Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmayanti Harianto
"Latar belakang: Untuk meningkatkan penemuan kasus dan diagnosis TB oleh dokter praktik swasta dilakukan melalui pendekatan Public Private Mix (PPM)-TB. Public Private Mix adalah keterlibatan semua penyedia layanan kesehatan publik dan swasta, formal dan non formal dalam penyediaan penanganan TB sesuai ISTC untuk pasien yang telah atau diduga memiliki penyakit TB. Pengalaman di beberapa negara terdapat peningkatan penemuan kasus TB oleh dokter praktik swasta yang terlibat dalam PPM-TB. Di Indonesia belum ada data tentang dokter spesialis paru praktik swasta yang terlibat PPM-TB dalam mendiagnosis TB sesuai dengan ISTC.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang. Data yang digunakan diambil secara retrospektif melalui data sekunder (rekam medis &TB 01)pasien yang didiagnosis TB dalam kurun waktu Oktober-Desember 2010 yang berobat ke 18 rumah sakit/klinik swasta di Jakarta, tempat praktik 23 dokter spesialis paru yang terlibat dalam kegiatan PPM-TB.
Hasil: Didapatkan 258 rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dari 21 orang dokter spesialis paru di 16 rumah sakit/klinik swasta. Satu rumah sakit tidak diambil data karena tidak memenuhi kriteria dan satu orang dokter tidak bersedia diambil data pasiennya. Tercatat keluhan utama pasien adalah batuk tanpa keterangan waktu 148 (57,3%). Permintaan pemeriksaaan hapusan sputum BTA yang tercatat 160(62%). Dari 160 hasil pemeriksaan sputum BTA yang tercatat dilakukan pemeriksaan kultur 6 (2,7%), kultur dan resistensi 12 (5,5%). Permintaan pemeriksaaan foto toraks yang tercatat 248 (96,1%), tidak ada permintaan 5 (1,9%) dan tidak ada data 5 (1,9%). Didapatkan 219 kasus TB paru (84,9%) dan 39 TB ekstra paru (15,2%). Berdasarkan apusan BTA, terdapat 64 pasien BTA positif (40%), 94 BTA negatif (58,8%) dan 2 tidak ada data (1,2%). Diagnosis TB ditulis pada 252 rekam 6 lainnya tidak ada diagnosis. Empat belas dokter spesialis paru praktek swasta melakukan semua standar diagnosis 1-5 sesuai ISTC.
Kesimpulan : Sebagian besar dokter spesialis paru praktek swasta sudah melaksanakan ISTC dalam menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan foto toraks lebih tinggi sebagai penunjang hasil apusan BTA yang lebih banyak negatif. Pemeriksaan kultur dan resistensi M.tb masih sangat rendah.

Background: Tuberculosis (TB) remains a public health problem of global challenges. Indonesia is the first country with high burden TB problem in South East Asia to successfully achieve Millennium Development Goal (MDG) targets’ for TB in 2006 where 70% new case findingswith positive AFB and 85% recovery. However, TB management in many private hospitals and practices has not yet applied ISTC. To increase new case findings and TB diagnosis in private practice, the government conducted Public Private Mix (PPM)-TB approach. This study is intended to find out whether pulmonologistsin private practice has applied ISTC for TB diagnosis.
Method: This is a cross sectional study. Retrospective secondary data from medical recoed and TB 01 forms of TB patients from October-December 2010 in 18 private hospitals in Jakarta (23 pulmonologists involved in PPM-TB program).
Result:There were 258 patient’s medical records from 21 pulmonologist from 16 private hospital fulfilled the criteria. One pulmonologist did not meet the criteria and one other pulmonologist refused to participate in this study.Patients’ chief complaints were mostly cough without information of duration 148 (57.3%). The recorded demand for AFB sputum examination is found in 160 (62%). From 160 laboratory AFB sputum examination results, 6 was cultured(2.7%), 12 was cultured and examined for antituberculosis agent resistance (5.5%). Chest x-raywas asked in 248 patients (96.1%) but 5 without demand (1.9%) and no data in 5 patients (1.9%). Classification of TB anatomy found were pulmonary TB 219 (84.9%), extrapulmonary TB 39 (15.1%). Classification of TB based on AFB found were positive 64 (40%), negative 94 (58.8%) and no data 2 (1.2%). Written diagnosis of TB was found in 252 (97.7%) patients while 6 (1.3%) did not. Fourteen pulmonologist private practice had endorse ISTC all standar 1-5 to diagnosis tuberculosis.
