat adalah secara statistik tidak ada hubungan antara asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, ASI eksklusif, keberagaman makanan, status
imunisasi, perilaku mencuci tangan, kunjungan posyandu, tingkat pendidikan dan
penghasilan orang tua dengan severe wasting, tapi terdapat hubungan antara penyakit
infeksi dengan severe wasting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penyakit
infeksi berhubungan signifikan dengan severe wasting. Hasil analisis didapatkan bahwa
OR dari variabel penyakit infeksi adalah 4,828 (95% CI: 1,034 – 22,544) artinya balita
yang terkena penyakit infeksi memiliki risiko terjadi severe wasting 4,828 kali lebih
tinggi dibanding balita yang tidak terkena penyakit infeksi setelah dikontrol variabel
status imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah penyakit infeksi merupakan
determinan severe wasting pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019.
Kata kunci:
Severe wasting, determinan, balita


ABSTRACT

Name : Sri Lestari
Study Program : Public Health Science
Title : Determinant of Severe Wasting Among 6-59 Months Children
in Tangerang City 2019
Counsellor : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting is one of Global Nutritional Problems and Tangerang City is no
exception. Based on Riskesdas data in 2018, 3.5% of children in Indonesia were in the
group with severe wasting problems. While in Banten Province and Tangerang City
were found in order 4.58% and 4.84% children are in severe wasting problems. This
study aims to determine the determinants of severe wasting problems of 6-59 months
children in Tangerang City on 2019. This research was a quantitative study with case
control design. The total sample were 108 children within the age of 6-59 months (case
36 children, controls 72 children). The results of bivariate analysis were statistically no
relation between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, protein intake, exclusive
breastfeeding, food diversity, immunization status, hand washing behavior, posyandu
visits, education level, and parent income with severe wasting, but there was a relation
between infectious diseases with severe wasting. The results of multivariate analysis
showed that infectious disease was significantly associated with severe wasting. The
most dominant variable was infectious disease, while immunization status as controlling
variable. Analysis result to be found that OR of the infectious disease variable was
4.828 (95% CI: 1.034 - 22.544), meaning that group of children at the age of 6-59
months with infectious diseases had a risk of severe wasting 4.828 times higher. In a
conclusion, Infectious Disease was a determinant variable of severe wasting problems
among children of the age 6-59 months in Tangerang City 2019.
Keywords:
Severe wasting, determinant, children

"
2018
T52782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amaliah
"Stunting terjadi dimulai didalam Rahim dan berlanjut setidaknya selama 2 tahun pertama kehidupannya, menentukan potensi individu untuk kehidupan kedepan dalam hal risiko morbiditas dan mortalitas, prestasi sekolah, produktivitas kerja, kekuatan fisik, dan risiko penyakit kronis. Tujuan dari penelitian ini untuk Mengetahui Potret Anak Stunting di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Penelitian Kualitatif dengan Rapid Assessment Procedures (RAP), dilakukan kepada informan yang memiliki anak stunting usia < 23 bulan dan 24-59 bulan pada bulan Juni 2017. Penggalian informasi melalui Diskusi Kelompok Tearah, Wawancara mendalam serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar informan memiliki tinggi badan < 150 cm, usia antara 20-25 tahun dan jarak antar kehamilan > 3th, tinggal di wilayah yang sanitasinya kurang baik karena sebagian besar masih BAB di kali dan sampah keluarga yang dibakar disekitar rumah. Anggota keluarga lain selain ibu ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Sebagian besar informan tidak melakukan IMD dan ASI Eksklusif. Pola asuh makan informan terhadap anaknya tergolong kurang baik karena anak sering diberikan makanan jajanan, saat anak sakit, makanan yang diberikan lebih sedikit, dan anak makan sambil jalan-jalan, untuk keanekaragaman makanan juga masih kurang dimana sayuran sebagian besar hanya diberikan kuahnya saja sementara buah jarang diberikan. Kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan tidak dimanfaatkan dengan baik terlihat sebagian besar informan hanya mengimunisasi anaknya 2-3 kali dan pengetahuan tentang gizi seimbang masih kurang, dan masih mengikuti budaya untuk memantang beberapa makanan selama hamil.

