Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165469 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Ananda
"Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan. Salah satu aspek utama dalam manajemen perbekalan farmasi adalah perencanaan pengadaan obat, yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode Pareto ABC telah terbukti efektif dalam mengelola stok barang di apotek. Namun, pada penelitian ini metode Pareto ABC dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menganalisis dokter penulis resep. Resep-obat menjadi sumber pendapatan utama bagi apotek, dan analisis Pareto terhadap dokter penulis resep dapat membantu mengidentifikasi kontributor utama dalam penjualan obat. Penelitian ini menganalisis data transaksi peresepan obat selama bulan November 2022 di Apotek Kimia Farma 382. Hasil analisis diperoleh: Kelompok Pareto A terdiri dari 24 dokter dengan kontribusi terbesar, menyumbang sekitar 69,623% dari total transaksi senilai Rp34.007.080. Kelompok Pareto B dengan 31 dokter dan 20,226% dari total transaksi senilai Rp9.879.297. Sementara Kelompok Pareto C terdiri dari 54 dokter (49,541%) dengan nilai transaksi Rp4.957.695. Kelompok dokter penulis resep dalam Kelompok Pareto A memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan apotek. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan obat harus memberikan prioritas pada obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter dalam kelompok ini untuk meningkatkan profitabilitas dan kerjasama dengan dokter-dokter dalam kelompok tersebut sehingga dapat mendukung peningkatan pelayanan kefarmasian yang lebih baik.

Pharmaceutical services in pharmacies are a critical element in healthcare. One of the primary aspects of pharmaceutical supply management is drug procurement planning, which aims to ensure the availability of drugs that meet the needs of the community. The Pareto ABC method has proven to be effective in managing inventory in pharmacies. However, in this study, the Pareto ABC method is approached differently by analysing the prescribing doctors. Prescription drugs are the main source of income for pharmacies, and Pareto analysis of prescribing doctors can help identify the major contributors to drug sales. This research analysed prescription drug transaction data for November 2022 at Apotek Kimia Farma 382. The analysis results are as follows: Pareto Group A consists of 24 doctors with the highest contribution, accounting for approximately 69.623% of the total transactions amounting to Rp34,007,080. Pareto Group B includes 31 doctors, contributing 20.226% of the total transactions valued at Rp9,879,297. Meanwhile, Pareto Group C comprises 54 doctors (49.541%) with a transaction value of Rp4,957,695. Doctors in the Prescribing Doctor Group A make the most significant contribution to the pharmacy's revenue. Therefore, drug procurement planning should prioritize drugs frequently prescribed by doctors in this group to enhance profitability and collaboration with doctors in that group, thereby supporting improved pharmaceutical services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat apoteker melakukan praktek kefarmasian. Kegiatan perencanaan merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016 yang berkaitan dengan manajemen perbekalan farmasi. Perencanaan dan pengadaan obat merupakan faktor penting dalam tahap pengelolaan obat di apotek yang dapat menunjang ketersediaan perbekalan farmasi. Analisis Pareto (ABC) adalah salah satu metode pengendalian persediaan kebutuhan obat yang memiliki prinsip bahwa sebagian kecil barang memiliki kontribusi terhadap sebagian besar dari total nilai. Analisis pareto ABC berguna sebagai acuan dalam menentukan prioritas pemesanan berdasarkan nilai atau harga persediaan, selain itu dapat berguna untuk memfokuskan jenis persediaan utama yang dapat memberikan pemasukan tinggi bagi apotek. Analisis data secara pareto dilakukan dengan cara menghitung nilai investasi dari masing-masing nama dokter penulis. Pelaksanaan analisis Pareto (ABC) harus dilakukan secara berkala agar proses pengadaan dan pengendalian obat dapat berjalan efektif dan efisien.

