Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jason Hendra
"Investasi saham di bursa efek Indonesia menjadi kian populer. Mengacu pada pertumbuhan secara kuantitas, peningkatan jumlah investor Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Namun secara kualitas, jumlah investor aktif di bursa efek Indonesia hanya sekitar 40.000 ribu dari total 850.000 ribu investor saham (Laporan Tahunan BEI 2018) .Beberapa studi sebelumnya menunjukkan perilaku investasi dipengaruhi faktor internal investor seperti emosi investor, dan karakteristik demografi, juga faktor eksternal investor seperti faktor cuaca/lingkungan, perilaku herd, jaringan sosial, dan informasi pada jaringan sosial. Tujuan penelitian ini melihat pertumbuhan kuantitas tidak dibarengi dengan pertumbuhan kualitas investor dijelaskan dengan konteks di dalam organisasi investasi yaitu galeri investasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengumpulan data secara daring dengan metode sampling haphazard. Hasil survei yang didapat setelah proses clean data, adalah 111 data responden yang merupakan anggota 31 galeri investasi di Pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan rendah terkait tingkat perilaku investasi anggota, juga pada tingkat keterlekatan pada organisasi, dan personal mastery mereka. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang lemah antara tingkat keterlekatan pada organisasi dengan tingkat perilaku investasi sementara, variabel bebas personal mastery menunjukkan kekuatan hubungan yang sangat lemah. Dengan terdapatnya hubungan, penelitian ini mendukung teori dari Mark Granovetter terkait keterlekatan sosial dilihat dari bentuk-bentuk relasi sosial dalam organisasi Galeri Investasi.

Stock investment in the Indonesian stock exchange is becoming more popular. Referring to the growth in quantity, an increase number of Indonesian investors has increased significantly every year. But in quality, the number of active investors in the Indonesian stock exchange is only around 40,000 thousand from a total of 850,000 thousand stock investors (BEI 2018 Annual Report). Some previous studies show investment behavior is influenced by investors' internal factors such as investor emotions, and demographic characteristics, besides there are investor external factors such as weather / environmental factors, herd behavior, social networks, and information on social networks. The purpose of this study looks at quantity growth not accompanied by growth in investor quality explained by the context within the investment organization, namely Galeri Investasi. This research uses a quantitative approach by collecting data online with the haphazard sampling method. The survey results obtained after the clean data process, are 111 respondents who are members of 31 investment galleries in Java. The results showed that there was a low tendency related to the level of investment behavior of members, the level of organizational embeddedness , and their personal mastery too. The results showed that there was a weak relationship between the level of organizational embeddedness and the level of investment behavior while the independent variables of personal mastery showed a very weak relationship. With the existence of a relationship, this research supports the theory of Mark Granovetter related to social embeddedness seen from the forms of social relations in Galeri Investasi"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Resiko merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan investasi, karena besar kecilnya resiko yang terkandung dalam suatu alternatif investasi akan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Penilaian investor atau calon investor terhadap resiko investasi saham juga akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena resiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat "discount" untuk menentukan nilai saham. Ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap resiko investasi saham di pasar modal."
Hukum dan Pembangunan Vol. 26 No. 4 Agustus 1996 : 313-324, 1996
HUPE-26-4-Agt1996-313
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Syafrita
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap investasi perusahaan. Selain itu penelitian ini juga menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap hubungan antara leverage dan investasi. Penelitian ini menggunakan data perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan two stages least square (2SLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap investasi perusahaan yang menunjukkan bahwa semakin besar utang pada suatu perusahaan maka kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusaaan tersebut akan semakin menurun. Hubungan negatif antara leverage dan investasi perusahaan semakin kuat pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang rendah.

