Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qonitah Puspita Halimah
"Hunian merupakan elemen sosial, budaya, dan ekonomi yang menunjang berlansungnya perkembangan sebuah kota atau kawasan. Secara langsung taraf hidup manusia berkembang seiring dengan terjaganya kondisi hunian dan perkembangan kota. Perkembangan kota yang terjadi juga beriringan dengan munculnya berbagai masalah. Salah satunya, akibat pertumbuhan penduduk diluar rencana maka kebutuhan akan rumah tinggal bertambah. Sedangkan lahan atau bumi ini tidak pernah bertambah luas dari sisi ukurannya. Maka lahan yang tadinya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa tempat tinggal semakin menipis. Jika lahan yang tersedia terbangun hanya untuk kebutuhan tempat tinggal akan banyak aspek lain yang tergusur untuk kebutuhan papan manusia, salah satunya ruang publik dan ruang terbuka hijau.
Dalam buku Revealing Architectural Design yang berjudul Framework, Methods, and Tools ( 2014 ) karya Philip D.Plowright, yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, yang menyebutkan bahwa “masalah yang dibicarakan sebenarnya tidak dapat di selesaikan tapi hanya dapat di negosiasikan, karena dalam ranah sosial masalah tidak pernah terpecahkan; mereka lebih cenderung melibatkan konflik yang ingin diselesaikan”
Maka dalam hal ini permasalahan yang datang seiring dengan perkembangan kota dan keterbatasan lahan akan hunian tempat tinggal, tidak sepenuhnya terselesaikan dengan adanya solusi baru. Dengan keterbatasan lahan, akan memunculkan ide membangun hunian vertikal untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa tempat tinggal. Berdasarkan kondisi perumahan dan luas kawasan eksisting yang dirancang dalam Masterplan baru Kawasan Pasar Baru milik PPAr Universitas Indonesia tahun 2020, dilakukan pengelompokan tipe hunian menjadi 3 tipe. Pada proyek kali ini hunian termasuk dalam kategori Co-housing yang terletak pada distrik 3 yang mana merupakan area sentral sekaligus pusat rekreasi kawasan Pasar Baru

Occupancy is a social, cultural, and economic element that supports the ongoing development of a city or region. Directly, the standard of human life develops along with the maintenance of housing conditions and the development of the city. The development of the city that occurs also goes hand in hand with the emergence of various problems. One of them, due to population growth outside the plan, the need for housing increases. While this land or earth has never increased in size in terms of size. So the land that was needed to meet basic human needs in the form of a place to live is getting thinner. If the available land is built only for housing needs, many other aspects will be displaced for the needs of human boards, one of which is public space and green open space.
In the Revealing Architectural Design book entitled Framework, Methods, and Tools (2014) by Philip D. Plowright, which has been translated into Indonesian, which states that "the problems being discussed cannot actually be solved but can only be negotiated, because in the realm of social problems are never solved; they are more likely to involve conflicts that they wish to resolve”
So in this case the problems that come along with the development of the city and the limited land for residential housing, are not fully resolved with the new solution. With limited land, will bring up the idea of ​​building a vertical residence to meet basic human needs in the form of a place to live. Based on housing conditions and the size of the existing area designed in the new Masterplan of the New Market Area belonging to PPAr, University of Indonesia in 2020, residential types are grouped into 3 types. In this project, the residence is included in the Co-housing category which is located in district 3 which is a central area as well as a recreation center for the Pasar Baru area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana
"Pencahayaan alami dan visibilitas merupakan kebutuhan utama untuk kesehatan manusia di tempat tinggal. Namun, kedua hal tersebut belum tercapai pada hunian vertikal dengan massa bangunan yang berhadapan. Penelitian ini bertujuan melakukan optimasi pencahayaan alami dan privasi visual pada hunian vertikal dengan massa yang berhadapan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini akan melakukan survei kuesioner daring dan optimasi performa bangunan dengan simulasi. Populasi survei kuesioner adalah penghuni apartemen di Jakarta. Sampel yang diambil berjumlah 160 responden. Hasil analisis survei kuesioner akan digunakan sebagai acuan dasar standar privasi visual penghuni apartemen untuk optimasi pencahayaan alami dan privasi visual. Software simulasi performa bangunan menggunakan Rhinoceros Grasshopper dan plugin Octopus untuk optimasi. Luas jendela, dan jarak antar bangunan menjadi parameter dalam optimasi tersebut. Konfigurasi massa bangunan grid dan klaster menjadi perbandingan analisis, khususnya pada bangunan berbentuk T. Perhitungan optimasi menggunakan metode Elite yang akan menghasilkan beberapa opsi terbaik. Dari opsi tersebut akan didapat pertimbangan yang optimal untuk penentuan jarak bangunan dan luas bukaan (jendela). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan pencahayaan alami, privasi visual menjadi prioritas kedua