Drugstore is a pharmaceutical service facility were pharmacists practice pharmacy. Planning activity is one of the pharmaceutical service activities in pharmacies in Permenkes No. 73 of 2016 relating to pharmaceutical supply management. Drug planning and procurement are important factors in the drug management stage in pharmacies that can support the availability of pharmaceutical supplies. Pareto analysis (ABC) is a method of controlling drug inventory which has the principle that a small portion of goods contributes to a large proportion of the total value. ABC pareto analysis is useful as a reference in determining priority orders based on inventory value or price, besides that it can be useful for focusing on the main types of inventories that can provide high income for pharmacies. Pareto data analysis is carried out by calculating the investment value of each author's doctor's name. The implementation of Pareto analysis (ABC) must be carried out periodically so that the drug procurement and control process can run effectively and efficiently."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rahmawati Putri
"Salah satu upaya pemerintah untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan pada pasien penderita penyakit kronis adalah dengan menyelenggarakan Program Rujuk Balik (PRB). Pelayanan program diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang memiliki penyakit kronis dan telah terkontrol, namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka Panjang salah satunya adalah hipertensi. Kondisi pasien PRB di Puskesmas Cengkareng didominasi oleh pasien hipertensi, diabetes melitus, dan pasien stroke. Hampir sebanyak 70% dari total pasien PRB mengalami hipertensi. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pencegahan probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian pada pasien hipertensi. Dan dapat digunakan sebagai program pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi pada pasien sehat.

One of the government's efforts to facilitate access to health services for patients with chronic diseases is to organize a Refer Back Program (PRB). Program services are provided to BPJS Health participants who have chronic diseases and are under control, but still require long-term treatment or nursing care, one of which is hypertension. The condition of PRB patients at the Cengkareng Health Center was dominated by hypertension, diabetes mellitus, and stroke patients. Nearly 70% of the total PRB patients experienced hypertension. This research is expected to be used as a basis for preventing the probability of morbidity, complications, and death in hypertensive patients. And can be used as a program for the prevention and control of hypertension in healthy patients"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Pengkajian klinis berupa ketepatan indikasi, dosis obat, waktu penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan interaksi obat). Pengkajian klinis pada resep obat betujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien.

A prescription is a written request from a doctor or dentist to a pharmacist, either in paper or electronic form to provide and deliver medicine to patients in accordance with applicable regulations. Prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Clinical assessment in the form of accuracy of indications, drug dosage, time of drug use, duplication and / or polypharmacy, unwanted drug reactions (allergies, drug side effects, other clinical manifestations, contraindications and drug interactions). Clinical assessment of drug prescriptions aims to improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of safety in patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Salah satu komponen penting dalam pelayanan kefarmasian di apotek adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek harus diatur untuk menjamin ketersediaan produk dalam jumlah memadai. Pengelolaan persediaan farmasi dapat diatur melalui beberapa metode, salah satunya adalah metode pareto atau ABC. Metode ini memfokuskan pengelola apotek pada penentuan item-item yang penting terhadap keberlangsungan operasional apotek sehingga dapat diatur prioritas pengawasan dan pengendalian terhadap persediaan tersebut. Penelitian dilakukan terhadap resep yang diterima di PPO Kimia Farma no.382 dan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode analisis pareto pemakaian dan pareto nilai investasi. Berdasarkan analisis pareto pemakaian, kelompok pareto A terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto B terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (70,45%) , sementara berfasartan analisis pareto nilai investasi, kelompok pareto A terdiri atas 12 item obat (13,63%) dengan nilai investasi 70,44% (Rp 88.851.753), kelompok pareto B terdiri atas 16 item obat (18,18%) dengan nilai investasi 19,49% (Rp 24.580.213) dan kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (68,18%) dengan nilai investasi 10,07% (Rp 12.701.220).

A pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical practice is carried out by pharmacists. One of the important components in pharmaceutical services in pharmacies is the management of pharmaceutical supplies, medical devices and consumable medical materials. Management of pharmaceutical preparations in pharmacies must be regulated to ensure the availability of products in adequate quantities. Pharmaceutical inventory management can be managed using several methods, one of which is the Pareto or ABC method. This method focuses pharmacy managers on determining items that are important to the continuity of pharmacy operations so that priorities for monitoring and controlling these supplies can be set. Research was carried out on recipes received at PPO Kimia Farma no. 382 and was carried out using a quantitative approach using the Pareto usage and Pareto investment value analysis methods. Based on Pareto analysis of usage, Pareto group A consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group B consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group C consists of 12 drug items (70.45%), while based on Pareto analysis investment value, Pareto group A consists of 12 drug items (13.63%) with an investment value of 70.44% (Rp. 88,851,753), Pareto group B consists of 16 drug items (18.18%) with an investment value of 19, 49% (Rp. 24,580,213) and Pareto group C consists of 12 drug items (68.18%) with an investment value of 10.07% (Rp. 12,701,220)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Arifa Aldi
"Suplemen makanan adalah produk yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang didapat dari makanan. Multivitamin adalah produk yang memiliki formula mencakup vitamin tunggal, beberapa, bahkan kombinasi dengan mineral. Soft selling adalah metode promosi secara halus yaitu tidak langsung mengarahkan konsumen untuk membeli produk sehingga konsumen tidak merasa terpaksa untuk membeli produk. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara dan deskriptif melalui platform media sosial berupa instagram. Pengamatan dilakukan dengan melakukan riset terhadap produk suplemen dan multivitamin, pembuatan konsep, melakukan promosi, mengumpulkan data pembeli, dan melakukan analisis. Hasil penelitian ini didapatkan profil pembeli yang melakukan pembelian melalui soft selling berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 57% dan laki-laki sebanyak 42%. Berdasarkan usia, 71,5% pembeli berusia 17-24 tahun dan 28,5% berusia 25-45 tahun. Berdasarkan status pekerjaan, 72,5% pekerja dan 28,5% pelajar/mahasiswa. Berdasarkan alasan membeli produk, 71,44% membeli karena konten menarik dan edukatif, 14,28% membeli karena promo produk, dan 14,28% membeli karena testimoni produk. Hasil penjualan pada tanggal 20-27 Oktober 2022 sebanyak 7 transaksi dengan omset Rp 1.268.500 dengan presentasi pengikut instagram yang tertarik untuk membeli sebanyak 0,61% sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode soft selling dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan suplemen dan multivitamin.

Food supplements are products designed to complement the nutrients obtained from food. Multivitamins are products formulated with single vitamins, various combinations, and even minerals. Soft selling is a subtle promotional method that does not directly instructing consumers to purchase a product, ensuring that they do not feel pressured to buy. The method used in this research are interviews and a descriptive via the social media platform Instagram. Observations were made by conducting research on supplement and multivitamin products, developing concepts, executing promotions, collecting buyer data, and conducting analysis. The results of this research showed that the profile of buyers who made purchases through soft selling was based on gender, 57% female and 42% male. Based on age, 71.5% of buyers are 17-24 years old and 28.5% are 25-45 years old. Based on employment status, 72.5% are workers and 28.5% are students. Based on reasons for buying products, 71.44% bought because of interesting and educational content, 14.28% bought because of product promotions, and 14.28% bought because of product testimonials. The sales outcomes for October 20–27, 2022, included 7 transactions generate a turnover of IDR 1,268,500 with a percentage of Instagram followers who were interested in buying as much as 0.61%, so it can be concluded that the application of the soft selling method can be used to increase sales of supplements and multivitamins."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Arifa Aldi
"Suplemen makanan adalah produk yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang didapat dari makanan. Multivitamin adalah produk yang memiliki formula mencakup vitamin tunggal, beberapa, bahkan kombinasi dengan mineral. Soft selling adalah metode promosi secara halus yaitu tidak langsung mengarahkan konsumen untuk membeli produk sehingga konsumen tidak merasa terpaksa untuk membeli produk. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara dan deskriptif melalui platform media sosial berupa instagram. Pengamatan dilakukan dengan melakukan riset terhadap produk suplemen dan multivitamin, pembuatan konsep, melakukan promosi, mengumpulkan data pembeli, dan melakukan analisis. Hasil penelitian ini didapatkan profil pembeli yang melakukan pembelian melalui soft selling berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 57% dan laki-laki sebanyak 42%. Berdasarkan usia, 71,5% pembeli berusia 17-24 tahun dan 28,5% berusia 25-45 tahun. Berdasarkan status pekerjaan, 72,5% pekerja dan 28,5% pelajar/mahasiswa. Berdasarkan alasan membeli produk, 71,44% membeli karena konten menarik dan edukatif, 14,28% membeli karena promo produk, dan 14,28% membeli karena testimoni produk. Hasil penjualan pada tanggal 20-27 Oktober 2022 sebanyak 7 transaksi dengan omset Rp 1.268.500 dengan presentasi pengikut instagram yang tertarik untuk membeli sebanyak 0,61% sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode soft selling dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan suplemen dan multivitamin.

