Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Kemas
"Novel Pulang berkisah tentang empat sekawan pelarian politik, dengann Dimas Suryo sebagai tokoh utama. Mereka terjebak di Perancis dan terancam tidak bisa lagi kembali lagi akibat status mereka yang dianggap berafliasi dengan PKI. Pada Novel Pulang terlihat jelas polarisasi Barat dan Timur, Barat sebagai sisi positif dan Timur sebagai sisi negatif. Kolonialisme secara struktur menciptkan oposisi biner antara Barat dan Timur. Pengkajian polarisasi Barat dan Timur mengambil bangun teori poskolonialisme atau yang juga disebut orientalisme.

This paper will discuss about East-West Polarization in the novel Pulang by Leila S. Chudori. Pulang focuses on political refugees with Dimas Suryo as the main character. They stuck in France and threatened that they can't go back to Indonesia because they are considered to be afliated with Indonesian Communist Party. In Pulang, . East-West polarization seems obvious. The novel indicates West the positive side and East as the negative side. The perspective is legacy of colonial era that creates a binnary opposition of East and West. To Review about East-West, this paper will use post-colonialims theory pr better known as Orientalism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Habiibati Bestari
"ABSTRAK
Dalam dunia yang didominasi oleh laki-laki, perempuan menjadi pihak yang terdiamkan dalam masyarakat. Untuk membuka ruang publik dan berpolitik serta bersuara, perempuan memiliki cara feminin yang digunakan yaitu dengan menulis. Penulis perempuan bukan sekadar perempuan yang menulis, melainkan manusia yang menyadari secara penuh identitas dan perannya sebagai seorang perempuan, serta merefleksikan hal tersebut dalam setiap tulisannya. Leila Chudori, salah satu penulis perempuan Indonesia yang berusaha menyuarakan kegelisahannya melalui tulisan. Pulang menjadi karya Leila Chudori yang diterima secara luas di kalangan nasional maupun internasional merupakan sebuah dialog besar akan refleksi Leila sebagai seorang warga negara sekaligus seorang perempuan. Menggunakan metode analisis kode milik Roland Barthes, penelitian ini akan membedah representasi perempuan yang digambarkan oleh Chudori dalam Pulang dan melihat bagaimana kesadaran identitas gender yang ada dalam Chudori juga tampak terbangun pada Pulang.

ABSTRACT
In the world dominated by men, women was being muted in the society. To open the public sphere and voiced, women has a feminine way, writes. A Women writer was not simply a women that writes, it is about a human having a full consciousness of her identity and her role as a women, and reflect those in everything she writes. Leila Chudori is one of the Indonesia female writer that write to voice out her concern. Pulang is Leila Chudori’s work that had a big sucsess in a national and international scale. It is a grand dialogue of Leila’s reflection as a citizen as well as a women. Using Roland Barthes’s code analysis, this research will explore women representation that Chudori wrote n Pulang and see how did Chudori’s gender consciousness affect Pulang."
2016
S62972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapardi Djoko Damono, 1940-2020
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999
899.209 SAP p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Djoko Pradopo
Bulaksumur, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2011
801.95 RAC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H.B. (Hans Baque) Jassin, 1917-2000
Jakarta: Gramedia, 1985
899.221 JAS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Junus
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1984
899.309 UMA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2003
810.9 PRA r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alifa Rosyidah Resalia
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kalimat imperatif bahasa Korea dan kalimat imperatif bahasa Indonesia dalam novel Singeulbil dan novel terjemahan bahasa Indonesianya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik, persamaan dan perbedaan kalimat imperatif dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia ditinjau dari segi sintaksis dan pragmatiknya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi pustaka dan analisis kontrastif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan kalimat imperatif dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia dilihat dari segi sintaksis dan pragmatiknya. Persamaan dari segi sintaksisnya adalah dalam kedua bahasa, kalimat imperatif memiliki penanda verba dalam bentuk kata, pelaku tindakan yang tidak selalu terungkap, dapat diakhiri dengan tanda titik atau tanda seru, dan tidak dapat berbentuk kala lampau atau kala akan datang. Persamaan dari segi pragmatiknya adalah dapat menghasilkan makna perintah, permintaan, ajakan, dan larangan, serta memiliki bentuk sopan sesuai dengan mitra tuturnya. Perbedaan dari segi sintaksisnya adalah dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia terdapat afiksasi, penggunaan partikel lsquo;-lah rsquo;, dan kata penanda, sedangkan dalam bahasa Korea penanda kalimat imperatif fokus pada eomi yang digunakan. Perbedaan lainnya adalah dalam kalimat imperatif Bahasa Indonesia dapat bentuk pasif dan kata penanda makna dapat berdiri sendiri. Sementara hal-hal tersebut tidak ditemukan dalam kalimat imperatif bahasa Korea. Dalam penyampaiannya, penanda kalimat imperatif eomi harus digunakan secara tepat, sedangkan penanda kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia digunakan tidak terikat pada usia atau status sosial mitra tutur.

