Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renya Virga Chikita
"Latar belakang: Belum terdapat model ulser traumatik standar pada mukosa lidah hewan coba. Tujuan: Mendapatkan model standar ulser secara in vivo pada Mus musculus. Metode: Lima ekor Mus musculus diberikan perlakuan berupa pemaparan asam asetat 70% menggunakan microbrush tanpa tekanan selama 60 detik. Pada kelompok kontrol diberikan pemaparan saline sebagai kontrol negatif. Pada 1 ekor Mus musculus lainnya menjadi kontrol terapi positif yang diberi triamcinolone acetonide 0,1% pada permukaan lesi. Setelah dilakukan pemaparan asam asetat, hewan coba dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis pada hari 2, 3 dan 7. Secara makroskopis yang diobservasi adalah berat badan, tanda radang, dan diameter lesi. Sedangkan secara mikroskopis, yang diobservasi adalah ada atau tidaknya disintegrasi epitel, vasodilatasi kapiler, dan sebukan sel radang. Hasil: Pada daerah paparan asam asetat tidak terbentuk ulser tetapi hanya terbentuk lesi erosi pada mukosa lateral lidah, yang mulai terbentuk pada hari kedua. Ukuran lesi mencapai ukuran terbesar pada hari ketiga, terbentuk lesi ekskoriasi. Lesi tersebut pulih pada hari ketujuh. Berat badan Mus musculus menurun pada saat terbentuknya lesi dan kembali normal pada saat pulih. Kesimpulan: Induksi dengan asam asetat 70%, tidak dapat membentuk ulser, namun dapat membentuk lesi ekskoriasi pada hari ketiga dengan waktu pulih pada hari ketujuh.

Backgrounds: There has not been a standard model for an ulcer on Mus musculus lateral tongue mucosa.
Objectives: To make a standard model in vivo on Mus musculus.
Methods: Five of Mus musculus were given exposure of 70% acetic acid with the microbrush without any pressure for 60 seconds. In the control group saline exposure was given as a negative control. The other one Mus musculus became a positive therapy control treated by giving triamcinolone acetonide 0,1% on its lesion surface. After exposured of 70% acetic acid, the animals were evaluated macroscopically and microscopically on days 2nd, 3rd and 7th. The macroscopic observations were body weight, inflammatory markers, and lesion diameter. While microscopic observations were the presence or absence of epithelial disintegration, capillary vasodilation, and inflammatory cells. Results: In the area that exposured to acetic acid, no ulcers are formed but lesions form on the lateral mucosa of the tongue, lesion began to form on the second day. It reached the largest size on the third day, formed an excoriation lesion. The lesion recovered on the seventh day. Mus musculus weight decreases at the time of lesion formation and returns to normal at the time of recovery. Conclusion: Induction with acetic acid 70% in this study, could not lead to ulcer formation, but resulted the excoriation lesions with recovered time on the seventh day.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khodijah Arifah Hannah
"ABSTRAK
Indole-3-acetic acid (IAA) merupakan fitohormon auksin yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat diproduksi oleh mikroorganisme seperti: bakteri. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan supernatan bakteri IAA diproduksi oleh Bacillus aryabhattai, Lysinibacillus boronitolerans, dan Pseudomonas putida pada pertumbuhan dan produktivitas Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) in vitro dan in vivo. Uji in vitro dilakukan dengan mengukur diameter (mm) miselia dalam cawan petri dan hasilnya menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan nyata (p>0,05) antara perlakuan dengan penambahan supernatan bakteri bacterial
dengan kontrol pada waktu inkubasi hari ke 3 sampai 6. L. supernatan boronitolerans memberikan efek terbaik pada pertumbuhan miselia dengan laju pertumbuhan 14,14 mm/hari. Uji in vivo dilakukan dengan mengukur panjang miselia dalam baglog dengan penambahan supernatan bakteri 50% dan hasilnya menunjukkan ada perbedaan
pertumbuhan yang signifikan antara perawatan dan kontrol pada minggu 2 hingga 5 inkubasi. Supernatan P. putida memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan produktivitas tubuh buah pada baglog dengan rata-rata jumlah tubuh buah 6,89±4,59, berat basah 116,33±22,58 g, diameter pileus 8,84±2,44 cm, dan panjang stipe 7,80±1,72 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supernatan bakteri meningkatkan pertumbuhan miselia sesuai dengan konsentrasi IAA yang dihasilkan pada fase vegetatif, sedangkan penambahan supernatan bakteri penghasil IAA tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh terhadap produktivitas P. ostreatus.