Conclusion: Diagnosis of TB by pulmonologist in private practices mostly has applied ISTC. High chest x-ray demand as a supporting diagnosis was found because most AFB sputum gave negative results. Examination of culture and resistance of antituberculosis agent are low.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadisono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kasus tuberkulosis di Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah India dalam WHO Global Report 2015, meningkat dari laporan sebelumnya yaitu peringkat kedua. Terdapat peningkatan temuan kasus di propinsi Riau dari tahun ke tahun.Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru dalam diagnosis dan tatalaksana TB berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan instrumens kuisioner. Dari total 209 data respondens yang kami peroleh dari dinas kesehatan, sebanyak 180 bersedia mengikuti wawancara terpimpin.Hasil: Sebesar 91,67 tidak pernah mengikuti pelatihan ISTC. Pengetahuan respondens yang baik hanya sebesar 43,89 . Perilaku providers yang baik di kota Pekanbaru sebesar 50 . Jenis kelamin, tempat praktik, lama praktik dan pelatihan tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku. Usia yang lebih muda memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik, namun tidak bermakna secara statistikKesimpulan: Pengetahuan providers/dokter umum praktik swasta di kota Pekanbaru belum memadai untuk tatalaksana TBKata kunci: Tuberkulosis, International Standards for Tuberculosis Care ISTC
ABSTRACT Introduction Tuberculosis in Indonesia rank second in worldwide after India based on WHO Global Report 2015, increasing from the previous report than ranked the fourth. There is an increased case finding in Riau province by years.Objectives To assess knowledge, attitude and practice of private general practitioners about diagnosis and management of TB patient base on International Standards for Tuberculosis Care ISTC .Methods This study using cross sectional method with questionnaire as instrument. Of the 209 respondents of data we obtained from government health department, as many as 180 respondent were willing to follow the guided interviews.Results About 91,67 private general practitioners in Pekanbaru city never attended ISTC training. Only 43,89 providers have satisfactory of knowledge and half most of them 50 has good practice. There is no relationship between sex, duration and location of practice, the number of ISTC training with the level of knowledge and practice. The younger subjek has a good knowledge, attitude and practice but not statistically significant.Conclusion Knowledge of private general practitioners in Pekanbaru city is inadequate."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatussaadah
"ABSTRAK
Indonesia saat ini berada pada urutan kedua negara dengan kasus TB paru terbanyak,
dibawah India dan Cina. Angka prevalensi TB Paru tahun 2015 mencapai 647 per 100.000
dan insidens 399, Indonesia diprediksi akan mencapai 1 juta kasus per tahun. Strategi
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) merupakan strategi yang dikeluarkan
oleh WHO dalam penanggulangan TB.
Beberapa rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan TB kepada masyarakat dan
juga melibatkan masyarakat secara aktif untuk mendukung program penanggulangan TB
adalah Rumah Sakit Islam (RSI) yang dimiliki oleh organisasi Muhammadiyah yaitu RSI
Pondok Kopi, RSI Cempaka Putih, dan RSI Sukapura. Rumah sakit swasta tersebut
bekerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB yang dikenal sebagai ?Aisyiyah
Community TB Care. ?Aisyiyah termasuk salah satu organisasi masyarakat lokal yang
dipercaya dan dipilih untuk mendapatkan dana hibah melalui Global Fund for AIDS,
Tuberculosis and Malaria (GF ATM) dengan menjadi principal recipient atau pengelola
dana langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengawas Menelan Obat (PMO) baik pada tahun
2010 dan 2014 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil pengobatan TB Angka
CDR di rumah sakit pada tahun 2010 pada saat ada dukungan ?Aisyiyah mencapai angka
68%, sedangkan pada tahun 2014 setelah tidak ada dukungan ?Aisyiyah angka CDR menurun
menjadi 40%. Sedangkan jumlah pasien TB yang sembuh (Cure Rate) pada tahun 2010
mencapai 66% sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 41%, sehingga
ada perbedaan 25% dalam pencapaian angka kesembuhan. PMO pada tahun 2010 berasal dari
kader ?Aisyiyah (35%) dan keluarga pasien (65%). Sedangkan pada tahun 2014 PMO semua
berasal dari keluarga pasien (100%). Perbedaannya adalah PMO yang berasal dari ?Aisyiyah
Community TB Care adalah mereka yang sudah mendapat pelatihan-pelatihan mengenai
pengobatan TB dan mereka melakukan pengawasan melekat kepada pasien dari awal
pengobatan sampai dinyatakan sembuh.
