Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anzany Tania Dwi Putri
"Komplikasi medis dalam perawatan gigi diprediksi meningkat seiring dengan peningkatan  usia harapan hidup. Hal ini terjadi karena banyaknya penyakit sistemik yang dikendalikan oleh pengobatan jangka panjang. Diketahuinya riwayat medis secara menyeluruh untuk menilai risiko yang dapat terjadi sebelum, selama, dan sesudah prosedur dental sangat diperlukan. Kuesioner European Medical Risk-Related History (EMRRH) merupakan kuesioner yang telah digunakan secara luas di benua Eropa sebagai alat ukur penapisan risiko medis pada pasien gigi.  Sampai saat ini di Asia, khususnya di Indonesia belum ada instrumen serupa yang digunakan. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang bertujuan untuk melakukan adaptasi lintas budaya, uji validitas dan reliabilitas, serta uji sensitivitas dan spesifisitas (dengan konfirmasi verbal oleh dokter umum dan hasil pemeriksaan medis lengkap sebagai baku emas) kuesioner EMRRH pada sampel kecil populasi Indonesia yang berada di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Sebanyak 172 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Nilai koefisien relevansi penilaian pakar ahli sebesar 0,91 dan nilai signifikansi (p) validitas konstruk dan diskriminan < 0,05. Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,79, nilai kappa inter-examiner dan intraexaminer sebesar 0,86 dan 1, dan nilai Intraclass Correlation Coeficient (ICC) sebesar 0,85. Nilai sensitivitas dan spesifisitas adalah 69,31% dan 92,20%. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kuesioner EMRRH versi bahasa Indonesia valid, reliabel, sensitif, dan spesifik untuk digunakan dalam menilai risiko medis pasien pada populasi penelitian.

Medical complications during dental treatment are increasingly predicted, since life expectancy is longer as the illness has been controlled by long term medications. A thorough medical history to measure medical risks that may occur before, during and after dental procedures is required. The European Medical Risk-Related History (EMRRH) questionnaire has been used  in Europe, to detect medical problems and determine the degree of risk. However such questionnaire has not been developed in Indonesia. Cross-cultural adaptation, validity and reliability test, and sensitivity and specificity test of EMRRH questionnaire to small Indonesian-speaking population are the purpose of this study by using cross-sectional design. In results, there were 172 respondents contributing in this study. The relevant coefficient from content validity was 0.91 with p value of contruct and discriminant validity was < 0.05. The Cronbach’s Alpha was 0.79, inter-examiner and intra-examiner Kappa were 0.86 and 1, and Intraclass Correlation Coefficient (ICC) score was 0.85. The sensitivity and specificity values were 69.31% and 92.20% with verbal confirmation by physicians and medical test results during 6 months as the gold standards. In conclusion, the Indonesian version of EMRRH questionnaire is valid, reliable, sensitive, and specific in research population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ade Rahmat Kurnia
"Pendahuluan: Selama masa pandemi, tenaga kesehatan mengalami peningkatan stresor di tempat kerja yang membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Universitas Guyana mengembangkan kuesioner SSTRESS 1 untuk mengidentifikasi stresor yang dirasakan oleh petugas kesehatan selama pandemi. Kuesioner SSTRESS 1 perlu divalidasi sebelum dapat digunakan di Indonesia.
Metode: Studi validasi dengan validasi dan adaptasi trans-kultural, proses penerjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode ISPOR. Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi Internal Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Analisis faktor dilakukan untuk menyelidiki faktor yang terbentuk dari kuesioner ini berdasarkan budaya lokal dengan >0,3 sebagai muatan minimum untuk masing-masing pertanyaan.
Hasil: Uji menghasilkan kuesioner SSTRESS 1 versi Bahasa Indonesia dengan 18 pertanyaan valid dengan Cronbach’s alpha 0,919. Enam pertanyaan dikeluarkan karena korelasi antar item < 0,03. Frustrasi, tekanan dan beban kerja adalah faktor-faktor yang menyusun kuesioner ini.
Kesimpulan: Kuesioner SSTRESS 1 Bahasa Indonesia terdiri dari 18 pertanyaan dengan 3 faktor yaitu frustrasi, tekanan dan beban kerja. Eksternal validasi menggunakan SRQ-20 menunjukkan korelasi yang positif

