Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Basyith
Depok: Rajawali Press, 2023
332.1 ABD g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rayhana Putri
"Penyebab terjadinya permasalahan lingkungan yang terus meningkat dewasa ini didominasi oleh 5 faktor utama, yakni: teknologi, pertumbuhan penduduk, ekonomi, politik dan tata nilai. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai pengurangan kemiskinan, proses pembangunan ekonomi tradisional tetapi berdampak buruk pada lingkungan, sehingga merusak alam untuk pengembangan di masa yang akan datang. Untuk mengatasi hal ini, negara memerlukan strategi pembangunan berkelanjutan yang baru, dengan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan melestarikan lingkungan dan menanggapi masalah perubahan iklim. Pembiayaan berbasis lingkungan (Green Finance) adalah pendukung yang menggabungkan uang dan bisnis dengan perilaku ramah lingkungan. Salah satu bentuk Green Finance adalah dalam bentuk efek bersifat utang berwawasan lingkungan (Green Bond). Green Bond adalah kategori efek yang berkembang yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah, dan bank institusional untuk meningkatkan modal dalam mendukung proyek-proyek yang bermanfaat bagi adaptasi perubahan iklim dan inisiatif lingkungan. Penelitian ini melihat dari permasalahan yang akan timbul apabila penerbitan Green Bond tidak diatur oleh pemerintah dan tidak ada standar menegenai penerbitan Green Bond. Selanjutnya, dalam penelitian ini menganalisis mengenai implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia. Terakhir, penelitian ini menganalisis mengenai perbandingan implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia dengan Amerika Serikat. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah: Pertama, apabila Green Bond tidak diawasi dan tidak ada transparansi maka ketika terdapat informasi yang tidak seimbang (information asymmetry) dapat menyebabkan adanya satu pihak yang memperoleh keuntungan dengan cara mengeksploitasi ketidaktahuan pihak lain, yang kemudian dapat menghambat pertukaran barang atau kegiatan pasar. Sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Kedua, Pada awal 2016 PT SMI membentuk divisi pembiayaan berkelanjutan, dan saat ini sedang mengembangkan laporan keberlanjutan dan membangun akuntansi kapasitas gas rumah kaca (GRK). PT SMI telah mengkonfirmasi bahwa serratus persen dari hasil Green Bond akan digunakan untuk membiayai proyek hijau yang memenuhi syarat. Penerbitan Green Bond oleh PT SMI merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Ketiga, dibandingkan dengan Amerika Serikat, tidak memiliki peraturan yang spesifik mengenai Green Bond. Amerika Serikat memakai Green Bond Principle sebagai pedoman mereka untuk mengatur penerbitan Green Bond.

The causes of environmental problems that continue to increase today are dominated by 5 main factors, namely: technology, population growth, economy, politics and values. Economic growth is considered a poverty reduction, a traditional economic development process but it has a negative impact on the environment, thus damaging nature for future development. To overcome this, the country needs a new sustainable development strategy, by striving for economic growth that is in line with preserving the environment and responding to the problem of climate change. Green Finance is a proponent that combines money and business with environmental concerns. One form of Green Finance is in the form of Green Bond. Green Bond is a growing category of bond issued by companies, governments and institutional banks to raise capital to support projects that benefit climate change adaptation and environmental initiatives. This research observes at the problems that will arise if the issuance of Green Bond is not regulated by the government and there are no standards regarding the issuance of Green Bond. Furthermore, this research analyzes the implementation of Green Bond issuance in Indonesia. Finally, this study analyzes the comparison of the implementation of Green Bond issuance in Indonesia with the United States. The conclusions that can be obtained from this research are: First, if Green Bond is not monitored and transparency is not present then there will be information asymmetry lead to the existence of one party that benefits by exploiting the nescience of the other party, which can then impeding the exchange of goods or market activities. So the government issued Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Secondly, in early 2016 PT SMI formed a sustainable financing division, and is currently developing a sustainability report and building an accounting for greenhouse gas (GHG) capacity and issued Green Bond. PT SMI has confirmed that one hundred percent of Green Bond proceeds will be used to finance eligible green projects. Issuance of Green Bond by PT SMI refers to the Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Third, compared to the United States, it does not have specific regulations regarding Green Bond. The United States uses the Green Bond Principle as their guideline to regulate the issuance of Green Bonds.