Stunting takes place inside the uterus and continues for at least the first 2 years of life, determining the individual's potential for future life in terms of risk of morbidity and mortality, school performance, work productivity, physical strength, and chronic disease risk. The purpose of this research is to know the Portrait of Stunting Children in Pangkalan Village, Teluk Naga Subdistrict, Tangerang Regency Year 2017. Qualitative Research with Rapid Assessment Procedures (RAP), conducted to informants who have child stunting age <23 months and 24-59 months month June 2017. Excavation of information through
Focus Group Discussion, In-depth interview and observation. The results showed, most informants have a height <150 cm, age at the time od pregnancy between 20-25 years and distance between pregnancy> 3th, living in a poorly sanitary area because most are still defecate in the river and family trash burned around the house Family members other than mothers get involved in parenting. Most
informants do not do IMD and Exclusive Breast Milk. Feeding patterns of informants to their children are not good enough because children are often given food snacks, when children are sick, the food is given less, and children eat while walking, for the diversity of food is also still lacking where most vegetables are only given sauce only while the fruit Rarely given. Ease of access to health services is not well utilized seen most informants only immunize their children 2-3
times and knowledge about balanced nutrition is still lacking, and still follow the culture to challenge some food during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliana Lindawaty Rambakila
" Latar Belakang: Layanan primer memiliki peran utama dalam mendeteksi adanya gangguan jiwa berat. Deteksi dini dan penatalaksanaan yang baik di tingkat pelayanan primer akan berdampak terhadap luaran orang dengan gangguan jiwa berat. Untuk meningkatkan penatalaksanaan gangguan jiwa berat di layanan primer, Kemenkes RI menyadur pedoman dari WHO tentang penanganan gangguan jiwa, neurologis, dan penyalahgunaan obat-obatan di layanan non spesialistik ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya adalah dengan dibuatnya modul lsquo;Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Psikotik rdquo;. Tujuan penelitian ini adalah menilai efektivitas modul Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Psikotik dengan Modifikasi terhadap pengetahuan dokter untuk mengidentifikasi gejala psikotik, menegakkan diagnosis, dan memberikan tatalaksana psikofarmaka dan nonpsikofarmaka pada pasien psikotik di layanan primer. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian dengan desain Quasi Experiment Pre-PosTest. Hasil: Sampel penelitian terbagi kelompok intervensi 17 subyek dan kelompok kontrol 20 subyek. Kelompok intervensi mendapatkan pelatihan modul Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Psikotik dengan Modifikasi. Peningkatan pengetahuan pada kedua kelompok intervensi dan kontrol secara keseluruhan dengan p=0,402, domain gejala p=0,630, domain diagnosis p=0,117, domain farmakologi p=0,2014, dan domain nonfarmakologi p=0,815. Kesimpulan:Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.Kata Kunci: Efektivitas Pelatihan, Modul Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Psikotik, Pengetahuan Dokter Puskesmas.
