Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsal
"LATAR BELAKANG Tumor otak dapat menyebabkan gangguan psikologik, fisik, dan sosial. Depresi merupakan salah satu dari sekian banyak Manifestasi psikiatrik pada penderita tumor otak. Perkiraannya sangat bervariasi, studi yang dilakukan oleh David KW (2002) dengan menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder edisi ke IV (DSM IV) didapatkan prevalensi depresi pada penderita tumor otak sebesar 28%. Dan Guy Pelletier (2002) menemukan prevalensi depresi pada penderita tumor otak 7,9% sampai 39%. Depresi dapat mempercepat progresifnya kanker dan mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan letak tumor otak dengan depresi. METODE Penelitian ini dilakukan dengan sistem potong lintang deskriptif ; analiljk pada 46 penderita tumor otak primer. Kemudian dilakukan pemeriksaan NP I dengan menanyakan sesuai kuesioner NP I pada caregiver. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik neurologik dan melihat hasil pemeriksaan CT scan otak I MRI. HASIL Dari 46 penderita tumor otak didapatkan 21 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Usia kurang dari 40 tahun 19 orang dan 40 tahun ke atas 27 orang. Mengalami keluhan sakit kepala 39 orang dan muntah 19 orang. Didapatkan 20 penderita (43,4%) mengalami depresi dengan rincian depresi sedang 50%, depresi berat 35% sisanya depresi ringan 15%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, sakit kepala dan muntah. Hubungan depresi dengan letak lesi : dari 20 penderita dengan lokasi tumor di hemisfer kinan didapatkan 6 orang (30%) mengalami depresi. Sedangkan dari 26 penderita dengan lokasi tumor di hemisfer kidal mengalami depresi 14 orang (53,8%). KESIMPULAN Penderita dengan tumor di hemisfer kidal mempunyai risiko 2,722 kali untuk mengalami depresi dibanding dengan di hemisfer kinan Tapi pada uji statistik tidak terdapat hubungan berrnakna antara lokasi tumor dengan depresi pad a penderita tumor otak.

BACKGROUND Brain tumor may result in physical, social and psychological disorders. Depression as one of some psychiatric manifestation with patient who had brain tumor. Approximately, it highly varied, study worked by David KW (2002) using Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, fourth - edition (DSM IV) had found depression prevalence of brain tumor of 28%. And Dan Guy Pelletier (2002) discovered prevalence with brain tumor victims from 7,9% through 39%. Progressively, depression may accelerate cancer and mortality. This research is aimed at knowing correlation among brain tumor location with depression. METHOD This research is conducted by descriptive and analytical cross section system to 46 victims of primary brain tumor. Subsequently, it is conducted NP I examination by asking according to ·NP I questioner to caregiver. Then, physically, it had been conducted neurolqgical examination and see brain CT scan assessment I MRI. RESULTS . From 46 brain tumor victims had been discovered 21 males and 25 females. Less than 40 years old is. 39 and more than 40 years old is 27 persons which of 39 . persons had headache and 19 person vomited. It is found that which of 20 victims {43.4%) had depression comprising middle depression is 50%, heavy depression is 35% and its residue (15%) is mild depression. Significantly, there was no correlation among gender, age, headache and vomit. Correlation among depression and lesion location : From 20 victims with tumor location at right hemisphere had been found 6 victims (30%) had depression. Whereas 26 victims with tumor location at left hemisphere which of 14 victims (53.8%) had depression. CONCLUSION Victims who had tumor at -left hemisphere had 2.722 fold had depression than who had tumor in left hemisphere. But, Significantly, from statistical test there was ·no correlation among tumor location and depression to brain tumor victims."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamida Fatimah Zahra