This study aims to analyze the effect of leverage on firm investment. In addition, this study also analyzes the effect of the firm's growth rate in the relationship between leverage and investment. This study is using data of listed non-financial firms in Indonesia Stock Exchange for the period 2007-2014. The analytical method used are multiple regression and two stages least square (2SLS).
This study found that leverage has negative and significant effect on firm investment which explains that the greater the debt in a firm, the activities of the firm investment will decrease. The negative relationship between leverage and firm investment is getting stronger for firms with the low firm growth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2016
S64770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sentosa Limena
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia pada pertengahan 1997, khususnya di Asia Tenggara banyak berpengaruh pada pola investasi yang terjadi pada pasar modal
dan deposito. hal ¡ni disebabkan hampir semua indikator ekonomi pada saat krisis
ekonomi terjadi berubah secara drastis. Indeks-indeks saham, nilai tukar mata uang dan
suku bunga bebas resiko di negara-negara yang terkena krisis ekonomi cenderung
menampilkan performa negatif. Namun seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi
yang dialami negara-negara itu selama periode dua tahun, investor perlu
mempertimbangkan kembali kemungkinan untuk berinvestasi di negara-negara itu.
Penelitian ¡ni melibatkan sebelas negara di mana dua negara di antaranya yaitu
Amerika dan Inggris, yang bukan termasuk negara Asia, diikutsertakan dalam
perhitungan tingkat pengembalian dan resiko dengan tujuan sebagai pernbanding bagi
negara Asia lainnya. Pada umumnya negara yang tidak termasuk negara-negara Asia
akan memiliki resiko yang lebih kecil pada pasar modal maupun fluktuasi nilai tukar
mata uang dibandingkan dengan negara-negara Asia. Namun dalam hal tingkat
pengembalian, negara-negara Asia juga mampu melebihi negara-negara lainnya dengan
catatan telah terjadi perubahan indikator ekonomi yang cenderung positif pada saat
membaiknya situasi ekonomi di sejumlah negara Asia.
Perbandingan tingkat pengembalian pada pasar modal maupun tingkat deposito
diperhitungkan tiap minggu baik dihitung tanpa memperhitungkan faktor nilai tukar mata
uang suatu negara dengan US Dollar maupun dengan memperhitungkan faktor nilai tukar
mata uang suatu negara dengan US Dollar. Investor diharapkan dapat beradaptasi dengan
dua keadaan seperti di atas dan mampu bermain sebagai investor domestik maupun
investor yang bisa melakukan investasi di berbagai negara.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid
"ABSTRAK
Laporan magang ini menjelaskan mengenai proses valuasi pada saham PT Blue
Bird Tbk di PT XYZ Securities Indonesia hingga memperoleh rekomendasi
investasi untuk tahun 2017. Dalam melakukan valuasi, XYZ menggunakan metode
3-stage Discounted Cash Flow untuk sampai pada price target sebesar Rp 9.100.
Dengan price target Rp 9.100, saham Blue Bird memiliki forecast stock return
lebih dari 6% di atas market return assumption, sehingga rekomendasi investasi
yang diberikan oleh XYZ adalah Buy. Hasil relative valuations dengan
membandingkan P/E, P/BV, dan EV/EBITDA Blue Bird dengan perusahaan sejenis
juga menunjukkan Blue Bird sebagai perusahaan yang premium namun masih
memiliki potensi untuk berkembang.

ABSTRACT
This internship report explains about valuation process on PT Blue Bird Tbk stock
done by PT XYZ Securities Indonesia to get investment recommendation for 2017.
XYZ used 3-stage discounted cash flow in valuing the stock to arrive on the price
target of Rp 9.100. With price target of Rp 9.100, Blue Bird stock had forecast stock
return beyond 6% above the market return assumption, therefore the most suitable
recommendation was Buy rating. Moreover, result obtained from relative
valuations by comparing P/E, P/BV, and EV/EBITDA Blue Bird with other
comparable companies showed that Blue Bird had premium value but still had a
great opportunities to develop."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rinaldi Jan Darmawan
"Penelitian ini membahas kinerja portofolio yang dibentuk berdasarkan Model Investasi Warren Buffet dan penerapannya pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel 45 saham yang terdaftar pada Indeks KOMPAS100 periode tahun 2008 ndash; 2015. Betting Againt Beta dan Quality Minus Junk memberikan kriteria pemilihan saham yang murah, risiko rendah, dan berkualitas sesuai dengan Model Investasi Warren Buffet. Portofolio yag dibentuk berdasarkan kriteria investasi Warren Buffet mampu menciptakan alpha yang lebih baik apabila dibandingan dengan return pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan. Portofolio yang dibentuk berdasarkan Quality Minus Junk mampu memperoleh Sharpe ratio sebesar 0,65. Portofolio yang dibentuk berdasarkan kriteria Investasi Warren Buffet mampu memperoleh Sharpe ratio sebesar 0,59. Dari hasil penelitian ini, faktor Betting Against Beta dan Quality Minus Junk mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa saham individual maupun terhadap portofolio yang dibentuk sehingga Model Investasi Warren Buffet ini dapat diterapkan di Bursa Efek Indonesia.

