Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayuningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia terhadap pangan pokok sumber karbohidrat pada tahun 1987 dan tahun 2009 serta menganalisis komoditas apa saja yang dapat mensubstitusi beras sebagai makanan pokok sumber karbohidrat pada rumah tangga di Indonesia.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan ekonometrika dengan menggunakan data cross section Susenas 1987 dan 2009 untuk mengestimasi sistem permintaan (demand system) dengan model LA/AIDS yang diestimasi dengan Seemingly Unrelated Regression (SUR). Dalam penelitian ini penulis melakukan two step Heckman procedure untuk mengatasi selectivity bias dan menggunakan instrument variable harga untuk mengatasi simultaneity bias, quality effect dan quantity premium. Untuk memenuhi properti fungsi permintaan dilakukan restriksi simetri dan homogenitas. Sementara itu properti adding up dipenuhi melalui definisinya dengan tidak mengestimasi persamaan pangan lainnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku konsumsi rumahtangga Indonesia berbeda antara tahun 1987 dan 2009 dilihat melalui statistik deskriptif proporsi pengeluaran dimana kelompok beras, terigu, kentang serta talas, sagu dan umbi lainnya mengalami peningkatan, sedangkan ubi jalar, ubi kayu dan jagung mengalami penurunan. Melalui analisis ekonometrika menunjukkan bahwa pada tahun 1987 kelompok ubi kayu, terigu, ubi jalar, kentang, talas, sagu, dan umbi lain merupakan substitusi dari beras serta jagung komplementer dari beras. Pada tahun 2009 terjadi perubahan dimana kelompok ubi kayu, terigu, dan ubi jalar menjadi barang komplementer dari beras. Akan tetapi pengujian terhadap elastisitas silang antar dua tahun tersebut dengan tingkat signifikansi 10% menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua tahun tersebut.

This research aimed to analyze the differences consumption behavior of households in Indonesia against the carbohydrate staple foods in 1987 and 2009 and analyze commodity that could substitute rice as a staple food source of carbohydrates for households in Indonesia.
This Research used descriptive and econometric analysis using cross section data Susenas 1987 and 2009 to estimate the demand system with LA/ AIDS model. This model are estimated by Seemingly Unrelated Regression (SUR). In this study the authors performed a two-step Heckman procedure to overcome the selectivity bias and used the instrument variable to overcome simultaneity bias, quantity premium and quality effects. To make the model consistent with demand function properties, ??restrictions of symmetry and homogeneity are imposed in this model. Meanwhile, adding up properties fulfilled by definition (The equation of other food was dropped).
Result of this study shows that the different behavior of household consumption Indonesia between 1987 and 2009 seen through descriptive statistics, where the budget share on rice, wheat, potatoes, taro, sago and other tuber have increased, while the sweet potato, cassava and maize declined. Through econometric analysis shows that in 1987 the group of cassava, wheat, sweet potatoes, potatoes, taro, sago, and other tuber are substitute of rice and corn is complementary of rice. In 2009 there is a change in which groups of cassava, corn, and sweet potatoes into complementary goods of rice. However, independent sample test of the cross elasticity between the two years with a significance level of 10% showed no difference between the two years.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"AIDS pertama kali muncul di Indonesia pada Tahun 1987 di Propinsi Bali.
Perkembangan AIDS di Indonesia sangat cepat sekali, dalam rentang waktu 22 tahun (Tahun 1987-2009), penderita AIDS sudah mencapai angka 19.973 dengan kecepatan penyebarannya sebesar 908 orang/tahun dan antara Tahun 1987-2006 AIDS sudah tersebar di 32 propinsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika wilayah AIDS dan karakteristik wilayah AIDS di Indonesia pada Tahun 1987, 2000, 2006, dan 2009. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial dan statistik. Hasil yang diperoleh adalah di Indonesia antara Tahun 1987-2009 terjadi kenaikan jumlah penderita AIDS di seluruh propinsi sebesar 200%. Dinamika wilayah AIDS di Indonesia yang pada Tahun 1987 hanya terdapat di Propinsi Bali, kemudian pada Tahun 2000 menyebar di 16 propinsi, dan pada Tahun 2006 AIDS sudah menyebar di 32 propinsi. Karakteristik wilayah yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dinamika wilayah AIDS di Indonesia pada Tahun 1987 adalah akomodasi, kemudian
pada Tahun 2000 adalah tuna susila, pada Tahun 2006 adalah tuna susila dan penduduk usia produktif, sedangkan pada Tahun 2009 adalah tuna susila, penduduk
usia produktif, penduduk miskin, akomodasi, serta pelabuhan dan terminal. Dari keenam variabel karakteristik wilayah tersebut tuna susila merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap penyebaran AIDS di Indonesia."
