Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95520 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Farel Adhinugraha
"Penelitian ini membahas mengenai prosedur penerjemahan kata sapaan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ke dalam bahasa Jerman yaitu Die Regenbogentruppe yang diterjemahkan oleh Peter Sternagel. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah pada kata sapaan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan cara deskriptif kepustakaan karena korpus penelitian ini merupakan sebuah novel. Teori yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu teori prosedur penerjemahan menurut Molina & Albir, Peter Newmark dan Suryawinata. Kata sapaan yang dianalisis dibagi menjadi satu kategori berdasarkan jenis kata sapaannya yaitu kata sapaan nama diri berjumlah 11 kasus, lalu berdasarkan prosedurnya yaitu tiga kasus menggunakan prosedur peminjaman murni, dua kasus menggunakan prosedur amplifikasi, dua kasus menggunakan prosedur reduksi, satu kasus menggunakan prosedur sinonim, satu kasus menggunakan prosedur padanan fungsional, satu kasus menggunakan prosedur penerjemahan harfiah, dua kasus menggunakan prosedur Couplets dan satu kasus menggunakan prosedur modulasi.

This research discusses the procedure for translating the forms of address in Andrea Hirata's novel Laskar Pelangi into German, namely Die Regenbogentruppe which was translated by Peter Sternagel. The purpose of this study is to describe the translation procedures used by the translator on the address form from Indonesian into German. The method used in this research is qualitative by means of descriptive literature because the corpus of this research is a novel. The theory used to analyze the data in this research is the theory of translation procedures according to Molina & Albir, Peter Newmark and Suryawinata. The addressing analyzed were divided into one category based on the type of addressing, namely 11 cases of personal name addressing, then based on the procedure, three cases used the pure borrowing procedure, two cases used the amplification procedure, two cases used the reduction procedure, one case used the synonymy procedure, one case used the functional equivalent procedure, one case used the literal translation procedure, two cases used the Couplets procedure and one used the modulation procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Abdillah
"Penelitian ini menganalisis prosedur penerjemahan bentuk-bentuk kata sapaan dalam novel Er Ist Wieder Da karya Timur Vermes yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karya Jamie Bulloch berjudul Look Who's Back. Data dianalisis menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark, Molina & Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara deskriptif kepustakaan karena korpus penelitian ini adalah novel. Jenis kata sapaan di dalam novel, seperti kata ganti lain, nama diri, gelar/pangkat, nomina + ku dan nomina lain. Bentuk sapaan dibagi berdasarkan prosedur, enam kasus menggunakan prosedur padanan budaya, dua kasus menggunakan prosedur ekuivalen fungsional, tiga kasus menggunakan prosedur peminjaman, tiga kasus menggunakan prosedur modulasi, dua kasus menggunakan prosedur couplet, enam kasus menggunakan prosedur amplifikasi, empat kasus menggunakan prosedur penerjemahan harfiah, kasus menggunakan prosedur literal, satu kasus menggunakan prosedur reduksi, dua kasus menggunakan prosedur lokalisasi dialek dan satu kasus menggunakan prosedur eksplisitasi.