ABSTRACT Background Primary services have a major role in detecting serious mental disorders. Early detection and good management at the primary care level will have an impact on the outcomes of people with severe mental disorders. To improve the management of severe mental disorders in primary care, RI Health Ministry adopted WHO guidelines on the handling of psychiatric, neurological, and drug abuse in non specialist services into the Indonesian language, one of which is the creation of Diagnosis and Management of Psychotic Disorders Module. The objective of this study was to assess the effectiveness of the Diagnosis and Management of Psychotic Disorders with Modification Module to physician knowledge to identify psychotic symptoms, diagnose, and administer psychopharmaceutical and nonpsychopharmaca management in psychotic patients in primary care. Research Methods This research used research type of Quasi Experiment Design Pre Post Test. Results The sample was divided into 17 subjects in the intervention group and 20 subjects in the control group. The training used Diagnosis and Management of Psychotic Disorders with Modification Module. Increased overall knowledge in the intervention group and in control group with p 0.402, symptom domain with p 0.630, diagnosis domain with p 0.117, pharmacological domain with p 0.2014, and nonpharmacological domain with p 0,815. Conclusion There was no significant difference between increased knowledge in the intervention group over the control group. Keywords Training Effectiveness, Module of Diagnosis and Management of Psychotic Disorder, Knowledge of Primary Care Doctor. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthoharoh
"Latar belakang Gagal tumbuh atau failure to thrive adalah kondisi keterlambatan pertumbuhan fisik pada anak, dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, dibandingkan dengan tinggi badan. Beberapa kondisi menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pertumbuhan terutama pada neonatus. Studi ini memberikan gambaran penerapan Model Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pada lima kasus neonatus dengan risiko gangguan pertumbuhan. Presentasi kasus Kasus 1 neonatus laki-laki, dengan extremely preterm usia gestasi 27 minggu, berat badan lahir 870 gram, neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB-KMK), RDS, TTN, septikemia, tersangka SNAD, neonatal jaundice, terpasang ventilator mode high frequency oscilation (HFO), terpasang orogastric (OGT), diet ASI 12x1 ml, TPN PG 2 dengan GIR 4,7, kebutuhan kalori kurang dari target, interpretasi kurva Fenton dibawah persentil 50, berat badan menurun, usia enam hari 860 gram. Kasus 2 perempuan, extremely preterm usia gestasi 26 minggu, berat badan lahir 744 gram, NKB-KMK, RDS, tersangka SNAD, PDA, neonatal jaundice. Terpasang ventilator, sementara puasa, grafik Fenton berada dibawah persentil 50, kebutuhan kalori kurang dari target. Kasus 3 dan 4 neonatus berjenis kelamin perempuan, lahir dengan extremely preterm dan very preterm, terpasang ventilator, kebutuhan kalori kurang dari target, sementara dipuasakan karena kondisi belum stabil. Kasus 5 perempuan, usia gestasi 37 minggu, BBL 2610 gram, berat badan saat dikaji 2340 gram. Diagnosis medis gastroschizis post tutup defek hari ke 27, terpasang non invasif ventilasi, sementara puasa produksi OGT kehijauan, BB/PB berada di -3SD s/d <-2 SD (gizi kurang). Evaluasi respons adaptif dari kelima pasien didapatkan kebutuhan kalori terpenuhi sesuai target.
Kesimpulan Hasil pengkajian perilaku dan stimulus mode fisiologis-fisik kelima kasus didapatkan empat kasus berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dari kondisi neonatus lahir prematur, terpasang ventilator, penundaan pemberian makan karena kondisi klinis, risiko infeksi/sepsis serta kondisi medis lain yang mempengaruhi. Satu neonatus aterm gagal tumbuh karena gastroschizis post tutup defek, dengan produksi OGT kehijauan. Nutrisi optimal baik enteral maupun parenteral diperlukan pada kondisi neonatus tersebut untuk meningkatkan respons adaptif.

Background Failure to thrive or failure to thrive is a condition of delayed physical growth in children, in which there is a failure to gain weight according to the normal growth chart, compared to height. Several conditions are risk factors for growth disorders, especially in neonates. This study provides an overview of the application of the Roy Adaptation Model in nursing care to five cases of neonates with a risk of growth retardation. Case presentation Case 1 male neonate, with extremely preterm gestational age 27 weeks, birth weight 870 gram, small preterm neonate for gestational age (NKB-KMK), RDS, TTN, septicemia, TSK SNAD, neonatal jaundice, put on ventilator mode high frequency oscillation (HFO), installed orogastric (OGT), diet ASI 12x1 ml, TPN PG 2 with GIR 4.7, caloric requirement less than target, interpretation of Fenton curve below 50th percentile, decreased body weight, age six days 860 gram. Cases of 2 women, extremely preterm, gestational age 26 weeks, birth weight 744 grams, NKB-KMK, RDS, suspected SNAD, PDA, neonatal jaundice. Installed on a ventilator, while fasting, the Fenton chart is below the 50th percentile, calorie needs are less than the target. Cases 3 and 4 female baby were born extremely preterm and very preterm, were attached to a ventilator, their caloric needs were less than the target, while they were fasted because their condition was not yet stable. Case 5 female, gestational age 37 weeks, BBL 2610 grams, body weight when studied 2340 grams. Medical diagnosis of gastroschizis post closed defect on day 27, installed non-invasive ventilation, while fasting green OGT production, BB/PB was in -3SD to <-2 SD (malnutrition). Evaluation of the adaptive response of the five patients found that the calorie needs were fulfilled according to the target.