ABSTRACT
Indole-3-acetic acid (IAA) is an auxin phytohormone that plays a role in increasing plant growth and can be produced by microorganisms such as bacteria. This study was conducted to determine the effect of adding IAA bacterial supernatant produced by Bacillus aryabhattai, Lysinibacillus boronitolerans, and Pseudomonas putida on the growth and productivity of Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) in vitro and in vivo. In vitro test was carried out by measuring the diameter (mm) of mycelia in a petri dish and the results showed that there was a significant difference in growth (p>0.05) between treatments with the addition of bacterial supernatant.
with control on incubation days 3 to 6. L. boronitolerans supernatant gave the best effect on mycelia growth with a growth rate of 14.14 mm/day. In vivo test was carried out by measuring the length of mycelia in baglog with the addition of 50% bacterial supernatant and the results showed that there was a difference significant growth between treatments and controls at 2 to 5 weeks of incubation. P. putida supernatant gave the best effect in increasing fruiting body productivity in baglog with an average number of fruiting bodies 6.89±4.59, wet weight 116.33±22.58 g, pileus diameter 8.84±2.44 cm , and the length of the stipe is 7.80±1.72 cm. The results showed that the bacterial supernatant increased mycelial growth according to the concentration of IAA produced in the vegetative phase, while the addition of the IAA-producing bacterial supernatant had no significant effect on the productivity of P. ostreatus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inneke Ansasti Mutiara Pramatama
"ABSTRAK
Latar Belakang: Belum terdapat model hewan ulser standar untuk uji khasiat dan keamanan obat ulser. Tujuan: Membuat model ulser traumatik termal terstandar pada mukosa lateral lidah Mus musculus. Metode: Pada mukosa lateral kiri lidah 5 ekor Mus musculus kelompok perlakuan dipaparkan selama 5 detik dengan instrumen berujung bulat yang telah dipanaskan hingga mencapai suhu 800C. Hewan coba setelah dilakukan paparan trauma termal dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis pada hari 0,1,8,9, dan 10. Hasil: Ulser terbentuk secara klinis pada hari pertama yang diperkuat dengan adanya disintegrasi epitel, vasodilatasi pembuluh darah, dan sebukan sel radang. Berat badan Mus musculus menurun pada saat terjadi ulser dan kembali normal pada saat pulih. Rata-rata waktu pemulihan terjadi pada hari kesembilan yang ditandai secara klinis tidak tampak ulser, secara mikroskopis, epitel kembali pulih, vasodilatasi pembuluh darah dan sebukan sel radang yang berkurang. Kesimpulan : Model ulser traumatik termal pada mukosa lateral lidah Mus musculus dapat dibuat terstandar dan waktu terbentuk serta pulihnya ulser dapat ditetapkan.

ABSTRACT
Backgrounds There hasn 39 t been a standard on ulcer animal model for efficacy and safety study of ulcers drugs. Objectives To create a standard for thermal traumatic ulcer model on Mus musculus tongue. Methods Five Mus musculus of experimental group were exposed to thermal traumatic 800C for 5 seconds on to the left lateral tongue mucosa using ball pointed instrument. Animal model exposed to thermal traumatic being evaluated at day 0th,1st,8th,9th,10th macroscopically and microscopically. Results Ulcer on lateral tongue mucosa was formed at first day supported by epitel disintegration, capillary vasodilation, and inflammatory cells around damaged mucosa microscopically. Animal models weight decreased when ulcer was formed and back to normal on healing period. While the average healing time clinically occurred at ninth day supported by re epithelialization, decreased capillary vasodilatation and inflammatory cells microscopically. Conclusion Standardization of thermal traumatic ulcer model on lateral tongue mucosas Mus musculus can be made. The forming time and healing time of the ulcer on lateral tongue mucosas Mus musculus can be determined. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Dwi Hartanti
"Pendahuluan: Ulser merupakan salah satu penyakit mulut yang sering terjadi di kehidupan sehari – hari yang dapat mengganggu kualitas hidup manusia karena rasa sakit yang ditimbulkannya. Sampai saat ini belum ada obat ulser yang efektif untuk meredakan rasa sakit dan mempercepat penyembuhan ulser maka dari itu masih dibutuhkan penelitian pengembangan obat menggunakan model ulser pada hewan coba. Tujuan: Menciptakan model ulser kimiawi pada mukosa bukal Mus musculus yang terstandarisasi. Metode: Penelitian in vivo pada 6 ekor Mus musculus.. Paparan kimiawi berupa asam asetat 70% selama 60 detik menggunakan microbrush. Mus musculus di korbankan pada hari kedua, ketiga dan hari sembuhnya ulser. Pengamatan berupa waktu pembentukan serta penyembuhan ulser dengan mengobservasi secara klinis yaitu adanya kemerahan, pembengkakan, diameter ulser dan berat badan Mus musculus dan dilakukan pemeriksaan histologis untuk melihat tanda – tanda ulser berupa disintegrasi epitel, vasodilatasi pembuluh darah dan sebukan sel radang. Hasil: Asam asetat 70% menimbulkan ulser yang terbentuk pada hari ketiga dan sembuh pada hari keempat belas setelah pemaparan. Kesimpulan: Trauma kimiawi berupa asam asetat 70% selama 60 detik dapat dijadikan metode standar pembuatan ulser mukosa bukal.

