Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Fadlul Maula
"Praktik kerja Profesi di Apotek dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No.352 Depok pada tanggal 12 Januari – 28 Februari 2015. Pelaksanaan praktik ini bertujuan untuk memahami peranan tugas dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan pada umumnya; mendapatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di rumah sakit; dan mendapat gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di rumah sakit.

Profession internship in hospital is held at RSUD Pasar Rebo on January 12th – 28th February 2015. This internship has goals to make student understand the duty and obligation of Hospital Pharmacist based on the existing regulation and ethics; Building a horison, knowledges, skills, and practical experiences to conduct pharmaceutical practice in Hospitals; and also to get a real picture of about pharmaceutical practice problems in hospitals, and most importantly to study about the strategies and activites that can be done in order to achieve Pharmaceutical Care development in hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Wulandari Agustini
"ABSTRAK
Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berusaha menerapkan keselamatan pasien
untuk meningkatkan pelayanannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui
tingkat kematangan budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RSUD
Balaraja serta komitmen RSUD Balaraja dalam menerapkan keselamatan
pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan FGD
berdasarkan Manchester Patient Safety Assessment Framework. Hasil
penelitian menyatakan bahwa penerapan budaya keselamatan pasien di
Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berada pada tingkat birokratis. Disarankan
agar diadakan pelatihan keselamatan pasien kepada seluruh staf farmasi agar
mereka memiliki kompetensi dalam hal keselamatan pasien. Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus diaktifkan untuk menegakkan
penerapan budaya keselamatan pasien

ABSTRACT
Balaraja Hospital?s Pharmacy trying to implement patient safety to improve its
service . This study aims to determine the maturity level of patient safety culture
in Balaraja Hospital?s Pharmacy and commitment in implementing patient safety .
It?s a qualitative study that uses FGD by Manchester Patient Safety Assessment
Framework. The study states that the implementation of patient safety culture in
Balaraja Hospital?s Pharmacy are at bureaucratic level . It?s recommended to held
patient safety training to all pharmacy staffs so they have competence in patient
safety. Hospital Patient Safety Team must be activated to enforce implementation
of patient safety culture"
2016
T45967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dima Lintya Siti Karima Zahra
"Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai tanggal 1 Januari 2014 merupakan bentuk transformasi sekaligus reformasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, instalasi farmasi dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya secara berkelanjutan sehingga pelayanan kefarmasian dapat menjadi efisien dan efektif dalam biaya. Lean merupakan sebuah sistem manajemen yang sepenuhnya berfokus pada efisiensi, dengan tujuan mengurangi biaya, siklus waktu layanan dan persediaan. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2016 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dengan titik fokus pada alur proses resep obat non puyer, menggunakan metode action research dengan melakukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menggunakan konsep lean diketahui bahwa waktu proses untuk pengerjaan resep obat non puyer lebih besar dari waktu tempo yang ada. Hal ini menunjukkan instalasi farmasi rawat jalan belum mampu memenuhi kebutuhan pasien, adanya kekurangan jumlah sumber daya manusia pada shift siang, diperlukan tambahan sumber daya pendukung untuk membantu kelancaran pelayanan serta perlu dilakukan desain ulang pada alur proses pengerjaan resep obat non puyer. Desain baru tersebut dapat menghasilkan peningkatan persentase aktivitas value added sebanyak 22,73% yaitu dari 35,89% menjadi 58,62%. Untuk menjamin alur proses pelayanan baru dapat berjalan secara konsisten dan berkelanjutan, diusulkan ide perbaikan yang dibagi kedalam tiga tahap, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

The National Health Insurance which was launched on January 1, 2014, is a form of transformation and reformation of health services in Indonesia. In implementation of the JKN, Hospital Pharmacy Installation is forced to improve its quality service sustainably in order to achieve cost effective and efficient service. Lean is a management system that fully focuses on effiency with the objectives to reduce stock, service cycle time and cost. Research was conducted on outpatient pharmacy installation service at Anna Medika Bekasi Hospital in April to May 2016. It focuses on prescription process flow of non-pulvis medicine using action research method with qualitative and quantitative approach. Lean concepts has been applied in this research.
