Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunga Oktaviani Dewi
"Yellow fever adalah penyakit endemik di wilayah Afrika yang disebabkan oleh virus yang tergolong dalam genus Flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Belum ditemukan pengobatan spesifik untuk penyakit ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menanggulangi penyakit ini, salah satunya melalui kampanye massal mengenai vaksin-17D yang secara praktiknya dipercaya dapat mengurangi penyebaran penyakit yellow fever. Dalam skripsi ini, dibentuk model matematika untuk membahas bagaimana penanggulangan penyakit yellow fever dengan mempertimbangkan beberapa intervensi, yaitu vaksinasi, perawatan intensif di rumah sakit, dan fumigasi. Model dikonstruksi menggunakan pendekatan sistem persamaan diferensial non-linier berdimensi sepuluh. Kajian analitik dan numerik terhadap model yang telah dikonstruksi dilakukan untuk menentukan eksistensi dan menganalisis titik keseimbangan bebas penyakit, titik keseimbangan endemik, basic reproduction number (ℛ0), dan fenomena bifurkasi yang terjadi dari model yang telah dikonstruksi. Dari hasil kajian analitik dan numerik, disimpulkan bahwa fumigasi merupakan intervensi yang paling menjanjikan dalam pengendalian penyakit yellow fever, kemudian disusul oleh intervensi vaksinasi dan perawatan intensif di rumah sakit.

Yellow fever is an endemic disease in Africa caused by a virus belonging to the genus Flavivirus and transmitted through the bite of the Aedes aegypti. There is no specific treatment that has been found for this disease. The government has made various efforts to prevent this disease. One of them is through a mass campaign of the 17D vaccine, which is practically believed to reduce the spread of yellow fever. In this study, a mathematical model is proposed to discuss how to control yellow fever by considering several interventions, such as vaccination, intensive care in hospitals, and fumigation. The model was constructed using a ten-dimensional nonlinear differential equation. Analytical and numerical studies based on this model were carried out to determine and analyze the disease-free equilibrium point, endemic equilibrium point, basic reproductive number (ℛ0), and the bifurcation phenomena of the proposed model. From the results of analytical and numerical studies, we can conclude that fumigation is the most promising intervention to control yellow fever, followed by vaccination and hospital intensive care interventions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moudy Soraya
"Chikungunya telah diidentifikasi di lebih dari 60 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Indonesia merupakan negara endemis chikungunya. Gejala yang ditimbulkan oleh chikungunya yaitu arthralgia yang dapat bertahan selama beberapa tahun. Senyawa α-mangostin ditemukan pada xanthone yang diambil dari perikarp buah manggis dan diketahui memiliki aktivitas antiviral terhadap virus Hepatitis C dan virus Dengue. Berdasarkan penyebaran virus yang cepat ke daerah baru, peningkatan jumlah penderita, dan potensi timbulnya cacat permanen, dibutuhkan agen antiviral terhadap infeksi CHIKV. Oleh karena itu, uji aktivitas antiviral α-mangostin terhadap virus chikungunya pada sel HepG2 dilakukan. Senyawa α-mangostin terlebih dahulu diuji toksisitasnya terhadap sel HepG2 dengan MTT assay. Selanjutnya dilakukan uji antiviral dengan konsentrasi α-mangostin sebesar 3,125 μM, 6,25 μM, dan 12,5 μM pada pre—treatment, full treatment, dan post—treatment. Supernatan sampel diambil dan titer virus diukur dengan metode plaque assay. Hasil uji toksisitas senyawa α-mangostin menunjukkan nilai CC50 sebesar 10,98 μM. Hasil uji antiviral menunjukkan adanya penurunan titer virus dalam concentration-dependent manner pada tiga perlakuan. Titer virus chikungunya berkurang lebih banyak pada full treatment (IC50 = 6,46 μM) dan post—treatment (IC50 = 6,99 μM) dibandingkan dengan pre—treatment (7,22 μM). Pemberian senyawa α-mangostin memiliki efek antiviral dengan menghambat replikasi CHIKV.