Natural lighting and visibility are major needs for human health in residential areas. However, these two things have not been achieved in vertical housing with opposite building masses. This study aims to optimize natural lighting and visual privacy in vertical housing with opposite masses. To achieve this goal, this research will conduct an online questionnaire survei and optimization of building performance by simulation. The population of the questionnaire survei is apartment residents in Jakarta. The sample taken is 160 respondents. The results of the questionnaire survei analysis will be used as a basic reference for visual privacy standards for apartment residents to optimize natural lighting and visual privacy. Building performance simulation software using Rhinoceros Grasshopper and Octopus plugin for optimization. The window area and distance between buildings, are parameters in the optimization. The mass configuration of grid and cluster buildings becomes a comparative analysis, especially for T-shaped buildings. The optimization calculation uses the Elitism method, which will produce the best options. From this option, more mature considerations will be obtained for determining the distance of the building and the area of ​​the opening (window). The results show that to optimize natural lighting, visual privacy is the second priority"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achernar Mirfa Chaniago
"

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karawang yang semakin meningkat setiap tahunnya diiringi oleh pembangunan infrastruktur di wilayah Kabupaten Karawang. Pertumbuhan ekonomi yang tumbuh pesat dan pembangunan infrastruktur ini diikuti oleh urbanisasi. Dengan terjadinya pembengkakan populasi, Kabupaten Karawang dipaksa untuk tumbuh secara horisontal dan vertikal. Urbanisasi yang tidak terkendali dan tidak didukung oleh ketersediaan hunian dan lahan yang sesuai dapat menimbulkan ketidak layakan pada kondisi hidup penduduk di Kabupaten Karawang. Untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan yang diakibatkan dari meningkatnya populasi, industrialisasi, dan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Karawang, adalah pembangunan Hunian multifungsi (Mixed-Use) vertikal yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui infrastruktur apa saja yang diperlukan dalam pembangunan hunian Mixed-Use vertikal yang berkelanjutan di Karawang dan apakah prinsip pembangunan hunian Mixed-Use vertikal berkelanjutan dapat diimplementasian di Kabupaten Karawang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan pendekatan secara kuantitatif dengan pengambilan data primer melalui observasi, dan survei dan data sekunder melalui desk study. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa infrastruktur utama yang dibutuhkan dalam suatu hunian Mixed-Use vertikal adalah infrastruktur komersial, perkantoran dan rekreasi. Sedangkan, fasilitas penunjang yang dibutuhkan adalah fasilitas kebersihan, fasilitas parkir, fasilitas kesehatan, fasilitas untuk anak, fasilitas keamanan, fasilitas peribadatan, fasilitas pejalan kaki dan fasilitas ruang terbuka. Prinsip hunian mixed-use vertikal yang berkelanjutan dapat diimplementasikan dalam proses perancangan desain yang dilihat dari pengaruh lingkungan dan sosial.

 


The economic development of Kabupaten Karawang that has gone up each yar is tightly accompanied by the development of infrastructure in the area. Those developments have also been directly followed by urbanization. With the accelerated rise of population, Kabupaten Karawang is forced to grow both horizontally and vertically. However, urbanization that is not supported with a vast availability of housings and lands will result in inadaquate living conditions for the people of Kabupaten Karawang. One way to solve the problem of limited housings and lands is to build a sustainable vertical mixed-use housing. Thus, the purpose of this study is to determine the infrastructurs that are needed in the development of the sustainabl vertical mixed-use housings, and whether the principles of the sustainable mixed-use housing can be implemented in Kabupaten Karawang. The method that is used in this study is quantitative, the obtaining of primary data through observation and survey, as well as secondary data through desk study. The result of this study will be able to show that the primary infrastructures that are needed for one vertical mixed-use housing are the commercial, office complex, and recreational infrastructures. On the other side, the facilities that are needed for one vertical mixed-use housing are facilities for sanitation, parking, healthcare, childrens area, security, religious, pedestrian and public open spaces. The principles of the sustainable vertical mixed-use housings can be implemented in the process of design planning, which can be observed through the environment and social aspects.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Ria
"ABSTRAK
Pada hakekatnya, rumah bagi manusia mempunyai fungsi sebagai tempat perlindungan fisik dan perlindungan psikologi atas tekanan dari dunia luar serta wadah kegi atan manusia.