Oleh karena itu selanjutnya direkomendasikan untuk memilih PMO tidak berasal dari
keluarga tetapi orang yang lebih disegani oleh pasien dan telah mendapatkan pelatihanpelatihan
mengenai pengobatan TB. Selain itu perlu dibuat kartu kinerja PMO sehingga
seluruh kegiatan PMO terpantau dengan baik selama mendampingi pasien berobat hingga
sembuh.

ABSTRACT
Indonesia is currently the second country with the most cases of pulmonary tuberculosis,
below India and China. Pulmonary TB prevalence rate in 2015 was 647 per 100,000 and
incidence of 399, Indonesia is predicted to reach 1 million cases per year. Strategy of Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) strategy is issued by WHO in TB control.
Some private hospitals that provide services to the community TB and also involve the
community actively to support TB control program is Islamic Hospital (RSI) which is owned
by the organization Muhammadiyah ie RSI Pondok Kopi, Cempaka Putih RSI and RSI
Sukapura. The private hospital care in collaboration with community organizations TB,
known as' Aisyiyah Community TB Care. 'Aisyiyah including one local community
organizations are trusted and selected for a grant from the Global Fund for AIDS,
Tuberculosis and Malaria (GF ATM) to be the principal recipient or the fund manager
directly. The results showed that the Supervisory Swallowing Drugs (PMO), both in 2010
and 2014 had a significant effect on the results of TB treatment digits to CDR in hospital in
2010 when no support 'Aisyiyah reached 68%, whereas in 2014 after no support 'Aisyiyah
CDR figure dropped to 40%. While the number of TB patients cured (Cure Rate) in 2010
reached 66% while in 2014 decreased to 41%, so there is a 25% difference in achieving cure
rates. PMO in 2010 came from the cadres' Aisyiyah (35%) and the patient's family (65%).
Whereas in 2014 the PMO all come from families of patients (100%). The difference is
coming from the PMO 'Aisyiyah Community TB Care are those who have received training
on their TB treatment and supervision attached to a patient from start of treatment until
otherwise recovered. Therefore, it is recommended to choose the PMO subsequently did not
come from the family but people are more respected by patients and has received training on
TB treatment. In addition it should be made so that all the cards performance PMO PMO
activities well monitored during treatment with the patient to recover"
2016
D2180
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni`matullah
"Pembangunan kesehatan dalam PJP II ditekankan pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, sejalan dengan globalisasi dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan berkualitas yang makin meningkat. Manajemen SDM Medis memegang posisi sentral dalam manajemen rumah sakit terutama bila dihubungkan dengan kualitas pelayanan medis. Kenaikan jumlah dokter spesialis di Indonesia jauh tertinggal dari kenaikan jumlah rumah sakit, sehingga rumah sakit kekurangan tenaga dokter spesialis. Oleh karena kekurangan tenaga dokter tetap, pada umumnya rumah sakit swasta mempekerjakan dokter PNS yang bekerja di rumah sakit pemerintah sebagai dokter tamunya. Keadaan inimengakibatkan timbulnya masalah pelayanan medis baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta itu sendiri. Pola hubungan kerja dokter dengan rumah sakit swasta sangat bervariasi di berbagai rumah sakit swasta. Sampai saat ini belum ada pedoman yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola hubungan kerja tersebut. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pola hubungan kerja dokter spesialis dengan rumah sakit swasta tersebut secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara karakteristik rumah sakit swasta dan karakteristik dokter spesialis dengan pola hubungan kerja diantara keduanya di berbagai rumah sakit swasta di wilayah Jawa Barat dan Jakarta.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pola hubungan kerja sangat berhubungan dengan jenis karakteristik rumah sakit swasta dan karakteristik dokter spesialisnya. Persamaannya adalah adanya dokter tetap dan dokter tidak tetap, sedangkan perbedaannya terletak pada variasi bentuk pola dokter tidak tetap, juga pada cara pembayaran dan pembagian jasa medisnya. Peneliti menyarankan kepada rumah sakit swasta dan dokter spesialis untuk memilih pola yang sesuai dengan karakteristik rumah sakit dan dok ter spesialisnya. Dan bagi pemerintah peneliti sependapat untuk terus memotivasi rumah sakit swasta agar memiliki dokter tetap dan meningkatkan produksi dokter spesialis di masa yang akan datang.

