Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katami Nasarasiddi
"Produksi industri logam tembaga sering melibatkan dua proses yang berbeda; hidrometalurgi dan pirometalurgi. Pekerjaan sebelumnya yang diusulkan adalah proses sinergis antara hidro dan pirometalurgi. Tembaga sulfat mengalami proses pengendapan menggunakan kapur sebagai bahan pengendapan karena energi dan efisiensi biaya. Proses ini kemudian diikuti oleh pemisahan fisik dari pengendapan endapan. Skripsi ini menginvestigasi kondisi proses yang optimal dalam hal pengendapan produk dan dampak pemberian flokulan anionik / kationik pada proses pengendapan. Varietas berikut diterapkan untuk mencapai tujuan penyelidikan: • Waktu tinggal yang berbeda dalam reaktor; 10, 15, dan 30 menit • Perbedaan rasio kapur dengan tembaga sulfat; 100%, 95%, dan 105% dengan standar waktu tinggal 15 menit • Penggunaan flokulan yang berbeda dari anionik, kationik, dan tanpa penambahan flokulan. • Perbedaan dosis flokulan yang digunakan Serangkaian variasi di atas didasarkan pada kelayakan praktik dan diharapkan untuk mencapai kondisi terbaik dalam mengoptimalkan proses pengendapan brochantite. Hasil penelitian menemukan; waktu tinggal selama 15 menit menghasilkan tembaga yang lebih tinggi namun dengan laju pengendapan rendah. Peningkatan rasio antara kapur dan tembaga sulfat menghasilkan hasil yang sama. Hasil pengendapan yang tinggi dengan laju pengendapan yang rendah ini dioptimisasi dengan adanya penambahan flokulan untuk mempercepat laju pengendapan. Ditemukan bahwa anionik dengan dosis 10 mL mempengaruhi laju pengendapan lebih baik daripada kationik terhadap endapan tembaga karena permukaannya bermuatan positif. Kata Kunci: anionik, flokulan, kapur, kationik, optimisasi, proses tersinergi, pengendapan, tembaga, tembaga sulfat.

Industrial production of copper metal often involves two different processes; hydrometallurgical and pyrometallurgical. Previous work proposed is a synergistic process of hydro- and pyrometallurgical route. Copper sulphate undergoes a precipitation process of using lime as precipitation agent due to energy and cost efficiency. The process is then followed by physical separation of settling the precipitate. This research investigates the optimal condition of the process in terms of the settling of the product and the impact of dosing anionic/cationic flocculant on settling. The following varieties were applied to achieve the objectives of investigation: • Different residence time in the reactor of 10, 15 and 30 minutes • Different lime to copper sulphate ratio of 100%, 95% and 105% with a standard of 15 minutes residence time • Different flocculant usage of anionic, cationic and no addition of flocculant • Different dosage of flocculant used A series of variety above was based on the feasibility of practice and was expected to achieve the best condition in optimising settling of brochantite. The results of the investigation found were; intermediate residence time in the reactor of 15 minutes recovered higher copper with a cause of low settling rate. The increase in ratio of lime to copper sulphate produces similar result of having higher copper recovering with a drawback of settling rate. These optimum precipitation extent and low settling rate are maximised by introducing flocculant towards the settling process to improve settling rate. It was found that anionic with a dosage of 10 mL affects settling rate better than cationic towards copper precipitate due to their positively charged surface. Keywords: anionic, cationic, copper, copper sulphate, flocculant, lime, optimising, settling, synergistic process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanisa Nadhifah Sirod
"Tembaga berperan penting dalam kehidupan masyarakat modern. Semakin hari kadar tembaga terus menurun, menyebabkan meningkatnya energi per tembaga yang dihasilkan. Tembaga umumnya diproduksi melalui proses hidro- atau piro-metalurgi. Namun baru-baru ini, proses tembaga sinergis berenergi rendah diusulkan. Salah satu prosesnya adalah presipitasi tembaga. Proses hidro-presipitasi digunakan untuk memulihkan tembaga secara selektif. Hasil presipitasi menghasilkan kualitas tembaga yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar konsentrat tembaga sulfida yang biasa digunakan dalam proses pirometalurgi. Produk tembaga hasil presipitasi di proses hidrometalurgi dimasukkan ke dalam smelter/converter untuk mengurangi energi dalam produksi tembaga.