Kebutuhan manusia akan rumah semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Sementara itu ketersediaan lahan yang sesuai untuk perumahan bersifat terbatas. Akibatnya sering ditemui terutama di daerah perkotaan, perumahan didirikan di daerah permukiman yang tidak memenuhi syarat untuk suatu tempat tinggal. Kondisi mutu lingkungan yang rendah ini membuat penghuni berusaha meninggalkan lingkungan tersebut dan mencari tempat permukiman yang memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik. Pada umumnya usaha perpindahan ini terjadi pada masyarakat yang ekonominya sudah baik.
Menyadari keadaan ini, maka pemerintah berupaya membangun perumahan-perumahan dengan kondisi lingkungan yang baik untuk membantu dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan. Namun tidak semua kebutuhan itu dapat terpenuhi. Dengan bantuan pihak pengembang maka masyarakat semakin mempunyai kemudahan dalam usaha pemilikan rumah dengan mutu lingkungannya dapat memenuhi syarat hidup yang sehat.
Seiring dengan tingginya permintaan atas perumahan maka terjadi peningkatan pembangunan perumahan. Namun bagi pihak pengembang swasta, pembangunan perumahan mewah menjadi prioritas dibandingkan dengan pembangunan perumahan sederhana. Hal ini disebabkan minat masyarakat terhadap pemilikan perumahan mewah oukup tinggi.
Tingginya permintaan masyarakat terhadap perumahan mewah sebagai akibat terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap fungsi rumah. Fungsi rumah tidak hanya dilihat sebagai tempat tinggal, wadah aktivitas maupun perlindungan psikologis semata, tetapi masyarakat saat ini melihat rumah sebagai suatu alat prestise dan sebagai pendukung terjadinya suatu kegiatan bisnis bagi sebagian orang serta sebagai investasi. Selain itu penilaian terhadap rumah tidak dilihat hanya dari bentuk fisik rumah, namun yang terutama adalah letak dan fasilitas lingkungan serta kondisi sosial penghuninya.
Adanya kondisi seperti ini menimbulkan kepemilikan rumah yang dibangun para pengembang didominasi oleh orang-orang yang mempunyai kemempuan ekonomi tinggi. Akibatnya banyak ditemui saat ini permukimam eksklusif.
Di Rotamadya Medan, pemilikan perumahan eksklusif ini terlihat adanya kecenderungan terdapat pada golongan masyarakat tertentu yaitu orang Cina. Hal ini terjadi karena secara umum etnik ini mempunyai kemampuan daya beli yang cukup tinggi dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Kondisi seperti ini menimbulkan adanya kesenjangan sosial di antara masyarakat yang dapat mengarah kepada terjadinya konflik antar etnik akibat munculnya kecemburuan sosial di dalam masyarakat.
Sementara itu Kotamadya Medan dikenal sebagai masyarakat yang majemuk yang rawan terhadap perpecahan antara anggota masyarakat. Ini disebabkan tidak adanya etnis yang dominan di kota ini. Untuk itu integrasi sosial di antara masyarakat mempunyai peranan penting untuk menghindari terjadinya suatu konflik.
Integrasi sosial bagi sebagian orang diasumsikan dapat terjadi di lingkungan permukiman, di mana proses ini terjadi bila adanya interaksi di antara etnis yang berbeda, adanya tingkat sosial yang sama dan mempunyai pengalaman hidup yang sama. Di samping hat di atas, factor persepsi suatu etnis terhadap lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi berlangsungnya proses integrasi sosial.
Dengan adanya permukiman eksklusif dengan penghuni yang se-etnis tentunya dapat mengakibatkan terhalangnya kegiatan integrasi sosial tersebut. Kondisi ini bagi
sebagian orang dikhawatirkan akan menghambat proses integrasi sosial yang selama ini telah dimulai seperti melalui kegiatan pembauran sosial.