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T54610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lubna Nazihah
"Indonesia merupakan negara urutan ke-6 di dunia yang menyumbang emisi CO2 terbanyak dari sektor energi pada tahun 2022. Hal ini didukung dengan 62% sumber energi listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar batu bara. Namun, upaya Indonesia untuk dekarbonisasi dengan menaikkan target pembangkit listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) berjalan cukup lambat. Hingga tahun 2023, tercatat bahwa realisasi investasi sektor EBT di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat dalam praktik pendanaan hijau khusus untuk pembangkit listrik EBT di Indonesia berdasarkan lima dimensi. Untuk menunjang hasil analisis, dilakukan uji validitas dengan Content Validity Index dan Modified Kappa untuk mengetahui relevansi faktor-faktor yang akan diteliti. Pada faktor yang terbukti valid, dilakukan perhitungan dengan metode DEMATEL berbasis ANP (DANP). Hasil penelitian mencakup pengelompokkan faktor dan dimensi berdasarkan nilai pengaruh, visualisasi hubungan antar faktor dalam setiap dimensi, dan analisis bobot prioritas kepentingan dari setiap faktor.

Indonesia is the 6th country in the world that contributes the most CO2 emissions from the energy sector in 2022. This is supported by the fact that coal still accounts for 62% of Indonesia's electrical generation. However, Indonesia's efforts to decarbonize by increasing the number of renewable energy-based power plants have been slowly implemented. Until 2023, investment in the renewable energy sector in Indonesia shows a decline. This study will analyze the drivers and barriers of green finance for renewable energy power plants in Indonesia based on five categories. To support the analysis' findings, a validity test is performed using the Content Validity Index and Modified Kappa to determine the relevance of the factors. Calculations on valid factors are carried out using the DEMATEL-based ANP method (DANP). The study's findings include grouping of factors and categories based on the values of influence, visualizing the relationship between factors in each category, and analyzing the priority weight of each factor's importance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Permata Sari Mashari
"Topik perubahan iklim terkait erat dengan pelepasan karbon ke atmosfer. Salah satu cara mengurangi emisi karbon adalah melalui perdagangan karbon dengan mekanisme cap and trade dan mekanisme offset. Menerapkan perdagangan karbon memerlukan investasi keuangan yang signifikan, yang mengharuskan kebijakan keuangan pemerintah dan sektor swasta untuk mendukung upaya mencapai kontribusi yang ditetapkan secara nasional berdasarkan Perjanjian Paris. Rumusan masalah penelitian ini adalah belum adanya kajian yang menganalisis pengujian skenario kebijakan keuangan berkelanjutan dalam kaitannya pada transaksi perdagangan karbon di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini untuk membangun model kebijakan intervensi yang dapat diimplementasikan oleh sektor jasa keuangan dalam rangka menurunkan emisi karbon di Indonesia untuk meningkatkan kemampanan ekonomi, pertumbuhan sosial, dan perlindungan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran yang melibatkan metode kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan analisis System Dynamics (SD), kajian bibliometrik, dan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif memerlukan penelitian literatur, melakukan wawancara ekstensif, dan menyelesaikan survei. Hasilnya menunjukkan adanya kesenjangan penelitian, khususnya mengenai peran sektor jasa keuangan dalam praktik perdagangan karbon. Hasil SD menunjukkan bahwa penerapan perdagangan karbon yang didukung oleh keuangan berkelanjutan akan menghasilkan hasil signifikan dalam rangka pengurangan emisi karbon. Selain itu, analisis AHP menunjukkan bahwa keuangan berkelanjutan lembaga keuangan memainkan peran penting dalam perdagangan karbon.