Presipitasi tembaga dari larutan sulfat dan bahan pengendapan berbasis kalsium seperti kapur menghasilkan co-kristalisasi gipsum. Adanya gipsum pada produk menyebabkan turunnya kadar presipitat. Namun, gipsum dan produk tembaga mengendap dengan ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, pemisahan fisik melalui proses penyaringan mungkin dilakukan untuk menghilangkan gipsum dan meningkatkan kualitas produk tembaga. Efek waktu presipitasi, tingkat penambahan reagen, dan latar belakang larutan selama proses presipitasi diselidiki, untuk menemukan kondisi yang mampu meningkatkan pemisahan fisik antara endapan tembaga dan kristal gipsum.
Hasil menunjukan bahwa kadar tembaga tertinggi 23.3 Cu dihasilkan dengan menggunakan air deionisasi sebagai latar belakang larutan. Akan tetapi, pemisahan optimal dan pemulihan terbaik 31.3 Cu dicapai pada kondisi basis dengan penambahan kapur yang lebih rendah, karena sisa kapur pada system menghambat potensi pemisahan. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa, penambahan kapur memberikan pengaruh terbesar pada pemulihan dan pemisahan.

Copper is essential in modern society. The current grade is decreasing, resulting in an increase in energy per copper obtained. Copper is generally produced from hydro or pyro metallurgical process. But recently, a low energy synergistic copper process is proposed. The process involves precipitating copper. A hydro precipitation step is utilised to selectively recover the valuable copper. The precipitate copper provides a higher copper grade compared to standard copper sulphide concentrate used in the pyrometallurgical process. The copper product from a hydrometallurgy process is fed into a smelter converter to reduce the overall energy of copper production.
Copper precipitation from sulphate solutions and calcium based precipitation agent like lime results in co crystallisation of gypsum. This presence of gypsum decreases the grade of precipitates. Gypsum and copper product precipitated at different sizes. Therefore, physical separation processes such as screening may be applied to remove gypsum and improve the copper product grade. Effects of residence time, reagent addition rate, and background solutions during continuous precipitation were investigated to find conditions, which enhance the physical separation between precipitated copper and gypsum crystals.
The results show that the highest copper grade 23.3 Cu was produced using DI water as the background solutions. However, the optimum separation along with the largest product recovery 31.3 Cu was achieved at baseline conditions, when lower lime addition rate was utilised, as the presence of unreacted lime inhibits the potential of separation. Therefore, lime addition rate was discovered to have the greatest influence on recoveries and separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Firmansyah Ika
"Logam busa merupakan material yang memiliki banyak rongga atau pori-pori sehingga banyak dipertimbangkan oleh para peneliti untuk diaplikasikan di dunia industri otomotif karena material ini memiliki sifat mekanis, termal, akustik, elektrik, dan kimia yang baik. Pembuatan logam busa dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, salah satunya dengan cara menggunakan sinter dan pelarutan yang merupakan suatu proses pembentukan pori-pori pada logam dengan menggunakan jalur metode metalurgi serbuk.
Dalam penelitian ini menggunakan serbuk tembaga dan kalium karbonat sebagai bahan baku pembuatan tembaga busa. Perbedaan perbandingan antara logam dengan garam menghasilkan jumlah pori-pori yang berbeda sehingga mempengaruhi sifat fisis dan mekanis yang berbeda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase berat 60%, 50 %, 40 %, 30 %, 0 % kalium karbonat. Tiap variabel dikompaksi dengan tekanan 200 bar, lalu disinter pada temperatur 850 °C selama 2 jam dan setelah itu dilakukan proses pelarutan kalium karbonat dalam air hangat selama 2 jam. Kemudian untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis pada tiap tembaga busa diuji porositas, densitas, kekuatan tekan dan dilakukan pengujian struktur mikro dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mikroskop optik.