"Diabetes melitus dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian berbagai jenis kanker pada banyak studi. Namun demikian, hubungan nya dengan risiko tumor otak masih kontroversial. Beberapa studi menunjukkan adanya korelasi positif, negatif, atau bahkan tidak sama sekali antara keduanya. Tumor otak tidak menyumbang pada sebagian besar kasus kanker, tetapi memiliki tingkat mortalitas yang tinggi dengan rata-rata kelangsungan hidup yang rendah, sementara terapi masih sangat terbatas. Penulisan review ini bertujuan untuk menilai hubungan antara diabetes melitus dengan risiko tumor otak dan kaitannya dengan kelangsungan hidup pasien, serta melihat potensi terapi antidiabetes terhadap tumor otak. Review bersifat sistematik berdasarkan acuan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) tahun 2009 dan menggunakan pendekatan kualitatif. Pencarian literatur dilakukan pada Oxford Journals, ProQuest, PubMed, ScienceDirect, Scopus, SpringerLink, dan Wiley, serta melalui daftar referensi pada artikel terkait. Hasil pencarian didapatkan delapan artikel yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan analisis pada artikel tersebut, perbedaan hubungan antara diabetes melitus dengan tumor otak dapat terjadi akibat sub kelompok yang berbeda, yaitu jenis kelamin, ras, serta jenis studi. Tingginya nilai HbA1c dapat dijadikan prediktor bagi kelangsungan hidup yang lebih rendah. Meskipun hasil ini tidak bersifat independen, kontrol glikemik merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tumor otak. Terkait hubungannya dengan terapi antidiabetes, metformin menunjukkan adanya potensi sebagai terapi adjuvan bagi pasien tumor otak dikarenakan meningkatkan kelangsungan hidup yang lebih lama pada pasien glioma stadium III dibandingkan dengan insulin dan sulfonilurea, adanya potensi efek antiproliferatif pada sel glioma, dan tidak menyebabkan hipoglikemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Yueniwati PW
"buku ini membahas tentang bahaya tumor otak dan peranan pencitraan dalam otak."
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017
616.99 YUY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Satria Pratama
"Perkembangan zaman telah banyak mengubah gaya hidup manusia saat ini sehingga menimbulkan banyak permasalahan penyakit degeneratif. Tumor otak merupakan salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai. Dalam penanganan kasus tumor otak, diperlukan pemindaian kepala menggunakan MRI, CT-Scan, dan beberapa metode pencitraan lainnya. Namun demikian, biaya penggunaan perangkat ini dirasakan cukup mahal bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, perangkat MRI dan CT-Scan cukup besar dan membutuhkan perlakuan khusus. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi pencitraan tumor otak yang mudah dan murah, salah satunya menggunakan gelombang mikro. Penggunaan antena untuk transmisi dan penerimaan gelombang mikro pada aplikasi pencitraan tumor otak ini bekerja pada rentang frekuensi yang sangat panjang, yaitu 3,1 - 10,6 GHz. Pemilihan rentang frekuensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi citra yang dihasilkan, ukuran yang efektif, dan efisiensi daya. Antena yang akan dirancang bangun adalah antena dipol tercetak dengan teknik pencatuan pandu gelombang koplanar. Untuk mengetahui karakteristik antena pada saat diaplikasikan pada tubuh manusia, digunakan media phantom model kepala manusia. Antena telah disimulasikan pada ruang bebas dan phantom model kepala manusia di rentang frekuensi 3,1-10,6 GHz. Berdasarkan hasil pengukuran pada ruang bebas dan kepala seorang sukarelawan, antena telah bekerja dengan baik pada rentang frekuensi 3,1-10,6 GHz tersebut. Pola radiasi diukur pada tiga bidang utama pola radiasi antena, yaitu bidang-xy, -yz, dan -xz pada frekuensi-frekuensi tertentu, yakni 3,1 GHz, 5,8 GHz, 7,5 GHz, dan 10,6 GHz.