The subject of climate change is closely linked to the release of carbon into the atmosphere. One viable strategy for reducing carbon emissions is using the cap and trade and offset mechanisms. Implementing carbon trading necessitates substantial financial investment, which mandates government and private sector financial policies to support achieving nationally defined contributions under the Paris Agreement. The research problem is the need for a study illustrating sustainable finance policies' application in Indonesia's carbon trading transactions. The primary objective of this research is to construct a model for policy intervention that the financial services industry can execute to reduce carbon emissions in Indonesia, thereby enhancing economic resilience, social development, and environmental protection. This study employs a mixed methods approach encompassing both quantitative and qualitative methodologies. The quantitative approach involves System Dynamics (SD) analysis, bibliometric studies, and the Analytical Hierarchy Process (AHP), while the qualitative approach necessitates a review of the literature, extensive interviews, and completion of surveys. The findings indicate research gaps, particularly concerning the role of the financial services industry in carbon trading practices. The SD results demonstrate that implementing carbon trading supported by sustainable finance will yield significant outcomes in terms of carbon emission reduction. Furthermore, the AHP analysis highlights the crucial role of sustainable finance in carbon trading, which the financial services industry can undertake."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizi Nur Wicaksono
"Fenomena underpricing terjadi pada hampir di seluruh pasar modal di dunia, termasuk Indonesia, namun dengan tingkat yang bervariasi. Skripsi ini membahas tentang analisis fenomena underpricing pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia, dan bertujuan untuk membuktikan fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO pada periode 1998 - 2010 sekaligus mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti menggunakan regresi berganda dalam perhitungannya dan variabel yang diteliti adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, proporsi penawaran perdana, jenis industri, return on asset, financial leverage, earning per share, reputasi auditor, reputasi underwriter dan tujuan penggunaan dana investasi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa dari variabel-variabel yang digunakan, hanya reputasi auditor dan ukuran perusahaan yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat underpricing, dengan arah hubungan negatif untuk ukuran perusahaan dan positif untuk reputasi auditor. Secara bersama-sama seluruh variabel berpengaruh terhadap underpricing.

Underpricing phenomenon occurs in almost all the world's capital markets, including Indonesia, but with varying levels of underpricing. This research discuss about analysis phenomenon of underpricing that occurs in companies that do in initial public offering in indonesia stock exchange and the aims are to prove the phenomenon of underpricing that occurs in companies that do an IPO on 1998 - 2010 at once study factors that affecting underpricing. Researchers used multiple regression in its calculation and variable which studied are company age, company size, the proportion of offers, type of industry, return on asset, financial leverage, earning per share, auditor reputation, underwriter reputation, and the intended use of investment funds.
Result of this study prove that from all variable used, only auditor reputation and company size that significantly affect the level undepricing, with a negative relationship for company size and positive relationship for auditor reputation. Taken together, all variables affect the level of underpricing.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maisel, Sherman J.
New York: McGraw-Hill, 1976
332.632 4 MAI r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Ningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investment opportunity set, debt financing, profitability, dan risiko terhadap dividend payout ratio. Sampel penelitian ini adalah 35 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian tahun 2010-2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan panel regression analysis dengan pendekatan OLS. Hasil regresi menunjukkan bahwa investment opportunity set, debt financing, dan risiko memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap dividend payout ratio yang berarti jika terdapat peningkatan pada variabel-variabel tersebut, maka nilai dividen yang dibagikan akan mengalami penurunan. Sedangkan profitability memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap dividend payout ratio, yang berarti jika terjadi peningkatan profitability maka jumlah dividen yang dibagikan juga akan mengalami peningkatan.