The result shows that the cycle time required for processing prescription of non-pulvis medicine is longer than the takt time. It indicates that outpatient pharmacy installation service is unable to fullfil the patient demand, there is lack of human resources on day shift, additional resources are required to support the service and process flow of nonpulvis medicine needs to be redesigned. This new design could result to increment 22.73% of value added activities from 35,89% to 58,62% To ensure the new process flow runs consistently and sustainably, some improvements, which are divided into short, medium and long term, are suggested.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aya Sofia
"Instalasi Farmasi di rumah sakit merupakan salah satu revenue center utama yang berperan panting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan rumah sakit. Di Rumah Sakit Islam Asshobirin pengeluaran untuk instalasi farmasi tahun 2002 sebesar 50% dari total pengeluaran rumah sakit, dan dari jumlah tersebut 30% - 40% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 565. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut ditambah jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem pengendalian obat yang akurat. Pengendalian obat akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokan obat menurut. tingkat pemakaian, tingkat investasi dan tingkat kekritisannya, kemudian menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan frekuensi pemesanannya.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin dan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan operation research, dimana melalui pendekatan kuantitatif diharapkan diperoleh informasi tentang pengelolaan obat, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan.
Dengan analisis ABC diketahui kelompok berdasarkan pemakaian dan besarnya investasi kemudian dilakukan analisis ABC indeks kritis dan didapat obat kelompok A 71 item (12,57%) dengan nilai investasi Rp. 722.592.469,- (57,46%), kelompok B 309 (54,69%) item dengan nilai investasi Rp. 439.400.090,- (34,94%) serta kelompok C 185 item (32,74%) dengan nilai investasi Rp. 95.569.225,- (7,60%). Dilakukan forecasting untuk obat kelompok A Analisis ABC Indeks Kritis dengan indeks 12 untuk jumlah kebutuhan bulan Januari - Maret 2003 dengan metode exponential Smoothing with Linear Trend dan untuk patokan perhitungan adalah Mean Absolute Deviation (MAD) yang terkecil. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan yang dilakukan rumah sakit dengan membandingkan nilai MAD. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal untuk periode tahun 2003. Dari hasil perhitungan dan perbandingan Sub Total Inventory Cost (TIC) EOQ dan RS diperoleh TIC RS tiga kali lebih besar dari TIC EOQ.
Disarankan kepada rumah sakit untuk menggunakan analisis ABC indeks kritis dan perhitungan EOQ serta frekuensi pemesanan untuk obat kelompok A analisis ABC indeks kritis.

Pharmaceutical installation by center revenue have an important role in determining the quality of service in the hospital. In Islamic Asshobirin Hospital on 2002, the cost of this installation is about 50% of total cost of the hospital from such amount 30% .-40% is paid for 565 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine, the accurate controlling system medicine is required. Controlling of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Then, determining amount of economic order and frequency order.
This research was conducted in pharmaceutical installation of Islamic Asshobirin Hospital by quantitative approach with operation research. By quantitative approach, we expect the information about medicine. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service.
According to critical index ABC analyses , there are 3 big pharmacy logistic groups. Group A comprises of 71 items (12,57%) with total cost of Rp. 722.592.469,-(57,46%), Group B comprises of 309 items (54,69%) with total cost of Rp. 439.400.990,- (34,94%), Group C comprises of 359 items (32,74%) with total cost of Rp. 95.569.225,- (7,60%). Regruitment in January - March 2003 have been estimated for A group with index 12 using Exponential Smoothing with Linear Trend anf calculation point is Mean Absolute Deviation (MAD). Further more, the value were compared with the data of planning which done by the hospital, which compared the value MAD. The result is forecasting using Exponential Smoothing with Linear Trend method is better than forecasting which done by the hospital Economic Order Quantity (EOQ) and economic order frequency have been calculated for period 2003. Further more, calculation of Sub Total Inventory Cost EOQ (TIC EOQ) and compared with Sub Total Inventory Cost from hospital, the result showed TIC hospital three times more than TIC EOQ.
