Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilham Hakim Dirgantara
"Latar Belakang: Ketika prosedur restorasi, kekuatan ikatan restorasi adhesif pada struktur gigi berkurang setelah prosedur perawatan intrakoronal bleaching.. Sementara itu, Antioksidan buatan merupakan zat yang menghambat oksidasi radikal bebas karena antioksidan buatan mempunyai stabilitas lebih tinggi terutama vitamin C dan E. Uji kekuatan ikat geser dapat menilai kekuatan pengikatan sistem bonding ke permukaan dentin gigi secara optimal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan ikat geser dentin pascableaching intrakoronal yang ditumpat resin komposit yang bermakna tanpa dan dengan waktu tunggu 7 hari, dengan aplikasi antioksidan vitamin C dan vitamin E. Metode: Sampel 36 dentin gigi premolar non-vital digunakan pada penelitian ini. Setiap sampel permukaan dentin dihaluskan dengan silikon 600 grit kertas (SiC). Lalu dilakukan perawatan bleaching intrakoronal diaplikasikan ke seluruh spesimen dan dibagi menjadi empat kelompok. Spesimen dentin disiapkan tanpa waktu tunggu yang dinyatakan oleh kelompok satu, spesimen dentin disiapkan dengan waktu tunggu tujuh hari yang dinyatakan oleh kelompok dua, spesimen dentin disiapkan dengan aplikasi antioksidan vitamin C yang dinyatakan oleh kelompok tiga dan spesimen dentin disiapkan dengan aplikasi antioksidan vitamin E yang dinyatakan oleh kelompok empat. Reflectys Universal Restorative Composite Resin Nanohybrid Gen 8 th digunakan dalam penelitian ini dalam penumpatan resin komposit. Setelah itu, Seluruh spesimen disimpan dalam air saline steril selama 24 jam pada suhu 37°C. Seluruh spesimen diuji dan dicatat nilai kekuatan ikat geser (MPa) dengan menggunakan alat uji Universal Testing Machine. Hasil: terdapat perbedaan yang bermakna kekuatan ikatan geser dentin pascableaching intrakoronal yang ditumpat resin komposit antara kelompok perlakuan yang signifikan secara statistik. (p<0,05). Kesimpulan: Kekuatan ikat geser dentin pascableaching intrakoronal yang ditumpat resin komposit mengalami peningkatan signifikan setelah aplikasi antioksidan vitamin C dan E.

Background: When restoration procedures, the bond strength of the adhesive restoration to the tooth structure is reduced after the intracoronal bleaching treatment procedure. Meanwhile, synthetic antioxidants are substances that inhibit free radical oxidation because artificial antioxidants have higher stability, especially vitamins C and E. The shear bond strength test can optimally assess the strength of the bonding system to the tooth dentin surface. Objective: The aim of this study to determine the significant differences in shear bond strength of dentin after intracoronal bleaching of composite resin without and with a waiting time of 7 days, with the application of antioxidants vitamin C and vitamin E. Methodes: Samples of 36 non-vital premolar dentin were used in this study. Then the dentin surface samples were smoothed with 600 grit (SiC). After that, Intrakoronal Bleaching was applied to all specimens and divided into four group. Specimens were prepared without the waiting time that represented by group one, Specimens were prepared with a waiting time of seven days that represented by group two, Specimens were prepared with the application of the antioxidant vitamin C that represented by group three and Specimens Dentin was prepared with the application of the antioxidant vitamin E that represented by the group four. Reflectys Universal Restorative Composite Resin Nanohybrid) were used in this study. After that, all specimens stored in sterile saline water for 24 hours at a temperature of 37°C. Then, all specimens were tested and the shear bond strength (MPa) value was recorded using the Universal Testing Machine. Results: There was a statistically significant difference in shear bond strength of dentin after intrakoronal bleaching on composite resin between treatment groups. (p<0.05). Conclusions: The shear bond strength of intracoronal post-bleaching dentin on composite resin increased significantly after the application of the antioxidant vitamin C and E."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Widyandari
"Latar Belakang: Residu radikal bebas pasca perawatan internal bleaching dapat mengganggu proses polimerisasi resin komposit. Akibatnya, terjadi penurunan kekuatan ikatan restorasi. Antioksidan ekstrak teh hijau dapat digunakan untuk menghilangkan radikal bebas pasca bleaching dan meningkatkan shear bond strength resin komposit.