The aim of this study is to analyze the influence of investment opportunity set, debt financing, profitability, and risks to the dividend payout ratio. Samples were 35 companies listed on the Stock Exchange with the study period 2010-2013. This research was conducted by using a panel regression analysis with OLS approach. Regression results show that the investment opportunity set, debt financing, and the risk had significant negative impact to the dividend payout ratio, which means if there is an increase in these variables, the dividend value will decrase. While profitability is a significant positive impact to the dividend payout ratio, which means if there is an increase profitability, the amount of the dividend will also increase."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goddard, G. Jason
"This book fills a gap in the existing resources available to students and professionals requiring an academically rigorous, but practically orientated source of knowledge about real estate finance. Written by a bank vice-president who for many years has practiced as a commercial lender and who teaches real estate investment at university level, and an academic whose area of study is finance and particularly valuation, this book will lead readers to truly understand the fundamentals of making a sound real estate investment decision. The focus is primarily on the valuation of leased properties such as apartment buildings, office buildings, retail centers, and warehouse space, rather than on owner occupied residential property."
Berlin: Springer, 2012
e20397231
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Amrianto Arrashif
"Sektor industri merupakan pengguna energi terbesar di Indonesia dan menghasilkan emisi CO2 ketiga terbesar dengan persentase sebesar 27% dari total emisi CO2 di keseluruhan sektor. Dengan itu, banyak negara-negara yang melakukan segala cara untuk dekarbonisasi dari mulai penerapan kebijakan energi hijau, Untuk Indonesia pengimplementasi dekarbonisasi sektor industri masih terbatas pada peningkatkan energi efisiensi. Tesis ini dibuat bertujuan melakukan dekaarbonisasi sektor industri pupuk dan industri baja dengan cara melalui pemanfaataan energi hijau. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini terbagi atas dua cara yang pertama adalah bedasarkan Teknologi yaitu pada industri pupuk mengganti suplai listrik PLTG ke PLTA dan pada industri baja mengganti suplai listrik dari grid ke PLTA dan REC. Dan yang kedua bedasarkan Non-Teknologi seperti Membuat skenario BAU, RE, REC dengan tujuan agar mendapatkan hasil penurunan pada jejak karbon yang terbanyak dan biaya pokok produksi / biaya energi yang murah. Hasilnya pada Urea & Ammonia Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9498056 ton CO2/tahun tapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 24,23%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 57,47%. Untuk industri Pupuk terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,3%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 10,8%. Pada Steel & Iron Making Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9516796 ton CO2/tahun tetapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 29,08%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 49,08%. Untuk industri Pembuatan Besi dan Baja terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,9%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 25,15%.

The industrial sector is the largest energy user in Indonesia and produces the third largest CO2 emissions with a percentage of 27% of total CO2 emissions in the entire sector. With that, many countries are doing everything possible to decarbonize from the start of implementing green energy policies, for Indonesia the implementation of industrial sector decarbonization is still limited to increasing energy efficiency. This thesis aims to decarbonize the fertilizer industry and steel industry sectors through the use of green energy. The method used in this study is divided into two ways, the first is based on technology, namely in the fertilizer industry replacing the electricity supply of PLTG to hydropower plants and in the steel industry replacing electricity supply from the grid to hydropower plants and REC. And the second is based on Non-Technology such as Creating BAU, RE, REC scenarios with the aim of getting results in reducing the largest carbon footprint and low cost of production / energy costs. The result in the Urea & Ammonia Industry is that CO2 emissions are obtained of 9498056 tons of CO2 / year, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 24.23%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 57.47%. For the Fertilizer industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.3%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is 10.8% more affordable. In the Steel & Iron Making Industry, CO2 emissions of 9516796 tons of CO2 / year are obtained, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 29.08%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 49.08%. For the Iron and Steel Making industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.9%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is more affordable by 25.15%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Irene
"ABSTRAK
Dengan diberLakukannya UU mengenai dana pensiun No 11 tahun 1992, dana
pensiun telah memasuki era profesionalisasi dalam pengelolaan kekayaannya.