Chikungunya has been identified in more than 60 countries in Asia, Africa, Europe, and America. Indonesia is endemic country for chikungunya. The symptom is arthralgia which can last several years. α-mangostin is found in xanthones from mangosteen pericarp and is known to have antiviral activity against Hepatitis C virus and Dengue virus. Based on the rapid spread of virus to new areas, increasing number of sufferers, and potential cause of permanent disability, antiviral agents against CHIKV are needed. Antiviral activity test of α-mangostin against CHIKV on HepG2 cells was carried out. α-mangostin was tested for its toxicity against HepG2 cells by MTT assay. Furthermore, the antiviral test was carried out with 3,125 μM, 6,25 μM, and 12,5 μM α-mangostin in pre—treatment, full treatment, and post—treatment. The supernatant were taken and the virus titer was measured by plaque assay. Toxicity test of α-mangostin showed CC50 value of 10,98 μM. Antiviral test results showed decrease in virus titer (concentration-dependent manner). CHIKV titer reduction was more effective in full treatment (IC50 = 6,46 μM) and post—treatment (IC50 = 6,99 μM) compared to pre—treatment (IC50 = 7,22 μM). This suggests that α-mangostin has antiviral effect by inhibit CHIKV replication"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindia Larasati
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di Jakarta. Pada tahun 2008 terdapat 4290 penderita dan banyak wilayah yang dinyatakan zona merah antara lain Kelurahan Paseban dengan jumlah penderita 135 orang. Untuk melakukan pemberantasan diperlukan data dasar antara lain tingkat pengetahuan warga mengenai DBD. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga (IRT) mengenai gejala DBD dan faktor yang berhubungan. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal 30 dan 31 Mei 2009. Dipilih 100 IRT sebagai subyek penelitian dengan simple random sampling. Data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah IRT yang memiliki pengetahuan kurang 80 orang (80%), 9 orang (9%) cukup, dan 11 orang (11%) baik. Tidak ada perbedaan bermakna antara pengetahuan IRT mengenai gejala DBD dengan usia (p=0,891), pekerjaan (p=0,966), tingkat pendidikan (p=1,000), aktivitas yang diikuti di lingkungan rumah (p=0,560) dan jumlah sumber informasi IRT (p=0,518). Disimpulkan tingkat pengetahuan IRT mengenai gejala DBD tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan usia, pekerjaan, pendidikan, aktivitas di lingkungan rumah dan jumlah sumber informasi.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of Indonesia's health problems mainly Jakarta.There had been 4290 cases of DHF within 2008. Central Jakarta has few red zones and among them is Paseban village with 135 cases. The elimination of DHF requires few informations such as the society knowledge about DHF. Therefore, the objective of this research is to identify the knowledge about DHF symptoms and their associated factors among housewives. The design of this research is cross sectional. Survey was performed using questionnaire on May 30th ? 31st 2009. The amount of subject was determined using simple random sampling with the result of 100 housewives. The data analysis is using Kolmogorov-Smirnov facilitated by SPSS.
The outcome shows that 80% of respondents are lack of knowledge, 9% of samples has adequate knowledge, and 11% has good knowledge about DHF. There is no significant difference between respondent?s knowledge about DHF and their age (p=0,891), their work (p=0,966), their formal education(p=1,000),their activity in the environment (p=0,560) and the number of information?s sources they received (p=0,518). In conclusion, mostly the level of knowledge about DHF symptoms among housewives in Paseban is poor and has no significant difference with age, work, formal education, activity in the environment, and the number of information?s sources they received.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastyono Wahyudi
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kian
waktu menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit lvlenular tahun 2007, terjadi Kejadian Luar
Biasa di l l provinsi, salah satunya DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia.
Untuk mengantisipasi merebaknya penyakit DBD kembali, maka Pemerintah
Daerah DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2007. Dalam
Peraturan Daerah tersebut ada ketentuan pidana serta denda yang dikenakan
kepada masyarakat jika ditemukan jentik. Pada bulan Oktober 2010 telah
dilakukan sosialisasi mengenai isi ketentuan kepada 87 perusahaan diwilayah
Jakarta Utara. Penelitian ini diambil untuk melihat gambaran sejauh mana
koordinator di perusahaan yang telah dilatih tersebut patuh pada ketentuan ini.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 87
perusahaan untuk seluruh koordinator jumatik. Penelitian ini menggunakan data
primer melalui kuesioner tersruktur yang dilaksanakan pada bulan April 201 l di
wilayah Jakarta Utara. Gambaran kepatuhan perilaku koordinator di perusahaan
yang patuh sebanyak 45,8% dan yang tidak patuh 54,2%. Hasil analisis untuk
faktor-faktor dominan yang berhubungani tingkat kepatuhan prilaku koordinator
perusahaan menunjukkan bahwa variable pendidikan, pengetahuan, kebiasaan dan
dokrin seluruhnya mempunyai p value < 0,05. Dari hasil penelitian tersebut perlu
diadakan sosialisasi kembali serta pembuatan leaflet, brosur, buletin sebagai
media penyebar informasi dan disyahkan Peraturan Gubernur sebagai petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis sehingga pelaksaan Peraturan Daerah tersebut
dapat terlaksana.