Therefore, it could be advised to the Asshobirin Islamic Hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses and then calculated Economic Order Quantity and economic order frequency for group A critical index ABC analyses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riupassa, Sonya
"Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran pada khususnya, serta perkembangan masyarakat pada umumnya telah mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit mempunyai fungsi utama melaksanakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemuihan bagi penderita. Untuk itu, pelayanan di Rumah Sakit perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada, dengan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam upaya mencapai efisiensi penyelenggaraan sebuah rumah sakit, maka pendayagunaan fasilitas secara baik sangatlah menunjang peningkatan upaya pelayanan bagi masyarakat Bekasi.
Karena obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan dan merupakan komponen utama biaya operasional terbesar maka perlu diciptakan suatu terobosan di bidang pengadaan obat yang dapat memenuhi persyaratan efektif, aman, rasional, dan murah.
Peranan Koperasi Karyawan RSU Bekasi dalam penyediaan obatobatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi merupakan terobosan dalam meningkatkan pelayanan dan penyediaan obat pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Bekasi.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi menyediakan obat Generik antara lain melalui INPRES. Dari data 1990 total R/ obat yang dapat diserap oleh IFRS baik generik maupun non generik sebesar 227.002 , sedangkan data obat Inpres yang dapat dilayani oleh IFRS hanya 12002 R/ obat, ini berarti hanya 5,28% dari kebutuhan obat generik. Setelah melihat jumlah persediaan obat generik begitu kurang maka perlu kiranya dipikirkan pemanfaatan koperasi di lingkungan rumah sakit dalam menunjang kemantapan persediaan obat tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran seberapa besar jumlah R/ obat yang dibutuhkan dalam satu tahun pada IFRS Bekasi, seberapa jauh pengaruh potensi obat yang dapat diserap oleh Instalasi Farmasi yang merupakan peluang bagi koperasi dan memperoleh gambaran tentang pengadaan obat yang cocok bagi pengembangan Koperasi.
Tesis ini memaparkan kejadian sebelum koperasi pemasok obat (1985) dan sesudah koperasi pemasok obat {1987 dan 1990) dengan melakukan penelitian terhadap banyaknya jumlah R/ obat yang diserap oleh IFRS Bekasi.
Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa potensi obat yang dapat diserap Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bekasi terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum koperasi dan sesudah koperasi dengan pola trend yang menaik.
Saran-saran yang diajukan agar dapat menjadi kebijaksanaan yang akan diambil bagi pengembangan koperasi karyawan Rumah Sakit Bekasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T6411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Permana
"Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Didalam dunia farmasi, manajemen persediaan menghadapi tantangan yang unik dimana harus menyeimbangkan tingkat persediaan yang memenuhi kebutuhan pasien dan juga meminimalisir biaya persediaan. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pengendalian persediaan tersebut adalah Continuous Review System dan Periodic Review System untuk mendapatkan parameter kebijakan seperti jumlah pemesanan, titik pemesanan kembali, dan biaya total persediaan. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi pada parameter total biaya yang dihasilkan oleh kedua jenis model kebijakan yang telah diperoleh terhadap perubahan variabel permintaan serta lead time. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah model kebijakan Continuous Review System dengan biaya persediaan total yang lebih rendah.

Hospital pharmacy service is an integral part of the health care system in a hospital. In pharmacy, inventory management faces many unique challenges. which must balance the inventory levels that meet the needs of patients and also minimize inventory costs. The method can be used to determine the inventory control policy is Continuous Review System and Periodic Review System where these methods are used to obtain the policy parameters such as quantity order, reorder point, and the total cost of inventory. Monte Carlo simulation is performed to see changes in the parameters of the total cost of the two types of policy models based on changes in demand and lead time variable according to the deviation of each variable. The results obtained in this study is a Continuous Review System model gives the total cost of inventory lower than the Periodic Review System model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Hanifah
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian sebagai tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker. Apoteker memiliki peran penting di dalam suatu apotek yaitu dalam pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik kepada pasien dan masyarakat. Pengetahuan dan pengalaman praktis diperlukan oleh seorang calon apoteker untuk memberikan gambaran kerja apoteker di lingkungan kerja. Pada Praktik Kerja Profesi Apoteker PKPA yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 48 diharapkan calon apoteker dapat memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan apotek dan praktik kefarmasian, memiliki pengetahuan dan pengalaman praktis untuk melaksanakan praktik kefarmasian di apotek, serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian. Dalam pelaksanaan praktik kerja profesi ini juga dilaksanakan tugas khusus berupa kepuasan pelanggan terhadap apotek dan kinerja apoteker. Tujuan dari tugas khusus ini adalah agar calon apoteker dapat mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan kefarmasian. Setelah pelaksanaan tugas khusus, calon apoteker lebih mengetahui faktor apa yang harus ditingkatkan dan memperbaiki kinerja apoteker agar kepuasan pelanggan terpenuhi.