The times have changed people’s lifestyle so there are so many degenerative disease cases around the world. Brain tumour is one of degenerative diseases that have been concerned by doctors and researcher to be investigated. In case of brain tumours, the doctors usually do head scanning on the patient using MRI, CT-Scan, and other common techniques. Even though those techniques provide accurate and high resolution result, however cost of the MRI or CT-Scan is still high for Indonesian people generally. Therefore it is necessary to develop new brain imaging techniques that is easy to operate, inexpensive and non-invasive by using microwaves. The use of antenna for transmitting and receiving microwaves on brain imaging application is working at ultra wide band frequency range, which is at 3.1 to 10.6 GHz. The selection of this ultra wide band is aimed to increase the image resolution, to minimize the antenna’s size and to make the power efficiently. The proposed antenna is a printed dipole with coplanar waveguide feeding. This research uses head equivalent phantom to investigate characteristics of the antenna when exposed to head. The antenna has been simulated in free space and head equivalent phantom at 3.1 GHz to 10.6 GHz. Based on measurement results in free space and on a volunteer’s head, it can be investigated that the antenna has worked properly at 3.1 GHz to 10.6 GHz as desired. The radiation patterns have been measured on three main planes, they are -xy, -yz, and -xz at selected frequencies 3.1 GHz, 5.8 GHz, 7.5 GHz and 10.6 GHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Prastiana Dewi
"Tujuan: Mengetahui kualitas hidup pasien anak dengan tumor otak yang telah
menjalani radioterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo berdasarkan PedsQL™ 4.0 skala generik serta mengetahui
kesintasannya serta faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas. Metode:
Dilakukan studi dengan desain potong lintang yang melibatkan 88 pasien dan sebanyak
26 diantaranya turut serta dalam penilaian kualitas hidup dengan menggunakan
instrumen Pediatric Quality of Life Infentory (PedsQL™) 4.0 skala generik. Hasil: Dari
88 pasien yang terlibat dalam penelitian ini, sebanyak 31 pasien loss to follow up, 28
pasien terkonfirmasi meninggal, dan 29 pasien terkonfirmasi hidup. Kesintasan (OS) 1
tahun, 3 tahun, dan 5 tahun beturut-turut sebesar 71,6 %, 43,2%, dan 5,7%. Lokasi
tumor infratentorial dan usia yang lebih muda pada saat diagnosis merupakan faktor
risiko yang dapat meningkatkan mortalitas pada pasien anak dengan tumor otak pasca
radioterapi dengan nilai p 0,044 dan 0,036. Nilai rerata kualitas berdasarkan laporan
anak dan laporan orang tua PedsQL™ 4.0 skala generik adalah sebesar 70,686 dan
70,152. Penghasilan keluarga ≥ Rp 4.200.000,00 merupakan faktor yang meningkatkan
kualitas hidup anak dengan tumor otak pasca radioterapi (p=0,008). Kesimpulan:
Kualitas hidup pada pasien anak dengan tumor otak pasca radioterapi dapat dipengaruhi
oleh faktor sosioekonomi yaitu penghasilan keluarga. Lokasi tumor dan usia yang lebih
muda saat didiagnosis dapat meningkatkan risiko mortalitas.

Aims: This study was aimed to show the quality of life in children with brain tumor
after radiotherapy in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital based on
PedsQL™ 4.0 generic core scale. This study was also aimed to show the overall
survival and mortality risk factors. Methods: This cross-sectional study consisted of 88
children with brain tumor after radiotherapy. There were 26 of 88 children assessed by
PedsQL™ 4.0 generic core scale. Results: Of the 88 patients involved in this study, 31
patients lost to follow-up, 28 patients were confirmed dead, and 29 patients were
confirmed alive. One year, 3 years, and 5 years overall survival were respectively
71.6%, 43.2%, and 5.7%. Infratentorial tumor location and younger age at diagnosis
were risk factors that can increase the incidence of mortality (p= 0.044 and 0.036).