Conclusion The results of the assessment of the behavior and stimulus of the physiological-physical mode of five cases found that four cases were at risk of experiencing growth retardation from the condition of the neonate born prematurely, being placed on a ventilator, delaying feeding due to clinical conditions, risk of infection/sepsis and other affecting medical conditions. One term neonate failed to thrive because of a closed post gastroschizis defect, with greenish OGT production. Optimal nutrition, both enteral and parenteral, is needed in these neonatal conditions to increase adaptive responses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah At Tauhidah
"Permasalahan gizi di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang besar, dimana menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih bermasalah dengan status gizinya. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak secara langsung terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan gizi. Dengan berbagai regulasi maupun kebijakan yang bergulir di masa pandemi, salah satunya pembatasan pelayanan, evaluasi pada pelaksanaannya harus ada dan sigap untuk disikapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita di masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere. Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada model proses implementasi kebijakan Van Matter dan Van Horn dengan pendekatan critical thinking analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan masalah gizi yang cukup signifikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere selama masa pandemi. Selain itu mayoritas programnya pun belum memenuhi capaian target tahunan. Hasil analisa kausalitas di masing-masing variabel ditemukan jika ketakutan dan kekhawatiran ibu, kurangnya sumber daya, baik tenaga kesehatan dan
sarana prasarana, serta kurangnya pemahaman para pelaksana merupakan faktor paling menonjol yang mempengaruhinya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, Kader Posyandu Pangkalan Jati Baru dinilai sebagai pelaku positive deviance dan Posyandu Keliling sebagai creative action yang selanjutnya memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah lain. Penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi utama. Untuk jangka pendek, rekomendasi rekruitmen tenaga kesehatan. Untuk jangka menengah, rekomendasi pemanfaatan teknologi informasi. Untuk jangan Panjang, rekomendasi pembangunan penambahan Puskesmas baru (Unit Pelaksana Fungsional).

Nutritional problems in Indonesia are still a big issue. According to Riskesdas 2018 shows
that 17,7% of young children in Indonesia have problems with their nutritional status. In
2020, Covid-19 pandemic impact directly on health services, one of which is nutrition
services. The limitation of nutrition services is one of government policies in tackling
Covid-19 pandemic. An evaluation of its implementation should be used to improve the
next strategy. This study aims to determine the implementation of nutrition services
policy for baby and young children during the Covid-19 pandemic in the working area of
Cinere Public Health Center. The research used qualitative research with in-depth
interview and document review as methods. The conceptual framework based on the
model of the policy implementation process of Van Matter and Van Horn, and critical
thinking approach to analysis. The results show that the performance of nutrition services
for baby and young children have not been implemented optimally during pandemic. This
study found evidence of a significant rise in stunting, wasting, and underweight among
children in the working area of Cinere Public Health Center. In addition, the majority of
programs have not reached the annual target. The causality analysis in each variable were
found that the mother’s fear and concern, lack of resources (health workers and logistics),
and lack of understanding of the staff were the most influencing factors. However, with
all the limitations, Pangkalan Jati Baru cadre is considered as actor of positive deviance
that able to perform Posyandu Keliling as a creative action. There are 3 recommendations
in order to keep nutrition services running properly during pandemic in the Work Area of
Cinere Public Health Center. For the short time is health workers recruitment. For the
medium term is developing telemedicine, such as teleconsultation legally and properly.