Hasil dari penelitian ini berupa tembaga busa yang mempunyai ukuran pori-pori sebesar 197-928 µm. Densitas tembaga busa yang paling tinggi yaitu 2.75 gr/cm3 pada tembaga busa dengan persentase berat 30 % kalium karbonat dan yang paling rendah yaitu 1.28 gr/cm3 pada persentase berat 60 % kalium karbonat. Porositas tembaga busa yang paling tinggi yaitu 85.69 % pada persentase berat 60 % kalium karbonat dan yang paling rendah yaitu 69.29 % pada persentase berat 30 % kalium karbonat. Pada hasil pengamatan morfologi tembaga busa menunjukan bentuk pori-pori yang bulat dan memiliki jaringan koneksi antar pori. Hasil pengujian tekan menunjukan bahwa semakin tinggi persentase kalium karbonat dalam tembaga busa maka energi yang diserap oleh tembaga busa secara kualitatif semakin rendah.

Metal foams are materials which have many pores and are considered by the researchers to be applied in automotive industries because they have good mechanical, thermal, acoustic, electric, and chemical properties. The manufacturing of metal foams could be carried in several methods, one of these methods is to use lost carbonate sintering and dissolution process, which is a method to produce pores on metal by using powder metallurgy.
In this research, copper powder and potassium carbonate was used as raw materials for metal foam manufacturing. The ratio between metal and salt produced different amounts of pores that influenced their physical and mechanical properties. The ratio of potassium carbonate used in this research was 60%, 50%, 40%, 30%, and 0%. Each ratio were compacted with 200 bar pressure, and sinterized in 850°C for 2 hours, and then the potassium carbonate was dissolved in warm water for 2 hours. to investigate their physical and mechanical properties, on each copper were tested its porosity, density, compressive strength, and micro structural analysis were conducted by SEM and optical microscope.
The results of this research were copper foams with pores ranging from 197 ? 928 µm, the highest copper foam density was 2.75 gr/cm3on 30% potassium carbonate ratio, and the lowest was 1.28 gr/cm3 on 60% potassium carbonate density. The highest copper foam porosity was 85.69 % on 60% potassium carbonate, and the lowest was 69.29 % on 30% potassium carbonate. The morphology observation of the copper foams showed sphere-like pores and interconnected with each other. Compression test result showed that the higher potassium carbonate ratio on copper foams resulted in lower energy absorption by copper foams qualitatively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41761
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Callysta Nathania
"Filtrasi adalah salah satu teknik separasi padat-cair yang memiliki peran penting dalam berbagai industri termasuk ekstraksi dan pemulihan logam berharga. Efisiensi proses ini sangat bergantung pada sifat bahan yang terlibat dan kondisi operasional. Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan bahan aditif pada proses pemisahan logam, yaitu Sulfosuccinate Diestersebagai surfaktan, terhadap efisiensi proses separasi menggunakan mesin filter tekan otomatis VPA. Percobaan dilakukan dengan memberikan variasi konsentrasi surfaktan dalam rentang 100 gram/ton, 200 gram/ton, 300 gram/ton, dan variasi waktu pengeringan 100,120,140 detik pada suspensi . Proses filtrasi dilakukan dengan parameter operasi yang terkontrol, seperti tekanan dan waktu filtrasi. Efisiensi proses dievaluasi dengan mengukur , kadar kelembaban produk padatan hasil filtrasi dan kecepatan proses. Hasil penelitian ini mengungkapkan pengaruh signifikan konsentrasi surfaktan pada efisiensi proses, semakin tinggi konsentrasi surfaktan akan menurunkan kadar air dalam filter cake. Dengan menentukan konsentrasi yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi pemisahan, mengurangi biaya operasional, dan mengurangi dampak lingkungan yang potensial. Temuan ini berkontribusi pada pengembangan proses separasi mineral yang lebih berkelanjutan dan efisien dalam aplikasi industri ekstraksi dan metalurgi.