Children’s quality of life were 70.686 and 70.152 based on PedsQL ™ children and
parents' reports. Family income ≥ IDR 4,200,000.00 was a factor that improved the
quality of life in children with brain tumors after radiotherapy (p = 0.008). Conclusion:
Quality of life in pediatric patients with brain tumor after radiotherapy could be
influenced by family income. The location of the tumor and the younger age at diagnosis could increase the risk of mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entin Prakartini
"Anak yang terdiagnosis tumor otak menyebabkan orang tua mengalami reaksi psikologi, sosial dan spiritual akibat pengobatan dan perawatan yang panjang dan lama. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman psikososial dan spiritual pada orang tua yang memiliki anak dengan tumor otak. Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan terhadap 11 orang tua dari anak-anak penderita tumor otak di sebuah rumah sakit pusat kanker di Jakarta, Indonesia dan dilakukan secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi dan menghasilkan lima tema yakni 1) beragam respon orang tua saat awal-awal diagnosis; 2) tantangan besar dalam menjalani pengobatan dan perawatan anak; 3) kedekatan dengan Yang Maha Kuasa dan dukungan spiritual; 4) munculnya harapan dan dukungan dari berbagai pihak; 5) keihklasan dan terus berupaya untuk kesembuhan anak. Peran tenaga kesehatan dan khususnya perawat dibutuhkan untuk mengidentifikasikan kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dibutuhkan orang tua selama menjalani pengobatan dan perawatan anak dan langkah selanjutnya berkolaborasi dengan semua pihak yang terkait dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut.  

Children diagnosed with brain tumors causes parents to experience psychological and spiritual reactions due to long and lengthy treatment and care. This research aims to explore the psychosocial and spiritual experiences of parents who hava children with brain tumors. Qualitative descriptive research was conducted on 11 parents of children with brain tumor at a cancer center hospital in Jakarta, Indonesia and carried out purposive sampling. Data was collected through semi-structured interviews and analyzed using Colaizzi method and produced five themes, namely 1) various parental responses at the beginning of the diagnosis; 2) big challenges in undergoing treatment and caring for children; 3) closeness to the Almighty and spiritual support; 4) the emergence of hope and support from various parties; 5) sincerity and continuing efforts for the child’s recovery. The role of health workers and especially nurses is needed to identify the  psychological, social and spiritual needs that parents need while undergoing treatment and child care and the next step is to collaborate with all related parties in effort to meet these needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Ade Fidiawati
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Karsinoma ovarium merupakan salah satu keganasan yang sangat penting karena menempati urutan ke empat penyebab kematian pada wanita. Di Indonesia dari tahun 1989-1992 terdapat 13% karsinoma ovarium dalam 1.726 kasus. Diagnosis histopatologik memegang peranan penting dalam penanganan tumor ovarium. Saat ini yang masih sering menimbulkan masalah diagnostik adalah membedakan antara tumor borderline dengan kistadenokarsinoma padahal penanganan dan prognostiknya berbeda. AgNOR merupakan salah satu cara penilaian proliferasi dengan menghitung nucleolar organizer region (NOR) yang merupakan lengkung DNA ribosom yang ditranskripsikan menjadi RNA ribosomal dengan bantuan RNA polimerase. Jumlah dan ukuran AgNOR berkorelasi dengan aktivitas proliferasi sel. Peningkatan nilai AgNOR mencerminkan peningkatan aktivitas proliferasi sel atau ploidi. Pada penelitian ini, nilai AgNOR digunakan untuk melihat hubungannya dengan derajat histopatologik tumor ovarium musinosum. Penghitungan nilai AgNOR dilakukan pada 20 kasus kistadenoma, 20 kasus tumor borderline dan pada 20 kasus kistadenokarsinoma dengan dua cara, yaitu rata-rata jumlah AgNOR per nukleus (mAgNOR) dan persentase nukleus dengan AgNOR>1, >2, >3 dan >4 (pAgNOR).