Tujuan: mengetahui perbedaan shear bond strength resin komposit pada dentin pasca internal bleaching dengan dan tanpa aplikasi ekstrak teh hijau pada konsentrasi yang berbeda selama 2 menit.
Metode: 25 gigi premolar, dipotong dalam arah mesiodistal, dan dibagi menjadi 5 kelompok: Kelompok 1 dentin normal, Kelompok 2 dentin pasca bleaching, Kelompok 3 dentin 2 minggu pasca bleaching, Kelompok 4  dentin pasca bleaching dengan teh hijau 10% 2 menit, dan Kelompok 5 dentin pasca bleaching dengan aplikasi teh hijau 35% 2 menit. Semua kelompok diaplikasikan restorasi resin komposit. Uji shear bond strength menggunakan Universal Testing Machine. Analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan Uji Post Hoc Bonferroni.
Hasil: Uji Post Hoc Bonferroni menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 4, kelompok 2 dan 5, serta kelompok 4 dan 5.
Kesimpulan: Aplikasi antioksidan ekstrak teh hijau 35% selama 2 menit lebih tinggi dalam meningkatkan shear bond strength resin komposit dibandingkan dengan aplikasi ekstrak teh hijau 10% selama 2 menit pada dentin pasca internal bleaching menggunakan hidrogen peroksida 35%.

Introduction: Internal bleaching treatment could leave free radicals in the dentinal tubules. It can interfere with the polymerization process of the composite resin. Antioxidants from green tea extract can remove the free radicals after bleaching and increase the shear bond strength of composite resin.
Objective: To determine the shear bond strength of composite resin on dentin after internal bleaching with and without green tea extract application at different concentrations in 2 minutes.
Methods: 25 premolars were cut in mesiodistal direction and divided into five groups: Group 1 normal dentin, Group 2 bleached dentin, Group 3 bleached dentin, Group 4 10% green tea application in 2 minutes, and Group 5 35% green tea application in 2 minutes. All groups were restored with composite resin. All specimens' shear bond strength was tested with the Universal Testing Machine. The data were analyzed with one-way ANOVA and Bonferroni Post Hoc Test.
Results: Post Hoc Bonferroni test showed that there were statistical differences  in groups 1 and 2, groups 1 and 4, groups 2 and 5, and groups 4 and 5.
Conclusion: 35% green tea extract is more effective than 10% green tea extract as an antioxidant for increasing the shear bond strength of composite resin after internal bleaching.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Safinaz
"Latar Belakang: Hidrogen peroksida 35% sebagai bahan aktif internal bleachingdapat menghasilkan radical oxygen species (ROS). Radikal bebas ini dapat membentuk gelembung yang terperangkap di dalam tubuli dentin sehingga menganggu penetrasi resin tag ke dalam tubuli dentin. Terhambatnya penetrasi resin tag  dapat menurunkan kekuatan ikatan dan meningkatkan kebocoran mikro pada restorasi resin komposit. Radikal bebas dari proses bleaching dapat dieliminasi dengan pengaplikasian antioksidan. Antioksidan yang banyak dikembangkan saat ini untuk mengeliminasi radikal bebas pasca bleaching adalah antioksidan alami esktrak teh hijau. Konsentrasi dan waktu aplikasi agen antioksidan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efek antioksidannya. Pemilihan konsentrasi ekstrak teh hijau 10% didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menyatakan penggunakan ekstrak teh hijau 10% selama 10 menit efektif dalam meningkatkan shear bond strength dan menurunkan pembentukan celah mikro. Penggunaan konsentrasi ekstrak teh hijau 35% yang sebanding dengan konsentrasi hidrogen peroksida 35% diharapkan dapat menghilangkan residu radikal bebas dan meningkatkan kedalaman penetrasi resin tag.
Tujuan: Membandingkan pengaruh aplikasi antioksidan ekstrak teh hijau dengan konsentrasi yang berbeda selama 2 menit terhadap kedalaman penetrasi resin tag pada dentin pasca internal bleaching.
