Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Erma Setyowati
"Keandalan bangunan gedung meliputi aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Setiap aspek tersebut diatur dalam peraturan pemerintah N0. 16 Tahun 2021 peraturan pelaksanaan undang-undang No. 26 Tahun 2002 tentang bangunan gedung melalui ketentuan teknis dan kriteria. "
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2023
690 MBA 58:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bangunan sebagai tempat manusia melakukan aktifitasnya perlu dipertahankan keandalannya untuk dapat terus melayani aktifitas manusia sesuai dengan konsep desain perancangan. Dalam rangka meningkatkan keandalan bangunan, penulisan ini akan berusaha mengidentifikasi faktor-faklor keandalan bangunan sebagai permasalahan penelitian. Melalui metoda penulisan dengan menggunakan studi kasus dan studi lileratur, penulisan ini menjelaskan tentang faktor keselamatan, kemudahan, kenyamanan dan kesehatan sebagai faktor-faktor keandalan bangunan."
720 JIA 4:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ashuri
"Kajian terkait pembobotan tingkat keandalan bangunan gedung pada tahun 2011 menghasilkan komposisi bobot 30% untuk aspek kesehatan, 50% untuk aspek kenyaman dan 20% untuk aspek kemudahan sedangkan aspek keselamatan tidak diberi bobot dengan pertimbangan bahwa aspek tersebut merupakan prasyarat yang harus dipenuhi"
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2023
690 MBA 58:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wuryanti
"ABSTRAK
Reliability building inspection should be done for every building according to laws and regulations. the inspection encompasses four criteria, safety, health, comfort, and convenience (4K). the assessment result should be displayed in simple way to decide a building condition. Reliable condition which covers whole criteria are difficult to be achieved due to the ability of the owner. The authors propose a model assessment of building inspection by combining two methods. Dichotomy method for assessment safety and score method for three other. this paper applies the importance or Analytic Hierarchy Process (AHP) for implementation score method. these researchis specific a certain building function: office, mall, and hotel. the building is reliable if it have two assessment requirements: (1) needs all the safety criteria with obtain P score, and (2) score criteria health, comfort and convenience, Ss, Sn, Sm for, more bigger than 60. in average the importance for the first level is obtained 51% for the comfort criteria, followed by 29% for the health criteria, and 20% for the convenience criteria. based on the absolute score for sub criteria, the importance weight with the highest rank for office and hotel building is addressed for the comfort criteria especially for air condition in room with the weight 20% and for mall building is addressed for the comfort criteria in space area and connecting rooms with weight 20%."
Jakarta: Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman, 2016
728 JURPEM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Dwi Fachreza
"Manajemen keandalan merupakan kegiatan untuk menjamin tidak terjadinya kegagalan pada seluruh peralatan saat dioperasikan, tidak mengalami derating, dengan biaya optimum, dengan meminimalkan atau menghilangkan kegagalan dan penyebabnya, serta melakukan optimasi. Diawali dengan melakukan prioritas keandalan sistem dan peralatan (SERP) yang memberikan hasil berupa prioritas aset yang harus dilakukan perbaikan yaitu sistem eksitasi. Selanjutnya sistem eksitasi tersebut digunakan sebagai masukan untuk proses Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Hasil dari proses FMEA adalah Failure Defense Task (FDT) yang termasuk tugas, pemeliharaan, dan rekomendasi perbaikan. Total penghematan biaya sebelum dan setelah dilakukan manajemen aset adalah sebesar Rp. 1.334.106.000 (menggunakan bb gas) dan Rp. 4.992.660.000 (menggunakan bahan bakar HSD).

