Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sophia
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran utilisasi pelayanan rawat inap 10 diagnosis penyakit terbanyak peserta Askes Sosial di RSAL Dr Mintohardjo tahun 2011 berdasarkan variabel umur, jenis kelamin, lama hari rawat, kelas perawatan serta menggambarkan total biaya pelayanan rawat inap. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan ditunjang dengan penelitian kualitatif, dengan rancangan penelitian cross sectional.
Hasil penelitian ini adalah utilisasi pelayanan rawat inap di RSAL Dr Mintohardjo bersifat fluktuatif, peserta Askes yang dirawat mayoritas berusia > 56 tahun, dengan diagnosa Diabetes Mellitus, didominasi oleh peserta Askes Sosial dengan jenis kelamin laki-laki dan di rawat di ruang perawatan I.
Penulis menyarankan sebaiknya Askes Center melakukan perbaikan jaringan komputer dan segera merealisasikan Askes Center sesuai standard dan RSAL Dr Mintohardjo sebaiknya meningkatkan sosialisasi kepada pegawai RSAL tentang kesepakatan dan kebijakan kedua belah pihak dan membentuk tim edukasi Diabetes Mellitus.

This study is about the description of inpatient care utilization to the most suffered of ten diagnosis of diseases of social Askes participants in RSAL Dr Mintohardjo 2011, based on age variable, sex , length of stay, class of treatment, and description of the total fee calculation of the inpatient service. This study use the quantitative research that has descriptive characteristic, and its supported by qualitative research which has cross sectional design experiment.
The result of this research is the inpatient care utilization has a fluctuation identifying, and majority of Askes member patients who being treated are above fifty ? six years old, they?re also dominated by social Askes participants with a kind of male sex, therefore they will be treated in a room care I.
The writer has suggestion that Askes Center should fix the computer network and immediately have to make realization of the Askes Center standarisation, and RSAL dr Mintohardjo should increase the socialization of agreement and obligation that has been made between Askes Center and RSAL dr Mintohardjo to the whole RSAL employees and should make the education team of Diabetes Mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aulia Syafitri
"Handover keperawatan merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh perawat. Berdasarkan bukti yang didapatkan dari penelitian, kegagalan proses handover berpotensi menyebabkan insiden keselamatan pasien, kesalahan medikasi, hingga ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan metode ISBAR dan CARE team protocol dalam pelaksanaan handover di ruang rawat inap Rumah Sakit X. Metode: Penulis menggunakan metode case report yang dimulai dengan melakukan observasi dan wawancara, menerapkan inovasi penyelesaian masalah menggunakan evidence-based practice, dan evaluasi. Penerapan intervensi: Implementasi dengan sosialisasi dan penerapan metode ISBAR dan CARE team protocol dilakukan kepada 12 orang perawat kemudian mengevaluasi penerapannya kepada 6 orang perawat. Hasilnya, perawat melakukan penyampaian informasi secara lebih terstruktur dibuktikan dengan penerapan ISBAR yang lebih optimal (Idenity 100%; Situation 86%; Background 35%; Assessment 35%; Recommendation 100%). Sikap perawat selama handover juga menunjukkan perubahan yang positif ditandai dengan penerapan komponen CARE team protocol yang cukup optimal (Connect 100%; Ask 50%; Respond 60%; Empathise 100%) dan hasil kuesioner menunjukkan skor persepsi perawat terhadap pelaksanaan handover meningkat sebanyak 14,88% (Pre = 375; Post =431).Rekomendasi: optimalisasi ISBAR dan CARE team protocol dalam handover dapat diterapkan untuk mencapai handover yang efektif.