Pattern of Relationship Between Specialist's Doctor and Private Hospital in West Java and JakartaQuality of health service become the Government priority in the development of health program in The Second Long Development Plan (PIP II). Medical Staff management has been placed in the central position in hospital management, since medical staff has a strong impact on the quality of medical services. Pattern of relationship between specialist's doctor and private hospital is not clearly described. No studies has been done on this subject yet. The study objective is to analyze the pattern of relationship between specialist's doctor and private hospital. Specifically, the study could like to describe the relationship between hospital characteristic and specialist's in private hospitals.
The study found that pattern relationship is influenced by hospital characteristic such as : type of ownership, class of hospital, establishment of hospital and bed capacity. The study suggests that private hospital should have their own full time specialist's doctors, therefore the education of specialist's doctor should be increased the near future."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdaus Ramadhan
"Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat serta bagi tenaga kesehatan Indonesia. Data TBC yang berkaitan dengan dokter gigi di Indonesia belum tersedia, bahkan di Jakarta sebagai ibu kota negara. Hingga saat ini belum ada data tingkat pengetahuan, sikap, praktik TBC serta kesediaan dokter gigi dalam merawat pasien dengan riwayat TBC. Penelitian ini akan mendeskripsikan tingkat pengetahuan, sikap, praktik serta kesediaan dokter gigi dalam merawat pasien dengan riwayat TBC. Kuesioner yang digunakan sebagai instrumen penelitian ini diterjemahkan dan dilakukan adaptasi lintas budaya kuesioner. Kuesioner disebarkan secara daring kepada dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang berpraktik di Jakarta. Sebanyak 209 responden yang terdiri dari 119 dokter gigi umum dan 90 dokter gigi spesialis. Responden memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik yang rendah terkait TBC, tetapi mayoritas responden bersedia merawat pasien dengan riwayat TBC. Dokter gigi di Jakarta perlu mendapatkan pelatihan terkait TBC sehingga nantinya akan memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan pelayanan pasien dengan riwayat TBC.

Tuberculosis (TB) is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis and a threat to the public, especially to Indonesian health workers. TB data related to dentists in Indonesia is not yet available, even in Jakarta, the nation's capital. There is also no data related to knowledge, attitudes, TB practices, and the willingness of dentists to treat patients with a history of TB. This study will describe the level of knowledge, attitude, practice, and willingness of dentists to treat patients with a history of TB. The questionnaire used as the research instrument was translated and cross-cultural adaptation of the questionnaire was carried out. Cross-sectional questionnaires were distributed online to dentists and dental specialists working in Jakarta. A total of 209 participated in this study, 119 general dentists and 90 specialist dentists. Respondents had low levels of knowledge, attitudes, and practice regarding TB, but the majority of respondents were willing to treat patients with a history of TB. Dentists in Jakarta need to receive training related to TB so that later they will have good skills in providing services to patients with a history of TB."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Malahayati Rusli Bintang
"Diabetes Melitus (DM) meningkatkan risiko terkena TB paru, terutama pada kelompok berisiko tinggi. Meskipun penemuan kasus secara aktif dan peningkatan pelaporan di fasilitas kesehatan sangat penting, namun keterlibatan sektor swasta dalam pengendalian TB masih rendah karena adanya fragmentasi dan dana yang tidak memadai. Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) adalah perangkat lunak utama untuk mencatat dan melaporkan kasus TB, namun aksesnya terbatas dan sistemnya tidak terintegrasi dengan baik. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan e-screening tool untuk mengintegrasikan skrining TB ke dalam skrining diabetes yang ada saat ini secara efisien sehingga notifikasi TB di FKTP swasta dapat meningkat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed exploratory sequential, yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif secara bertahap. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap.Di tahap pertama, dilakukan analisis faktor determinan TB pada pasien DM menggunakan data Riskesdas 2013 dan 2018. Lalu tahap 2 dilakukan analisis/evaluasi mengenai implementasi proses notifikasi TB pada FKTP swasta dan pada tahap 3, rancangan prototype e-screening tool. Pada tahap 4, uji coba protoype dilakukan di 2 di klinik di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Hasil penelitian di tahap 1 menunjukkan bahwa variabel diagnosa penyakit kanker, riwayat merokok, ketersediaan rumah sakit swasta dan ketersediaan praktik dokter/klinik secara statistik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian TB pada pasien DM. lalu dari hasil uji multivariat diperoleh hasil bahwa kanker merupakan faktor prediktif pada kejadian penyakit TB paru pada penderita DM. hasil penelitian tahap 2 menunjukkan bahwa belum semua FKTP swasta memiliki SITB mandiri yang menyebabkan pencatatan dan pelaporan kasus TB menjadi temuan milik puskesmas dimana hal ini berdampak pada rendahnya notifikasi TB di FKTP swasta. Hasil penelitian tahap 3 dan 4 menunjukkan bahwa untuk meningkatkan notifikasi TB di FKTP swasta dapat dilakukan dengan merancang e-screening tool TB dengan pendekatan kaskade TB 6T.