Reliability Management is a guarantee product to prevent from failure and derating on all operation equipment, with optimum price the objective is to decrease failure and the root cause, so it will get a high efficiency. Start with System Equipment Reliability Prioritization (SERP) process that show the priority asset that need improvement which is excitation system. Those excitation system is use as an input for Failure Mode Effects Analysis Process. The output of FMEA is a Failure Defense Task (FDT) which include task, maintenance, and repair recommendation. Total saving cost before and after implementation management asset is Rp. 1.334.106.000,- (Using Petroleum) and Rp. 4.992.660.000 (using High Speed Diesel)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wuryanti
"Pemeriksaan keandalan bangunan gedung wajib dilaksanakan untuk seluruh bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilakukan untuk empat kriteria: keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan (4K). Hasil pemeriksaan harus dapat ditampilkan dengan cara yang memudahkan pengambil keputusan membuat kesimpulan. Kondisi andal untuk seluruh kriteria mungkin sulit dicapai karena alasan kebutuhan dan kemampuan pemilik gedung. Penulis mengusulkan sebuah model penilaian terhadap hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung dengan menggabungkan dua metoda. Metoda dikotomi untuk penilaian kriteria keselamatan dan metoda skor untuk ketiga kriteria lainnya. Tulisan ini menyampaikan model penilaian metoda skor dengan bobot kepenting`an dianalisis dengan metoda Analytic Hierarchy Process (AHP). Bobot kepentingan kriteria atau subkriteria ditentukan untuk fungsi gedung kantor, mall, dan hotel. Bangunan disebut andal bila memenuhi dua persyaratan penilaian, (1) memenuhi seluruh kriteria keselamatan diberi skor P, dan (2) skor kriteria kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, Ss, Sn, Sm lebih besar dari 60. Hasil analisis AHP pada level kriteria diperoleh bobot tertinggi rata-rata 51% untuk kriteria kenyamanan, disusul kriteria kesehatan 29% dan terakhir kriteria kemudahan dengan bobot 20%. Bobot level subkriteria menghasilkan bobot absolut dengan peringkat tertinggi untuk gedung fungsi kantor dan hotel pada subkriteria kenyamanan udara di dalam gedung sebesar 20%, sedangkan untuk fungsi mail diberikan pada subkriteria kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang sebesar 20%."
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mangkuto, Rizki A.
"Standar Nasional Indonesia tentang pencahayaan alami pada bangunan gedung yang berlaku pada saat ini, SNI 03-2396-2001, merekomendasikan penggunaan faktor langit dari langit berawan seragam sebagai indikator ketersediaan pencahayaan alami dalam ruangan. Untuk menghitung faktor langit sebagai fungsi dari posisi relatif (L/D and H/D) dari suatu lubang cahaya vertikal tanpa kaca, disediakan tabel referensi yang dapat digunakan. Meskipun demikian, akurasi dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel tersebut tidak diketahui. Tulisan ini memaparkan akurasi dari nilai-nilai tersebut dibandingkan terhadap nilai analitisnya. Dari perhitungan, ditemukan bahwa dari 11 dari 361 nilai yang ada dalam tabel memiliki galat relatif sebesar 10% atau lebih besar. Beberapa contoh hasil yang didapat menggunakan interpolasi nilai-nilai pada tabel dibandingkan dengan hasil yang didapat menggunakan persamaan analitik. Berdasarkan analisis, disarankan untuk menggunakan tabel referensi hanya untuk nilai L/D dan H/D yang berada di dalam rentang 0,1 ~ 6,0. Untuk nilai-nilai di luar rentang tersebut, disarankan untuk menggunakan persamaan analitik untuk menentukan faktor langit."
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016
728 JUPKIM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanto
"Tesis ini membahas peran arsitektur dalam pengendalian resiko bahaya kebakaran pada bangunan. Tingginya angka kasus kebakaran di Jakarta setiap tahunnya menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif, menggunakan konsep beban api (Fire Load) dengan menggunakan logika deduksi pada pendekatan studi kasus untuk bangunan kantor di Jakarta. Beban api merupakan perhitungan terhadap potensi kandungan energi yang dihasilkan apabila seluruh bangunan berikut isinya mengalami kebakaran. Perhitungan energi beban api belum pernah dilakukan di Indonesia, yang digunakan selama ini hanya asumsi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negara lain. Kenyataannya, beban api pada bangunan kantor di Jakarta sangat jauh melewati perhitungan beban api yang ada. Perbedaan beban api mencapai ± 3-4 kali lipat dari yang dilakukan di negara lain. Hasil penelitian menyarankan perlunya upaya dari seluruh pemangku kepentingan terutama peran seorang arsitek dalam menentukan kebijakan saat melakukan perencanaan bangunan, agar dapat menghasilkan rancangan bangunan yang handal terhadap bahaya kebakaran, yang tidak hanya selesai hingga tahap perancangan tetapi berlanjut hingga tahap operasional.