Berkaitan dengan asumsi tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh lingkungan perumahan terhadap persepsi orang Cina terhadap dirinya dan lingkungannya, serta mengukur seberapa jauh pengaruh lingkungan perumahan ini membawa pengaruh terhadap tingkat persepsi masyarakat. Selain itu hasil penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana keberhasilan kegiatan pembauran di Kotamadya Medan.
Untuk itu, hipotesis yang dikemukakan di dalam penelitian ini adalah ada pengaruh lingkungan perumahan mewah terhadap persepsi atau integrasi sosial masyaraka t .
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Setia Budi Indah I Recamatan Medan Selayang, dengan alasan perumahan ini merupakan perumahan mewah yang pertama sekali ada di Kotamadya Medan dan jumlah penghuni perumahan antara pribumi dan etnik Cina berimbang.
Sifat penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analisis dengan jenis penelitan studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified propotional random sampling, dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 150 Kepala Keluarga atau 20% dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan penyebaran angket. Analisis data, dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk uji hipotesis dan analisis tabulasi silang antara indikator variabel lingkungan perumahan dengan indikator variabel persepsi masyarakat. Juga dilakukan tes signifikansi dengan teknik Chi-Square test untuk melihat signifikan asosiasi antara indikator variabel lingkungan perumahan dan indikator variabel integrasi sosial.
Berdasarkan hal analisis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan :
1. Ada pengaruh lingkungan perumahan pada persepsi masyarakat yang dapat mempengaruhi integrasi sosial.
2. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan perumahan dengan persepsi atau integrasi sosial.
3. Perubahan kondisi fisik dan kondisi sosial sebagai variabel lingkungan perumahan mempengaruhi persepsi masyarakat. Besarnya pengaruh perubahan faktor luas rumah terhadap integrasi masyarakat adalah 53,44% atau 3 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor letak rumah (17,22%) atau 2 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor aktivitas penghuni perumahan (26,21%).

The Influence Of Housing Environment Towards The Perception Of Ethnic Chinese On Him/Herself And His/Her Environment (A case study of ethnic chinese in Setia Budi Indah housing estate Selajang Sub-district, Medan City). Content In essence, a home to man has the function as physical protection site and psychological protection against pressures from the outside world and a place of human activities.
Human needs for housing is ever increasing in line with population growth. In the meantime, land availabilitywhich is proper for housing settlement is limited. As a result, especially in urban areas, one often come across the establishment of housing settlement which do not meet the requirements of a place to live in. The condition of this low quality environment makes the inhabitants trying to leave such an environment and look for settlement areas that have a better level of security and comfort. In 3 general, this moving endeavours occurred in a community where its economy is already good.
Realizing this condition, therefore, the government endeavours to construct housing with a proper environmental condition to assist and meet the community needs for housing. However, not all needs can be met. With the help of developers, hence, the community has increasing facilities in their efforts to own a home with an environmental quality that meet the requirements of healthy living.
In line with the high demand for housing, hence an in-crease in housing construction took place. However, for the part of the private developers, luxurious housing construction became a priority compared with simple housing construction. This is because the community interest towards luxurious housing ownership is sufficiently high indeed.
The high community demand towards luxurious housing came about as a result of the occurrence of changing community views towards the function of a home. The function of a home is not only looked upon as a living quarter, activity place as well as psychological protection only, but the community at present look upon a home as a tool of prestige and as a support towards becoming a business activity for some and as investment for others. In addition, the assessment towards a home, it is not looked upon only from the physical construction, but, particularly the location and environmental facilities as well as the social condition of the inmates.
The presence of a condition like this, brought about housing ownership which are constructed by developers becoming dominated by people who have high economic cap-abilities.
The result is that at present, many exclusive living settlements can be found..In the city of Medan, this exclusive housing ownership tendency can be seen among a certain community group, namely chinaman. This occurred because in general, this ethnic group has sufficient buying capacity compared to the indigenous community. A condition like this brought about social gaps between communities that can lead to conflict between ethnic groups due to social jealousy in the community.
The city of Medan is known as a multiple community, sensitive towards discord between community members. This is caused by the fact that there is no ethnic group that is dominant in the city. Hence, social integration among the community has an important role in evading the occurrence of a conflict.