Background: Oral ulcers are very common and can compromise the quality of life of patients with pain. But, until now there isn’t an effective drug to reduce the pain and accelerate ulcer healing. Therefore drug development research using oral ulcer model in animal is still needed. Objetive: To establish a standarized chemical injury ulcer model in bucal mucous of Mus musculus Methode: In vivo study on 6 Mus musculus. Research group devided into control and test group. Acetic acid 70% was placed on Mus musculus’s oral mucous for 60 seconds using microbrush. On the 2nd, 3rd, and 14th day, Mus musculus were sacrificed. The animals were observed clinically for 14 days, during which they were weighed and the diameter, redness and swollen of ulcers were measured. The histological characteristic such as epitel disintegration, capiler vasodilatasion and inflammatory cell were analyzed. Result: The ulcer was formed on the 2nd day and was healed on the 14th day  Conclusion: Acetic acid 70% is effective to be a standard method of chemical injury ulcer model in oral mucous.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Yunaidy
"Ulser adalah masalah yang sering ditemukan pada rongga mulut. Keluhan sakit seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderita yang dapat memengaruhi kualitas hidupnya, sehingga penderita cenderung mencari pengobatan untuk menangani hal tersebut. Propolis merupakan bahan alami yang memiliki kandungan flavonoid yang dapat bertindak sebagai anti-inflamasi dalam menangani ulser. Mengetahui efektivitas pasta gigi propolis sebagai pengobatan ulserasi traumatik termal pada mukosa bukal. Penelitian dilakukan secara in vivo dengan menggunakan model ulser traumatik termal pada mukosa bukal 16 ekor Mus musculus (SwissWebster) yang terbagi dalam penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian menggunakan 3 kelompok dengan kelompok pasta gigi propolis, pasta gigi kontrol dan larutan saline (NaCl 0,9%). Dilakukan pemaparan trauma termal dengan ballpointed bersuhu 80oC selama 5 detik. Pengamatan dilakukan secara klinis berupa perubahan diameter ulser, pembengkakan dan kemerahan di sekitar ulser, berat badan serta persentase penyembuhan ulser, dan secara histopatologis berupa perubahan skor radang. Mus musculus kemudian dikorbankan pada hari pertama terbentuk ulser, hari puncak ulser dan hari sembuhnya ulser pada setiap kelompok. Pada pengamatan makroskopis, persentase penyembuhan kelompok pasta gigi propolis lebih cepat dibanding kelompok pasta gigi kontrol dan saline, serta rata-rata waktu penyembuhan ulser juga lebih cepat, yaitu sembuh pada hari ke-8. Pada pengamatan mikroskopis, semua kelompok perlakuan mengalami perubahan skor radang dibandingkan ketika hari pertama terbentuknya ulser. Pasta gigi propolis efektif terhadap penyembuhan ulser traumatik termal pada mukosa bukal Mus musculus (Swiss Webster).