The focus of this study is architecture?s role in controlling fire-hazard risk in buildings. The number of fire incidents happened every year in Jakarta has caused great loss to many parties. This research is done with quantitative methods, using fire load concept with deductive logic on case study approach toward office buildings in Jakarta. Fire load calculates the quantity of heat/energy that can be generated when a building along with its content caught fire. Such calculation has never been done in Indonesia, the fire load data used up till now was only assumption based on fire load calculations made in other countries. The truth is that the actual fire loads of office buildings in Jakarta are above the current fire load data. The difference is up to 3-4 times from the data taken from other countries. The researcher suggests that all related officials, the architect in particular, to determine policies when making building plans, which will resulted in designs to a more fire incident-proof building, not only in the planning stage but also in the operational stage."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31275
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Redian Wahyu Elanda
"ABSTRAK
Jaringan pipa adalah salah satu sarana transportasi minyak dan gas yang paling aman dan ekonomis sehingga pipa tidak boleh mengalami kegagalan saat beroperasi. Pipa lurus dalam suatu pipeline adalah pipa dengan geometri yang paling sering dijumpai. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam didalam tanah (underground) sehingga rentan terhadap korosi eksternal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis keandalan, terutama pada geometri lurus. Pengujian keandalan
dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Untuk mengetahui pengaruh tanah terhadap laju korosi pipa maka dilakukan pengukuran pH , resistivitas tanah dan laju korosi pipa pada setiap segmen. Hasil dari pengukuran laju korosi pipa lurus kemudian dibandingkan dengan laju korosi pipa elbow.
Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk mengetahui penyebab perbedaan laju korosi kedua jenis pipa tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya Stress Corrosion Cracking pada pipa lurus dilakukan permodelan menggunakan Autodesk Inventor. Nilai resistivitas tanah pada segmen I berada pada level very corrosive (<500Ω-cm), segmen II berada pada level corrosive (500-1000 Ω-cm),
dan segmen II berada pada level moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). Nilai pH berada pada rentang 5-7 untuk semua segmen. Laju korosi pipa lurus meningkat seiring penurunan nilai resistivitas tanah, dengan range nilai antara 0.15-0.83 mm/year,. Pengamatan struktur mikro menunjukkan ukuran butir pipa lururs adalah sebesar 10.84 μm. Hasil permodelan Autodesk Inventor memperlihatkan bahwa terjadi konsentrasi tegangan pada pipa sebesar 122,2 Mpa. Keandalan pipa lurus pada segmen adalah 36.35%, segmen II adalah 56.03%, dan
segmen III adalah 96.61%.

ABSTRACT
The pipeline is one means of transportation of oil and gas are the most safe and economical so that the pipe should not fail during operation. Straight pipe in a pipeline is a pipe with the geometry of the most frequently encountered. Transmission pipelines are usually planted in the ground (underground) so susceptible to external corrosion. Therefore it is necessary for the reliability analysis, especially in a straight geometry. Reliability testing is done using Monte Carlo simulations. To determine the influence of soil on the rate of corrosion of pipes is carried out measurements of pH, soil resistivity and corrosion rate of pipes on each segment. Results of straight pipe corrosion rate measurements were then compared with the corrosion rate of elbow pipe. Microstructural observations performed to determine the cause of differences in the corrosion rate of the two
types of pipe. To determine the possibility of Stress Corrosion Cracking in a straight pipe made from modeling using Autodesk Inventor. Soil resistivity values in the segment I was at the level very corrosive (<500Ω-cm), segment II at the level of corrosive (500-1000 Ω-cm), and segment II at the level of moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). PH value in the range 5-7 for all segments. Straight pipe corrosion rate increases with decrease in soil resistivity values, the values range between 0.15-0.83 mm / year,. Observation of the microstructure shows a grain size of the pipe lururs is 10.84 μm. Autodesk Inventor modeling results show that there are stress concentration on the pipe at 122.2 MPa. Reliability straight pipe segment was 36.35%, segment II is 56.03%, and segment III is 96.61%"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1468
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>