Social integration for some people is assumed that it could occur if there is interaction between different ethnic groups, the presence of equal social level and possess similar living experiences so that a common perception came into being towards communal living. With the presence of an exclusive housing settlement, the inmates of whom are of the same ethnic group, certainly, may result in blocking social integration activities. This condition, for some, is the cause for concern in that the social integration process which has been started like activities of social assimilation will be hampered.
In relation to the assumption stated above, thence, this study was carried out with the objective to see whether or not there is housing environment influence towards the perception of chinese on themselves and their environment, as well as gauging in how far this housing settlement environment brought influence upon the level of community perception. In addition, the result of the study will show how successful) the assimilation process is in the city of Medan.
The hypothesis in this study is that there is housing environment influence towards perception or social integration.
This study was conducted in Setia Budi Indah Housing Estate, Selayang Medan Sub-district. The reason for taking this site was that the housing settlement is the first luxurious one of its kind in Medan city and the number of inhabitants between indigenous and chinese are balanced.
The nature of study is descriptive, the type of which is case study. The sample taken was stratified proportional random sampling, the grand total of which is 150 heads of family for 20% of the population. Data collection took place by interview, observation and enquette distribution.
Data analysis was carried out by using correlation analysis technique, moment product for hypothesis testing and cross tabulation analysis between housing environment variable indicators and community perception variable indicators. Significant tests were also carried out by using the Chi-square technique, to see the association significance between housing environment variable indicators and social integration variable indicators.
Based on the analysis results and discussion the conclusion obtained included :
1. There is housing environment influence on the social integration.
2. There is significant association between housing environment and community perception.
3. Physical and social condition changes as housing environment variables influenced community perception. The magnitude of influence of the size of the house factor towards the community perception is 53.44% or three times larger than the in fluence of the location of the house factor (17.22%) or twice as large as the influence of housing inmates activity factor change (26.21%)."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Khairani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwyer, Denis John
New York: Longman, 1979
363.58 DWY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Jumlah penduduk yang yang semakin lama semakin bertambah sebanding
dengan pertambahan jumlah kebutuhan akan rumah. Namun dalam kenyataannya
kebutuhan permintaan akan hunian sendiri tidak diimbangi dengan kemampuan akan
penyediaan rumah. Yang selanjutnya akan semakin memperlebar jarak antara
permintaan dengan kemampuan penyediaan rumah.
Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
adanya ajuan konsep hibrid pada hunian. Adapun konsep hibrid ini teljadi sebagai
proses adaptasi pada dunia arsitektur terhadap perubahan sosial dan budaya yang
nantinya akan terjadi. Hasil dari proses adaptasi ini terlihat pada adanya perubahan
dan perluasan akan bentuk hunian yang tercipta nantinya baik hunian yang memiliki
fungsi tempat tinggal maupun hunian yang terintegrasi dari fungsi tempat tinggal dan
usaha.
Dalam skripsi ini akan diberikan beberapa contoh kasus dari penggunaan
konsp hibrid dalarn konteks hunian yang memiliki fungsi tempat tinggal dan hlmian
yang terintegrasi dari fungsi tempat tinggal dan usaha serta beberapa contoh kasus di
lapangan mengenai hunian yang terintegrasi dari iimgsi tempat tinggal dan usaha
sebagai bahan perbandingan Akhimya dari studi kasus tersebut didapatkan suatu
kesimpulan akan efektifitas dari penggunaan konsep hibrid pada hunian yang
terintegrasi dari dua fungsi yakni rumah dan usaha terhadap konteks pemecahan
permasalahan hunian pada kota yang miskin lahan namun kaya akan penduduk"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefani Putri Ayuningtyas
"Jakarta sebagai ibu kota Indonesia merupakan pusat berbagai sektor penunjang kehidupan terutama bisnis dan ekonomi. Daya tarik tersebut membuat banyak orang datang untuk bekerja maupun tinggal sehingga meningkatkan urbanisasi. Pesatnya pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi ini menjadikan Jakarta semakin padat dan angka kebutuhan tempat untuk bermukim melonjak. Namun, pada faktanya jumlah lahan di Jakarta tidak bertambah dan terbatas. Terbatasnya lahan tersebut membuat para pekerja tidak bisa memperoleh tempat tinggal yang terjangkau sehingga mereka harus bergeser ke daerah pinggiran kota seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Setiap harinya mereka harus melakukan perjalanan dari tempat tinggal ke kantor yang tergolong jauh. Perjalanan tersebut dapat disebut sebagai komutasi atau mobilitas ulang-alik. Mereka yang melakukan mobiltas ulang-alik disebut sebagai komuter. Namun didorong oleh beberapa faktor seringkali para komuter tersebut tidak hanya menetap pada satu tempat tinggal saja (berpindah dari satu tempat ke tempat lain). Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah mengetahui bagaimana para komuter berpindah dari suatu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya dan faktor-faktor apa saja yang mendorong perpindahan merumah tersebut.