Nursing handover is one of the routine activities carried out by nurses. Based on evidence obtained from research, failure in the handover process has the potential to cause patient safety incidents, medication errors, and patient dissatisfaction with nursing services. Objective: This study aims to evaluate the application of the ISBAR method and CARE team protocol in implementing handovers in the inpatient room at Hospital X and evaluation. Method: Author uses a case report method, begins by conducting observations and interviews, applying innovative problem solving using evidence-based practice, and evaluation. Intervention: Implementation with socialization and application of the ISBAR method and CARE team protocol was carried out on 12 nurses and then evaluated its application on 6 nurses. As a result, nurses conveyed information in a more structured manner as evidenced by more optimal application of ISBAR (Identity 100%; Situation 86%; Background 35%; Assessment 35%; Recommendation 100%). Nurses' attitudes during the handover also showed positive changes marked by the implementation of the CARE team protocol components which were quite optimal (Connect 100%; Ask 50%; Respond 60%; Empathise 100%) and the results of the questionnaire showed that the nurse's perception score regarding the implementation of the handover increased by 14. 88% (Pre = 375; Post = 431). Recommendation: optimization of ISBAR and CARE team protocol in handover can be applied to achieve effective handover.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Aprillia Sriduma
"Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya rata-rata 10 diagnosa penyakit terbanyak dan termahal peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat di Kabupaten Karawang periode Januari-Desember 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari data klaim Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat. Analisis yang dilakukan adalah analisis Univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta laki-laki mendapatkan pelayanan rawat inap terbanyak yaitu 50,4% dari seluruh klaim. Rata-rata umur peserta yang mendapatkan pelayanan rawat inap adalah 33,41 tahun dan rata-rata lama hari rawat adalah 4,86 hari. Typhoid Fever merupakan penyakit rawat inap terbanyak, penyakit rawat inap termahal yaitu Hydrocephalus, unspecified dengan biaya Rp213.576.000,00. Biaya rata-rata perawatan paling besar peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat periode Januari - Desember 2018 pada 10 penyakit rawat inap terbanyak adalah penyakit Tuberculosis of lung, confirmed by unspecified means yaitu sebesar Rp5.393.807,55 dan pada 10 penyakit rawat inap termahal adalah Presence of cerebrospinal fluid drainage device yaitu sebesar Rp34.804.500,00. Saran untuk Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat adalah melakukan kegiatan promotif dan preventif pada penyakit-penyakit rawat inap yang terbanyak terjadi pada peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat. Melakukan pemeriksaan berulang terhadap klaim 10 diagnosa penyakit rawat inap termahal dengan jumlah kasus yang besar untuk menghindari terjadinya pembengkakan biaya dan fraud. Melakukan kerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil untuk mengatasi data kependudukan penduduk miskin Kabupaten Karawang, sehingga dapat diintegrasikan ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional.

This study aims to calculate top 10 diagnosis of disease and top 10 expensive disease inpatient care among participants of the Healthy Karawang Health Service Program in Karawang Regency, January-December 2018. This research is a quantitative descriptive study using a cross sectional design. The data used in this study are secondary data obtained from the claims data of the Karawang Sehat Health Service Program. The analysis carried out was Univariate analysis. The results of this study indicate that the male participants received the most inpatient services, namely 50.4% of all claims. The average age of participants who received inpatient services was 33.41 years and the average length of stay was 4.86 days. Typhoid Fever is the most hospitalized disease, the most expensive inpatient disease, Hydrocephalus, unspecified at a cost of Rp213.576.000,00. The highest average cost of care for participants in the Healthy Karawang Health Service Program for the period of January - December 2018 in the 10 most inpatient diseases was Tuberculosis of Lung, confirmed by unspecified means which was Rp5.393.807,55 and in the 10 most expensive inpatient diseases Presence of cerebrospinal fluid drainage device is Rp34.804.500,00. Suggestions for the Karawang Sehat Health Service Program are to carry out promotive and preventive activities in hospitalized diseases, which mostly occur in the participants of the Healthy Karawang Health Service Program. Conduct repeated checks on claims of 10 most expensive inpatient diagnoses with a large number of cases to avoid the occurrence of cost overruns and fraud. Collaborating with the Social Service and Population and Civil Registry Service to address the population data of the poor population of Karawang Regency, so that it can be integrated into the National Health Insurance scheme."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Sangha Mitta
"Grafik Barber-Johnson digunakan untuk menghitung nilai efisiensi rawat inap dengan menggunakan parameter Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay (aLOS), Turn Over Interval (TOI), dan Bed Turn Over (BTO). Ruang rawat inap kelas perawatan general memiliki nilai BOR harian terendah dibanding kelas perawatan lain yang ada di Rumah Sakit Mayapada Tangerang pada Triwulan I-III tahun 2022. Selain itu, nilai BOR setiap bulannya tidak memenuhi nilai ideal Barber-Johnson dan ada beberapa bulan nilai aLOS yang juga di bawah standar nilai ideal. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan desain kuantitatif untuk perhitungan efisiensi penggunaan tempat tidur menggunakan pendekatan Barber-Johnson, dan kualitatif untuk melihat faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi tersebut. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan nilai BOR dan TOI setiap bulan serta triwulan I-III tidak memenuhi nilai ideal BOR (75-85%) dan TOI (1-3 hari) teori Barber-Johnson. Nilai aLOS Januari, Juni, Juli, Agustus, dan triwulan III tidak memenuhi nilai ideal aLOS (3-12 hari) Barber-Johnson. Nilai BTO dari periode triwulan I-III mencapai 27.21 kali. Berdasarkan hasil wawancara informan berupa perawat, kepala departemen rawat inap, dan unit RMIK di Rumah Sakit Mayapada ditemukan faktor permintaan tempat tidur yang rendah di kelas perawatan general sehingga mempengaruhi nilai efisiensi kelas perawatan tersebut. Sementara itu, untuk faktor sarana dan fasilitas, tenaga kesehatan, pasien pulang atas permintaan sendiri, dan pasien yang dirujuk atau dipindahkan tidak memiliki pengaruh besar terhadap nilai efisiensi.