Abstract
Dengue Hemorrhagic Fever is a formed public health problem causing
concern in the community. Based on data from the Directorate General of
Communicable Disease in 2007, there experienced local outbreak in l l provinces,
one of Jakarta as the capital of lndonesia. To anticipate the outbreak of dengue
fever returned, then the local government of Jakarta issued Local Regulation No.
6 of 2007. Such areas exist in the Regulation of the criminal provisions and
penalties imposed on society if found larvae. And in October 20l0 has been
conducted socialization of content provision to 87 companies region of North
Jakarta. This study was taken to see a picture of the extent to which companies
that have been trained are obedient to this provision. This study uses cross-
sectional design of a sample of 87 companies consisting of coordinators and
industry owners. This study uses primary data through questionnaires conducted
in April 201 l in North Jakarta. Preview compliance coordinator at the company?s
behavior as much as 45,8% adherent and 54,2% who are not obedient. Results of
the analysis for the dominant factors that associated firm adherence behavior
coordinator indicates that the variable of education, knowledge, customs and
doctrine all have p value < 0.05. From the results ofthese studies need to be held
back and the making of socialization leaflets, brochures, magazines as a mediaum
propagator information and endorsed the Governor Rule for Implementation
Guidelines and technical guidelines so that local regulation can be accomplished."
2012
T30268
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zendri Setiawan Dasopang
"

Nyamuk adalah vektor utama dari penyakit yang mengancam jiwa manusia seperti demam berdarah, chikungunya, demam kuning dan Zika. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat metode pengendalian penyakit yang disebabkan vektor nyamuk selain penyemprotan pestisida, telah dikembangkan metode baru dengan melepaskan nyamuk pembawa bakteri Wolbachia ke lingkungan untuk menginfeksi populasi nyamuk liar sehingga dapat memutus penularan penyakit. Alternaltif lain yaitu dengan menggunakan biolarvasida untuk membunuh nyamuk. Biolarvasida berasal dari bahan - bahan alami yaitu tumbuhan (nabati) atau dengan pemanfaatan bakteri. Pada skripsi ini, dikonstruksi model pertumbuhan nyamuk dengan intervensi Wolbachia dan biolarvasida. Populasi nyamuk dibagi menjadi dua, yaitu populasi nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dan populasi nyamuk sehat. Kajian analitik terkait proses non-dimensionalisasi, eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan dilakukan terhadap model. Berdasarkan kajian analitis yang dilakukan, diperoleh empat buah titik keseimbangan yang dimiliki oleh model ini. Beberapa simulasi numerik dilakukan untuk mendukung hasil kajian analitik dan memberikan interpretasi secara visual, salah satunya yaitu simulasi autonomous untuk rasio antara laju kematian nyamuk terinfeksi dengan laju kematian nyamuk sehat (delta>1) menginterpretasikan mampu menurunkan jumlah kedua populasi nyamuk dan juga biolarvasida sehingga dapat berpengaruh besar dalam meminimalkan penyebaran penyakit.