Background: During pandemic healthcare workers suffered from an increased stressor in their workplace which make them more vulnerable to mental health problems. University of Guyana developed SSTRESS 1  questionnaire to identify stressor perceived by healthcare workers during pandemic. SSTRESS 1 questionnaire need to be validated before it can be used in Indonesia.
Method: Validation study with trans-cultural validation, translation process to Bahasa Indonesia done with ISPOR method. Reliability test carried out with Internal consistency of Cronbach’s alpha greater than 0.6. Analysis factor conducted to investigate factor made from this questionnaire based on local culture with > 0.3 as minimum loading for each question.
Result: Test generate 18 valid questions form SSTRESS 1 questionnaire version of Bahasa Indonesia with Cronbach’s alpha 0.919. Six questions are excluded as the inter-item correlation < 0.03.  Frustration, pressure and workload are factors composed this questionnaire.   
Conclusion: SSTRESS 1 questionnaire in Bahasa Indonesia consist of 18 questions with 3 factors i.e. frustration, pressure and workload. External validation with SRQ-20 shown positive correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Bona
"Kadar testosteron pada penyalahguna narkotika lebih kecil 43 dari padalaki-laki yang bukan penyalahguna narkotika, kadar testosteron yang rendahberpotensi menimbulkan masalah fisik, psikis dan sosial.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perubahan kadar hormon testosteronpada program rehabilitasi medis penyalahguna narkotika di Balai BesarRehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia, Lido-Bogor. Desain penelitianini adalah longitudinal dengan analisis GLM-RM Generalized Linear ModelsRepeated Measure.
Hasil penelitian adalah program rehabilitasi medis pada penyalahgunanarkotika meningkatkan kadar hormon testosteron tidak dapat dibuktikan. Saranpenelitian ini adalah masih perlu penelitian lanjut dengan membutuhkan waktuyang lebih lama, bukan dilakukan pada awal rehabilitasi dan tidak setiap minggutetapi setiap bulan. Program yang dilakukan lebih bertumpu pada aktifitas fisikyang disesuaikan dengan perilaku agresif dan menyenangkan.

Testosterone levels in narcotics abusers are 43 smaller than males whoare not narcotics abusers, low testosterone levels potentially cause physical,psychological and social problems.
The purpose of this research is to know the changing of testosterone levelin medical rehabilitation program of narcotics abuser in Central RehabilitationAgency of National Narcotics Board of Indonesia, Lido-Bogor. The design of thisstudy is longitudinal with GLM-RM Generalized Linear Models RepeatedMeasure analysis.
The results of study for medical rehabilitation programs on narcoticsabusers raise the testosterone levels was not proven. This study result is suggestfor the future research needed more longer time, not start from the beginning ofrehabilitation and also not every week examination but every month. The programis based on more physical activity suitable to aggressive behavior and more fun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nur Hanifah
"Setiap pimpinan kantor dan/atau pengelola gedung diwajibkan untuk menyelenggarakan kesehatan dan keselamatan kerja perkantoran untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman serta karyawan yang sehat, selamat, bugar, berkinerja, dan produktif. Pada Instansi Kementerian Kesehatan, Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal ditugaskan untuk menyiapkan bahan koordinasi dan administrasi penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU) berkala setiap tahunnya bagi pegawai, khususnya pejabat mengingat peranan strategisnya dalam organisasi. Namun dalam penyelenggaraanya, partisipasi pejabat untuk melaksanakan MCU belum optimal yang disebabkan prosedur penjadwalan yang masih manual pencatatan dan pelaporannya sehingga tidak efektif, data tidak akurat, keterlambatan informasi hasil MCU. Hal ini berdampak pada kualitas data yang kurang sehingga informasi tidak dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghilangkan kesalahan pencatatan dan pelaporan yang selama ini masih manual dalam penyelenggaraan MCU pejabat Kementerian Kesehatan melalui perancangan prototipe Aplikasi MCU. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus melalui pengembangan sistem prototipe. Hasil luaran penelitian ini adalah rancangan prototipe aplikasi MCU Pejabat Kementerian Kesehatan berbasis mobile app. Disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi melalui pengembangan aplikasi MCU Pejabat Kementerian Kesehatan dapat menghilangkan kesalahan pencatatan dan pelaporan yang selama ini masih manual dalam penyelenggaraan MCU Pejabat Kementerian Kesehatan.