Filtration is a solid-liquid separation method that plays a crucial role in various industries, including the extraction and recovery of precious metals. The efficiency of this process is highly dependent on the properties of the materials involved and the operational conditions. This study investigates the impact of adding an additive material, specifically Sulfosuccinate Diester as a surfactant, on the efficiency of the metal separation process using an automatic VPA filter press machine. The experiments were conducted by varying the concentration of the surfactant in the range of 100 grams/ton, 200 grams/ton, 300 grams/ton, and the drying time at 100, 120, 140 seconds for the suspension. The filtration process was performed with controlled operating parameters such as pressure and filtration time. The efficiency of the process was evaluated by measuring the moisture content of the solid product resulting from filtration and the process speed. The results of this study reveal a significant influence of surfactant concentration on process efficiency, where higher concentrations of surfactant reduce the moisture content in the filter cake. By determining the optimal concentration, the separation efficiency can be improved, operational costs can be reduced, and potential environmental impacts can be minimized. These findings contribute to the development of more sustainable and efficient mineral separation processes in extraction and metallurgical industrial applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Wahyudi
"Geornorfologi mempelajari tentang bentuk muka bun-i. Pembentukan muka bumi
merupakan hasil akhir dari dua kekuatan yang berlawanan, yaitu kekuatan dalarn dan
kekuatan luar, dari proses kegiatan kedua kekuatan tersebut menghasilkan berbagai
macam bentuk muka bunü. Keberagaman bentuk muka bumi yang membentang di alam
mi, penlu ada upaya untuk melakukan penyederhanaan dengan membuat penggolongan
atau kiasifikasi bentuk muka bumi, dengan demikian pengkajian atas muka bumi
diharapkan menjadi Iebih mudah.
Pegunungan Kapur Utara termasuk Wilayah Lipatan Utara, bahan induknya banyak
mengandung kapur berupa gampingan Limestone). Secara garis besarnya wilayah mi
terbentuk dari hasil pengangkatan wilayah endapan di dasar laut menjadi daratan,, dan
daratan tersebut mengalami proses pelipatan sehingga membentuk bukit-bukit yang
memanjang dari sekitar daerah Purwodadi, Rembang, Tuban hingga Pulau Madura.
Adapun masalah yang akan dibahas adalah unit geornorfologi apa saja yang terdapat di
wilayah Pegunungan Kapur Utara, Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur?
Analisa yang dilakukan dengan pertampalaan peta serta pendekatan bentang alam atas
dasar proses pembentukannya yang diindentifikasi dengan keberadaan aliran sungai yang
membentuk pola-pola tertentu Adapun hasil penelitian mi adalah:
Unit geomorfologi daerah penelitian terdiri atas Unit Fluvial, Unit Karst, Unit Gunung
Api, Unit Dataran Sisa, Unit Lipatan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Md Azree Othuman Mydin
"Lime is among the binding agents used in binding masonry units, such as brick, in many historical buildings around the world. Its physical strength, mechanical strength, and durability properties, as well as its raw material composition, can play substantial roles in the structural behavior of historic buildings. The production technologies may also differ according to their specific use in the structural layout. Hence, the characteristics of lime mortars are of interest in the assessment of the structural characteristics of historic buildings. In addition, the determination of characteristics of lime mortars is also important for the