The Barber-Johnson Graphic is used to evaluate the value of inpatient efficiency using the indicators Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay (aLOS), Turn Over Interval (TOI), and Bed Turn Over (BTO). The general inpatient room has the lowest daily BOR value compared to other classes at Mayapada Tangerang Hospital in Quarters I-III 2022. In addition, the monthly BOR value and there have been several months of aLOS values, which are also below the ideal value standard. This study uses a mixed-methods approach with a quantitative design to calculate the efficiency of using a bed using the Barber-Johnson approach and a qualitative design to find the factors that influence the value of this efficiency. The research results obtained show that the BOR and TOI values every month and quarters I–III do not meet the ideal values of BOR (75–85%) and TOI (1-3 days) of the Barber-Johnson theory. The aLOS values for January, June, July, August, and the third quarter do not meet the Barber-Johnson ideal aLOS values (3–12 days). The BTO value from the I-III quarter reached 27.21 times. Based on the results of interviews with informants in the form of nurses, heads of inpatient departments, and the health information unit at Mayapada Hospital, it was found that the demand for beds was low in the general care class, which affected the efficiency value. On the other hand, facilities, health workers, forced discharge patients, and referred or transferred patients do not have a big influence on the value of efficiency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Cipta Sari
"Jakarta Pusat merupakan wilayah dimana jumlah peserta dari Mitra Kesehatan Jaya paling sedikit dibandingkan wilayah lainnya di Jakarta, Bogor, Depok dan Tanggerang. Namun total tagihan klaim dari klinik dengan sistem bayar fee for service di wilayah Jakarta Pusat menduduki peringkat keempat tertinggi. Bagian Utilization Review dan Kepesertaan Mitra Kesehatan Jaya telah melakukan kegiatan telaah utilisasi, namun telaah utilisasi dengan menggunakan parameter biaya pelayanan kesehatan belum pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama klinik fee for service wilayah Jakarta Pusat program jaminan pemeliharaan kesehatan Mitra Kesehatan Jaya periode 2007 dilihat dari segi perusahaan peserta, status kepesertaan, jenis kelamin, pemberi pelayanan kesehatan dan diagnosa. Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan klinik fee for service wilayah Jakarta Pusat Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mitra Kesehatan Jaya periode 2007 adalah penelitian kuantitatif deskriptif, desain penelitian cross sectional dengan mengambil data sekunder.
Subjek penelitian ini adalah data dari tagihan klaim klinik fee for service, data kepesertaan dan data daftar pemberi pelayanan kesehatan Mitra Kesehatan Jaya Periode 2007. Dari hasil penelitian gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama klinik fee for service di wilayah Jakarta Pusat didapatkan secara umum biaya rata-rata pelayanan kesehatan di Jakarta Pusat bila dilihat terhadap tarif layanan yang ditetapkan pada klinik fee for service terlihat lebih rendah untuk beberapa klinik. Beberapa klinik menetapkan tarif layanan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya rata-rata pelayanan kesehatan dari hasil penelitian ini. Biaya rata-rata tertinggi bila dilihat dari perusahaan peserta adalah PT. Bumibuana Sempurna II, dilihat dari status kepesertaan adalah anak ketiga, dilihat dari jenis kelamin adalah laki-laki, dilihat dari umur adalah kelompok umur muda (0- 14 tahun), dilihat dari pemberi pelayanan kesehatan adalah Klinik Dharma Bakti, dan dilihat dari diagnosa adalah Atopic Dermatitis.