Metode: Terdapat 5 kelompok penelitian yang terdiri dari 2 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol negatif, dan 2 kelompok kontrol positif. Kemudian dilakukan prosedur walking bleach dengan gel H2O2 35%. Setelahnya diaplikasikan gel ekstrak teh hijau 10 % dan 35 % selama 2 menit. Sampel dietsa dan diaplikasikan bonding dengan teknik etch-and -rinse 2 langkah. Pengamatan kedalaman penetrasi resin tag dilakukan dengan Confocal Laser Scanning Microscopy.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kedalaman penetrasi resin tag antara kelompok TH 35% dengan TH 10% (p < 0.05), dimana kelompok TH 35% menghasilkan penetrasi resin tag yang lebih panjang secara signifikan dibandingkan dengan kelompok TH 10%

Background: Hydrogen peroxide 35% as an active material for internal bleaching can produce radical oxygen species (ROS). These free radicals can forming bubbles that are trapped inside the dentinal tubules, interfering resin tag penetration into the dentinal tubules. Inhibition of resin tag penetration can reduce bond strength and increase microleakage of composite resin restorations. Free radicals from the bleaching process can be eliminated by the application of antioxidants. Recently, Antioxidants that are being developed to eliminate free radicals after bleaching are natural antioxidants from green tea extracts. The concentration and time of application of antioxidant agents are important factors to enhance their antioxidant effects. The choice of 10% green tea extract concentration was based on the previous study, which stated that applying of 10% green tea extract for 10 minutes was effective in increasing shear bond strength and reducing the formation of microleakage. The application of 35% concentrated green tea extract to eliminate free radicals that is produced by 35% concentrated hydrogen peroxide is expected can remove free radical residues and increase the resin tag penetration depth.
Aims: Comparing the effect of green tea extract antioxidant application with different concentrations for 2 minutes on the resin tags penetration depth on dentin after internal bleaching.
Methods: There were 5 groups consisting of 2 treatment groups, 1 negative control group, and 2 positive control groups. Then the walking bleach procedure was appplied with 35% of H2O2 gel. After that, 10% and 35% of green tea extract gel was applied for 2 minutes. The sample was etched and bonded using 2-step etch-and-rinse technique. Then the resin tag penetration depth was determined using Confocal Laser Scanning Microscopy.
Results: There was a significant difference resin tag penetration depth between the TH 35% group and the TH 10% group (p < 0.05). The TH 35%  group resulted in a significantly longer resin tag penetration compared to the  TH 10% group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Mayang Suminar
"ABSTRAK
Tokotrienol memiliki potensi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tokoferol. Formulasi sediaan nanoemulsi gel dapat menghantarkan tokotrienol ke lapisan kulit untuk mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas dan meningkatkan stabilitas sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan dari formulasi nanoemulsi gel tokotrienol. Formulasi nanoemulsi tokotrienol dibuat dengan menggunakan tokotrienol, asam oleat, tween 80, alkohol 96%, dan propilen glikol. Basis gel yang digunakan adalah carbomer dan trietanolamin. Uji stabilitas fisik dilakukan pada 3 suhu yang berbeda yaitu pada suhu rendah (4˚C ±2˚C), suhu ruang (27˚C ±2˚C), suhu tinggi (40˚C ±2˚C), cycling test dan uji sentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH untuk menentukan nilai IC₅₀. Hasil yang didapatkan adalah formula 1 memiliki stabilitas fisik terbaik dengan pH 6,12. Ukuran globul nanoemulsi gel tokotrienol pada formula 1 596 nm dengan nilai potensial zeta 27,1 mV. IC₅₀ nanoemulsi gel tokotrienol adalah 6252,14 ppm

ABSTRACT
Tocotrienols has antioxidant potential higher than tocopherols. Nanoemulsion gel can deliver tocotrienols into the skin to prevent skin damage which is caused by free radicals and improve the stability of the dosage form. The purpose of this study was to determine the physical stability and antioxidant activity of tocotrienols nanoemulsion gel formulation. Tocotrienols nanoemulsion is made by using tocotrienols, oleic acid, tween 80, alcohol 96%, and propylene glycol. Gel base is made by Carbomer and triethanolamine. Physical stability test was conducted at three different temperatures, which were low temperature (4˚C ± 2˚C), room temperature (27˚C ± 2C), high temperature (40˚C ± 2˚C), cycling test and centrifugation test in 3800 rpm for 5 hours. Antioxidant activity was measured by DPPH method for determining IC₅₀ values. Formula 1 has the best physical stability with pH of 6,12. Droplet size of tocotrienols nanoemulsion gel is 596 nm with zeta potential value is -27,1 nm. IC₅₀ of tocotrienols nanoemulsion gel is 6252.14 ppm."