Every office leader is required to organize occupational health and safety to create a healthy, safe, and comfortable office and employees who are healthy, safe, fit, performing and productive. At the Ministry of Health, the Personnel Bureau is assigned to prepare coordination and administrative materials for the implementation of periodic medical check-ups (MCU), especially officials considering their strategic role in the organization. However, the participation of officials in implementation hasn’t been optimal due to the scheduling procedure which is still manual for recording and reporting so that it is ineffective, inaccurate data, delay in the information on the results. The purpose of this study is to eliminate errors in recording and reporting that have been manual in the implementation of MCU through designing prototype of the MCU application. The method used in this research is a qualitative method with case study design through the development of prototype system. The output of this study is a mobile app-based design of the MCU application prototype. It is concluded that the use of information technology through the development of the MCU application can eliminate recording and reporting errors that have been manual in the implementation of MCU officials for the Ministry of Health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Agus Santoso
"Salah satu program manajemen risiko di rumah sakit yang sedang tren dalam rangka peningkatan mutu adalah Program Keselamatan Pasien (Patienf Safey). Kesadaran safety tentang faktor manusia pada industri rumah sakit mulai banyak menjadi perhatian. Perhatian tersebut tidak hanya dari pemerintah namun juga sektor swasta dan beberapa badan akreditasi mutu yang independen.
Setiap sistem pelaporan keselamatan pasien di setiap organisasi memiliki taksonomi baik secara implisit maupun eksplisit. Peneliti mengkaji taksonomi dari Badan Kesehatan WHO (World Health Organization), Badan Akreditasi JCAHO (Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization), dan KKPRS-Persi (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pehimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) terutama taksonomi tentang medical error.
Dengan mengetahui bentuk-bentuk taksonomi tersebut, peneliti membual taksonomi yang baru untuk RS XYZ, dengan tujuan memudahkan Para Pembuat Kebijakan RS XYZ melakukan mitigasi. Setelah dilakukan wawancara mendalam dan studi kasus kepada Para Pengambil Kebijakan, taksonomi medical error yang ditawarkan oleh peneliti disetujui untuk dilakukan penerapan. Dan penelitian ini menyimpulkan bahwa taksonomi medical error yang baru berdasarkan framework James Reason untuk RS XYZ secara umum bisa mempermudah analisis dan mengambil tindakan. Peneliti pun mcnyarankan perlunya dukungan dari Pemerintah dalam hal ini Departemcn Kesehatan untuk penerapan taksonomi medical error di rumah sakit di Indonesia.

One of risk management program in hospital that in-trend for quality improving is Patient Safety. Safety awareness especialb/ human factor awareness is in attention in healthcare industry. The attention is not only from Government but also from private sector and independent accreditation bony.
All patient safety reporting system in every orgameation has taxonomy jar implicit or explicit. Researcher assess the taxonomy from World Health Organization, Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization, and from National Patient Sakty Committee KKPRS-Persi Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pehimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) especialbt in medical error taxonomy.
In knowing the taxonomiesjbrm, taxonomy model was made jbrXYZ Hospital with goal jbr making mitigation easibi by the XYZ Hospital Policy Maker. The methodology is in-depth interview and qualitative case stua§/ to the policy maker; and the result is medical error taxonomy that it is proposed have been agreed by policy maker to implement. And this research concluded the new medical error taxonomy that based on James Reason framework can make anabze easibt to mitigation. Researcher also suggest to government especiality Department of Health for medical error taxonomy implementation in hospital in Indonesia.
"
Universitas Indonesia, 2009
T33832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Rozanti Basyar
"Disfagia merupakan ketidakmampuan menelan dengan cara yang aman dan efisien, yang dihasilkan dari berbagai kondisi medis. Identifikasi awal gangguan menelan sangat penting untuk dilakukan karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti dehidrasi, malnutrisi, dan pneumonia aspirasi. Gugging Swallowing Screen (GUSS) merupakan suatu alat uji penapisan disfagia yang menggunakan 3 konsistensi berbeda untuk ditelan (semisolid, cair dan padat). Instrumen ini memungkinkan penilaian bertahap dari kemampuan menelan, memprediksi tingkat keparahan disfagia, dan memungkinkan rekomendasi tekstur diet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen GUSS yang diadaptasi dan diterjemahkan kedalam budaya dan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik RSCM dari 1 Oktober 2021 hingga 31 Desember 2021. Metode yang digunakan adalah desain potong lintang dengan sampel berjumlah 47 orang. Uji kesahihan konstruk dinilai dengan menghitung nilai r hitung pada corrected item total correlation yang berkisar antara 0,502-0,913 dengan rerata 0.783. Nilai keandalan GUSS didapatkan dari uji konsistensi internal, uji test-retest, serta inter-rater. Nilai konsistensi internal koefisien Cronbach’s α keseluruhan 0,939, sedangkan nilai masing-masing subtes 0,939 pada tes menelan tidak langsung, 0,793 tes menelan langsung. Uji test-retest dengan waktu minimum dari 1 uji ke uji berikutnya adalah 2 jam, didapatkan nilai intraclass correlation coefficient (ICC) 0,939 (95% confidence interval 0,910 – 0,962). Perhitungan uji statistik Kappa antar dua pemeriksa berdasarkan total item didapatkan nilai koefisien к=0,789 (p<0,001). Berdasarkan proses translasi, adaptasi bahasa, uji kesahihan dan keandalan maka dapat disimpulkan GUSS versi bahasa Indonesia merupakan instrumen yang sahih dan memiliki keandalan yang baik antara rater untuk digunakan sebagai alat uji penapisan tingkat keparahan disfagia di Indonesia.