[Depok, Depok, Depok]: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34145
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bhaskoro Dwi Widhianto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengidentifikasi karakteristik perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia secara komprehensif dengan menggunakan data The Indonesia Family Life Survey IFLS gelombang 1, 3, d, dan 5. Estimasi menggunakan model linear Engel curve menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga secara signifikan mempengaruhi konsumsi beras, kemudian juga sayur dan pangan sumber protein masih merupakan makanan pelengkap nasi bagi banyak penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan kebijakan diversifikasi pangan di Indonesia, kebijakan yang berbeda untuk penduduk desa dan kota dapat diterapkan. Untuk penduduk desa, peningkatan produktifitas pertanian dapt berdampak pada konsumsi beras yang lebih rendah. Sedangkan untuk penduduk perkotaan, kebijakan dapat difokuskan pada promosi gaya hidup yang lebih sehat. Kemudian, untuk dapat menghasilkan kebijakan yang lebih baik, pengumpulan data tentang karakterisik sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik sangat diperlukan, terutama untuk harga komoditas yang dikonsumsi di tingkt rumah tangga.

ABSTRACT
This study analyzes and identifies comprehensive Indonesian household consumption characteristics using the Indonesia Family Life Survey IFLS data waves 1, 3, 4, and 5. The estimation using linear Engel curve model shows that housewives rsquo education level significantly affects rice consumption, and also proteins and vegetables are still considered as the side dish for many Indonesians as these goods are shown to be complementary food for rice. To improve food diversification policy in Indonesia, differentiating between rural and urban areas can be applied. In the rural area, increasing agricultural productivity may result in less consumption of rice. On the other hand, for urban dwellers, policies should be focused on promotion of healthier lifestyle that includes more balanced and varied diet. Next, better data collection of social economic characteristic is needed to create better consumption policy, especially price of commodities consumed in household level"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrza Rahmanita
"Perilaku konsumsi conspicuous banyak ditemui di negara-negara maju maupun berkembang. Di satu sisi, konsumsi conspicuous memberikan kontribusi positif seperti pertumbuhan dan percepatan perekonomian; namun di sisi lain dapat membawa dampak negatif seperti jebakan kemiskinan, kesenjangan, pengangguran dan kriminalitas. Di negara dunia ketiga termasuk Indonesia, konsumsi conspicuous dilakukan bahkan sebelum rumah tangga memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan mereka. Rumah tangga yang melakukan konsumsi conspicuous cenderung lebih mengutamakan pengeluarannya untuk barang-barang yang mudah terlihat publik dan mengurangi pengeluaran lain seperti pendidikan dan kesehatan, sehingga berpeluang kehilangan kesempatan untuk mengejar level pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu rumah tangga mungkin mengurangi atau meniadakan tabungan yang sesungguhnya dibutuhkan untuk merealisasikan investasi di masa depan. Dampak negatif konsumsi conspicuous terutama semakin buruk ketika terjadi di kelas pendapatan bawah, hal mana membuat penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
Kebaruan studi konsumsi conspicuous ini karena merupakan penelitian empiris yang dilakukan menggunakan data sekunder. Penelitian terdahulu tentang topik ini kerap bersifat teoritis. Jikapun ada studi empiris, umumnya menggunakan data primer berupa survei atau wawancara semi terstruktur. Kebaruan lainnya adalah mensyaratkan adanya kondisi kedua, yaitu nilai elastistas pendapatan positif; setelah kondisi pertama terpenuhi yaitu nilai elastistas harga positif. Kondisi elastisitas pendapatan positif dipersyaratkan guna memilah antara barang dengan efek Veblen (disebut juga sebagai barang Veblen atau barang untuk konsumsi conspicuous atau barang conspicuous) dengan barang Giffen yang sama-sama memenuhi persyaratan kondisi pertama namun elastisitas pendapatan negatif. Lebih lanjut, dengan adanya syarat elastisitas pendapatan positif tersebut, dapat ditentukan barang conspicuous tersebut terkategorikan sebagai barang necessities ataukah mewah (luxury).