Ulcer is a problem which is mainly found in the oral cavity. The pain resulted often causes discomfort towards the patients hence affecting their life quality. As a result, they tend to seek treatment to deal with it. Propolis is a natural ingredient that contains flavonoid which can act as an anti-inflammatory to treat the ulcer. To determine the efficacy of propolis toothpaste as a treatment for thermal traumatic ulcer of the buccal mucosa. The study was conducted in vivo by using the thermal traumatic ulcer model of the buccal mucosa of 16 Mus musculus (Swiss Webster) and divided into preliminary test and continuous test. There are 3 groups in the study, using propolis toothpaste, control toothpaste and saline (NaCl 0,9%) groups. The thermal trauma is exposed by a 80oC ballpointed for 5 seconds. Observations are made clinically (difference in ulcer diameter, swelling and redness around the ulcer, weight and percentage of ulcer healing) and histopathologically in the form of changes in inflammation score. Mus musculus was then sacrificed on the first day of ulcer formation, ulcer peak day and ulcer healing day in each group. In the macroscopic observation, the ulcer healing percentage in propolis toothpaste group was faster than the control groups, and the ulcer healing time was also faster, which was healed on the 8 day. In the microscopic observation, all treatment groups show changes in inflammation score compared to the first day of ulcer formation. Propolis toothpaste is effective towards the healing of thermal traumatic ulcer in the buccal mucosa of Mus musculus (Swiss Webster)."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Dharmawan
"Pendahuluan: Ulser traumatik merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang sering terjadi dan dapat menimbulkan sakit sehingga mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Penderita ulser mencari pengobatan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat waktu penyembuhan. Hingga saat ini belum terdapat standar terapi ulser sehingga penemuan obat terapi ulser sangat diperlukan.
Tujuan: Mengetahui efektivitas obat kumur propolis UI sebagai obat ulser rongga mulut.
Metode: Penelitian in vivo menggunakan 18 ekor Mus musculus sebagai model ulser trumatik termal pada mukosa bukal. Pembentukan ulser dengan paparan trauma termal dilakukan pada hari pertama. Kelompok penelitian terdiri dari kelompo obat kumur propolis UI, obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% dan larutan saline sebanyak 0,2 ml. Bahan uji dipaparkan setiap hari pada model ulser. Pengamatan makroskopis dilakukan setiap hari berupa berat badan, diameter ulser kemerahan, pembengkakan dan presentase penyembuhan ulser. Mus musculus dikorbankan pada hari pertama dan kesembilan untuk dibuatkan sediaan histopatologis dan pengamatan gambaran mikroskopis berupa penilaian skor radang Eda dan Fukuyama.
Hasil: Penyembuhan ulser traumatik termal Mus musculus kelompok obat kumur propolis UI lebih baik dibandingkan pada kelompok larutan saline namun tidak lebih baik dari obat kumur klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Efektivitas obat kumur propolis UI pada ulser mukosa mulut lebih baik dari saline namun belum setara dengan klorheksidin glukonat 0,2%

Background: Traumatic ulcer is one of oral diseases that often occur and produce pain which can affects someones life quality. Ulcers patients search therapy to relieve pain and speed up healing time. There hasnt been a standard therapy for ulcer so that drug development and research is really needed.
Objectives: Discover efficacy of UI propolis-based mouthwash as oral ulcer medication.
Methods: In vivo study on 18 Mus musculusas thermal traumatic ulcer model on buccal mucosa. Establishment of thermal traumatic ulcer done on the first day. Research groups consist of 0,2 ml UI propolis-based mouthwash group, chlorhexidine gluconate 0,2% group and saline group. Test material is given everyday on ulcer model. Macroscopic observation was done every day by observing Mus musculuss weight, ulcers diameter, redness and swollen around the ulcers and ulcers healing percentage. Mus musculus was decapitated on the first and ninth day to be made into histopathology specimen and observed microscopically by scoring inflammation score of Eda and Fukuyama.
Results: Healing of thermal traumatic ulcer of Mus musculus on propolis-based mouthwash is better than saline group but not better than chlorhexidine gluconate 0,2% mouthwash.