Dysphagia is the inability to swallow safely and efficiently, resulting from various medical pathologies. Early identification of swallowing disorders is very important because it can cause complications such as dehydration, malnutrition, and aspiration pneumonia. Gugging Swallowing Screen (GUSS) is a dysphagia screening tool that uses 3 different consistencies to be swallowed (semisolid, liquid and solid). This instrument allows a stepwise assessment of swallowing ability, predicts the severity of dysphagia, and allows recommendations for dietary texture. This study aims to examine the validity and reliability of the GUSS instrument which was adapted and translated into Indonesian culture and language using the WHO guideline. This research was conducted at the RSCM Medical Rehabilitation Department Polyclinic from 1 October 2021 to 31 December 2021. The method used was a cross-sectional design with a sample of 47 people. The validity test was assessed by calculating the value of corrected item total correlation 0.783(95% confidence interval 0.502-0.913). The reliability test of GUSS is obtained from internal consistency, test-retest, and inter-rater tests. The overall internal consistency value of Cronbach's α coefficient is 0.939, while the value of each subtest is 0.939 on the indirect swallowing test, 0.793 on the direct swallowing test. Test-retest test with a minimum time from 1 test to the next test is 2 hours, obtained an intraclass correlation coefficient (ICC) value of 0.939 (95% confidence interval 0.910 – 0.962). Calculation of the Kappa statistical test between two examiners based on total items obtained a coefficient value of к=0.789 (p<0.001). Based on the translation process, language adaptation, validity, and reliability tests, it can be concluded that the Indonesian version of the GUSS is a valid instrument and has good reliability among raters to be used as a screening test tool for the severity of dysphagia in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Viera Sarah Maghfiroh
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai evaluasi pencapaian tujuan dan dampak keberlanjutan kegiatan pelatihan bagi youth ambassador periode September 2015 ndash; Juni 2016 dalam Proyek Pengurangan Risiko Bencana di Perkotaan pada Program Disaster Risk Reduction oleh Plan International Indonesia dan Yayasan Tanggul Bencana Indonesia di Kelurahan Duri Utara dan Kota Bambu Utara, Jakarta Barat serta Kelurahan Klender, Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif pada tahap outcome dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa beberapa kegiatan yang terkait dalam outcome 3 belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga proyek ini belum berdampak secara optimal di masyarakat.