 


Mosquitoes are primary vectors of life-threatening diseases such as dengue fever, chikungunya, yellow fever and Zika. In recent years there are methods of controlling diseases caused by mosquito vectors in addition to spraying pesticides, a new method has been developed by releasing mosquitoes carrying bacteria Wolbachia into the environment to infect wild mosquito populations so as to cut off transmission of disease. Another alternative is to use biolarvicide to kill mosquitoes. Biolarvicide comes from natural ingredients, namely plants (vegetable) or by the use of bacteria. In this thesis, a mosquito growth model is constructed with Wolbachia and biolarvicide intervention. Mosquito population is divided into two, namely infected mosquito population Wolbachia and healthy mosquito population. Analytical studies related to the non-dimensionalization process, the existence and stability of the equilibrium points were carried out on the model. Based on an analytical study that has been carried out, obtained four equilibrium points shown by this model. Some numerical simulations are given to support the results of analytic studies and provide visual interpretation. one of which is autonomous simulation for the ratio between the mortality rate of infected mosquitoes and the mortality rate for healthy mosquitoes (delta>1) interpreted as being able to reduce the number of populations of both mosquitoes and biolarvicides so that it can have a major effect on minimize the spread of disease.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilyah Amaly Nayyirah
"

Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang menyebabkan banyak anak-anak dan remaja meninggal dunia. Di Indonesia, angka kesakitan (IR) DBD mengalami peningkatan setiap tahunnya. DBD menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Pada tahun 2017, nilai IR DBD di Kabupaten Bogor sebesar 4,84 per 100 ribu penduduk dengan jumlah kasus sebanyak 277 kasus, dan 65 kasusnya (23,4%) tersebar di Kecamatan Cibinong. 41,25% kasus DBD berasal dari kelompok usia 5-14 tahun. Lingkungan sekolah merupakan wilayah yang berisiko menjadi tempat penularan DBD. Upaya pencegahan DBD yang dapat dilakukan salah satunya dengan intervensi menggunakan media flip chart. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan rerata pengetahuan, sikap, dan praktik siswa dalam upaya pencegahan DBD serta melihat hubungannya dengan penggunaan media intervensi flip chart. Desain penelitian yang digunakan berupa eksperimen kuasi, sampel merupakan siswa yang dipilih secara acak dari kelas 4 dan kelas 5. Pengamatan jentik nyamuk dilakukan untuk mengetahui nilai indeks kepadatan jentik. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap, dan praktik siswa dalam upaya pencegahan DBD. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok siswa yang diberi intervensi dengan media flip chart dan tanpa media flip chart, namun tidak pada variabel sikap dan praktik. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan(p-value=0,608), sikap(p-value=0,573), dan praktik(p-value=0,702) siswa dalam upaya pencegahan DBD dengan penggunaan media intervensi flip chart.


Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease that causes death among children and adolescents. In Indonesia, the insidence rate has increased every year. DHF spreads by the bite of the Aedes aegypti mosquito that carries the dengue virus. In 2017, the DHF IR value in Bogor Regency was 4.84 per 100 thousand population with a total of 277 cases, and 65 cases (23.4%) were scattered in Cibinong District. 41.25% of DHF cases come from the age group of 5-14 years. The school environment is an area that is at risk of becoming a place of transmission of dengue. One of the way to prevent dengue fever by doin an intervention by using the flip chart media. This study aims to looDengue Hemorragic Fever; Knowledge; Attitude; Practice; Flip Chartk at differences in the average knowledge, attitudes, and practices of students in the prevention of DHF as well as see the relationship with the use of flip chart intervention media. The research design used was a quasi experiment, the sample was randomly selected students from grade 4 and class 5. Observations of mosquito larvae were carried out to determine the value of the larval density index. The variables studied were students knowledge, attitudes, and practices in the prevention of DHF. The results of this study found that there was an increase in knowledge both the student group with and without flip chart intervention media, and there was no increase in the attitude and practice variables. In this study, no significant relationship was found between students knowledge(p-value=0,608), attitudes(p-value=0,573), and practices(p-value=0,702), in the prevention of DHF with the use of flip chart intervention media.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bekti Aribawanti Rini
"Kabupaten Purbalingga adalah salah satu daerah endemis penyakit DBD di Indonesia. Peningkatan kasus hamper 3 kali lipat pada bulan Januari-Juni 2019 dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor karakteristik individu, faktor perilaku, faktor lingkungan rumah, dan faktor program DBD. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui wawancara dan observasi. Total sampel sebanyak 408 responden dari dua kecamatan dengan kasus tertinggi. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat (chi square), dan analisis multivariat (Regresi Logistik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan Kejadian DBD di Kabupaten Purbalingga adalah umur: 6-18 tahun (OR: 3,75; 95% CI: 1,91-7,36), ≤ 5 tahun (OR: 2,55; 95% CI: 0,94-6,89), 19-45 tahun (OR: 2,23; 95% CI: 1,27-3,94), kebiasaan menguras TPA (OR: 2,13; 95% CI: 1,34-3,39), kebiasaan menggantung pakaian (OR: 1,87; 95% CI: 1,06-3,31), keberadaan tanaman hias (OR: 9,22; 95% CI: 2,54-33,50), keberadaan barang bekas (OR: 1,63; 95% CI: 1,03-2,58), penggunaan kassa nyamuk pada ventilasi (OR: 12,35; 95% CI: 3,34-45,74), dan pencahayaan (OR: 1,75; 95% CI: 1,07-2,87). Bagi
Dinas Kesehatan diharapkan dapat mengintensifkan penyuluhan tentang DBD dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan 3M Plus sehingga dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi Masyarakat diharapkan dapat melaksanakan PSN 3M Plus secara mandiri salah satunya melalui pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Purbalingga Regency is one of the endemic area of DHF in Indonesia. The increase of DHF cases in Purbalingga Regency in January-June 2019 almost tripled compared to the number of cases in 2018. This study is necessary to conduct research on individual characteristic factors, behaviour factors, household environmental factors, and DHF program factors associated with the incidence of DHF in Purbalingga Regency. It used a case control study design. The data were collected using questionnaires through interviews and observations. The total sample of 408 respondents was taken from two subdistricts with the highest cases. Univariate, bivariate (chi-square), and multivariate (Logistic Regression) analysis were employed in this study.
The results of the study indicate that the factors associated with the incidence of DHF in Purbalingga Regency in 2019 were the age: 6-18 year (OR: 3,75; 95% CI: 1,91-7,36), ≤ 5 year (OR: 2,55; 95% CI:0,94-6,89), 19-45 year (OR: 2,23; 95% CI: 1,27-3,94), habit of drain the water supply containers (OR: 2,13; 95% CI: 1,34-3,39), habit of hanging clothes (OR: 1,87; 95% CI: 1,06-3,31), the availability of ornamental plants (OR: 9,22; 95% CI: 2,54-33,50), the presence of discarded trash (OR: 1,63; 95% CI: 1,03-2,58), the availability of mosquito gauze (OR: 12,35; 95% CI: 3,34-45,74), and the lighting (OR: 1,75; 95% CI: 1,07-2,87).
The Health Office is expected to intensify promoting about DHF and to increase the inter-related sectors in supporting the implementation of the mosquito nest eradication (PSN) 3M Plus so that it can be carried out by all levels of society. The community is expected to be able to implement PSN 3M Plus independently, one of which is through the implementation of the "Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)".
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Delia Revorina
"