Saran bagi Mitra Kesehatan Jaya adalah data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan kredensialing ulang terhadap pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan kontrak kerjasama dengan Mitra Kesehatan Jaya. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyesuaian premi terhadap perusahaan peserta yang memiliki risiko untuk mengalami kesakitan cukup tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theryoto
"ABSTRAK
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menyebabkan peningkatan kunjungan pasien IGD dan
angka pasien boarding sehingga terjadi penumpukan (stagnasi) pasien di IGD. RSUD Koja telah menerapkan
manajemen tempat tidur dalam rangka mereduksi waktu boarding pasien IGD tetapi belum optimal, sehingga
dilakukan upaya untuk membantu mereduksi waktu boarding pasien IGD ke rawat inap dalam rangka perbaikan
yang berkelanjutan sesuai prinsip lean thinking. Penelitian operasional ini mencakup intervensi dengan siklus
PDCA (plan, do, check, action). Hasil penelitian menunjukkan penerapan lean thinking dapat mereduksi waktu
boarding pasien IGD ke rawat inap dari rata-rata 4 jam 45 menit 18 detik (34,92 %) menjadi 3 jam 25 menit 59
detik (68,25 %) dan menurunkan aktivitas non value added sebesar 2,02% (dari 93,16% menjadi 91,14%).
Delapan jenis waste yang teridentifikasi dapat dieliminasi kecuali waste jenis waiting. Dalam rangka perbaikan
yang berkelanjutan selanjutnya manajemen tempat tidur perlu ditetapkan sebagai persyaratan standard kerja
untuk menuju waktu boarding rata-rata menjadi 1 jam 45 menit 45 detik dengan aktivitas non value added
kurang dari 89,83% di masa mendatang.

ABSTRACT
The implementation of the National Health Insurance Program (Program JKN) affects the increased number of
patients to emergency unit and boarding patients that resulting crowding in the emergency unit. Koja Hospital
has implemented bed management in order to reduce the boarding time of emergency unit patients but has not
succeeded, so an effort to help reducing the boarding time of emergency unit patients to inpatient in order to
continuous improvement was done using the lean thinking principle. This research uses operational research
method and intervention with PDCA (Plan, Do, Check, Action) cycle. The study revealed that lean thinking
approach could reduce the boarding time of emergency unit patients to hospitalization from the average of 4
hours 45 minutes 18 seconds (34.92%) to 3 hours 25 minutes 59 seconds (68.25%) and decrease the activity of
non value added at 2.02% (from 93.16% to 91.14%). Eight types of waste identified can be eliminated except
waiting. In order to continuous improvement, bed management should be set as standardized work for the goal
of average boarding time of 1 hour 45 minutes 45 seconds with non value added activities less than 89.83% in
the future."
2017
T47701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyah
"ABSTRAK
Analisis Implementasi Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PenyakitTidak Menular Posbindu PTM di Kota Bogor Tahun 2018Pembimbing : Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesPosbindu PTM merupakan salah satu upaya untuk mencegah dan mengendalikanpenyakit tidak menular melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam deteksi dinifaktor risiko penyakit tidak menular. Cakupan kunjungan masyarakat ke Posbindu PTMdi Kota Bogor pada tahun 2017 hanya 12,96 belum mencapai target yang diharapkanyaitu 30 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kegiatanPosbindu PTM di Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam,Focus Group Discussion FGD , telaah dokumen dan observasi. Informan penelitianterdiri dari 11 informan wawancara mendalam dan 24 informan FGD. Observasidilakukan di 2 Posbindu PTM di Puskesmas Mekarwangi dan Puskesmas Cipaku. Hasilpenelitian berdasarkan aspek standar dan tujuan kebijakan sudah cukup mendukungnamun untuk sasaran peserta Posbindu PTM belum semua informan mengetahui, aspeksumber daya manusia tenaga dan kompetensi kader masih kurang, anggaran berasal daridana APBD dan BOK, sarana prasana sudah cukup memadai namun untuk media promosipreventif masih kurang, aspek komunikasi antar pelaksana kegiatan sudah terjalin namunbelum efektif terutama pada penyebaran informasi mengenai sasaran dan jadwal kegiatan,aspek karakteristik badan pelaksana untuk hubungan dan proses koordinasi sudah terjalinnamun belum optimal terutama kordinasi tugas antar kader, aspek sikap pelaksanapetugas sudah cukup baik namun sikap dan motivasi kader masih kurang belum semuanyaterlibat aktif pada kegiatan, aspek dukungan lingkungan sosial belum optimal hadirnyatokoh masyarakat pada saat pelaksanaan kegiatan, dukungan dana sudah cukupmendukung dari bantuan masyarakat, dan dukungan politik dari pemerintah daerah sudahcukup baik dengan dikeluarkannya SK Walikota. Rekomendasi perlu adanya refreshingkader dengan melakukan studi banding ke Posbindu terbaik, pelatihan secara berkala danperekrutan kader baru, pemberian reward atau pemilihan kader teladan dan PosbinduPTM terbaik, peningkatan kerja sama lintas sektor lembaga pendidikan, pemerintah danswasta.Kata kunci: Implementasi Kebijakan Kesehatan, Posbindu PTM, Penyakit Tidak Menular.

