Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Abiyyu Mumtaz
"Latar Belakang: Stres oksidatif merupakan kondisi yang meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan tingkat stres oksidatif yang tinggi ditemukan pada organ hati. Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mencegah stres oksidatif. Metode: Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan hati tersimpan dari 30 tikus Wistar jantan yang sebelumnya telah diberikan akuades dan Spirulina selama 29 hari. Terdapat enam kelompok perlakuan, yaitu tiga kelompok yang diberikan akuades berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta tiga kelompok yang diberikan Spirulina berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati akan diukur dengan metode Claiborne. Hasil: Perbedaan aktivitas spesifik enzim katalase yang signifikan ditemukan antara kelompok tikus perlakuan akuades antara kelompok usia 24 minggu dengan usia 12 minggu dan 18 minggu. Semua kelompok tikus perlakuan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus perlakuan akuades dengan perbedaan signifikan ditemukan pada kelompok usia 18 minggu. Kesimpulan: Kelompok tikus usia 24 minggu memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus usia 12 minggu dan 18 minggu. Tikus yang diberikan Spirulina memiliki aktivitas spesifik enzim katalase yang lebih rendah dibandingkan tikus yang diberikan akuades.

Introduction: Oxidative stress is a condition that increases following an increase in age with a significant level that can be found in the liver. Spirulina platensis has antioxidant activity that can prevent oxidative stress. Method: Experimental study using rat liver tissue of 30 rats from 6 groups, namely 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given aquadest, and 3 groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks that were given Spirulina extract. Specific activity of the catalase enzyme of the liver is measured using the Claiborne method. Results: A significant difference of specific activity of catalase can be seen between rats aged 24 weeks and rats aged 12 weeks and rats aged 18 weeks. Rats that were given Spirulina extract have a significant difference of specific activity of catalase between rats aged 18 weeks. Conclusion: Rats aged 24 weeks have a lower specific activity of catalase than rats aged 12 weeks and 18 weeks. All rats that were given Spirulina extract have a lower specific activity of catalase than rats that were given aquadest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kms Rakhmat Notariza
"Radikal bebas, dalam kadar rendah atau menengah, mempunyai peran fisiologis bagi kehidupan sel tubuh. Pada konsentrasi tinggi, radikal-bebas dapat memicu stres oksidatif yang menjadi dasar patogenesis berbagai penyakit. Suplai antioksidan eksogen dibutuhkan untuk membantu kinerja antioksidan endogen dalam menangkal stres oksidatif. Ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica masing-masing diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica terhadap ekstrak-etanol Acalypha indica. Kombinasi ekstrak diharapkan mampu meningkatkan aktivitas antioksidan yang dihasilkan dan menurunkan dosis yang digunakan. Aktivitas antioksidan ekstrak diukur dengan metode spektrofotometri melalui uji DPPH. Kandungan fitokimia ekstrak juga diuji secara kualitatif. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak-etanol Acalypha indica maupun campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica positif mengandung fitokimia berupa flavonoid dan steroid. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa Vitamin C yang menjadi kontrol positif menunjukkan nilai EC50 sebesar 0,012 mg/mL. Nilai EC50 ekstrak-etanol Acalypha indica adalah 13,68 mg/mL, sedangkan nilai EC50 campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica adalah 39,65 mg/mL. Nilai EC50 yang lebih kecil mengindikasikan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Dengan demikian, aktivitas antioksidan campuran ekstrak-etanol Acalypha indica dan Centella asiatica lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak-etanol Acalypha indica.

In low or moderate concentration, free-radicals have physiological role for cellular functions. Excessive production of free-radicals may induce oxidative stress, which is the pathogenesis basis of many diseases. Exogenous antioxidants supply is needed to support the function of endogenous antioxidants in preventing oxidative stress. The ethanolic-extract of Acalypha indica and Centella asiatica possess antioxidant activity. This study was managed to know the antioxidant activity of ethanolic-extract mixture of Acalypha indica and Centella asiatica in comparison with ethanolic-extract of Acalypha indica. The combination of extract was expected to improve the antioxidant activity and to reduce the dosage. The DPPH assay test with spectrophotometry was performed to measure the antioxidant activity. This study involved qualitative examination of phytochemical content in the extracts. In the qualitative-examination, both the extracts had flavonoids and steroids. Vitamin C as the positive control exhibited EC50 value as much as 0.012 mg/mL. The EC50 score of the ethanolic-extract mixture was 13.68 mg/mL, while the ethanolic-extract of Acalypha indica’s was 39.65 mg/mL. The lower EC50 score indicates the higher antioxidant activity. Thus, the ethanolic-extract mixture of Acalypha indica and Centella asiatica has lower antioxidant activity compared to the ethanolic-extract of Acalypha indica."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Falahiyyah Bahri
"Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat menangkap elektron serta menimbulkan kerusakan pada struktur senyawa Akumulasi radikal bebas pada sel dapat menimbulkan stress oksidatif yang menyebabkan gangguan terhadap struktur dan fungsi sel. Rosella atau Hibiscus sabdariffa merupakan salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa). Mahkota bunga Hibiscus sabdariffa ungu diekstraksi masing-masing dalam pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji secara kualittatif dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui jumlah senyawa yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, alkaloid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak Hibiscus sabdariffa ungu.
Uji dengan metode DPPH terhadap ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa ungu dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dengan parameter yang dihasilkan berupa nilai %inhibisi dan nilai IC50. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa terdapat dua komponen senyawa yang terkandung dalam ekstrakn-heksana, etil asetat dan etanol dari Hibiscus sabdariffa ungu. Berdasarkan uji fitokimia, golongan senyawa yang terkandung dalam ketiga ekstrak adalah flavonoid dan glikosida. Sedangkan pada pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol memiliki sifat antioksidan, dengan nilai IC50 sebesar 175,42 ppm untuk ekstrak etilasetat, dan sebesar 131,35 ppm untuk ekstrak etanol.