This study analyzes the procedure of translating the forms of address in Timur Vermes's novel Er Ist Wieder Da translated into English by Jamie Bulloch titled Look who's back. The data was analyzed using the theory of translation procedures by Peter Newmark, LucĂ­a Molina & Amparo Hurtado Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. This study was conducted using qualitative with means of descriptive literature because the corpus of this study is novel. Types of Address in the novel, such as other pronouns, personal names, titles/ranks, possessive adjective, and other nouns. The forms of address were divided based on the procedure, six cases used cultural equivalent procedure, two cases used functional equivalent procedure, three cases used borrowing procedure, three cases used modulation procedure, two cases used couplet procedure, six cases used amplification procedure, four cases used literal translation procedure, one case used reduction procedure, two cases used dialect localization procedure and one case used explicitation procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Puji Lestari
"Kata sapaan merupakan bentuk linguistik yang digunakan untuk memanggil mitra tutur dalam percakapan. Penggunaan kata sapaan juga mencerminkan norma dan tingkat keakraban hubungan sosial. Penelitian tentang penerjemahan kata sapaan, khususnya bahasa Korea ke bahasa Indonesia, masih sulit ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi penerjemahan takarir kata sapaan bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah strategi penerjemahan takarir apa yang digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan bahasa Korea ke bahasa Indonesia berdasarkan jenisnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 234 kata sapaan yang diklasifikasikan ke dalam 7 jenis sesuai teori kata sapaan Kang dan Jeon (2013). Hanya 5 jenis kata sapaan yang dianalisis strategi penerjemahannya. Menurut hasil analisis, penerjemah hanya menerapkan 6 dari 9 strategi penerjemahan takarir yang dikemukakan oleh Cintas dan Remael (2021). Strategi tersebut di antaranya peminjaman, penerjemahan harfiah, eksplisitasi, substitusi, kompensasi, dan penghilangan. Peminjaman menjadi strategi yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan kata sapaan nama diri. Penerjemahan harfiah paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan kekerabatan. Sementara itu, substitusi menjadi strategi yang paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan jabatan, nomina umum, dan penarik perhatian.

Terms of address are linguistic forms which used to call the listener in a conversation. The usage of terms of address also reflects norms and degrees of familiarity of social relationships. Research on translation of terms of address, especially from Korean into Indonesian, is still difficult to find. This research aims to reveal the subtitling strategies of Korean terms of address into Indonesian. The appointed research question is what subtitling strategies are used to translate Korean terms of address into Indonesian based on their types. This research uses the descriptive analysis method with quantitative and qualitative approach. The result shows that 234 Korean terms of address were found and classified into 7 types according to terms of address theory by Kang and Jeon (2013). Only 5 types were taken to be analyzed. From the analysis, the translator only applied 6 of the 9 subtitling strategies proposed by Cintas and Remael (2021). These strategies include loan, literal translation, explicitation, substitution, compensation, and omission. Loan is most often used to translate personal names terms of address. Literal translation is most frequently used to translate kinship terms of address. Meanwhile, substitution is most frequently used to translate work position, common nouns, and attention-catching terms of address."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chitra Hasan
"Menurut teori pembandingan, metafora adalah pembandingan yang implisit tanpa kata as atau like dalam bahasa Inggris, atau kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, dan serupa dalam bahasa Indonesia, di antara dua hal yang dibanclingkan. Metafora muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi, baik ketidakcocokan kolokasi yang jelas maupun yang tersembunyi. Sebuah metafora disusun oleh nga bagian, yaitu topik, citra, dan titik kemiripan Berdasarkan bagian yang dinyatakan secara eksplisit, sebuah metafora dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu metafora dengan pembandingan penuh dan metafora dengan pembandingan takpenuh. Sebagai unsur figuratif, metafora sering tidak dapat ditenjemahkan secara harfiah. Meskipun demikian, dalam penerjemahan sebuah metafora tetap diharapkan tercapainya kesepadanan dinamis , yaitu keserupaan pesan yang diterima oleh pembaca bahasa sumber (Bsu) dan pembaca bahasa sasaran (Bsa).
Penelitian ini bertuan untuk mengetahui jenis ketidakcocokan kolokasi dan tipe pembandingan yang membentuk metafora teks sumber (T su), mengetahui bentuk terjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengungkapkan kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam teks sasaran (Tsa), mengetahui prosedur penerjemahan yang digunakan dalan penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tercapainya dan tidak tercapainya kesepadanan metafora Tsu dan terjemahannya dalam Tsa, serta kesesuaian metode penerjemahan yang digunakan dengan jenis teks yang diterjemahkan.