Conclusion: Efficacy of UI propolis-based mouthwash on oral ulcer is better than saline but not yet equal with chlorhexidine gluconate 0,2%. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dekaria Alamanda
"Asam dokosaheksaenoat (DHA) adalah salah satu jenis asam lemak tidak jenuh rantai panjang omega-3. DHA merupakan salah satu pengisi pada suplemen makanan sediaan kapsul cangkang lunak yang beredar. Analisis dengan kromatografi gas secara langsung akan membutuhkan waktu analisis yang lama karena titik didih asam lemak yang sangat tinggi sehingga perlu dilakukan derivatisasi sebelum dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum DHA agar diperoleh metode yang valid untuk digunakan pada penetapkan kadar DHA dalam produk suplemen makanan sediaan kapsul cangkang lunak. Derivatisasi dilakukan dengan metode esterifikasi Lepage menggunakan reagen metanol-toluen 4:1(v/v) dan katalis asetil klorida pada suhu 100ºC selama 60 menit. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kolom VB-wax (60 m x 0,32 mm), suhu kolom terprogram 140ºC-180ºC, kenaikan 2ºC/menit, lalu 180ºC-200ºC, kenaikan 5ºC/menit, dan dipertahankan selama 20 menit. Suhu injektor dan suhu detektor masing-masing 230ºC dan 250ºC; laju alir gas helium 0,80 ml/menit, volume penyuntikan 1,0 µl, dan dideteksi dengan detektor ionisasi nyala. Pada kondisi optimum waktu retensi metil dokosaheksaenoat adalah 14,821 menit dengan faktor ikutan 1,797. Metode yang diperoleh valid dengan presisi (KV) antara 0,67-1,43%, dan uji perolehan kembali 98,02-101,76%. Sampel A rata-rata kesesuaian kadar terhadap label adalah 90,32% dan sampel B rata-rata kesesuaian kadar terhadap label adalah 95,58%.

Docosahexaenoic acid (DHA) is one of the long chain omega 3 unsaturated fat. DHA is contained in capsule type food supplement that circulates around the market. A direct analysis with cromotography gas requires a very long time, due to the high melting point of the fatty acid,thus derivatization is needed before analysis. The aim of this research is to obtain the perfect condition for DHA analysis in order to achievea valid method to determine the right level of DHA in capsul supplement product. Derivatization is done through esterification Lepage using reagen metanol-toluen 4:1(v/v) and acetyl chloride catalyst at 100ºC for 60 minutes. The analysis is done using chromatography gas with VB-wax column (60 m x 0,32 mm) the column is program to 140ºC-180ºC and an increase of 2ºC/minute then 180ºC-200ºC with an increase of 5ºC/minute and mantained for 20 minutes. The temperature of injector and the detector temperature are both 230ºC and 250ºC; the flow rate of the gas helium 0,80 mL/minute, the injection volume 1,0 µl and detected by flame ionization detector. In the optimum condition the time of the methyl docosahexaenoic retention is 14,1821 minute with tailing factor 1,797. The obtained method is valid with a 0,67-1,43% precision, and recovery test 98,02-101,76%. The average compatibility rate of sample A towards the lable is 90,32%, while the average compatibility rate B towards the lable is 95,58%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Falahuddin Malich Salaz
"Asam valproat merupakan obat anti epilepsi yang bisa digunakan pada semua tipe epilepsi dan berkembang sebagai terapi tambahan untuk penyakit bipolar Obat ini memiliki indeks terapi sempit sehingga dibutuhkan pemantauan terapi obat menggunakan metode dried blood spot yang sederhana dan mudah dilakukan serta akurat Tujuannya untuk memperoleh kondisi optimum dan metode tervalidasi asam valproat dalam darah total secara Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi Tandem Spektrometri Massa KCKUT SM SM Larutan kontrol kualitas dan kurva kalibrasi sampel darah dibuat dengan menotolkan masing masing sebanyak 20 L dan dikeringkan selama lebih kurang 1 jam Kertas DBS dipotong sekitar lebih kurang 5 mm dan diekstraksi menggunakan campuran larutan asetonitril metanol 1 3 yang mengandung baku dalam asam benzoat dengan konsentrasi 1000 g mL Pemisahan dilakukan menggunakan kolom Waters AcquityTM UPLC C18 1 7 m 2 1 x 100 mm dengan fase gerak berupa campuran asam asetat 0 1 asetonitril 40 60 dengan elusi isokratik dan laju alir 0 4 mL menit Deteksi massa dilakukan dengan Waters Xevo TQD tipe Electrospray Ionization ESI negatif pada mode Multiple Reaction Monitoring Pendeteksian asam valproat berada pada nilai m z 142 95 142 95 dan asam benzoat pada m z 121 1 77 1 Metode ini linear pada rentang 0 5 - 100 g mL dengan r 0 9991 Akurasi dan presisi baik within run maupun between run memenuhi persyaratan dengan nilai diff dan KV tidak melebihi 15 dan tidak lebih dari 20 pada konsentrasi LLOQ Sampel DBS stabil minimal 16 hari pada suhu kamar Metode analisis tervalidasi diaplikasikan terhadap satu subjek sehat dan diperoleh Cmax sebesar 88 15 g mL dan Tmax 1 5 jam Secara keseluruhan metode ini memenuhi persyaratan validasi menurut EMEA Guideline 2011.