2016
S65727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grescelcia Coreta Suherman
"Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur mineral dalam tulang yang disertai dengan penurunan kekuatan tulang yang kemudian dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mencegah osteoporosis, sementara kombucha dipercaya dapat meningkatkan kadar antioksidan. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha secang. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 ml/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kadar kalsium tulang tibia, kadar Malondialdehyde (MDA), kadar Superoxide Dismutase (SOD), dan jumlah sel osteoklas. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tibia, serta memiliki kecenderungan menurunkan kadar MDA dan memiliki kecenderungan meningkatkan SOD. Kombucha Secang dosis 2 (3 mL/200grBB sehari)  dapat mengurangi jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is a degenerative disease of the bones which is characterized by decreased bone mass caused by the body's inability to regulate minerals in the bones accompanied by a decrease in bone strength which can then lead to bone loss. In previous research, Caesalpinia sappan L. extract or known in Indonesia as Secang wood, has been shown to prevent osteoporosis, while kombucha is believed to increase antioxidant levels. In this study, in vivo experiments were carried out on sappan wood kombucha. This study used Sprague-Dawley female white rats which were divided into 8 groups, namely sham control and negative control (CMC-Na 0.5% 2 ml/200 g BW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200 g BW), extract Secang (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), and 3 groups of varying doses of Secang kombucha with D1 (1 mL/200 grBW), D2 (3 mL/200 grBW/), and D3 (3 mL/ 200 grBB/3 times a day), by oral administration. All rats underwent ovariectomy, except for the sham group, which underwent surgery without removing the ovaries. All rats were maintained 4 weeks postoperatively, then treated for 28 days. Parameters measured were tibia bone calcium levels, malondialdehyde (MDA) levels, Superoxide Dismutase (SOD) levels, and osteoclast cell counts. Based on research, 3 doses of Secang wood Kombucha (3 mL/200grBB/3 times a day) can increase tibia bone calcium levels, and has a tendency to decrease MDA levels and has a tendency to increase SOD. Secang wood Kombucha dose of 2 (3 mL/200grBB a day) can reduce the number of osteoclast cells."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kms Rakhmat Notariza
"Radikal bebas, dalam kadar rendah atau menengah, mempunyai peran fisiologis bagi kehidupan sel tubuh. Pada konsentrasi tinggi, radikal-bebas dapat memicu stres oksidatif yang menjadi dasar patogenesis berbagai penyakit. Suplai antioksidan eksogen dibutuhkan untuk membantu kinerja antioksidan endogen dalam menangkal stres oksidatif. Ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica masing-masing diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica terhadap ekstrak-etanol Acalypha indica. Kombinasi ekstrak diharapkan mampu meningkatkan aktivitas antioksidan yang dihasilkan dan menurunkan dosis yang digunakan. Aktivitas antioksidan ekstrak diukur dengan metode spektrofotometri melalui uji DPPH. Kandungan fitokimia ekstrak juga diuji secara kualitatif. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak-etanol Acalypha indica maupun campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica positif mengandung fitokimia berupa flavonoid dan steroid. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa Vitamin C yang menjadi kontrol positif menunjukkan nilai EC50 sebesar 0,012 mg/mL. Nilai EC50 ekstrak-etanol Acalypha indica adalah 13,68 mg/mL, sedangkan nilai EC50 campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica adalah 39,65 mg/mL. Nilai EC50 yang lebih kecil mengindikasikan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Dengan demikian, aktivitas antioksidan campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak-etanol Acalypha indica.