Dari sumber dam berupa tiga buah novel dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, diperoleh 130 buah metafora. Berdasarkan penelitian terhadap data itu ditemukan bahwa sebagian besar metafora dalam Tsu muncul dalam bentuk ketidakcocokan kolokasi tersembunyi dan tipe pernbandingan takpenuh. Dengan demikian, untuk memahami metafora dalam Tsu sangat diperlukan konteks. Berdasarkan bentuknya, unsur tetjemahan dapal dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif.
Dengan berpedoman kepada keserupaan atau ketidakserupaan pemahaman informan Bsu dan Bsa, bentuk-bentuk terjemahan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu terjemahan yang sepadau dan terjemahan yang tidak sepadan. Terjemahan yang sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora, simile, dan ungkapan nonfiguratif, sedangkan terjemahan yang tidak sepadan berasal dari terjemahan berbentuk metafora dan simile. Terjemahan berbentuk metafora yang sepadan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu (a) terjemahan dengan citra yang sama dengan citra metafora Tsu, dan (b) terjemahan dengan citra yang berbeda dengan citra metafora Tsu. Faktor faktor yang menyebabkan tercapainya kesepadanan pada metafora kelompok (a) adalah (i) metafora Tsu menggunakan citra yang sudah lazim digunakan, baik dalam Tsu maupun dalam Tsa; (ii) ketertafsiran titik kemiripan metafora tersebut melalui citranya, (iii) titik kemiripan yang eksplisit, dan (iv) tersedianya konteks yang memadai Metafora yang tergolong ke dalam kelompok (b) dapat mencapai kesepadanan karena citra metafora Tsu diganti dengan citra yang lain dalam Tsa. Penggantian citra tersebut dilakukan atas dasar (i) perbandingan yang lazim dalam Bsa dan (ii) kurang dikenalnya citra tersebut dalam Bsa atau kekurangjelasan titik kemiripan citra tersebut dengan topiknya.

Abstract
According to comparison theory, the detinition of metaphor is an implicit comparison without as or like between the two compared item. Metaphor appears in the form of collocational clash, which can be deviled into two types, namely overt collocational clash and covert collocational clash A metaphor consists of three parts, namely topic, image, and point of similarity. Based on its explicit parts, a metaphor can be classiiied into two types of comparison, i.e. full comparison and abbreviated comparison. As a figurative item, a metaphor is hard to be translated literally, meanwhile the translation of SL a metaphor should be the dynamic equivalent translation The dynamic equivalence is a quality of translation in which the message of source language text (SLT) has been so transported into the target language text (TLT) that the response of the target language (TL) readers is essentially like that of the source language (SL) reader.
This research aimed at investigating the following things: (1) the type of collocational clash and the type of comparison that form the SL metaphor; (2) the dynamic equivalence of TL metaphor and its translation in Indonesian (3) the forms of the translation and translation procedures used in translating the SLT metaphor into the TLT; (4) the factors that cause the equivalence and unequivalence between SL metaphors and their translation in Indonesian; and (5) the compatibility between the methods of the translation and the type of the text.
One hundred and thirty metaphors and their translation were gathered from the source ofthe data, namely three novels written in English and their translation in Indonesian. The findings are as follows: most of SLT metaphors appear in the form of covert collocational clash with abbreviated comparison. lt means, in order to understand the SLT metaphors the context was highly needed.