ABSTRACT
Analysis of The Implementation of Non CommunicableDisease Integrated Service Post NCDISP Activities in BogorCity 2018Counsellor Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesNon Communicable Disease Integrated Service Post NCDISP is one of the efforts toprevent and control non communicable diseases by using, will also change the language.The coverage of the community to NCDISP in 2017 only 12.96 has not reached theexpected target of 30 . This study aims to find out how the implementation of NCDISPactivities in the city of Bogor. The method used is in depth interviews, Focus GroupDiscussion FGD , study documents and observations. The research informants consistedof 11 informant interviews and 24 FGD informants. Observations were conducted at 2NCDISP at Mekarwangi Health Center and Cipaku Health Center. The results of researchbased on the aspects of standards and objectives that exist but still for the targetparticipants NCDISP not all information, resources and energy resources cadres are stilllacking, funds come from APBD and BOK funds, facilities are quite adequate yet forpreventive media campaign less, communication aspect between executor of activity hasnot been established but not yet effective especially at disseminating information abouttarget and schedule of activity, executor body aspect for relationship and process whichhave been intertwined but not optimal especially for duties among cadres, and others.good but the attitude and motivation of the cadres are still less actively involved activelyin the activities, the social environment is not optimally the presence of communityfigures at the time of implementation of activities, The amount of funds is enough supportfrom the public assistance, and funds from the local government is quite good with theissuance of SK Mayor. Suggestions need to be refreshed by doing cadres by conductingcomparative studies to the best NCDISP, online training and recruitment of new cadres,reward prizes or selecting best cadres and NCDISP, enhancing education, governmentand private sector cooperation.Key words Health Policy Implementation, Non Communicable Disease IntegratedService Post, Non Communicable Diseases"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosna Meutia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas layanan rawat inap dengan loyalitas pasien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden berjumlah 79 orang dan merupakan pasien yang telah melakukan rawat inap di pelayanan rawat inap Rumah Sakit Siloam Bogor minimal dua kali. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan melalui google form. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis univariate, bevariate (pearson chi-square), dan analisis multivariate (logistic regretion). Hasil penelitian diperoleh tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik pasien sebagai variabel kontrol yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, sumber biaya pengobatan dengan loyalitas pasien. Variabel penghasilan, jarak tempat tinggal dan jumlah kunjungan memiliki hubungan signifikan dengan loyalitas pasien dengan p-value < 0.05. Terdapat hubungan yang signifikan juga antara tangibles, reliability, responsiveness, assurance, emphaty dengan loyalitas pasien dengan p-value 0.000 (<0.05). Jumlah kunjungan yang berulang merupakan variabel yang memiliki hubungan paling kuat dengan loyalitas pasien dengan OR 5.176.