Free radicals are compounds that are very reactive and unstable therefore they can capture electrons and cause damage to the structure of other compounds. Accumulation of free radicals in cells can cause oxidative stress which causes disruption to the structure and function of cells. Rosella or Hibiscus sabdariffa is a plant that can be developed as an antioxidant to neutralize free radicals. This study aims to determine the phytochemistry content and antioxidant activity violet rosella calycs (Hibiscus sabdariffa). he crown of Hibiscus sabdariffa purple was extracted respectively in n-hexane, ethylacetate and ethanol solvents. The extract obtained is tested qualitatively by thin layer chromatography (TLC) to determine the amount of compounds contained Furthermore, phytochemistry tests were carried out to determine the content of saponin compounds, flavonoids, triterpenoids, steroids, alkaloids and tannins contained in violet Hibiscus sabdariffa extract.
The DPPH method for ethylacetate extract and ethanol extract of violet Hibiscus sabdariffa was carried out to determine antioxidant activity with the result parameters in the form of% inhibition and IC50 values. The TLC test results showed that there were two components contained in extracts of hexane, ethyl acetate and ethanol of violet Hibiscus sabdariffa. Based on phytochemistry tests, the classes of compounds contained in the three extracts are flavonoids and glycosides. While the antioxidant activity test using the DPPH method showed that ethyl acetate extract and ethanol extract had antioxidant properties, with an IC50 value of 175.42 ppm for ethylacetate extract, and at 131.35 ppm for ethanol extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Sari Handayani
"Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) telah dimanfaatkan sebagai obat
secara tradisional untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah sebagai
antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan ekstrak
etanol kulit buah manggis (EEKBM) 50% dengan konsentrasi 0,195%, menahan
stres oksidatif pada sel darah merah domba (SDMD) yang diberi tBHP secara in
vitro. Percobaan dilakukan dalam 4 kelompok, (I) kontrol, (II) SDMD + EEKBM,
(III) SDMD + t-BHP, (IV) SDMD + EEKBM + t-BHP. Efek perlindungan kulit
buah manggis ditetapkan dengan mengukur parameter aktifitas enzim-enzim
antioksidan superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan
katalase. Hasil penelitian menunjukkan pemberian EEKBM mampu menahan
stress oksidatif pada SDMD yang diberi tBHP. Hal ini ditunjukkan dengan
penurunan aktivitas SOD, GPx dan katalase pada pemberian EEKBM . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa EEKBM dapat melindungi SDMD dari stres
oksidatif yang disebabkan oleh pemberian t-BHP.