For long term is recommendation to build the Unit Pelaksana Fungsional (UPF)
Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Kekalih
"LATAR BELAKANG: Peningkatan jumlah ibu bekerja secara konsisten dapat berdampak positif meningkatkan status ekonomi rumah tangga, sebaliknya dapat berdampak negatif bagi pola asuh, asupan makanan serta pertumbuhan anak. Studi menganalisis praktik keragaman makanan (dietary diversity) sebagai komponen penting Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-23 bulan khususnya pada tiga tingkatan ibu bekerja: tenaga kerja/buruh tidak terampil, tenaga terlatih, tingkat professional dan ibu tidak bekerja sebagai pembanding. Studi juga menilai hubungan kondisi ibu bekerja dan keragaman makanan dalam menjelaskan mekanisme terjadinya stunting.
METODE: Kompilasi Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) periode tahun 2002 - 2012 digunakan untuk menganalisis ketepatan praktik konsumsi keragaman pangan pada anak serta determinannya. Sebagai studi kombinasi bertahap (sequential mixed method), hasil kuantitatif diperjelas kajiannya dengan studi kualitatif melalui wawancara mendalam kepada ibu dari berbagai tingkatan pekerjaan.
HASIL: Anak dengan keragaman makanan tepat yaitu minimum 4 jenis makanan dari usia 6 bulan hanya 18-24%, sedangkan selebihnya terlambat dikenalkan variasi makanan terutama sumber protein hewani. Ibu bekerja pada tingkat terendah (tenaga kerja tidak terampil) justru berhubungan dengan pola asupan yang kurang baik dan memburuknya stunting, padahal jumlahnya mencapai 40% dari ibu bekerja. Kesejahteraan rumah tangga, akses informasi, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan orang tua adalah faktor yang berasosiasi terhadap prilaku asupan yang baik. Studi kualitatif mendapatkan bahwa pada komunitas ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil, tumbuh persepsi yang kompromi terhadap pemberian makanan seadanya karena keterbatasan sumber daya pengasuhan anak, disamping keharusan mereka untuk tetap bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Analisis pathway mendapatkan bahwa ibu bekerja sebagai buruh tidak terampil secara langsung berhubungan dengan kurangnya keragaman makanan dan secara tidak langsung dengan stunting. Untuk menindaklanjuti kelompok ibu dan rumah tangga yang memerlukan intervensi edukasi, studi mengembangkan kuesioner skrining untuk mengidentifikasi rumah tangga yang tidak mampu memberikan keragaman makanan yang baik dengan akurasi 70% .
KESIMPULAN: Di Indonesia, banyaknya ibu bekerja sebagai tenaga kerja tidak terampil berpotensi memperburuk masalah stunting. Anak-anak usia 6-23 bulan mengalami masalah kurangnya dan terlambatnya diberikan keragaman makanan yang cukup. Penting untuk keluarga, terutama dengan ibu bekerja dengan anak masih dibawah 2 tahun, untuk meningkatkan kesadaran pengasuhan anak dan ketrampilan pemberian MP-ASI dengan keragaman pangan yang cukup sejak anak berusia 6 bulan, selain ASI eksklusif. Edukasi gizi dapat dilakukan tidak hanya kepada ibu, keluarga dan pengasuh anak, namun juga terhadap komunitas ibu bekerja dengan pemberdayaan program perusahaan sayang ibu dan bayi.

BACKGROUND: Consistent increasing number of working mothers can positively impact on household economy improvement, but otherwise may negatively affect parenting, child feeding and child growth. This study analyzed dietary diversity practice, as one important component of complementary feeding in children aged 6-23 months, and its determinants especially at the three levels of maternal occupation: unskilled labor, skilled labor, professional and also included non-working mother as reference. Study also analyzed direct and indirect association of maternal occupation and dietary diversity practices to explain mechanism of stunting.