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus dengue dari penderita kepada orang lain. Penyakit ini endemik lebih dari 100 negara beriklim tropis dan sub tropis di belahan dunia. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi yang berisiko terkena demam berdarah di seluruh dunia tinggal di negara-negara Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat, salah satunya Indonesia. Pada tahun 2016, DKI Jakarta ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD, dengan jumlah penderita sebanyak 22.697 kasus dan Incidence Rate (IR) sebesar 220.8 per 100.000 penduduk. Kota Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kejadian DBD tertinggi dibandingkan dengan kota lain di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial kejadian DBD di Kota Jakarta Barat tahun 2015-2019 dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti demografi, iklim, dan angka bebas jentik. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial dan analisis korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara kejadian DBD dengan faktor kepadatan penduduk, iklim, dan angka bebas jentik. Secara spasial kejadian DBD cenderung terjadi di wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan ABJ rendah. Secara statistik, analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, kelembanam udara, dan curah hujan dengan kejadian DBD. Sedangkan suhu udara dan angka bebas jentik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap kejadian DBD di Kota Jakarta Barat. Dari 56 kelurahan di Jakarta Barat, terdapat 53 kelurahan yang tergolong tingkat kerawanan tinggi, dan 3 kelurahan tergolong kategori kerawanan sedang terjadinya kasus DBD. Tingginya masalah kasus DBD di Jakarta Barat membuat Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan upaya atau perencanaan serta optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan kasus DBD.

Kata kunci:

Demam Berdarah Dengue (DBD), Kepadatan Penduduk, Iklim, ABJ, Analisis Spasial.


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes who infected with dengue virus. DHF have been affecting more than 100 tropical and sub-tropical countries in the world. Around 1.8 billion (more than 70%) of the population at risk of dengue fever worldwide live in countries of Southeast Asia and the Western Pacific Region, including Indonesia. In 2016, DKI Jakarta was assigned the status of outbreak of DHF, with a total of 22,697 cases and an incidence rate (IR) of 220.8 per 100,000 population. West Jakarta is one of the regions with the highest DHF incidence rate compared to other cities in DKI Jakarta. This study aims to determine the spatial analysis of the incidence of dengue in West Jakarta in 2015-2019 by considering several factors such as demographics, climate, and larval free index. This study uses an ecological study with a spatial analysis approach and correlation analysis to see the strength of the relationship between the incidence of DHF with factors of population density, climate, and larvae free index. Spatially the incidence of DHF tends to occur in areas with high density and low larvae free index. Statistically, correlation analysis shows that there is a significant relationship between population density, air humidity, and rainfall with the incidence of DHF. Meanwhile, there is no significant correlation between the air temperature and larvae free index with the incidence of DHF in West Jakarta. Result shows that from 56 urban villages in West Jakarta, there are 53 urban villages that are categorized as high vulnerability, and 3 urban villages categorized as medium vulnerability. The high problem of dengue cases in West Jakarta makes the authorities should increase efforts or planning and optimize community empowerment in eradicating dengue cases.

Keywords:

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Population Density, Climate, Larvae Free Index, Spatial Analysis.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Wijaya
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta antara lain di Kelurahan Paseban. Penyakit infeksi ini ditularkan melalui vector, yaitu nyamuk Aedes sp. Untuk itu, pemberantasan vektor merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi angka insidensi penyakit ini. Untuk memberantas vektor DBD perlu diketahui tempat berkembang biak vektor dan kerjasama dari masyarakat. Karena itu diberikanlah penyuluhan tentang cara pemberantasan vector DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap keberadaan vektor DBD di tempat penampungan air TPA dalam upaya mempersiapkan pemberantasan vektor DBD oleh masyarakat. Desain penelitian yang dipakai adalah desain eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan. Survei keberadaan vektor DBD dilakukan pada tanggal 3 Mei 2009 di Paseban Timur yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tergolong tinggi di Jakarta Pusat. Selain survei, dilakukan juga penyuluhan kepada warga tentang keberadaan vektor DBD ini, lalu bulan selanjutnya kembali diadakan survei pada tanggal 4 Juni 2009 untuk menilai pengaruh dari penyuluhan yang telah diberikan. Pengambilan data survei masing masing dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae, yaitu mengambil satu larva di setiap container pada satu rumah lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan pada survei awal, dari 100 rumah yang diteliti didapatkan angka keberadaan larva pada container TPA sebesar 11,76%. Setelah dilakukan penyuluhan, pada survei kedua, dari 100 rumah yang diteliti didapatkan angka keberadaan larva pada container TPA sebesar 4,97%. Dengan analisis statistik menggunakan uji McNemar diketahui terdapat perbedaan bermakna (p=0,014) antara container TPA sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan yang diasumsikan keberadaan vektor DBD pada container TPA di paseban Timur menurun setelah penyuluhan