Food supplements are products designed to complement the nutrients obtained from food. Multivitamins are products formulated with single vitamins, various combinations, and even minerals. Soft selling is a subtle promotional method that does not directly instructing consumers to purchase a product, ensuring that they do not feel pressured to buy. The method used in this research are interviews and a descriptive via the social media platform Instagram. Observations were made by conducting research on supplement and multivitamin products, developing concepts, executing promotions, collecting buyer data, and conducting analysis. The results of this research showed that the profile of buyers who made purchases through soft selling was based on gender, 57% female and 42% male. Based on age, 71.5% of buyers are 17-24 years old and 28.5% are 25-45 years old. Based on employment status, 72.5% are workers and 28.5% are students. Based on reasons for buying products, 71.44% bought because of interesting and educational content, 14.28% bought because of product promotions, and 14.28% bought because of product testimonials. The sales outcomes for October 20–27, 2022, included 7 transactions generate a turnover of IDR 1,268,500 with a percentage of Instagram followers who were interested in buying as much as 0.61%, so it can be concluded that the application of the soft selling method can be used to increase sales of supplements and multivitamins."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aqqilla Rinanda Arenta Putri
"Perencanaan merupakan tahapan yang penting karena faktor perencanaan obat yang baik dapat mencegah terjadinya kekurangan dan kelebihan stok obat, serta pemborosan anggaran. Perencanaan merupakan kegiatan penentuan penyusunan daftar kebutuhan obat (jenis dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, sebelum dilakukannya proses pengadaan. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan pada perencanaan, diantaranya Metode Konsumsi, Metode Morbiditas dan Metode Proxy Consumption. Pada tahap perencanaan juga terdapat analisis atau evaluasi rencana kebutuhan sediaan farmasi yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan efesiensi anggaran. Analisis perencanaan pengadaaan obat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu Analisis ABC, Analisis VEN, dan Analisis Kombinasi. Diantara ketiga metode tersebut, metode analisis ABC pareto merupakan metode evaluasi perencanaan perbekalan farmasi di apotek yang sering digunakan. Analisis ABC Pareto digunakan untuk mengetahui prioritas item yang digunakan di apotek dengan melihat persentase kumulatif dari jumlah pemakaian (nilai pakai), persentase kumulatif dari jumlah investasi (nilai investasi), serta nilai indeks kritis (melalui skor total dari nilai pakai dan nilai investasi). Analisis ABC Pareto dapat membantu Apoteker untuk merencanakan obat- obat atau barang dengan nilai ekonomi paling menguntungkan, sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih banyak dan lebih cepat dengan penjualan obat- obat tersebut.

Procurement is an important stage because good drug planning can prevent shortages and excesses of drug stock, as well as wasting the budget. Procurement is the activity of determining the preparation of a list of drug requirements (type and quantity) in accordance with needs and budget, before the procurement process is carried out. There are three methods that can be used to calculate needs in procurement, including the Consumption Method, Morbidity Method and Proxy Consumption Method. At the planning stage there is also an analysis or evaluation of the planned need for pharmaceutical supplies which aims to ensure drug availability and budget efficiency. Analysis of drug procurement planning can be carried out using various methods, namely ABC Analysis, VEN Analysis and Combination Analysis. Among these three methods, the ABC Pareto analysis method is a method for evaluating pharmaceutical supply planning in pharmacies that is often used. ABC Pareto analysis is used to determine the priority of items used in pharmacies by looking at the cumulative percentage of the amount of use (use value), the cumulative percentage of the investment amount (investment value), as well as the critical index value (through the total score of use value and investment value). ABC Pareto analysis can help pharmacists to plan medicines or goods with the most profitable economic value, so that they can gain more and faster profits from selling these medicines.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasian dimana dilaksanakannya praktik kefarmasian oleh Apoteker. Kegiatan pelayanan di apotek telah berkembang menjadi layanan komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien atau pharmaceutical care. Konsep pharmaceutical care berkaitan dengan konsep dasar Good Pharmacy Practice (GPP). Good Pharmacy Practice atau GPP merupakan panduan internasional mengenai praktik kefarmasian yang dibuat oleh International Pharmaceutical Federation (FIP) yang berkolaborasi dengan World Health Organization. Menurut panduan GPP, apoteker harus memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang disediakan telah tepat untuk semua obat terutama obat yang perlu pengawasan khusus. Tujuan laporan PKPA ini adalah untuk menganalisis implementasi aspek penyimpanan di KFA No. 382 yang disesuaikan pada panduan Good Pharmacy Practice (GPP). Analisis didasarkan dari observasi dan impementasi panduan GPP mengenai aspek penyimpanan sediaan obat di Apotek Kimia Farma No. 382. Berdasarkan hasil analisis, prosedur penyimpanan sudah hampir sepenuhnya menerapkan panduan Good Pharmacy Practice (GPP) yaitu sebanyak 95,65% atau 22 variabel sesuai dengan poin-poin yang diatur dalam panduan GPP. Namun, masih terdapat satu variabel (4,35%) yang belum sesuai dengan panduan GPP.