ABSTRACT
This paper discusses about the evaluation of goal achievement and sustainability outcomes of training activities for youth ambassador period September 2015 ndash June 2016 in Urban Disaster Risk Reduction Project, Disaster Risk Reduction Program by Plan International Indonesia and Yayasan Tanggul Bencana Indonesia in Kelurahan Duri Utara and Kota Bambu Utara, West Jakarta, and Kelurahan Klender, East Jakarta. This research is evaluative research in outcomes phase with qualitative methods through in depth interview, observation, and literature studies. Evaluation results show that some of the activities related to outcome 3 have not reached the goal, so this project has not impacted optimally in communities."
2017
S66751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winkelman, Chris
Cleveland, Ohio: Elsevier, 2013
610.73 WIN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Susilo Joko
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan otot rangka merupakan gangguan yang paling sering dialami oleh pekerja VDT yang salah satu faktor risikonya adalah posisi kerja yang tidak ergonomis. Untuk menilainya dapat dilakukan secara subjektif dengan suatu kuesioner yang valid supaya hasilnya yang diperoleh dapat akurat. Oleh karena itu, kami melakukan uji validasi dan reliabilitas terhadap VICO DSE Checklist sebagai instrumen penilai bahaya pajanan ergonomi pekerja VDT di kantor.
Metode : Penelitian potong lintang dengan mengambil data dari pekerja kantor Jakarta VICO Indonesia Desember 2013 – Januari 2014 dan menggunakan data sekunder VICO DSE checklist pada bulan Agustus 2013. Dikumpulkan karakteristik dari subjek penelitian, dan dilakukan analisis uji validasi dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan Cronbach alpha.
Hasil : Dilakukan proses back translate-translate kuesioner VICO DSE Checklist, diskusi dengan tim panel, dan proses cognitive debriefing sehingga didapatkan kuesioner VICO DSE Checklist berbahasa Indonesia yang final. Terdapat 154 responden yang mengikuti penelitian ini dan hasilnya dibandingkan dengan data VICO DSE Checklist yang didapatkan pada bulan Agustus 2013. Hasil perhitungan korelasi product moment terhadap VICO DSE Checklist didapatkan hasil 15 butir pertanyaan tidak valid dan perlu dilakukan revisi serta 23 pertanyaan yang siap dipergunakan. Uji reliabilitas mendapatkan hasil yang baik dengan koefisien Cronbach alpha 0.715-0.815.
Kesimpulan : VICO DSE checklist masih dapat digunakan untuk menilai pajanan ergonomis namun disertai catatan penjelasan khusus serta wawancara terarah pada pertanyaan yang kurang valid.

ABSTRACT
Background : Musculoscleteal disorder is the common disorder in VDT worker. One of the risk factor is unergonomical working position. We can evaluate the working position subjectively by valid checklist so we can get the accurate result. Therefore we will conduct validity and reliability test of VICO DSE Checklist as ergonomic hazard screening tool for VDT worker in the office.
Method : This was a cross sectional study performed by data collection from VICO Indonesia Jakarta office worker in December 2013-January 2014. Variable analyzed were characteristics of the subjects, validity test using Pearson’s product moment, and reliability test using Cronbach alpha.
Result : This study conducted back translate – translate process for VICO DSE Checklist, discussion with panel team, and cognitive debriefing process so it produced final VICO DSE Checklist Indonesian version. One hundred and fifty four subject was recruited and the result was compared to VICO DSE Checklist result done in August 2013. The product moment corelation of VICO DSE Checklist found that 15 questions are not valid and must be revised and 23 questions were able to used direclty in the questionnaire. Reliability test found good internal consistency with Cronbach alpha coefisien 0.715-0.815.
Conclusion : VICO DSE checklist can still be used as a ergonomic screening tool when it is conducted through guided interview with special note to unvalid questions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Herlina
"ABSTRAK
Penelitian ini berisi gambaran EWS pada 6-8 jam sebelum kejadian code blue atau kegawatan medis yang terjadi di ruang rawat. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat dewasa gedung A RSUPN CM. Populasi penelitiannya adalah seluruh klien dewasa yang dirawat di ruang rawat gedung A.Sampel yang diambil adalah klien dewasa yang mengalami code blue.Desain penelitianyang dibuat adalah berupa deskriptif dan bersifat retrospektif. Data yang dikumpulkan diperoleh dari status klien. Berdasarkan penelitian sebelumnya deteksi dini yang dilakukan sangat berguna untuk mengurangi resiko munculnya henti jantung Duncan Mc Mulan, 2012 . Oleh karena itu maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul ldquo;Gambaran Early Warning Score 6-8 jam Sebelum Kejadian Code Blue atau Kegawatan Medis Di Ruang Rawat Dewasa Gedung A RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo rdquo.

ABSTRACT
The prevalency of code blue and mortality in the hospital was being increased.because of that needed a standard to decrease mortality. One of the standard is EarlyWarning Score. The aim of this research was to know description of early warningscore 6 8 hours before code blue in general ward. The sample was 86 clients thathave code blue. The design was descriptive retrospektif. The data analysis wasunivariat. The result show that characteristic median age was 48, median length ofstay of 7 days, the gender male 48. The most of medical diagnosis are cancer andleukemia 22. The reason of emergency calling almost was respiratory distress48 55,8 . TMRC action in form of CPR 38, monitoring clinical clients post codeblue were ICU ICCU HCU 36. The most category of early warning score was yellow32. Based on this result shows that monitoring using early warning score tool shouldbe done early, in order to decrease emergency calling in general wards."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>