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infection which has became a serious public health concern in Jakarta, for instance, at Paseban. This infection is transmitted by a vector, Aedes sp. Therefore the elimination of DHF vector is important in reducing the number of infection. To eliminate the vector, knowledge about the vector itself, together with public awareness is needed. The objective of this research is to assess the effectiveness of DHF vector briefing as a (preparation in reducing)mean to reduce the vector population in daily water containers around the community. The design of the research is experimental design with briefing to the civilian as the intervention. The survey conducted to investigate the presence of the vector was done on May 3rd 2009 at East Paseban− the place with one of the highest prevalence of DHF in Central Jakarta. Alongside with the survey, a talk was conducted to brief the citizens about the knowledge of the vector. On the following month, a second survey was conducted on June 4th 2009 to assess the significance of the briefing in helping to reduce the number of Aedes sp. larvae. The data was collected from 100 houses using the single larvae method. It is by taking only one larva in each water container in the house, and then identifiying it under the microscope. The containers would then be divided into two categories: daily water containers, and non-daily water containers. The collected data would then be analyzed using the McNemar data testing, to gauge the briefing effectiveness in reducing the larvae quantity. On the first survey, out of the 100 houses inspected, the percentage of daily water containers populated with larvae is 11,76%. In contrast, after the briefing conducted, on the second survey it was found that the percentage is reduces to 4,97%. The analysis using McNemar statistic implied that the briefing conducted has given a meaningful effect on reducting DHF vector population in daily water container (p = 0.014)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julita Pangesti
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. DBD disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko DBD yaitu kepadatan penduduk, ketinggian wilayah, indikator kepadatan vektor (HI, ABJ), cakupan PHBS (rumah tangga, TTU), dan pelayanan kesehatan (puskesmas) dengan kejadian DBD di tiap kelurahan Kota Depok pada tahun 2020-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan spasial yang signifikan dengan pola sebaran kasus mengelompok yaitu pada variabel kasus DBD terhadap wilayah geografis tahun 2020 dan 2021, kepadatan penduduk terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS RT terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS TTU terhadap kasus DBD tahun 2021, dan variabel puskesmas terhadap kasus DBD tahun 2021.Sedangkan variabel pada tahun lainnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil skoring prioritas wilayah dengan risiko paling tinggi terhadap kejadian DBD di Kota Depok yaitu kelurahan Pancoran Mas, Beji, dan Kemirimuka. Peningkatan pengendalian DBD yang berfokus pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB), penguatan komitmen stakeholder untuk monitoring dan evaluasi pengendalian DBD, serta penguatan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), pelatihan kader DBD, dan pemantau jentik di lingkungan masyarakat dan tempat-tempat umum diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan pengendalian kejadian DBD di wilayah Kota Depok.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus, transmitted by mosquitoes and is still a major public health problem in Indonesia. DHF is caused by various risk factors. This study aims to spatially identify the relationship between DHF risk factors, that is population density, altitude, vector density indicators (house index, free larva index), clean and healthy live behavior or PHBS (households, public places), and health services (puskesmas) with DHF incidents in each urban village area of Depok City in 2020-2021. The results showed that there was a significant spatial relationship with the pattern of distribution of cases in clusters, that is the variable DHF cases for geographical areas in 2020 and 2021, population density for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS households coverage for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS public coverage for DHF cases in 2021, and puskesmas for DHF cases in 2021. Meanwhile, the variables in other years do not show a significant relationship. The results of the priority scoring areas with the highest risk of DHF incidents in Depok City are the Pancoran Mas, Beji, and Kemirimuka sub-districts. Increasing DHF control that focuses on community empowerment activities with the Mosquito Nest Eradication (PSN) movement and Periodic Larvae Monitoring (PJB) activities, strengthening stakeholder commitment to monitoring and evaluating DHF control, as well as strengthening the Movement of 1 House 1 Jumantik (G1R1J) program, DHF cadre training, and larva monitoring in the community and public places is expected to be the key to successful control of DHF incidents in the Depok City area.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>