The translation of SLT metaphors could be divided into three forms, namely metaphor, simile, and nonligurative items. Based on the similarity of the SLT and TLT readers? response, those fomrs could be categorized into two groups, equivalent translation (ET) and nonequivalent translation (NET). The ETS were in the form of metaphors, similes and noniigurative items, while the NETS were in the form of metaphors and similes. The ETS in the form of metaphors could be divided into two groups i.e. (a) translations with the same images as found in SLT metaphors; (b) translations with different images from the ones found in SLT metaphors, The translations which belong to (a) could be equivalent to SLT metaphors because (i) the images of SLT metaphors have been frequently used both in SL or TL; (b) the interpretability of the points of similarity through the images; (iii) the explicitness of the points of similarity; (iv) the availability of adequate contexts. The translations which belong to (b) could be equivalent to SLT metaphors because the images of SLT metaphors were replaced by different images in TLT. The reasons for replacing the images were (i) common comparison in the TL; (ii) the images were not well known in the TL or the points of similarity were not easily recognized.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karnedi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aplikasi metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dan bagaimana penerjemah mengatasi masalah penerjemahan berbagai kategori dan/atau jenis metafora konseptual dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Kajian dilakukan dengan menggunakan: (1) pendekatan kognitif, (2) pendekatan berbasis korpus, (3) model komparatif, dan (4) teori strategi penerjemahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa analisis teks sebagai sebuah studi kasus. Analisis terjemahan sebagai sebuah produk didasarkan pada sebuah korpus paralel (data) yang berasal dari tiga buku teks ekonomi berbahasa Inggris (subkorpus teks sumber) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (subkorpus teks sasaran) oleh tiga penerjemah dan diterbitkan masing-masing oleh tiga penerbit lokal yang berbeda. Identifikasi penggunaan ungkapan metaforis dalam kedua subkorpus itu dilakukan dengan menggunakan program WordSmith Tools versi 5.0.
Dua temuan utama dalam penelitian ini adalah: (1) 19 jenis metafora yang meliputi ketiga kategori metafora konseptual, yakni 11 jenis metafora struktural, 7 jenis metafora ontologis, dan 1 jenis metafora orientasional; frekuensi kemunculan itu menunjukkan kecenderungan penulis teks sumber menggunakan metafora struktural untuk menjelaskan berbagai konsep, teori, argumen dalam ilmu ekonomi, serta realitas perekonomian dalam buku teks bidang ekonomi, (2) untuk mengatasi masalah penerjemahan metafora konseptual, penerjemah menerapkan tiga metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber (berdasarkan sejumlah prosedur penerjemahan metafora konseptual dan teknik penerjemahan yang digunakan), yaitu metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantis. Dapat disimpulkan bahwa penerjemah mengadopsi ideologi foreignisation ketika menerjemahkan metafora konseptual dalam buku teks bidang ekonomi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Relevansi temuan penelitian ini dengan temuan penelitian sejenis adalah penerjemahan buku teks bidang ekonomi sebagai salah satu bentuk teks khusus (genre) yang memiliki fungsi informatif juga cenderung lebih mengutamakan ciri, bentuk, dan makna teks sumber dalam teks sasaran sebagai cerminan dari ketiga metode penerjemahan serta ideologi foreignisation yang dianut. Di sisi lain, metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestication yang berorientasi pada bahasa sasaran juga diadopsi oleh penerjemah. Dengan kata lain, penerjemah cukup terbuka terhadap kedua kutub ideologi penerjemahan itu. Sebagai kesimpulan, penelitian ini turut memperkuat temuan penelitian terdahulu tentang teori metafora konseptual (pendekatan kognitif) dan teori strategi penerjemahan yang terdiri dari ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, prosedur penerjemahan metafora, dan teknik penerjemahan.

ABSTRACT
This research aims to investigate the application of conceptual metaphors in economics textbooks and what translation strategies that the translators employ in order to cope with the problems of translating those categories of conceptual metaphors and/or types of metaphors from English into Indonesian. Investigation is based on: (1) a cognitive approach, (2) a corpus-based approach, (3) a comparative model and (4) a theory of translation strategies. The research is conducted on the basis of a qualitative method, particularly a textual analysis in the form of a case study. An analysis of translation as a product is done on the basis of a parallel corpus (data) taken from three English textbooks on economics (the source text subcorpus) and their translations in Indonesian (the target text subcorpus) translated by three translators and published respectively by three local publishers. The use of metaphorical/linguistic expressions in the study corpus is identified by using WordSmith Tools version 5.0.