production of intervention mortars to be used in the restoration of historic buildings. This research focused on the effects of egg white on lime mortar’s physical and mechanical properties. Five mixes were prepared by maintaining a constant lime–sand–water ratio of 1:2:0.035. As the binder material, the control mixture comprised only lime putty, while various percentages of egg white in the range of 2–10% were used to prepare the remaining mixtures. An experiment was then performed with different percentages of egg white to examine the lime mortar’s axial compressive and flexural strength, as well as the water absorption. The results indicated that the compressive and flexural strength of the lime mortar increased with the increasing percentage of egg white added into lime mortar until the mixture reached 6% egg white. The addition of 8% and 10% egg white made the compressive and flexural strength start to decrease. Lime mortar that contains 6% egg white had the highest compressive and flexural strength compared to the other mix design groups. The axial compressive strength and bending strength of lime mortar can also be influenced by the air pores."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zelayna Claudia
"Dalam penelitian ini pengamatan berfokus pada penyelidikan peran ozone pada penyisihan tembaga (Cu) dari air limbah dengan adsorpsi menggunakan kitosan. Kitin adalah salah satu polisakarida alami yang paling melimpah yang dihasilkan oleh banyak organisme hidup, biasanya ditemukan sebagai komponen krustasean, setelah menjalani isolasi tertentu kitin dapat berubah menjadi kitosan (β-Poly (1-4) - 2-Amino-2-deoksi-ß-D-Glucan) yang memiliki sifat kimia yang lebih baik yang diperlukan sebagai bioadsorben. Pemisahan tembaga dari limbah cair menggunakan metode flotasi dan ozon sebagai diffuser, penggunaan ozon dikarenakan sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Selain itu, proses penyisihan tembaga yang dilakukan dibagi menjadi tiga variasi utama; ozonasi, kitosan dan gabungan kitosan dan ozon, dengan konsistensi kitosan; 1g/L, 2g/L dan 3 g/L. dan variasi konsentrasi tembaga pada 100 ppm, 200ppm, 300ppm dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase penyisihan tembaga dalam proses ozonisasi dan kitosan masing-masing hanya mencapai titik tertinggi pada 14,15% dan 44,58%, dimana kombinasi kedua metode mencapai 51,42%.

In this study the observation were mainly focus on the investigation of the significance of the copper (Cu) removal from wastewater by adsorption using chitosan and ozonation process. Furthermore, chitin is one of the most abundant natural polysaccharides produced by many living organisms; it is usually found as a component of crustacean shell, after undergoing specific isolations process chitin can be transform into the chitosan (β Poly-(1-4)-2-Amino-2-deoxy-ß-D- Glucan) which has a better chemical properties which necessary as a bioadsorbent Furthermore, separation of copper from wastewater was conducted by flotation method, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Moreover, the process of the copper removal that is carried out is using a varied of ozone, chitosan and ozon-chitosan process, with the variation of chitosan used consitency at 1g/L, 2g/L and 3 g/L. and the variation of copper concentration at 100 ppm, 200ppm, 300ppm and 400 pm. The results indicated that the precentage removal of copper in ozonation process only and chitosan only reach its highest point at 14.15% and 44.58% respectivelly, where the combination of both method reach 51.42%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
TA414
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Nugroho Utomo R.