Penelitian konsumsi conspicuous ini dilakukan dengan mencermati keberadaan efek Veblen pada konsumsi di Indonesia dengan menerapkan model empiris menggunakan price dependent utility function Fechner Thurstone dengan kendala anggaran. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Sosial Ekonomi Nasional periode 2008, 2009 dan 2010 (Susenas Panel) pada level yang lebih mikro yaitu rumah tangga, membedakannya berdasar kelas pendapatan (income class), pengeluaran konsumsi, menggunakan variabel kontrol, dan penerapan kepada delapan kelompok barang, dengan harga masing-masing kelompok barang diproksi menggunakan indeks harga konsumen (IHK). Uji empiris dilakukan menggunakan metoda estimasi panel seemingly unrelated regression (SUR Panel) untuk mengolah data panel yang merupakan kombinasi data cross section dan time series (rumah tangga dengan pengeluaran konsumsi serta harga sepanjang periode 2008, 2009 dan 2010).
Penelitian ini bertujuan menguji keberadaan efek Veblen dalam perilaku konsumsi di Indonesia; mengeksplorasi kelompok-kelompok barang yang memiliki efek Veblen; serta mengidentifikasi perbedaan kelompok-kelompok barang yang memiliki efek Veblen antar kelas pendapatan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman masyarakat serta para pengambil kebijakan terkait konsumsi conspicuous di Indonesia.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya konsumsi conspicuous di Indonesia, terlihat dari ditemuinya efek Veblen di seluruh kelas pendapatan rumah tangga. Kelompok barang conspicuous dapat berbeda antar kelas pendapatan dimana kelompok barang sandang dan barang pribadi ditemui di setiap kelas pendapatan. Barang dengan efek Veblen di Indonesia umumnya berupa barang neccesities kecuali kelompok barang bahan makanan di kelas pendapatan atas, serta kelompok barang transpor, komunikasi, jasa keuangan di kelas pendapatan bawah; keduanya merupakan barang mewah.

Conspicuous consumption is commonly found in both developed and developing countries. On the one hand, conspicuous consumption contributes positively to the growth and acceleration of the economy; but on the other hand it can bring negative impacts like poverty traps, inequalities, unemployment and crime. In third world countries including Indonesia, conspicuous consumption is conducted even before households have the ability to fulfil their food, clothing and housing needs. Households involved in conspicuous consumption tend to spend more on visible items and reduce other expenses such as education and health, thus losing the opportunity to acquire higher income. Moreover, households may reduce or eliminate savings which actually required to apprehend future investments. The negative impact of conspicuous consumption is especially worse when it occurs in lower income classes, which makes this research crucial to be conducted.
The novelty of this study is its empirical type and the enactment of secondary data. Previous research on this topic is often theoretical. Even if there are empirical studies, they are using primary data like interview or semi-structured survey. Another novelty is the prerequisite of second condition, namely the positive value of income elasticity; after the first condition of positive price elasticity is met. This second condition is required to distinguish goods with positive Veblen effects (also referred as Veblen goods, or goods for conspicuous, or conspicuous consumption) with Giffen goods that characterized with negative income elasticity. Furthermore, by the condition of positive income elasticity, conspicuous goods can be categorized as of necessities or luxury goods.
This study aims to examine the existence of Veblen effects in consumption behavior in Indonesia; exploring groups of goods that have Veblen effects; and identifying different groups of goods with Veblen effects among income classes. This research is expected to broaden the insight and understanding of people and policy makers related to conspicuous consumption in Indonesia.