Jakarta as the capital city of Indonesia is the center of various life support sectors, especially business and the economy. This makes many people come to work or live, thereby increasing urbanization. The rapid population growth due to urbanization has made Jakarta increasingly denser and the number of places needed to live has soared. However, in fact the amount of land in Jakarta limited and does not increase.That situation has prevented workers from obtaining affordable housing, so they have to shift to suburban areas such as Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Bodetabek) and they have to travel from their place of residence to the office which is classified as far away every day. This activity can be referred as commuting and those who do it are referred as commuters. However, driven by several factors, these commuters often don't just stay in one place of residence (moving from one place to another).  Therefore, the purpose of this writing is to find out how commuters move from one place of residence to another and what factors cause the housing mobility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Kusumawardani
"Dunia properti beberapa tahun terakhir kembali bergairah setelah masa-masa keterpurukannya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah banyak bermunculan produk-produk perumahan di sekitar Jakarta dengan tipe dan fasilitas yang semakin lengkap.
Perumahan, sebagaimana produk lainnya dapat dilihat sebagai kumpulan dari atribut-atribut atau manfaat yang terkandung dari produk itu sendiri. Sesuai dengan anatomi produk menurut Kotler (1997) produk inti rumah adalah merupakan manfaat utama sebuah rumah yaitu sebagai tempat untuk berlindung dari panas dan hujan. Namun saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dan panas dan hujan, tapi jugs dapat menjadi tempat untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan bagi keluarga.
Perkembangan atribut sebuah perumahan berlangsung begitu cepat. Saat ini, banyak pengembang mendirikan lingkungan perumahan yang telah dilengkapi dengan sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana olah raga hingga ke sarana hiburan. Konsumen seakan dimanjakan dengan kelengkapan berbagai fasilitas dan lingkungan yang aman, tenang dan harmonis.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemasar hares mengetahui bagaimana preferensi konsumen di pasar terhadap atribut-atribut produk hunian yang ada saat ini, agar produk yang dijual cepat diserap pasar. Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : atribut manakah yang dianggap paling panting oleh konsumen; apakah terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap produk hunian yang berada di luar DKI Jakarta dan di dalam wilayah DK1 Jakarta; apakah terdapat perbedaan preferensi terhadap atribut perumahan diantara konsumen dengan berbagai tingkat penghasilan; apakah responden dapat dikelompokkan ke dalam beberapa segmen yang dapat dibedakan secara signifikan berdasarkan kemiripan preferensi terhadap multi atribut produk hunian?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas, penulis telah melakukan penelitian tentang preferensi konsumen terhadap produk perumahan dengan menggunakan teknik analisis konjoin, dengan menggunakan software SPSS versi 10.5, yang menjalankan fungsi model analisis konjoin tradisional (decomposisional conjoin). Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa atribut produk perumahan seperti : harga, lokasi, akses jalan, aspek legalitas, fasilitas dan cars bayar, yang masing-masing memiliki tingkatan tertentu. Dari hasil analisis konjoin ini diperoleh dua informasi panting yaitu : tingkat kepentingan relatif atribut dan nilai utilitas (pan worth) dari setiap tingkatan atribut.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa atribut harga dan lokasi merupakan dua atribut yang memiliki tingkat kepentingan relatif paling besar di mata responden. Namun berbeda dengan dugaan penulis, responden dalam penelitian ini temyata lebih menyukai hunian yang berada di luar wilayah DKI Jakarta disbanding dengan perumahan yang berada di dalam wilayah DKI Jakarta. Sekalipun demikian, tetap responden menghendaki perumahan yang dekat dengan akses jalan tol dibandingkan dengan perumahan yang berada jauh dari akses jalan tol. Sementara tingkat penghasilan memang secara signifikan mempengaruhi perbedaan preferensi konsumen terhadap atribut harga.