ABSTRACT
This research describes Korean and Indonesian imperative sentences in a novel entitled Singeulbil and its Indonesian translated version. This research aims to explain the characteristics, similarities and differences of Korean and Indonesian imperative sentence from syntax and pragmatic rsquo s view. This research used a qualitative method of literature study and contrastive analysis. The results of this study show that there are some similarities and differences between Korean and Indonesian imperative sentences refer to it rsquo s syntax and pragmatic. The syntactic similarities are the imperative sentence in both languages has verb marker in a form of words, the subject is not always revealed, it can be completed with a period or exclamation mark, and it can rsquo t be used in past tense or future tense form. The pragmatic similarities in both languages are the imperative sentence possible to significance command, demand, invitation, and prohibition, also it has formal form depends on the listener. The syntactic differences are imperative marker in Indonesian has exertion of ldquo lah rdquo particle and a marker in a form of words, meanwhile Korean imperative form focus on the use of eomi. The other differences can be found in the Indonesian imperative are the affixation of verbs, the passive form, and the word signifier of meaning can stand on its own. It can rsquo t be found in Korean imperative. The usage of Korean imperative eomi has certain rules on age and social status of the listener, but Indonesian imperative is more flexible. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sayekti
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , 1998
899.221 09 SRI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Husna
"Novel Gadis Pantai mempunyai latar belakang cerita mengenai perbedaan kedudukan antara pribumi dan priyayi. Kehidupan sosial masyarakat dalam novel Gadis Pantai sangat kental dengan pengaruh budaya Jawa. Aspek sosial dan budaya Jawa merupakan unsur ekstrinsik yang dibahas dalam perspektif sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui kajian pustaka. Kajian dilakukan dengan menganalisis aspek sosial dan budaya Jawa yang tercermin dalam novel Gadis Pantai yang merupakan unsur ekstrinsik dari novel Gadis Pantai. Makalah ini menjelaskan kontras atau perbedaan-perbedaan kehidupan priyayi dan rakyat pesisir Jawa dilihat dari aspek sosial dan budaya. Penulis berkesimpulan bahwa terdapat kontras yang sangat tajam antara kehidupan priyayi dan rakyat pesisir Jawa serta keberpihakan Pramoedya Ananta Toer sebagai pengarang pada rakyat pesisir Jawa. Hal tersebut terlihat dengan jelas dalam pelukisan Gadis Pantai sebagai rakyat kecil dan perilaku kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh kaum priyayi dalam novel Gadis Pantai.

Gadis Pantai novel has background story about the difference level between the native and the aristocracy. The social life of people in Gadis Pantai novel is heavily influenced by Javanese cultural. Social and Javanese cultural aspects are extrinsic elements discussed from sociology literature perspective. The method that used in this study is qualitative method through literary view. This analysis is conducted by analyzing social and Javanese cultural aspects reftected in Gadis Pantai novel which part of extrisic elements in Gadis Pantai novel. This paper explains contrast or differences between aristocracy‟s life and people in Java coastal from the view of social and cultural aspects. The author of this paper concludes that there is a very noticeable contrast between the lives of aristocracy and people in the Java coastal and Pramoedya Ananta Toer‟s bias towards people in the Java coastal. That is proved clearly through Gadis Pantai as poor people and arbitrariness shown by the aristocracy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>