This research is done by observing the existence of Veblen effect on consumption in Indonesia by applying empirical model using Fechner Thurstone price dependent utility function with budget constraint. This study uses secondary data of the National Socioeconomic Survey of 2008, 2009 and 2010 (Susenas Panel) at the micro (households) level, characterised by income classes, consumption expenditures, control variables, eight groups of bundle goods, at the price proxied with the consumer price index (CPI). The empirical assessment was conducted using panel seemingly unrelated regression (SUR Panel) estimation method to process panel data which is a combination of cross section and time series data (households with consumption expenditures and prices during the period of 2008, 2009 and 2010).
This study concluded about the existence of conspicuous consumption in Indonesia, that Veblen effects are found in all income classes. Conspicuous goods may differ between income classes nevertheless bundle goods of clothing and personal items are found in each income class. Goods with Veblen effects in Indonesia generally are neccesities goods; except for foodstuffs in the upper income class; and transports, communications, financial services in the lower income class; both are luxury goods.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D2549
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat di Indonesia.Analisis akan di fokuskan untuk daerah perdesaan dengan pertimbangan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia sebagian besar berada di perdesaan sejak tahun 2002...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI, 1991
R 011.4 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Omas Bulan
"This study investigetes socioeconomic, cultural. demographic and programmatic factors influencing contraceptive choice in Indonesia using the 1987 National Indonesia contraceptive prevalence suvey (DHS) data. The study shows a consistency of factors affecting current method used across the two surveys using Bulatoo's conceptual scheme (1989). These factors are the number of living children, fertility intentions, age at survey, duration of marriage, education, current work status, relagion, the province and place of residence,whether a programme implementer visits in the six months before the survey, whether a woman has reguler access to the mass media and her husband's accupation. Higher number of living children and not wanting any more children are related to a greater choice of long-term methods and less choice of shprt-term; and traditional methods-results compatible with a greater need for limiting childbird rather than spacing, Religiousness is identified with greater preference for short-term methods as these methods can be used by the users themselves without having to see a male doctor. Access in related to preference for long methods. The preference in the rural areas for long-term methods in fact is higher than in the urban areas, resulting from the strong promotion and provision of these methods there."
Souhampion University, 1991
JOPO-1-1 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Informasi Republik Indonesia, 1987
R 959.8 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rahmatusysyifa
"Pandemi COVID-19 menyebabkan pembatasan aktivitas di lingkungan masyarakat dan mengubah banyak kebiasaan lama, termasuk perilaku konsumsi makanan. Meskipun pembatasan aktivitas baik untuk mencegah semakin tersebarnya virus, hal ini berdampak pada industri penyediaan makanan dan minuman di Indonesia. Oleh karena itu, studi ini menyelidiki perubahan perilaku konsumsi makanan di Indonesia selama pandemi COVID-19 serta kemungkinan keberlanjutan perubahan perilaku tersebut setelah pandemi berakhir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan sumber data primer. Data primer didapatkan dari penyebaran kuesioner dan terkumpul sebanyak 479 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku konsumsi makanan, seperti dari cara belanja, pola makan yang lebih sehat, dan pengurangan aktivitas makan di luar rumah, serta perubahan perilaku konsumsi makanan yang terjadi diperkirakan akan tetap berlanjut setelah pandemi berakhir. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan industri penyediaan makan dan minum yang terdampak oleh COVID-19 terkait perilaku konsumen.

The COVID-19 pandemic has caused restrictions on activities in the community and changed many old habits, including food consumption behavior. Although activity restrictions are good for preventing the spread of the virus, this has an impact on the food and beverage supply industry in Indonesia. Therefore, this study investigates changes in food consumption behavior in Indonesia during the COVID-19 pandemic and the possible continuation of these behavioral changes after the pandemic ends. This study uses quantitative research methods with primary data sources. Primary data was obtained from distributing questionnaires and collected as many as 479 respondents spread throughout Indonesia. This study shows that there is a change in food consumption behavior, such as from shopping, healthier eating patterns, and reducing eating activities outside the home, and changes in food consumption behavior that occur are expected to continue after the pandemic ends. The results of this study are expected to inform the food and drink supply industry affected by COVID-19 regarding consumer behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>