METHODS: Compilation of Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) and the Basic Health Research (Riskesdas) from 2002 to 2012 were used to analyze the appropriateness of dietary diversity practice in children and its determinants. As sequential mixed method study, result of quantitative study were further explored by a qualitative study in the form of in-depth interviews
RESULTS: Children with timely minimum 4 food groups-dietary diversity (DD) since 6 months were only 18-24%, while the others had delayed introduce of animal source food. Mother worked at the lowest level (unskilled labor) lead to poorer dietary diversity and severe stunting, whilst their number was 40% of working mother. Household wealth, media exposure, access to health care, mother and father education and employment were factors associated to minimum DD. Qualitative studies found that unskilled labor mother community tend to compromise child feeding quality especially dietary diversity, due to limited child care resources, despite necessity to keep working to fulfill household needs. Pathway analysis found that mother working as unskilled labor directly caused poorer dietary diversity and indirectly caused stunting. To assess mother and household that required further education intervention related to DD importance, this study developed a scoring model for identifying household with high risk of inadequate dietary diversity with accuracy of 70%.
CONCLUSION: In Indonesia, the number of mothers who work as unskilled labor could potentially exacerbate the problem of stunting. Children aged 6-23 month old had inadequate and delayed timing for minimum dietary diversity in their diet. It is important for family, especially when the mother decided to work yet have under-two children, to re-develop parental awareness about the importance of complementary feeding with appropriate dietary diversity practice, beside exclusive breastfeeding. Nutrition education must not only be targeted to mother, family and caregiver, but also to working mother community via empowerment of mother and baby friendly company program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Desi Purwanti
"Stunting merupakan bentuk malnutrisi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan anak. Selain disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis, stunting juga dapat disebabkan oleh penyakit infeksi berulang. Upaya pencegahan penyakit infeksi seperti imunisasi akan turut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan anak khususnya di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara status imunisasi dasar dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder SSGI Tahun 2021. Kriteria inklusi penelitian ini adalah balita berusia 12-59 bulan saat pengumpulan data, diukur tinggi badannya, tidak sedang mengalami sakit berat/kronis, dan memiliki data variabel yang lengkap. Sebanyak 70.267 balita memenuhi kriteria inklusi dan seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan uji cox regression untuk mendapatkan besar asosiasi prevalence ratio (PR) dengan interval kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-59 bulan di Indonesia adalah 23,1% dan proporsi balita yang mempunyai status imunisasi dasar lengkap adalah 74,92%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa status imunisasi dasar berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting. Balita dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap berisiko 1,19 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,19 (95% CI 1,15-1,23)]. Balita yang tidak imunisasi sama sekali mempunyai risiko yang lebih tinggi lagi yaitu 1,27 kali untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,27 (95% CI 1,15-1,39)], setelah mengontrol variabel pendidikan ibu, status ekonomi dan berat lahir anak. Diperlukan upaya untuk melengkapi status imunisasi anak sesuai jadwal dan peningkatan pengetahuan ibu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi balita dan stimulasi tumbuh kembang anak.

Stunting is a malnutrition that is still a public health problem in Indonesia and causes various adverse effects on children's health. Besides caused by a chronic lack of nutrition, stunting can also be caused by recurrent of infectious diseases. Efforts to prevent infectious diseases, such as immunization, will play a role in increasing child growth, especially in developing countries. The purpose of this study was to examine the association between basic immunization status and the incidence of stunting in toddlers in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using secondary data from SSGI 2021. The inclusion criteria for this study were that toddlers were aged 12–59 months at the time of data collection, their height was measured, were not experiencing severe or chronic illness, and had complete variable data. A total of 70,267 toddlers met the inclusion criteria, and all were taken as research samples. Data analysis was performed using the Cox regression to obtain a prevalence ratio (PR) with 95% of confidence interval. This study shows that the prevalence of stunting among children aged 12–59 months in Indonesia is 23.1%, and the proportion of children under five who have complete basic immunization status is 74.92%. The results of the multivariate analysis showed that basic immunization status had a statistically significant association with the incidence of stunting. Toddlers with incomplete basic immunization status are at risk 1.19 times higher for stunting compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.19 (95% CI 1.15–1.23)]. Toddlers who are not immunized at all have an even higher risk of experiencing stunting, which is 1.27 times higher compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.27 (95% CI 1.15–1.39)], after controlling for variables such as the mother's education, economic status, and the child's birth weight. Efforts are needed to complete the child's immunization status on time according to schedule and increase the mother's knowledge regarding the use of health services, the fulfillment of toddler nutrition, and the stimulation of child growth and development."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>