Pharmacy is a pharmaceutical care facility where pharmaceutical practice is performed by pharmacists. Pharmacists have an important role in the management of pharmaceutical preparations and clinical pharmacy services to patient and community. Knowledge and practical experience requires to be a good pharmacist. Internship at Kimia Farma Pharmacy 48 helped pharmacist candidates to understand duties and responsibilities of pharmacists in pharmacy management and pharmaceutical practices, to have knowledge and practical experience to carry out pharmaceutical practices in pharmacies, and to have a real picture of pharmaceutical practice issues. This internship also carried out specific assignment in the form of costumer satisfaction of pharmacy and pharmacist service. The purpose of this specific assignment is to enable the pharmacist can find out the level of customer satisfaction with the quality of pharmaceutical services. After the implementation of this specific assignment, prospective pharmacists could be more aware of what factors must be improved and improve the pharmacist 39;s performance so that customer satisfaction can be achieved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Teguh Setiawan
"Praktik kerja profesi di Apotek Kimia Farma Nomor 366 Depok Periode Bulan September Tahun 2017 bertujuan untuk memahami tugas serta tanggung jawab apoteker dalam mengelola apotek, dan melaksanakan praktik pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku. Selain itu praktik kerja ini juga memberikan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta pengalaman praktis dalam melakukan praktek kefarmasian di apotek, memberikan gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian. Praktik kerja profesi di Apotek Kimia Farma Nomor 366 Depok dilakukan selama empat minggu dengan tugas khusus yaitu ldquo;Analisis Resep Obat Hipertensi di Apotek Kimia Farma No. 366 Depok rdquo;. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk memahami peran apoteker dalam pengkajian resep terutama obat hipertensi yang merupakan kasus terbanyak di apotek tersebut, agar tujuan terapi dapat tercapai yaitu pasien dapat sembuh dari penyakitnya dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Internship at Kimia Farma Pharmacy Number 366 Depok Period September 2017 was intended to understand the duties and responsibilities of pharmacists in pharmacy management, as well practicing pharmaceutical services in accordance with applicable laws and ethics. This internship also render an insight, knowledge, skills and practical experience to undertake pharmaceutical practices in pharmacies, providing the real condition of pharmaceutical practice issues and learn the strategies and activities that can be undertaken in the course of pharmaceutical practice development. Internship at Kimia Farma Pharmacy Number 366 Depok was conducted for four weeks with special assignment ldquo;Analysis of Prescription for Hypertension medication at Kimia Farma Pharmacy Number 366 Depok rdquo;. The objective of this special assignment is to comprehend the role of pharmacists in prescription assessment, especially hypertension which is the most cases in this pharmacies, so that the goal of therapy can be achieved that is the patient can recover from the illness and improve the patient life quality. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Natania Kurniadi
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh Apoteker (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). WHO menentukan sebuah standar bagi apoteker untuk dapat meningkatkan, menunjang akses, dan mendukung pelayanan di apotek yaitu Good Pharmacy Practice (GPP). PT. Kimia Farma Apotek melaksanakan penerapan GPP melalui penyediaan dan penerapan Standar Operating Procedure (SOP) yang di dalamnya telah diatur standar pelayanan kefarmasian yang perlu diterapkan oleh setiap apotek jaringan. Oleh karena itu dilakukan penilaian terhadap penerapan GPP di apotek Kimia Farma Menteng Huis berdasarkan SOP yang telah tersedia. Pelaksanaan tugas khusus Self-assesment GPP dilaksanakan berdasarkan formulir penilaian yang memuat sembilan kategori penilaian, yaitu legalitas apotek, penampilan apotek dan petugas, layanan obat dengan resep, layanan obat tanpa resep, SOP protokol new normal, morning briefing dan serah terima shift, delivery, homecare, telefarma, dan PRB community, penyimpanan obat. Penilaian dilakukan dengan pemberian poin 1 (Aspek tidak terlaksana), 2 (Aspek terlaksana Sebagian), atau 3 (aspek terlaksana sepenuhnya). Dari 9 kategori tersebur terdapat 50 aspek penilaian, sebanyak 30 aspek memperoleh poin 3, sebanyak 13 aspek memperoleh poin 2, dan sebanyak 7 aspek memperoleh poin 1.