Valproic acid VA is drug of anticonvulsant which used to treat all types of epilepsy and be developed as an adjuvant therapy for bipolar disorder Valproic acid VA has a narrow of therapeutic window index that need therapeutic drug monitoring with dried blood spot method which is simple easy and accurate This aim of this research is to develop an optimum and validated method valproic acid in whole blood as Dried Blood Spot method using Ultra Performance Liquid Chromatography tandem Mass Spectrometry UPLC MS MS Quality control and calibration samples were obtained by pipetting 20 L onto CAMAG DBS Paper and left to dry at room temperature for 1 h before processing Using a 5 mm punch cutter Disc were transferred to microtube and 200 L extraction solution asetonitril metanol 1 3 containing benzoic acid as internal standard 1000 g mL was added Chromatographic separation was achieved by Waters AcquityTM UPLC C18 1 7 m 2 1 x 100 mm with mobile phase consist of 0 1 acetic acid acetonitrile 40 60 under isocratic elution and flow rate was 0 4 mL min Mass detection was performed on Waters Xevo TQD equipped with an electrospray ionization ESI source at negative ion mode in the multiple reaction monitoring MRM mode Valproic acid VA was detected at m z 142 95 142 95 benzoic acid at m z 121 11 77 1 This method was linear in range concentration of 0 5 - 100 g mL with r 0 9991 This method also fulfill the acceptance of accuracy and precision within and between run in three days by diff and coefficient of variation CV not more than 15 and not more than 20 for LLOQ concentration The DBS Card samples is stable at least for 16 days at room temperature Validation method was applied in one healthy subject was obtained Cmax 88 15 g mL with Tmax 1 5 h Overall this method fulfill the acceptance criteria of validation based on EMEA Guideline 2011.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrul Helmi
"ABSTRAK
Asam humat merupakan fraksi terbesar didalam senyawaan humat. Asam humat barwarna coklat galap, hasil degradasi sisa-sisa tanaman dan hewan secara kimia dan biologi maupun hasil sintesa mikroorganisme. Asam humat banyak terdapat dl tanah maupun perairan. Asam humat mempunyai banyak gugus fungsl yang mengandung okslgen dan diduga berperan dalam pembentukan senyawaan kompleks logam humat. Dalam penelitian Ini diselldiki kemampuan ion-ion logam Cu^^ Pb^"^ dan membentuk senyawaan kompleks logam humat. Asam humat diambil dari endapan tanah di mata air Jambu Luwuk Ciawi. Metode yang digunakan adalah metode quenching (pemadaman) fluoresensi. Dengan metode ini dapat dihitung konstansta kondisiohal kompleks tersebut. Dari hasil log K' yang diperoleh terdapat kecenderungan bahwa konstanta kondisional kompleks asam humat dengan ion Fe^S Cu^"'> Pb^"""
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Aspergillus flavus mampu memproduksi berbagai metabolit sekunder,
salah satunya adalah asam kojat, yang mempunyai kegunaan yang luas
dalam berbagai bidang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh galur
mutan A. flavus yang dapat menghasilkan asam kojat dengan kadar yang
lebih besar dibandingkan galur mutan A. flavus 40C10. Galur mutan
diperoleh melalui mutasi yang di induksi dengan menggunakan mutagen
NTG(1000 ppm) dan iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,5 – 5 KGy.
Analisis kuantitatif dan kualitatif asam kojat dan aflatoksin dilakukan secara
KLT densitometri menggunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak
toluen, etil asetat dan asam formiat (3: 6: 1). Hasil penelitian menunjukkan
mutagenesis dengan NTG secara berulang dapat meningkatkan produksi
asam kojat., sedangkan iradiasi dengan sinar gamma tidak. Dari tiga kali
mutagenesis dengan NTG diperoleh galur mutan M3B7F7E8 yang
menghasilkan asam kojat 9,123 g/L atau 1,5 kali lebih besar dibandingkan A.
flavus 40C10. Galur mutan M3B7F7E8 ini masih menghasilkan aflatoksin
yang teridentifikasi pada nilai Rf 0,61 dengan kadar 0,730 mg/L"
Universitas Indonesia, 2006
S32512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>