Hasil dan kesimpulan: Dari penelitian ini diperoleh nilai mAgNOR dan pAgNOR meningkat dan kistadenoma, tumor borderline dan kistadenokarsinoma (masing-masing 2,14; 3,55 dan 5,18). Nilai pAgNOR pada karsinoma lebih tinggi daripada nilai pAgNOR pada kistadenoma dan pada tumor borderline (pAgNOR>1 pada kistadenoma 69,55%; pada tumor borderline 964% dan pada kistadenokarsinoma 99,95%). Dengan menggunakan analisis varian didapatkan perbedaan bermakna di antara ke tiga jenis tumor tersebut (p=0,00). Dan dengan uji korelasi diperoleh hubungan yang sangat kuat antara nilai AgNOR dan derajat histopatologik tumor ovarium musinosum. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai AgNOR dapat digunakan untuk membedakan antara kistadenoma ovarium musinosum, tumor borderline dan kistadenokarsinoma.

Ovarian carcinomas are one of the most important malignant tumors because it had become the fourth most common cause of female cancer death. In Indonesia from 1989 to 1992, more than 13 % of 1.726 cancer cases were ovarian carcinomas. Histopathologic diagnostic become an important role in treatment of ovarian tumors. However, the main problem in histopathologic diagnostic the difficulties in differentiating ovarian cystadenocarsinomas and borderline tumors. Application of objective method is therefore necessary for the differential diagnosis. Nucleolar organizer region (NOR) are loops of DNA on the short arms of acrocentric chromosomes that presumably are associated with ribosomal RNA activity, protein synthesis and cellular proliferation. NOR are readily demonstrated by means of argyrophilia of their associated proteins, using the so-called AgNOR technique. Increased number of AgNOR may reflect increased proliferative activity of cell or ploidy, i.e., the count of AgNOR per nudeus was higher in malignant than in benign tissues. In this study, the authors tested AgNOR counting method for their ability to discriminate between benign tumour, borderline tumor and carcinoma and to see correlation between histopathologic grades of mutinous ovarian tumors with AgNOR counts. Selective cases of 20 cases cystadenomas, 20 cases of borderline tumors and 20 cases of cystadenocarsinomas were evaluated by 2 AgNOR counting method: 1) the mean number of AgNORs per nucleus (mAgNOR) and 2) the percentages of nuclei with >1, >2, >3 and >4 AgNORs (pAgNOR>1, pAgNOR>2, pAgNOR>3 and pAgNOR>4, respectively).
Result and conclusion: mAgNOR counts demonstrated a progressive increase from cytadenomas to borderline tumours and to cystadenocarcinomas (2,14; 3,55 and 5,18, respectively). pAgNOR counts were higher in carcinoma than in cystadenoma and in borderline tumors (in adenoma, 69.55% have pAgNOR>1, while in borderline and in carcinoma were 96,1% and 99,55%, respectively). Using analysis of variance, both AgNOR counts enabled significant discrimination between cystadenoma, borderline tumours and carcinoma (13=0, 00). The AgNOR counts show statistically significant correlation with histopathological grade of mucinous ovarian tumors. The result indicates that the AgNOR counting procedure may be useful in distinguishing borderline tumours from cytadenocarcinoma and cystadenoma mutinous of ovary.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karsinoma ovarium merupakan salah satu keganasan yang sangat penting karena menempati urutan ke empat penyebab kematian pada wanita....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Rahman Sholeh
"ABSTRAK
Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbanyak dan otak termasuk salah satu organ yang rentan terkena kanker. Deteksi dini tumor otak dapat mengurangi resiko terkena kanker. Scanner seperti Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah alat yang digunakan deteksi dini dan diagnosis tumor otak. Namun, modalitas tersebut berbiaya tinggi, berukuran besar, dan memiliki efek samping terhadap kesehatan. Pencitraan gelombang mikro menawarkan metode pemindaian tumor untuk deteksi dini dengan biaya rendah, ukuran kecil, dan risiko rendah terhadap kesehatan. Compressive Sensing (CS) memungkinkan rekonstruksi citra gelombang mikro dengan data yang sparse. Penelitian ini mengusulkan pengembangan Compressive Sensing dengan Low-Rank Compressive Sensing. Penelitian menunjukkan bahwa metode Low-Rank CS dapat memberikan hasil rekonstruksi yang sama, bahkan lebih baik secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan metode Simultaneous Algebraic Reconstruction Technique (SART), CS murni, maupun CS dengan regularisasi Total Variation (TV). Parameter kualitatif diukur dengan perbandingan visual dan kontur aktif dari citra yang direkonstruksi, sedangkan parameter kuantitatif diukur dengan MSE dan SSIM. Penelitian ini juga telah merancang dan membuat sebuah framework yang mengemas metode Low-Rank CS. Framework tersebut merupakan komponen controller dan image reconstructor untuk produk pendeteksi tumor otak portabel berbasis gelombang mikro yang bersifat open source dan universal (multi-plartform).