The pharmacy is one of the pharmaceutical service structures where pharmaceutical practices are carried out by pharmacists. Service activities in pharmacies have turned into comprehensive services to improve patient’s quality of life (pharmaceutical care). The concept of pharmaceutical care is linked to the basic concept of good pharmacy practice (GPP). Good pharmacy practice (GPP) is an international guide to pharmaceutical practice created by the Federation of International Pharmaceuticals (FIP) in collaboration with the World Health Organization. According to GPP guidelines, pharmacists must ensure that the storage conditions provided are appropriate for all medicines, especially those that require special supervision. The purpose of this PKPA report is to analyze the implementation of archiving aspects in KFA No. 382 adapted to the guidelines of good pharmacy practice (GPP). The analysis is based on the observation and implementation of the GPP guidelines relating to aspects of the conservation of medicines at the Kimia Farma pharmacy No. 382. Based on the results of the analysis, the storage procedure almost fully implemented the guidelines of good pharmacy practice (GPP), i.e., 95.65% or 22 variables according to the points set out in the GPP guidelines. However, there is still one variable (4.35%) that does not comply with GPP guidelines."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan farmasi klinik di apotek adalah pengkajian resep. Pengkajian resep meliputi kajian administratif, farmasetik, dan klinis. Hal-hal yang termasuk dalam kajian klinis diantaranya yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi. kajian klinis ini perlu dilakukan agar pengobatan untuk pasien tepat sehingga target terapi pasien dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengkajian klinis resep di Apotek Kimia Farma Siliwangi Cirebon bulan September 2022, diantaranya yaitu resep geriatri, pediatri, narkotika, psikotropika, dan polifarmasi. Melalui tugas khusus ini diketahui pada beberapa resep geriatri, pediatri, narkotika, dan psikotropika secara klinis untuk indikasi, dosis, waktu dan cara pemberian sudah sesuai, namun terdapat beberapa interaksi obat sehingga perlu dilakukan monitoring dan penyesuaian dosis, dan jika terdapat antibiotik pada resep disarankan tidak diracik bersama dengan obat lainnya. Untuk resep polifarmasi sebaiknya diperhatikan kembali karena polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat dan mungkin juga terdapat duplikasi obat.


Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacy practice is done by pharmacist. The Standards for Pharmaceutical Services in Pharmacies include standards for the management of pharmaceutical products, medical devices, consumable medical material, and clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in a pharmacy is prescription review. Prescription reviews include administrative, pharmaceutical, and clinical reviews. Things included in clinical studies such as the accuracy of drug indications and dosages, rules, method and duration of drug use, duplication and/or polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications, and interactions. This clinical study needs to be carried out so that the treatment for the patient is accurate so that the patient's therapeutic target can be achieved. Therefore, this research was conducted to obtain a clinical review of prescriptions at the Kimia Farma Siliwangi Pharmacy Cirebon in September 2022, including geriatric, pediatric, narcotics, psychotropic, and polypharmacy prescriptions. Through this special assignment it is known that several geriatric, pediatric, narcotics and psychotropic prescriptions are clinically appropriate for indications, dosage, time and method of administration, but there are several drug interactions so it is necessary to do monitoring and adjust doses, and if there is an antibiotic in the prescription it is recommended not mixed with other drugs. For polypharmacy prescriptions, must be reconsidered because polypharmacy can increase the risk of drug interactions and there may also be drug duplication.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>