The focus of this strudy is to understand the stock portfolio based on Warren Buffet Investment Model and its application in Bursa Efek Indonesia. The data sampled from 45 stocks which are selected in KOMPAS100 index for the period 2008 ndash 2015. Betting Againts Beta and Quality Minus Junk Factor give the criteria of cheap, low risk, and high quality stocks. Portfolio which are selected based on Warren Buffet Investment Model criteria could create positive alpha compared to market return. Quality Minus Junk portfolio could reach Sharpe ratio of 0.65 and Warren Buffet portfolio could reach 0.59. From this study Betting Againts Beta and Quality Minus Junk Factor could effect the individual stocks return and the portfolio return which could be applied in Bursa Efek Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andes Goutama
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah strategi investasi yang didasarkan past volume dan past return mampu menghasilkan nilai abnormal return yang signifikan atau tidak pada Bursa Efek Indonesia dalam periode penelitian dari tahun 2006 hingga 2015. Metode yang digunakan dengan menguji strategi pada setiap portofolio yang dibentuk pada periode observasi dari 1M, 3M, 6M, 9M, dan 12M yang kemudian menerapkan holding periode 3M, 6M, 9M, dan 12M. Sehingga gross return dari setiap portofolio tersebut kemudian dievaluasi dengan singel index model, fama-french three factors, carhart four factors, dan fama-french five factors. Hasilnya, diperoleh nilai abnormal return yang positif dan negatif dengan signifikan secara konsisten pada semua model.

This study aims to find out whether the investment strategies based on past volume and past returns are able to generate a significant abnormal return on Indonesia Stock Exchange in the period of 2006-2015. The research methodology is testing the strategies for each portfolio which was formed in the observation period of 1M, 3M, 6M, 9M and 12M which then apply the holding period of 3M, 6M, 9M and 12M. Therefore, the gross return of each portfolio is evaluated by singel index model, fama-french three factors, carhart four factors, dan fama-french five factors. The results of this study explain that the value of abnormal return is positive and negative, they are significantly consistent on all models."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Sabrina Nurcahya
"Tugas akhir ini berdasarkan salah satu tugas dalam mata kuliah “Investments” di University of Melbourne. Tulisan akademis ini membahas cara mengaplikasikan metode Tolak Ukur Investasi Berbasis Return sebagai suatu cara estimasi untuk mengevaluasi performa portofolio dari perusahaan investasi. Tulisan akademis ini mengangkat studi kasus perusahaan reksa dana Tata Mutual Fund yang melucurkan “Tata P/E Equity Mutual Fund” (TEPF) sebagai portofolio subjek untuk dibandingkan dengan benchmark yang telah ditetukan, yaitu Bombay Stock Exchange Sensitive Index (BSE SENSEX). Hasil yang didapatkan dari studi kasus ini adalah untuk melihat apakah performa TEPF telah melampaui portfolio benchmark dilihat dari beberapa metode perhitungan yang akhirnya dapat memengaruhi keputusan para investor dalam menentukan kebijakan investasi mereka.
This Academic Paper is based on one of the assignments in the subject “Investments” in University of Melbourne. This writing will provide an example of how to implement Return- Based Measures formulas as an estimation in the evaluation of an investment company’s’ performance using applicable assumptions. This writing uses a case study of Tata Equity P/E Mutual Fund (TEPF), launched by the company Tata Mutual Fund, as a subject portfolio to be compared with its chosen benchmark, Bombay Stock Exchange Sensitive Index (BSE SENSEX). The result from this case study is to find out whether TEPF outperformed its benchmark based on some measures which later can affect the decision on investing in the portfolio or not from the investors’ point of view."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Adhisty Ayu Pratiwi
"ASEAN akan segera melaksanakan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau AFTA. Dengan dilaksanakannya AFTA, arus investasi akan dengan cepat berpindah dari satu negara ke negara yang lain. Negara-negara emerging market dianggap sebagai primadona dalam bursa saham ASEAN. Pergerakan return saham dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan menggunakan metode regresi linear, diperoleh hasil bahwa size, value, profitability, dan investment memberikan pengaruh yang terhadap return saham di bursa efek Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada periode tahun 2009-2013.