In low or moderate concentration, free-radicals have physiological role for cellular functions. Excessive production of free-radicals may induce oxidative stress, which is the pathogenesis basis of many diseases. Exogenous antioxidants supply is needed to support the function of endogenous antioxidants in preventing oxidative stress. The ethanolic-extract of Acalypha indica and Centella asiatica possess antioxidant activity. This study was managed to know the antioxidant activity of ethanolic-extract mixture of Acalypha indica and Centella asiatica in comparison with ethanolic-extract of Acalypha indica. The combination of extract was expected to improve the antioxidant activity and to reduce the dosage. The DPPH assay test with spectrophotometry was performed to measure the antioxidant activity. This study involved qualitative examination of phytochemical content in the extracts. In the qualitative-examination, both the extracts had flavonoids and steroids. Vitamin C as the positive control exhibited EC50 value as much as 0.012 mg/mL. The EC50 score of the ethanolic-extract mixture was 13.68 mg/mL, while the ethanolic-extract of Acalypha indica’s was 39.65 mg/mL. The lower EC50 score indicates the higher antioxidant activity. Thus, the ethanolic-extract mixture of Acalypha indica and Centella asiatica has lower antioxidant activity compared to the ethanolic-extract of Acalypha indica."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Falahiyyah Bahri
"Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat menangkap elektron serta menimbulkan kerusakan pada struktur senyawa Akumulasi radikal bebas pada sel dapat menimbulkan stress oksidatif yang menyebabkan gangguan terhadap struktur dan fungsi sel. Rosella atau Hibiscus sabdariffa merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa). Mahkota bunga Hibiscus sabdariffa ungu diekstraksi masing-masing dalam pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji secara kualittatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui jumlah senyawa yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak Hibiscus sabdariffa ungu.
Uji dengan metode DPPH terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa ungu dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan parameter yang dihasilkan berupa nilai %inhibisi dan nilai IC50. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa terdapat dua komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrakn-heksana, etil asetat dan etanol dari Hibiscus sabdariffa ungu. Berdasarkan uji fitokimia, golongan senyawa yang terkandung dalam ketiga ekstrak adalah flavonoid dan glikosida. Sedangkan pada pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol memiliki sifat antioksidan, dengan nilai IC50 sebesar 175,42 ppm untuk ekstrak etilasetat, dan sebesar 131,35 ppm untuk ekstrak etanol.

Free radicals are compounds that are very reactive and unstable therefore they can capture electrons and cause damage to the structure of other compounds. Accumulation of free radicals in cells can cause oxidative stress which causes disruption to the structure and function of cells. Rosella or Hibiscus sabdariffa is a plant that can be developed as an antioxidant to neutralize free radicals. This study aims to determine the phytochemistry content and antioxidant activity violet rosella calycs (Hibiscus sabdariffa). he crown of Hibiscus sabdariffa purple was extracted respectively in n-hexane, ethylacetate and ethanol solvents. The extract obtained is tested qualitatively by thin layer chromatography (TLC) to determine the amount of compounds contained Furthermore, phytochemistry tests were carried out to determine the content of saponin compounds, flavonoids, triterpenoids, steroids, alkaloids and tannins contained in violet Hibiscus sabdariffa extract.
The DPPH method for ethylacetate extract and ethanol extract of violet Hibiscus sabdariffa was carried out to determine antioxidant activity with the result parameters in the form of% inhibition and IC50 values. The TLC test results showed that there were two components contained in extracts of hexane, ethyl acetate and ethanol of violet Hibiscus sabdariffa. Based on phytochemistry tests, the classes of compounds contained in the three extracts are flavonoids and glycosides. While the antioxidant activity test using the DPPH method showed that ethyl acetate extract and ethanol extract had antioxidant properties, with an IC50 value of 175.42 ppm for ethylacetate extract, and at 131.35 ppm for ethanol extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kumala Indrastiti
"Latar Belakang: Peningkatan radikal bebas dapat memicu kerusakan jaringan dan menyebabkan berbagai penyakit, oleh karena itu tubuh dapat mencegahnya dengan memproduksi antioksidan. Pada perokok, dapat terjadi peningkatan radikal bebas dari komponen kimia berbahaya tembakau, yang manifestasinya dapat terlihat dari berbagai kelainan di rongga mulut. Tujuan: Mengetahui perbedaaan profil kesehatan rongga mulut serta kapasitas antioksidan total saliva pada perokok dan bukan perokok, serta mengetahui apakah profil kesehatan rongga mulut mempengaruhi kapasitas antioksidan total saliva perokok. Metode: Desain penelitian adalah potong lintang dengan 95 orang subjek, yang terdiri dari 51 perokok dan 44 bukan perokok, yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta untuk mengisi data demografis dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dan pengambilan saliva. Profil kesehatan rongga mulut didapatkan dengan melakukan pengukuran menggunakan indeks OHI-S, DMF-T, PBI, nilai pH dan laju alir saliva, serta pemeriksaan jaringan lunak rongga mulut. Sampel saliva dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kapasitas antioksidan total dan seluruh data dianalisis menggunakan SPSS. Hasil Penelitian: Profil rongga mulut pada perokok, khususnya pH dan DMF-T, berbeda secara statistik dengan bukan perokok (p< 0,05). Rerata kapasitas antioksidan total saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun tidak bermakna secara statistik. Terdapat korelasi linier negatif sedang yang bermakna secara statistik pada nilai laju alir saliva (r-0,417) dan pH saliva (r-0,348) dengan kapasitas antioksidan total dalam saliva (p < 0,05). Kesimpulan : Perokok lebih rentan mengalami karies dan penurunan pH saliva dibandingkan bukan perokok. Kapasitas antioksidan total dalam saliva perokok lebih rendah daripada bukan perokok, namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Pada perokok, bila terjadi penurunan nilai laju alir saliva dan pH, maka akan terjadi peningkatan kapasitas antioksidan total dalam saliva dan demikian sebaliknya.