Dari penelitian ini jugs diperoleh tiga segmen yang dibedakan berdasar tingkat kepentingan atribut harga. Segmen pertama terdiri dari responden yang bersikap moderat terhadap harga, segmen kedua merupakan kelompok responden yang bersikap sensitive terhadap harga, sementara segmen ketiga merupakan kumpulan responden yang bersikap tidak responsive terhadap perubahan harga.

The world of property in Indonesia, especially on Jakarta, in the end of years have a good passion, after its ruin years. In the short times, many developers build much more housing and commercials area.
Housing, as the other products could be seen as a bundle of attributes or functions including in the product it self. Kotler (1997) have said that product have an anatomy. Core product was a first line of anatomy as a main function from that product. The main function of a housing as a place for living. But this time, a house not only as a place for somebody living. A house will be expecting to give a feel comfort and give prestige to the person who live in.
The growth of housing attributes product be happen so fast. This time, developers build many environment of housing which be completed with service education area, commercial area, sport club area, hospital, entertainment area and so on. Consumers can be relaxe the high style of living.
Relating to the fast growing of attributes of housing, developers have to understand how the preference of consumers. If the developers have a deep understanding about the preference of a housing attributes, he can make a good product which can sold out lastly.
The hipotesis questions which will be answered in this study are : which attribute most preferred, are the consumers prefer a house which located in the town or in suburb, is a preference differ among consumers which have a different level of salary, is consumer can be differented to the segments depend on their characteristic of preference?
To answer the questioners above, the writer did the study about consumers preference of housing multiattributes product with conjoint analysis. The method was chosen to run the analysis is decomposisional conjoint or traditional conjoint from Green and Srinivasan (1979), In this study the writer chose six attributes (price, location, acces, legality, facility, and term of payment) and each of them have many levels. Conjoint analysis result are the importance of attribute and partworth or utility of level attribute.
The result of conjoint analysis said that price and location are attributes which have big importance from the consumers point of view. But, its differs from assumption of the writer, respondent in this study are prefer a house which located in suburb than a house which located in town. And level of salary the respondents have a correlation with their preference of price attribute.
The K-Means cluster use to differ all respondents to be 3 segments which have same characteristic in preference of price attribute. The segmen 1, have a special characteristic as a price moderate people, segmen 2 as a price sensitive people, and segmen 3 as a not responsive to the price different people. But each segment can not be differ clearly depend on their demography characteristic, because the respondents have almost homogenous characteristic in demography.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Rosa
"Tersedianya informasi kecenderungan tipe hunian yang dipilih oleh rumah tangga berdasarkan umur dan status sosiall, ekonomi dan budaya kepala keluarga atau lebih dikenal dengan dwelling type propensities sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah kebutuhan rumah. Untuk mendapatkan gambaran dwelling type propensities di Indonesia, dilakukan sampel di 3 kota (Depok, Cirebon dan Pekanbaru) dengan teknik pengambilan sample multystage sampling telah diambil 1.200 kepala keluarga untuk Kota Depok, 480 untuk Kota Cirebon dan 1.000 untuk Kota Pekanbaru, menggunakan program software Excel dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) untuk melakukan analisis faktor, analisis regresi dan analisis deskriptif. Perjalanan karir perumahan di ke 3 sampel kota paling terlihat perubahan pada rentang umur < 34 tahun, sejalan dengan besarnya perubahan pendapatan keluarga ke arah yang lebih mapan dan penambahan jumlah keluarga, disertai perubahan kepemilikan tempat hunian dengan perubahan ukuran luas lantai ke arah yang lebih besar, pencapaian tertinggi pada rentang umur 40 tahunan utamanya umur 45 tahun. Rata-rata masyarakat Kota Depok bekerja pada umur 22 tahun dengan pendidikan rata-rata SMA, menempati tempat hunian dengan status kontrak, penghasilan rata-rata Rp. 1.388.500,- (di bawah UMK = Rp. 1.453.875,-). Rata-rata umur 23 tahun mulai lepas dari orang tua dan hidup mandiri, pendapatan rata- rata Rp. 1.613.000,- menghuni rumah dengan status hunian mengontrak (0,25%) dan 0,08% menempati rumah status milik. Persentase keluarga menempati rumah milik meningkat tajam dimulai ketika anak usia sekolah sampai usia 55 tahunan (69,23%) dan cenderung menempati tempat hunian menetap disatu lokasi."
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016
728 JUPKIM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>