Two research findings are as follows: (1) nineteen types of metaphors are found in the source text subcorpus representing the three categories of conceptual metaphors: eleven types of structural metaphors, seven types of ontological metaphors and one type of orientational metaphor; the frequencies reflect the source text writers? preference to explain those concepts, theories and arguments in economics, as well as realities of economy in economics textbooks; (2) in order to deal with the problems of translating conceptual metaphors, translators use three major translation methods (i.e. literal translation, faithful translation and semantic translation) based on a number of metaphor translation procedures and translation techniques identified. This translation phenomenon indicates that they adopt the ideology of foreignizing strategy when translating conceptual metaphors in economics textbook from English into Indonesian.
These findings to some extent are closely linked to other research findings in translation studies in the sense that the translation of economics textbooks as one type of specific text (genre) with informative function also tends to maintain the characteristics, forms and meanings of the source language in the target text, rather than the target language. This phenomenon again reveals the three translation methods and the translation ideology being adopted (i.e. foreignisation). However, the communicative method and the ideology of domesticating strategy (domestication) which gives more emphasis on the target language are also adopted by the translators. In other words, the translators seem to be quite open to the two binary ideologies of translation. To sum up, this research strongly supports other relevan research in association with the theory of conceptual metaphor (cognitive approach) and the theory of translation strategies which consists of ideology of translation, translation methods, translation procedures and translation techniques."
Depok: 2011
D1288
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2000
418.02 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wieka Barathayomi
"Tesis ini adalah kritik atas strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge. Kritik disusun dengan menggunakan model analisis teks yang berorientasi pada penerjemahan dengan menggunakan pencapaian tujuan penerjemahan sebagai kriteria utama keberhasilan penerapan strategi penerjemahan. Pertama, analisis faktor ekstratekstual dan intratekstual teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa) dilakukan untuk menentukan tujuan penerjemahan. Kedua, menganalisis data untuk menemukan strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan istilah budaya. Ketiga, penilaian keberhasilan dan kegagalan penerapan strategi penerjemahan istilah budaya dipandang dari pencapaian tujuan penerjemahan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tujuan penerjemahan adalah untuk menyampaikan kisah Olive Kitteridge secara sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Terjemahan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria tepat, wajar, dan mudah dipahami. Keberhasilan penerjemah yaitu menerjemahkan TSu sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu, dengan harapan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Penerjemah juga menyadari adanya perbedaan latar belakang pengetahuan dan budaya yang dimiliki pembaca TSu dan TSa, yakni terlihat dari upaya menerapkan beberapa strategi penerjemahan untuk mengisi informasi yang dimiliki pembaca TSu tetapi tidak dimiliki pembaca TSa. Strategi yang terlihat jelas adalah pemberian catatan kaki dan penjelasan tambahan.
Kegagalan penerjemah yaitu demi menunjukkan kesetiaan pada maksud penulis TSu, penerjemah banyak menggunakan strategi transferensi dan penerjemahan harfiah untuk menerjemahkan istilah budaya yang akhirnya membuat terjemahan tidak tepat dan tidak wajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika dikaitkan dengan tujuan penerjemahan, yakni terjemahan yang sesetia mungkin pada maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran dan memenuhi kriteria tepat, wajar, serta mudah dipahami, strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge tidak cukup berhasil mencapai tujuan itu.

This thesis is a criticism to the application of translation strategies in translating cultural terms in Olive Kitteridge. The criticism is based on a model for translation-oriented text analysis by using translation purpose as the main criteria for successful application of translation strategies. First, analysis of extratextual and intratextual factors of source text (ST) and target text (TT) is conducted to determine translation purpose. Second, data analysis is conducted to find translation strategies applied by the translator in translating cultural terms. Third, assessing the application of translation strategies in translating cultural terms based on translation purpose.