Hal ini merupakan tantangan bagi dana pensiun untuk selalu meningkatkan
kemampuannya dalarn perencanaan (dalam rangka rnenghadapi situasi yang
senantiasa berubah baik internal dan seringkali eksternal) serta dalam implementasi
dan perencanaan ínvestasi tersebut. Kedua tahap proses manajemen investasi
tersebut perlu diikuti Secara proaktif dan tidak cukup hanya reaktif. Dengan kinerja
positif yang berhasil dicapai, akan memberikan dampak secara makro, yaitu
pemanfaatan dana yang ada untuk kepentingan nasional, mau pun dampak secara
mikro, bagi perusahaan pemberi kerja dan tentunya peserta pensiun itu sendiri.
Sebagaimana yang ditemui, esbagian dari dana pensiun di Indonesia masih
mengalami defisit dalam kecukupan dananya. Diantara penyebabnya adalah karena
pendanaan dari sponsor yang belum terpenuhi. Dalam kondisi defisit ini, bukan
berarti bahwa dana pensiun belum perlu atau tidak dapat memikirkan
pengembangan dan kekayaan yang ada. Dalam kondisi defisitpun, pengembangan
kekayaan dapat dilakukan karena,. seperti halnya pada kondisi pendanaan yang
surplus, tetap tersedia penumpukan dana untuk sementara waktu. Begitu pula
sebaliknya dalam kwalitas pendanaan yang surplus, bukan merupakan jaminan
bahwa Dana Pensiun yang bersangkutan akan selalu berhasil dalam
pengembangan kekayaannya. Balk bagi dana pensiun yang pendanaanya rnasih
dalam kondisi defisit ataupun bagi yang pendanaannya telah dalam kondisi surplus,
perlu memperhatikan kegíatan dan pengembangan kekayaannya yaitu dengan
peningkatan kemampuan dalam perencanaan maupun implementasi dari
perencanaan investasí.
Pada saut ¡ni, pola penempatan investasi masíh di tentukan secara
konvensional dimana para investor dana pensiun cenderung untuk memilih
investasi yang aman-aman saja yang sifatnya jangka pendek yaitu seperti deposito.
Meskipun struktur demografi peserta dana pensiun masih memungkinlcan untuk
bergerak Iebih ?agresif, sementara diiain pihak teknologi yang semakin maju juga
membuka peluang yang lebih besar untuk investasi pada jenis asset lainnya, namun
umumnya dana pensiun masih ragu-ragu untuk mendiversifikasikan atau
merelokaslkan dananya dari deposito ke jenis asset lainnya.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam perencanaan dan
implmentasi dana pensiun diperlukan pengukuran-pengakuran kinerja
yang Iebíh akurat yang memungkinkan investor Iebih meyakini keputusan yang
diambil. Kondisi saat ini menunjukkan belum ada satupun dari dana pensiun yang
mengukur kinerjanya dengan mempertimbangkan nisiko.Pada dasarnya terdapat
4 alternatif pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan nisiko ini yaitu excess
return to variability measures, excess return to systematic risk, differential return to
Variability measures, dan diffirentiai return to systematic risk. Bahkan pengukuran
yang disebut dengan diffrrensial return to systematic risk sangat niendukung untuk
dilakukannya evaluasi terhadap atribusi kinerja yang telab berhasil dicapai.
Dari segi kinerja investasi, semua investasi yang dilakukan dana pensiun
memang telah menghasilkan kinerja positif yang lebih baik dibandingkan dengan
suku bunga bebas risiko. Namun bila ditelusuri dengan metode pengukuran kinerja
relatif terhadap risiko, masih banyak dana pensiun yang memiliki investasi besar
justru belum menghasilkan kinerja yang sepadan dengan besamya risiko yang
diemban. Lembaga dana pensiun yang memiliki investasi lebih kecil menghasilkan
kinerja relatif, balk differential return systematic risk maupun differential return to
variability measures yang lebih balk daripada lembaga dana pensiun yang ?bermodal
besar?.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>