Pericarp of mangosteen (Garcinia mangostana L.) has been used traditionally as
medicine for various diseases. This study aimed to examined the effect of 50%
ethanol extract of mangosteen (EEMP) concentration of 0,195 % to prevent the
red blood cells of sheep (RBCS) from oxidative stress that induced by t-BHP in
vitro. The groups were (I) control, (II) RBCS + EEMP, (III) RBCS + EEMP + t-
BHP and (IV) RBCS + EEMP + t-BHP. The result showed that activities of
superoxide dismutase (SOD), Gluthation peroxidase (GPx) and catalase were
decreasing, so we concluded that EEMP had antioxidant capacity to protect
RBCS oxidative stress induced by t-BHP.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Riza Pratama
"Jengkol merupakan makanan yang cukup populer karena rasa khasnya dan bau yang kuat di Indonesia. Meskipun diketahui punya pengaruh buruk terhadap saluran kemih, jengkol mengandung banyak gizi seperti protein, asam amino, lemak, mineral, dan juga beberapa vitamin. Selain itu jengkol mengandung suatu zat yg bernama asam jengkolat. Struktur molekular dari zat ini sangat mirip dengan struktur sistin, yang telah diketahui memiliki efek antioksidan. Oleh karena itu, jengkol memiliki potensi memiliki sifat antioksidan.Percobaan ini ingin melihat apakah ekstrak jengkol mampu memberikan efek antioksidan kepada sel darah merah domba SDMD . SDMD tersebut juga diberikan paparan oksidatif dengan menggunakan hidrogen peroksida dan divariasikan menjadi beberapa kelompok. Dengan begitu, efek protektif dan kuratif dari jengkol terhadap SDMD akan terlihat.Namun, hasil percobaan tidak seperti ekspektasi. SDMD yang diberikan jengkol saja memiliki tingkat methemoglobin yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada yang diberikan hidrogen peroksida saja. Campuran keduanya tentu menyebabkan tingkat methemoglobin yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, tidak terbukti bahwa jengkol memiliki sifat antioksidan, bahkan menurut hasil ternyata jengkol kemungkinan besar bersifat peroksidan.

Jengkol is a popular food in Indonesia, known for its distinctive taste and strong odor. Despite being known to give bad effect to the urinary tract system, jengkol contain vital nutritions such as protein, amino acid, fat, minerals, and several vitamins. Other than that, its bean is known to contain a substance called Djenkolic acid. This substance is molecularly similar to cystine, which has been known to have antioxidant effect. Therefore, Jengkol has potential to have antioxidant characteristic.This study want to see whether jengkol water extract is able to give antioxidant effect to sheep red blood cells SRBC . These SRBC also exposed to oxidative stress with the help of hydrogen peroxide and the treatments are varieted into several groups. Therefore, the protective and curative effect of jengkol can be observed.Unfortunately, the results are not what is expected. SRBC treated with only jengkol have a high methemoglobin level, even higher than treated with only hydrogen peroxide. A combination of both also shows high methemoglobin level. Therefore, it is not proven that jengkol have antioxidant characteristics. Even from the result, indicate that jengkol may very well be peroxidant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeda Tazkia Noor
"Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang bersifat sangat reaktif sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif. Pertahanan terhadap radikal bebas diperankan oleh enzim antioksidan di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD). Konsumsi antioksidan eksogen alami dapat mendukung sistem pertahanan tersebut, salah satunya adalah Jengkol (Archidendron pauciflorum). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antioksidan dari ekstrak biji A.pauciflorum terhadap kerusakan jaringan hati yang diinduksi dengan CCl4, dengan parameter aktivitas spesifik enzim SOD. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 28 tikus Sprague Dawley jantan berusia 8 minggu dengan berat tikus 90-160 gram. Tikus dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok tikus tanpa perlakuan (kontrol). Tikus pada kelompok 2 diberi 0,01ml/gBB selama 8 hari. Tikus kelompok 3 diberi 0,01ml/gBB selama 8 hari dilanjutkan dengan pemberian 0,55mg/gBB pada hari ke-9 dan ke-10. Tikus kelompok 4 diberi 0,55mg/gBB pada hari ke-9 dan ke-10. Setelah perlakuan dilakukan pengukuran terhadap aktivitas spesifik enzim SOD. Data percobaan diuji menggunakan uji One-Way ANOVA. Hasil penelitian didapatkan peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok jengkol dan penurunan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok CCl4 dibandingkan dengan kelompok kontrol, serta peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok jengkol dengan CCl4 dibandingan dengan kelompok CCl4. Namun perubahan aktivitas spesifik enzim SOD di hati tersebut tidak bermakna dengan nilai p=0.210. Peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD tersebut dapat menunjukkan potensi antioksidan ekstrak biji A.pauciflorum.