ABSTRACT
Cancer is one of the leading causes of death and the brain is one of the organs vulnerable to cancer. Early detection of brain tumors can reduce the risk of cancer. Scanners such as Computed Tomography (CT) Scan and Magnetic Resonance Imaging (MRI) are tools for early detection of brain tumors. However, those modalities are high cost, big size, and has a side effect risk to health. Microwave imaging offers a novel cancer scanning method for early detection with low cost, small size, and low risk to health. The Compressive Sensing (CS) enables the reconstruction of microwave images with a sparse data. This research proposes the development of Compressive Sensing with Low-Rank Compressive Sensing. Experiment shows that the Low-Rank CS method can give the same, even better qualitatively and quantitatively reconstruction results compared to the Simultaneous Algebraic Reconstruction Technique (SART), pure CS, as well as CS with Total Variation (TV) regularization. Qualitative parameters are measured by visual comparison and active contours of the reconstructed image, while quantitative parameters are measured by MSE and SSIM. This research also designed and created a framework that packs the Low-Rank CS methods. The framework is a component of the controller and image reconstructor for a portable microwave-based brain tumor detector products that are open source and multi-platform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Idham Muchlis
"Tumor otak merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang berasal dari dalam otak atau yang menyokong struktur otak. Batasan tumor otak adalah pertumbuhan sel akan berproliferasi yang akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya dan terjadi perubahan suplai darah. Apabila tumor terus berkembang menyebabkan terjadinya gangguan neurologis dan peningkatan tekanan intrakranial, yang pada akhirnya akan menyebabkan nekrosis jaringan otak. Masalah kesehatan yang dimiliki Tn. A adalah :nyeri kepala. Diagnosa utama yang dibahas oleh penulis dan menjadi fokus dalam karya ilmiah ini adalah diagnosa nyeri akut akibat peningkatan tekanan intrakranial. Implementasi keperawatan dilakukan pada Minggu ke1. Penulis hanya akan memaparkan implementasi untuk diagnosa nyeri dengan intervensi yang diberikan yaitu teknik relaksasi dan nafas dalam. Nyeri kepala akibat tumor otak merupakan masalah yang cukup serius dan memerlukan perhatian khusus karena selain dapat menimbulkan gangguan neurologis yang cukup serius.

Brain tumor is an abnormal growth of cells derived from the brain or brain structures that support. Limitation of brain tumor is a growth of cells will proliferate will continue to evolve urge the surrounding healthy brain tissue and blood supply changes. If the tumor continues to grow causing neurological disturbances and increased intracranial pressure, which in turn will lead to necrosis of the brain tissue. Mr. owned health problems. A are: headache. The main diagnoses were discussed by the authors and the focus of this paper is the diagnosis of acute pain due to increased intracranial pressure. Implementation of nursing conducted on Sunday the 1st. The author will only describe the implementation of the intervention for pain diagnosis given the relaxation and deep breathing techniques. Headache due to brain tumor is a serious problem and requires special attention because in addition can cause a serious neurological.disorder."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>