Dengan mengintegrasikan JKN Mobile, E-RM, P-Care dan SITB dalam bentuk partner satu sehat, serta didukung dengan SDM, sarana prasarana dan pembiayaan yang cukup diharapkan dapat meningkatkan notifikasi TB di FKTP swasta sehingga dapat menurunkan angka kematian atau angka kesakitan akibat TB pada pasien DM.

Diabetes mellitus (DM) increases the risk of developing pulmonary TB, especially in high-risk groups. While active case finding and improved reporting at health facilities are critical, private sector involvement in TB control remains low due to fragmentation and inadequate funding. The Tuberculosis Information System (TBIS) is the primary software for recording and reporting TB cases, but access is limited and the system is not well integrated. To overcome these challenges, an e-screening tool is necessary to efficiently integrate TB screening into existing diabetes screening so that TB notifications at private primary care facilities can increase.
This study used a mixed exploratory sequential approach, which combines quantitative and qualitative methods in 4 stages. In the first stage, the determinants of TB in patients with DM were analyzed using 2013 and 2018 Riskesdas data. Then in stage 2, an analysis/evaluation of the implementation of the TB notification process at private primary care facilities was carried out and in stage 3, an e-screening tool prototype was designed. Stage 4 is the pilot study of protype being carried out in 2 private clinics, at East and West Jakarta.
The results of stage 1 of the study showed that the variables of cancer diagnosis, smoking history, availability of private hospitals and availability of TB screening in DM patients were significantly associated with TB screening in DM patients. The results of the multivariate test showed that cancer was a predictive factor in the incidence of pulmonary TB disease in patients with DM. The results of phase 2 of the study showed that not all private primary health care facilities have independent SITB, which causes the recording and reporting of TB cases to be the findings of the puskesmas, thus has an impact on the low notification of TB in private primary health care facilities. The results of phase 3 and 4, showed that improving TB notification at private primary care facilities can be done by designing a TB e-screening tool with a 6T TB cascade approach.
By integrating JKN Mobile, E-RM, P-care and SITB in the form of the intergrated system of Satu Sehat, and supported by sufficient human resources, infrastructure and financing, these allow room for a better national TB control management. In this light, TB notification rate has a good potential for improvements at private primary care facilities, and thus eventually contributing to a reduction of mortality or morbidity due to TB in DM patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holie Fransiska
"Prevalensi terjadinya Tuberkulosis (TB) paru meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien (Diabetes Melitus) DM. TB dapat menyebabkan intolerasi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan melakukan evaluasi terhadap masalah terkait obat serta memberikan reomendasi penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan DM, TB, dan dispepsia. Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan dengan mengumpulkan data pasien dari rekam medis kemudian menganalisis berdasarkan metode Hepler and Strand serta merekomendasikan penyelesaian masalah yang ditemukan. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat indikasi yang tidak diterapi yaitu DM dan anemia mikrositik tanpa terapi pengobatan farmakologi. Berdasarkan hasil analisis pemantauan terapi obat pada pasien, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima hampir seluruhnya tepat indikasi. Selain itu, tidak terdapat interaksi obat dari obat-obat yang diresepkan. Namun, ditemukan indikasi yang tidak diterapi yaitu mual serta diabetes yang hanya diberikan terapi non farmakologi dengan diet, akan tetapi gula darah pasien sudah terkontrol, serta indikasi anemia mikrositik tanpa terapi.