ASEAN will implement the ASEAN Free Trade Area or AFTA soon. By implementing this policy, investment flows would move quickly from one country to the others. Emerging market countries have regarded as the best performance in ASEAN stock exchange. The movement of stock returns are influenced by various factors. By using linear regression, obtained that size, value, profitability, and investment have significant influence on stock return in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Thailand stock exchange in the period 2009-2013.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Krishnadi Wicaksono
"Fenomena dimana Indeks Harga Saham Gabungan mengalami tingkat pengembalian yang sangat berbeda yaitu sangat tinggi apabila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya beberapa kali terjadi di Bursa Efek Jakarta. Fenomena ini salah satunya terjadi pada hari-hari terakhir bulan Desember sampai dengan minggu-minggu pertama bulan Januari. Kejadian atau fenomena inilah yang dikenal dengan "January effect". Fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar yang belum efisien seperti di Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lain yang memiliki bursa saham bahkan untuk pasar di Amerika yang sudah sangat efisien.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai January effect telah menunjukkan adanya suatu anomaii pasar pada bulan Januari yang berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya dimana terjadi kenaikkan harga-harga saham yang meningkatkan return yang lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai sebab terjadinya fenomena January Effect ini, antara lain adalah teori ketersediaan infonnasi; teori tax-loss selling; teori perilaku investor.
Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara return pasar bulan Januari sebagai variabel terikat dengan return bulan Desember dan beberapa variabel makro sebagai variabel bebas (analisis regresi berganda). Variabel-variabel lain tersebut antara lain Inflasi, SBI, Kurs dan PDB. Pencarian hubungan dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan software E-Views versi 4.1.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama untuk (1) melihat return pasar melalui indikator IHSG pada bulan Januari dari periode I989-2006 di Bursa Efek Jakarta; (2) mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel lain terhadap January effect yang terjadi pada Bursa Efek Jakarta dengan melihat besarnya return pasar pada Bursa Efek Jakarta; (3) menghasilkan bahan pertimbangan bagi investor dalam mengatur strategi berinvestasi menghadapi fenomena January effect tersebut.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun Januari I989 hingga Januari 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas dalam regresi ini adalah return pasar bulan Desember, variabel makro (Inflasi, SBI, Kurs dan PDB), sedangkan return pasar bulan Januari berlaku sebagai variabeI terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data hares memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi norrnalitas, autokorelasi dan multikolinicritas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tujuh permodelan yaitu: (1) Regresi return bulan Desemberterhadap return pasar bulan Januari; (2) Regresi Inflasi terhadap return pasar bulan Januari; (3) Regresi SBI terhadap return pasar bulan Januari; (4) Regresi kurs terhadap return pasar bulan Januari; (5) Regresi PDB terhadap return pasar bulan Januari; (6) Regresi variabel Makro (Inflasi, SBI, Kurs dan PUB) terhadap return pasar bulan Januari; (7) Regresi return bulan Desember, Inflasi, SBI, Kurs dan PDB terhadap return pasar bulan Januari.
Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar variabel-variabel lainnya yang merupakan variabel bebas yaitu return Desember, Inflasi, SBI dan PDB yang diujikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan return pasar bulan Januari. Hanya variabel Kurs yang memiliki mempengaruhi perubahan return pasar bulan Januari. Sehingga ketika semua variabel-variabeI bebas tersebut diregresi bersamaan terhadap return pasar bulan Januari maka dari basil multi regresi dengan menggunakan software E-Views 4.1 didapat hasil yang tidak signifikan terhadap perubahan return pasar bulan Januari.

For several times, Jakarta Stock Exchange has been undergoing unusual phenomenon in which Composite Index giving return that was so high in certain month compared to other months. This so-called January effect, named after its occurrence on the last days of December up to the first weeks of January, occurred not only in inefficient market as in Indonesia, but can also be found in other counties where the market is efficient such as United States' market.
Previous studies on January effect had shown market anomaly in January, which was different from the preceding months, that stock price increase had provided higher return than it did in other months of the year. There are several theories explaining the grounds of the January effect phenomenon, such as information availability theory, tax-loss selling theory and investor behavior theory.
This study will seek the relationship of market return in January as dependent variable to market return in December and several macroeconomic variables as dependent variables (multi-regression analysis). The macroeconomic variables are inflation, SBI, exchange rate and GDP. Correlation calculation was done through Ordinary Least Square (OLS) using E-Views software version 4.1.
The purpose of this thesis are to (1) observe market return through JSX index in January 1989-2006; (2) acknowledge the effect of macro-economic variables to January effect in JSX by measuring high return in the market; (3) provide opinion to investor in setting investment strategy when facing the January effect phenomenon.
The study conducted is an empirical study with observation period between January 1989 to January 2006 using multi-regression method. Included in independent variables are market return in December and macro-economic variables (inflation, SBI, exchange rate and GDP), whereas market return in January will be treated as dependent variable that will be defined by the independent variables. According to literature, before a model is being set up, data must fulfill several assumptions and free of certain issue. In the study, assumptions that must be fulfilled in a multi-regression model were tested. The assumptions or data to be covered included normality, autocorrelation and multicolinearity.
Multi-regression analysis conducted through seven modeling, which were: (1) regression of market return in December to market return in January; (2) regression of inflation rate to market return in January; (3) regression of SBI rate to market return in January; (4) regression of exchange rate to market return in January; (5) regression of GDP to market return in January; (6) regression of macro-economic variables (inflation, SBI exchange rate and GDP) to market return in January; (7) regression of market return in December, inflation, SBI, exchange rate and GDP to market return in January.
Analysis result showed that most tested independent variables, market return in December, inflation, SBI and GDP, had no significant effect on the adjustment of market return in January. Only exchange rate variable that had impact in market return in January. Therefore, when all independent variables were regressed altogether to market return in January, multi-regression result using E-views 4.1 software showed no significant correlation to adjustment market return in January."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>