"Adanya fenomena alterasi dan karakteristik porphyry dimana kristal-kristal mineral suifida tembaga terhambur dalam matrik mineral pengotor berbutir halus, menyebahkan sifat dan respau ore di satu lokasi terhadap proses flotasi aka!z herheda denga11 sifat dan respa11 ore di Jokavi yang lain. Penelitian ini berupaya mengungkapkan perbedaan respon ore-ore pada lokasi yang berbeda, yaitu antara are penambangan terbuka dan ore penambangan bawah tanah (imdergrorm.d}. dan tipe yang berbeda, yaitu untuk tipe A,B dan C dari ore penambangan terbuka, terhadap suatu proses jlotasi kasar. Peninjauan respon dilakukan melalui pengujian kinetik flotasi ore. secara independen alas masing-ma.ving ore, dan juga atas variasi campuran JO%A-40%Ii-SO%C. 70%1i-30'Y.C, 30%R-70%C, dan SO%Ii-30%C- 20% underground, guna melihat huhungan perolehan tembaganya dari kadar Cu dalam konsentrat. Pengujian cacah titik dilalcukan untuk meninjau lebih dalam kw1dtmgan dan derajat libera.'ii dari mineral sulftda temhaga yang ada dalam tiap ore. Secara unmm, ore underground memiliki perolehan tembaga dan radar Cu dalam konsmtrat yang paling ting;gi. Kehadirannya ,rebm!yak 20% dalam campuratl ore dapat me1#ngkatkan kadar Cu konsentrat sebesar 1. I 1% dan perolehau tembaganya sebesar 4.93%.. Kemampua11 ore underground ini hanya bisa diimbangi oleh ore tipe A dari penambangan terbuka."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heryatna
"Waste Electrical and Electronic (WEEE) menjadi masalah lingkungan, karena setiap tahun selalu meningkat tetapi kuantitas daur ulang WEEE masih sedikit. Diperkirakan 53.6 juta ton limbah elektronik yang dihasilkan di seluruh dunia, tetapi hanya 17.4% yang dicatat dan diproses daur ulang dengan baik dan benar. WEEE memiliki potensi yang baik sebagai sumber logam sekunder karena kemurnian logam yang tinggi dan energi yang dibutuhkan rendah. Printed Circuit Board (PCB) adalah salah satu WEEE yang mengandung kandungan logam utama tembaga. Pengaruh dari tiga jenis larutan Hydrogen Bond Donor (HBD) digunakan untuk pembuatan larutan Deep Eutectic Solvents (DES), yang berfungsi sebagai media pelarut dan elektrolit. Electrochemical behaviour dari setiap larutan DES dikarakterisasi dengan Cylic Voltammetry untuk mendapatkan data electrochemical potential window pada kondisi larutan DES blank dan potensial reduksi tembaga pada Deep Eutectic Solvents (DES) dengan penambahan larutan CuCl2 0.5 M. Limbah PCB yang telah dipreparasi menjadi bentuk bubuk dengan ukuran 250 μm +177 μm dan dilarutkan dengan larutan DES dengan penambahan iodine 0.1 M sebagai oksidator, dengan waktu 24 jam, temperatur ruang (± 25 °C), dilanjutkan dengan proses recovery tembaga pada katoda menggunakan metode elektrodeposisi dengan waktu 2.5 jam pada temperatur ruang. Semua jenis DES dengan variasi HBD memiliki electrochemical potential window antara -1V sampai +1V dan potensial reduksi tembaga adalah -0.7V & -1.0V. Karakterisasi komposisi kimia pada katoda menggunakan metode Energy Dispersive X-Ray (EDX) yang hanya terjadi pada ChCl- Ethylene Glycol dengan recovery rate 5.1% dan kemurnian tembaga 99%.

Waste Electrical and Electronic (WEEE) is an environmental problem, because every year it’s always increases but the quantity of WEEE recycling is still small. 53.6 million tonnes of e-waste worldwide, but only 17.4% are recycled. WEEE has potential as a secondary metal source because WEEE has high metallic purity and low energy requirements. Printed Circuit Board (PCB) is one of the WEEE containing copper as the main metal. Effects of three types of Hydrogen Bond Donor (HBD) solutions were used for the making of Deep Eutectic Solvents (DES), which functioned as solvent and electrolyte media. The electrochemical properties of DES were characterized by Cylic Voltammetry to obtain a electrochemical potential windows in DES blank conditions and copper reduction potential of DES + CuCl2 0.5 M. PCB waste was prepared became powder with  size  -250 μm +177 μm and were leaching with DES + iodine 0.1 M as an oxidizing agent, time : 24 hours, temperature: (± 25 °C). The copper recovery process uses electrodeposition with  time of 2.5 hours, room temperature. DES with HBD variation has a chemical electrochemical potential windows of -1.0 V to +1.0 V and copper reduction potential is -0.7 V & -1.0 V. Energy Dispersive X-Ray (EDX) was used to characterize the chemical composition at the cathode, 5.1% recovery occurred in ChCl-Ethylene Glycol with copper purity 99%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>