Background: Free radicals enhancement could lead to tissue damage and developed various illnesses, though the body prevents it by antioxidant production. Smokers may experience free radicals escalation caused by deleterious chemical compound of tobacco, which can manifest as various oral cavity abnormalities. Objectives: To compare the oral health profile and salivary total antioxidant capacity between smokers and nonsmokers, also to know whether oral health profiles affect the smokers’ salivary total antioxidant capacity. Methods: This was a cross sectional study with 95 subjects, consisted of 51 smokers and 44 non-smokers, who met the inclusion criteria. Subjects were asked to fill the demographic data and questionnaire, then clinical examination was performed, and saliva was taken, then laboratory analyzed to determine the total antioxidant capacity. Oral health profile were examined using OHI-S, DMF-T, and PBI indexes, pH count, salivary flow rate, and oral cavity examination. The total data then was analyzed using SPSS. Results: Smokers’ oral health profile, especially salivary pH and DMF-T values, were statistically significant different from non-smokers’ (p<0.05). The mean value of salivary total antioxidant capacity in smokers was lower than nonsmokers, but there was no statistically difference. There was a moderate negative linear correlation with statistically significant results between salivary flow rate (r-0.417) and salivary pH (r-0.348) on salivary total antioxidant capacity in saliva (p< 0.05). Conclusion: Smokers were more susceptible to caries and decreased salivary pH than nonsmokers. The total antioxidant capacity in smokers’ was lower than non-smokers, but there was no statistically difference. If smokers experience a decrease in salivary flow rate and pH, there will be an increase in salivary total antioxidant capacity and vice versa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari Handayani
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
secara tradisional untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan ekstrak
etanol kulit buah manggis (EEKBM) 50% dengan konsentrasi 0,195%, menahan
stres oksidatif pada sel darah merah domba (SDMD) yang diberi tBHP secara in
vitro. Percobaan dilakukan dalam 4 kelompok, (I) kontrol, (II) SDMD + EEKBM,
(III) SDMD + t-BHP, (IV) SDMD + EEKBM + t-BHP. Efek perlindungan kulit
buah manggis ditetapkan dengan mengukur parameter aktifitas enzim-enzim
antioksidan superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan
katalase. Hasil penelitian menunjukkan pemberian EEKBM mampu menahan
stress oksidatif pada SDMD yang diberi tBHP. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan aktivitas SOD, GPx dan katalase pada pemberian EEKBM . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa EEKBM dapat melindungi SDMD dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh pemberian t-BHP.

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) has been used traditionally as
medicine for various diseases. This study aimed to examined the effect of 50%
ethanol extract of mangosteen (EEMP) concentration of 0,195 % to prevent the
red blood cells of sheep (RBCS) from oxidative stress that induced by t-BHP in
vitro. The groups were (I) control, (II) RBCS + EEMP, (III) RBCS + EEMP + t-
BHP and (IV) RBCS + EEMP + t-BHP. The result showed that activities of
superoxide dismutase (SOD), Gluthation peroxidase (GPx) and catalase were
decreasing, so we concluded that EEMP had antioxidant capacity to protect
RBCS oxidative stress induced by t-BHP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>