A pharmacy store is where the pharmacy practices were performed by the pharmacist. WHO had determined a standard for pharmacists to improve and support pharmacy practices and services in stores, which was Good Pharmacy Practice (GPP). PT. Kimia Farma Apotek implemented GPP through the provision and application of Standard Operating Procedures (SOP), which regulate the standards of pharmaceutical service and must be implemented by each Kimia Farma store. Therefore, an assessment of the implementation of GPP was carried out at the Kimia Farma Menteng Huis based on the available SOP. Implementation of this self-assessment was carried out based on an assessment form that contains nine assessment categories, namely pharmacy legality, pharmacy and staff appearance, prescription drug services, non-prescription drug services, new normal protocol SOP, morning briefing and shift handover, delivery, homecare, tele pharma, and PRB community, and medicines storage. The assessment is carried out by rate 1 point if the aspect was not implemented, 2 point if the aspect ix Universitas Indonesia was implemented partially, or 3 points if the aspect was fully implemented. From all the 9 categories there are 50 assessment aspects, Kimia Farma Menteng Huis got 30 aspects with 3 points, 13 aspects with 2 points, and 7 aspects with 1 point."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyyah Siti Zainab
"“Kumpulan Tugas PKPA di Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Jati Asih Bekasi Utara” Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan untuk membantu meningkatkan kesehatan bagi masyarakat, apotek juga sebagai tempat praktik tenaga profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan Sulasmo, 2007) sedangkan apoteker ialah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah apoteker (PP 51, 2009 ; Permenkes RI, 2014). Apoteker sangat erat kaitannya dengan apotek. Apotek merupakan salah satu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, disamping penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sesuai dengan peraturan pemerintah, apotek harus dibawah tanggung jawab seorang apoteker. Keberadaaan apoteker di apotek tidak hanya terkait dengan permasalahan obat, namun apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat menjalankan profesi secara professional dan berinteraksi langsung dengan pasien, termasuk untuk pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker harus juga memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error), mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (sociopharmacoeconomy). Hal ini bila dikaitkan dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek menjadikan peranan apoteker di apotek sangatlah penting (Permenkes RI, 2014).

“Collection of PKPA Assignments at Kimia Farma Pharmacy, Jati Asih Business Unit, North Bekasi” A pharmacy is a health service facility to help improve health for the community, a pharmacy is also a place of practice for professional pharmacists in carrying out pharmaceutical work (Hartini and Sulasmo, 2007) while a pharmacist is a pharmacy graduate who has graduated as a pharmacist and has taken the pharmacist's oath (PP 51, 2009; RI Minister of Health Regulation, 2014). Pharmacists are closely related to pharmacies. A pharmacy is one of the places where pharmaceutical work is carried out, in addition to distributing pharmaceutical preparations and other health supplies to the public. In accordance with government regulations, pharmacies must be under the responsibility of a pharmacist. The presence of pharmacists in pharmacies is not only related to drug issues, but pharmacists are required to improve their knowledge, skills and behavior so they can carry out their profession professionally and interact directly with patients, including providing drug information and counseling to patients who need it. Pharmacists must also understand and be aware of the possibility of medication errors, identify, prevent, overcome pharmacoeconomic and social pharmacy problems (sociopharmacoeconomy). This, when linked to pharmaceutical service standards in pharmacies, makes the role of pharmacists in pharmacies very important (Permenkes RI, 2014). PKPA activities in pharmacies have the benefit of making students understand the duties and responsibilities carried out in pharmacies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>