This research shows that the purpose of translation is to deliver Olive Kitteridge story as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to target language readers. The translation must meet the appropriate criteria: accurate, natural, and readable. The translator is success in translating ST as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to the target language readers. The translator is also aware that ST and TT readers have different cultural background and knowledge. It is shown by her attempt in applying translation strategies, such as footnotes and additional explanation, to overcome translation problem.
Unfortunately, in order to show faithfulness to ST author intention, the translator use a lot of transference and literal translation strategies to translate culture terms that make the translation inaccurate and unnatural. In general, related to the translation purpose that is to be faithful to ST author intention in order to introduce source language culture to target language readers and meet the appropriate criteria of accurate and natural, the translation strategies of cultural terms in Olive Kitteridge failed in achieving translation purpose.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31791
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Nurjana
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Sulistyani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai analisis penerjemahan idiom bahasa Indonesia dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ke bahasa Jerman dalam novel Die Regenbogentruppe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Rumusan permasalahan dalam penelitan ini adalah kesepadanan makna terjemahan idiom bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman serta teknik penerjemahan yang digunakan untuk memeroleh hasil terjemahan yang sepadan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan terjemahan idiom bahasa indonesia kategori nonanggota tubuh yang frekuensi kemunculannya lebih dari satu kali. Hasil dari penelitian ini adalah dari 20 hasil terjemahan, sebelas terjemahan mengandung kesepadanan makna, dua terjemahan tidak sepadan dan tujuh idiom tidak diterjemahkan.

ABSTRACT
The focus of this research is analysis of Indonesian languages idiom translation within Laskar Pelangi by Andrea Hirata into German within Die Regenbogentruppe. This research is qualitative descriptive. The problem of this research are meaning equivalence of Indonesian languages idiom translation into German and translation technique which used to attain equivalent translation. The purpose of this research is to compare Indonesian languages idiom translation non body parts category which appear more than one time. The result of this research are from 20 translations, 11 contain meaning equivalent, two are inequivalence and seven idioms are not translated."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Eryadi Abdillah
"Penelitian ini termasuk dalam wilayah kajian penerjemahan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis diterapkan untuk mengetahui ideologi penerjemah pada terjemahan karya sastra. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu novel Bumi Manusia sebagai TSu dan The Earth of Mankind sebagai TSa. Ideologi penerjemah yang ditemukan akan dibandingkan dengan ideologi penulis untuk mencari tahu persamaan dan perbedaannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan model komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penulis dan penerjemah memiliki ideologi yang sama, yakni ideologi sosialis. Sementara itu, terdapat perbedaan intensitas dari ideologi penulis dan penerjemah. Penerjemah memiliki pandangan yang lebih kuat terhadap kaum pribumi dan kaum Eropa yang dapat dilihat dari penekanan kata-kata mengenai kaum pribumi dan Eropa yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan TSu. Tidak ada makna yang bergeser antara TSu dan TSa, sehingga baik pembaca TSu maupun TSa dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Namun, penekanan yang dilakukan oleh Max Lane dapat memberikan efek yang berbeda pada pembaca TSa dalam hal memandang kaum pribumi dan kaum Eropa.

The field of this study is translation studies by using a critical discourse analysis approach. Critical discourse analysis is applied to determine the ideology of the translator in the translation of literary works. This study uses two data sources, namely the novel Bumi Manusia as ST and The Earth of Mankind as TT. The translator's ideology that has been found will be compared with the author's ideology to find out their similarities and differences. This research is a descriptive qualitative research using a comparative model. The results of this study indicate that the author and translator have the same ideology, namely socialism. Meanwhile, there are differences in the intensity of the ideologies of author and translator. The translator has a stronger view towards the natives and the Europeans, which can be seen from the emphasis on the words about the natives and Europeans by the translator in translating the ST. There is no shift in meaning between ST and TT, hence both ST and TT readers can understand the intention of the author. However, the emphasis on words made by Max Lane can result in different impact on TT readers in viewing the natives and the Europeans."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>