Free radical is reactive chemical component that lead to oxidative stress. The body of mammal has its own defense mechanism against free radical through antioxidant enzyme such as superoxide dismutase (SOD). Consumption of natural exogenous antioxidant supporting the defense mechanism. One of the plants which is suspected to have antioxidant effect is Jengkol (Archidendron pauciflorum). The aim of this study was to determine the antioxidant potential of A.pauciflorum seed extracts against liver tissue damage induced by CCl4 with specific activity of SOD enzyme as the parameter. This experimental study is using 28 Sprague Dawley 8 weeks old rats, weighed between 90-160 g. These rats were randomly divided into four groups. Group 1 was group without treatment (control). Group 2 were administered 0,01ml/g body weight A.pauciflorum seed extracts for 8 days. Group 3 were administered 0,01ml/g body weight A.pauciflorum seed extracts for 8 days followed by 0,55mg/g body weight CCl4 on day 9th and 10th. Group 4 were administered 0,55mg/g body weight CCl4 on day 9th and 10th. The data obtained were analyzed by using One-way ANOVA. The result shows unsignificant increased specific activity of SOD in A.pauciflorum extract-treated group and decreased specific activity of SOD in CCl4-treated group compare to control grup, also increased specific activity of SOD in A.pauciflorum+CCl4-treated group compare to CCl4-treated group (p=0.210). This unsignificant increase might be indicating potential antioxidant effect in A.pauciflorum seed extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ineukeu Laraswaty
"Litsea merupakan marga terbesar dalam suku Lauraceae. Beberapa ekstrak tanaman dari marga Litsea menunjukkan aktivitas farmakologis, seperti antioksidan. Laporan-laporan ilmiah menunjukkan bahwa marga Litsea adalah sumber yang kaya antioksidan alami. Litsea firma Hook. f. merupakan salah satu spesies yang terdapat di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi alkaloid Litsea firma Hook. f., identifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak, serta menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi alkaloid. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, diklorometana, dan metanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in vitro dengan metode peredaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) menggunakan microplate reader. Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak dengan aktivitas antioksidan tertinggi dengan cara kromatografi kolom. Ekstrak teraktif dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu ekstrak diklorometana kulit batang, dengan %Inhibisi sebesar 56,067. kemudian, fraksi dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu A-2 dengan %Inhibisi sebesar 53,062. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak dilklorometana kulit batang Litsea firma Hook. f dan fraksi A-2 memiliki potensi untuk menjadi sumber antioksidan alami.

Litsea is the largest genus in Lauraceae family. Several plant extracts from Litsea genus exhibited pharmacological activities, including antioxidant. Scientific reports suggest that the genus Litsea is a rich source of natural antioxidants. Litsea firma Hook. f. is one of the species in Indonesia which has never been studied before. This study aims to determine antioxidant activity of extracts and alkaloid fractions of Litsea firma Hook. f, identify the compound groups in the extracts, and determine antioxidant activity of extracts and alkaloid fractions. Extraction was done with reflux using different solvent with increasing polarity, n-hexane, dichloromethane, and methanol. Extracts and fractions were evaluated for in vitro antioxidant activity with the DPPH radical scavenging (2,2-diphenyl-1-pikrilhidrazil) assay using a microplate reader. The most active extract was fractionated by column chromatography method. the most active extract with the highest antioxidant activity was dichloromethane bark extract with %Inhibition 56,067, then The most active fractions with the highest antioxidant activity was farction A-2 with %Inhibition 53,062. These results indicated that dichloromethane bark extracts of the Litsea firma Hook. f and fraction A-2 have the potential to be a source of natural antioxidants."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grescelcia Coreta Suherman
"Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur mineral dalam tulang yang disertai dengan penurunan kekuatan tulang yang kemudian dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mencegah osteoporosis, sementara kombucha dipercaya dapat meningkatkan kadar antioksidan. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha secang. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 ml/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kadar kalsium tulang tibia, kadar Malondialdehyde (MDA), kadar Superoxide Dismutase (SOD), dan jumlah sel osteoklas. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tibia, serta memiliki kecenderungan menurunkan kadar MDA dan memiliki kecenderungan meningkatkan SOD. Kombucha Secang dosis 2 (3 mL/200grBB sehari)  dapat mengurangi jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is a degenerative disease of the bones which is characterized by decreased bone mass caused by the body's inability to regulate minerals in the bones accompanied by a decrease in bone strength which can then lead to bone loss. In previous research, Caesalpinia sappan L. extract or known in Indonesia as Secang wood, has been shown to prevent osteoporosis, while kombucha is believed to increase antioxidant levels. In this study, in vivo experiments were carried out on sappan wood kombucha. This study used Sprague-Dawley female white rats which were divided into 8 groups, namely sham control and negative control (CMC-Na 0.5% 2 ml/200 g BW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200 g BW), extract Secang (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), and 3 groups of varying doses of Secang kombucha with D1 (1 mL/200 grBW), D2 (3 mL/200 grBW/), and D3 (3 mL/ 200 grBB/3 times a day), by oral administration. All rats underwent ovariectomy, except for the sham group, which underwent surgery without removing the ovaries. All rats were maintained 4 weeks postoperatively, then treated for 28 days. Parameters measured were tibia bone calcium levels, malondialdehyde (MDA) levels, Superoxide Dismutase (SOD) levels, and osteoclast cell counts. Based on research, 3 doses of Secang wood Kombucha (3 mL/200grBB/3 times a day) can increase tibia bone calcium levels, and has a tendency to decrease MDA levels and has a tendency to increase SOD. Secang wood Kombucha dose of 2 (3 mL/200grBB a day) can reduce the number of osteoclast cells."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>