The prevalence of pulmonary tuberculosis (TB) increases along with the increasing prevalence of DM (Diabetes Mellitus) patients. TB can cause glucose intolerance and worsen glycemic control in DM patients. The purpose of this study was to analyse and evaluate drug-related problems and provide recommendations for problem solving to improve the patients quality of life with DM, TB, and dyspepsia. Drug Therapy Monitoring (PTO) is carried out by collecting patient data from medical records, analysing it based on the Hepler and Strand methods, and recommending solutions to the problems found. Based on the results of the analysis, it was found that there were indications without therapy DM and microcytic anaemia without pharmacological treatment. Based on the results of the monitoring analysis of drug therapy in patients, it can be concluded that the treatment received was almost entirely indicated. In addition, there were no drug interactions with the prescribed drugs. However, indications were found that were not treated, namely nausea and diabetes, which were only given non-pharmacological therapy with diet, but the patient's blood sugar was controlled, as well as indications of microcytic anaemia without therapy"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marhamatunnisa
"Wilayah perkotaan identik dengan pemukiman padat, polusi udara, kualitas air yang buruk, dan tinggi angka perokoknya. Hal ini menyebabkan penduduk perkotaan banyak terjangkit masalah kesehatan, terutama penyakit pernapasan dan menular, salah satunya adalah spondilitis. Spondilitis tuberkulosis merupakan inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh infeksi sekunder dari tuberkulosis. Deformitas vertebrae merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemui dan perlu ditangani dengan pembedahan: debridement dan stabilisasi untuk mencegah masalah berlanjut kepada defisit neurologi. Intervensi mobilisasi dini dengan teknik log roll penting dilakukan guna mencegah komplikasi operasi dan cidera post stabilisasi. Evaluasi hasil intervensi klien dapat defekasi pada hari ke-7 post operasi, luka kering dan tidak infeksi, dan kekuatan otot meningkat.

Urban region is characterized by over population, air pollution, lack of water quality, and high smoker rating. These all causing inhabitant suffers from many health problems, particularly respiratory and infected disease, such as spondylitis. Spondylitis tuberculosis is inflammation in vertebrae caused by secondary infection of tuberculosis. Deformity of vertebrae is one of clinical manifestation which most found and have to solve by surgery: debridement and stabilization to prevent new problem, deficit of neurology. Early mobilization with logrolling technique is important to prevent the complication of operation and injury post stabilization. The evaluation is client defecated after 7th day post operation, wound become drying up and do not infected, and the muscle strength was increased."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audrew Johnson Budianto
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Global TB Report 2018, Indonesia mencatat 842.000 kasus TB baru pada tahun 2017, dengan kematian akibat TB mencapai 116.400. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional. PTO meliputi evaluasi pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respons terapi, Resolusi Outcome Terapi Obat (ROTD), serta merekomendasikan perubahan terapi bila diperlukan. Di RSUD Tarakan Jakarta, PTO dilaksanakan pada pasien dengan tuberkulosis paru, diabetes melitus, dan dispepsia. Proses PTO dimulai dengan seleksi pasien berdasarkan diagnosis, obat yang diresepkan, serta lama perawatan, diikuti dengan pengumpulan data rekam medis. Analisis dilakukan menggunakan metode Hepler dan Strand. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengobatan pasien sebagian besar sudah tepat indikasi dan tidak menimbulkan interaksi obat yang merugikan. Namun, terdapat beberapa indikasi yang tidak diterapi seperti hipoalbuminemia dan anemia mikrositik, serta pemilihan antibiotik yang kurang tepat berdasarkan hasil kultur laboratorium.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. According to the Global TB Report 2018, Indonesia reported 842,000 new TB cases in 2017, with TB-related deaths reaching 116,400. Drug Therapy Monitoring (DTM) is a continuous activity aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy. DTM includes the evaluation of drug selection, dosage, administration method, therapeutic response, Drug Therapy Outcome (DTO), and recommending therapy modifications if necessary. At RSUD Tarakan Jakarta, DTM is conducted for patients with pulmonary tuberculosis, diabetes mellitus, and dyspepsia. The DTM process begins with patient selection based on diagnosis, prescribed medications, and length of treatment, followed by collecting medical record data. Analysis is carried out using the Hepler and Strand method. The results of the analysis indicate that most patient treatments were appropriate for their indications and did not result in harmful drug interactions. However, there were some untreated indications such as hypoalbuminemia and microcytic anemia, as well as suboptimal antibiotic selection based on laboratory culture results.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>