This study aims to determine the relationship between quality of inpatient services and patient loyalty. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. Respondents were 79 people and were patients who had been hospitalized at the inpatient services of Siloam Hospital Bogor at least twice. Data collection by using a questionnaire conducted via google form. The data collected were analyzed using univariate, bevariate (Pearson chi-square) analysis methods, and multivariate analysis (logistic regretion). The results showed that there was no significant relationship between the variables patients characteristic as control variable of age, gender, education, employment status, sources of medical expenses and patient loyalty. The variables of income, distance of residence and number of visits have a significant relationship with patient loyalty with p-value <0.05. There is also a significant relationship between tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy with patient loyalty with p-value 0.000 (<0.05). The number of repeated visits is the variable that has the strongest relationship with patient loyalty with OR 5.176."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Hinelo
"Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan utama kerena sebagian besar wilayah Indonesia masih merupakan daerah endemis. Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan, namun di beberapa daerah prevalensi malaria masih sangat tinggi. Papua merupakan salah satu wilayah dengan angka kasus tertinggi. Selama ini penanggulangan malaria dilakukan secara terpusat tanpa basis data yang mendukung, sehingga perencanaan program belum memberikan gambaran masalah lokal daerah untuk tindakan intervensi yang efektif.
Penanganan terhadap malaria hendaknya bersifat spasial, oleh karena itu diperlukan evaluari terhadap komponen yang memerlukan perubahan dan perbaikan. Evaluasi program yang dilakukan selama ini dengan menilai pencapaian target terhadap indikator yang telah ditentukan tanpa melihat faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap penularan malaria. Oleh karena itu dalam penelitian dengan menggunakan analisis spasial, akan dilihat faktor lingkungan khususnya ketinggian tempat dan jumlah hari hujan, terhadap kasus malaria baik klinis maupun positif.
Penelitian ini merupakan jenis studi riset operasional, dengan melalukan pengumpulan data sekunder di Subdit P2 malaria Depkes. hasil keluaran penelitian ini adalah model evaluasi program penanggulangan malaria. Tahapan penelitian dilakukan melalui pemilihan model, mekanisme proses sampai pada tahap analsis, yang akan menghasilkan model evaluasi program penanggulangan malaria di Papua.
Hasil penelitian berupa hasil analisis spasial beberapa variabel, berupa peta tematik angka malaria klinis per kabupaten, ketinggian tempat, jumlah hari hujan dan perta klasifikasi kabupaten berdasarkan AMI, ketinggian tempat dan jumlah hari hujan serta informasi wilayah kabupaten yang prioritas untuk dilakukan intervensi dan tidak.
Terjadi kecenderungan bahwa ketinggian tempat mempengaruhi peningkatan angka malaria klinis. Semakin tinggi tempat, angka malaria klinis cenderung semakin kecil. Berdasarkan jumlah hari hujan, tidak ditemukan pola yang menetap, namun ada kecenderungan jumlah hari hujan sedang dan rendah memungkinkan angka kasus klinis cenderung tinggi. Model evaluasi yang dikembangkan masih sangan sederhana karena keterbatasan data. Model ini sangat tergantung pada kelengkapan data, sehingga apabila ingin mengembangkan model ini lebih lanjut diperlukan basis data yang lengkap.

Malaria disease is still a significant health problem because most of Indonesia regions are still endemic areas. Malaria eradication efforts have been conducted, but malaria prevalence is still very high at some areas. Papua is one of the regions with the highest case number. Malaria eradication has been conducted centrally without data base supporting, so that program planning does not give yet the illustration of local problem for the effective intervention action.
Handling of malaria should have a spatial character, therefore it is important to evaluate component which needs an amendment and modification. Program evaluations that have been conducted before by evaluating a purpose attainment of determined indicator without looking the other factors that is possible to affect a malaria infection. Therefore, this research used a spatial analysis. It found an environmental factor, especially height of place and day number of rain toward malaria case both of clinic and positive.
This research is an operational study, collected a secondary data at Sub-Directorate of malaria eradication and prevention in Health Ministry. Output result of this research is model evaluation program of malaria eradication. Research steps were conducted by model election, process mechanism and analysis phase that result an evaluation model of malaria eradication program in Papua.
Research result is a spatial analysis result of some variables, such as thematic map of clinic malaria number each sub-province, height of place, day number of rain and classification map of sub-province based on Annual Malaria Incident, height of place and day number of rain, and also regional information of sub-province which has a priority to be intervened or not.
It happen a tendency that height of place related to increase clinic number of malaria. The highest place will make a clinic number of malaria is smaller. According to day number of rain, there was not found a remain design, but the tendency of day number of rain was sufficient and lower, so it was possible a clinic case number highly, Developed evaluation model was still very simple because of data limitation. This model was very depend on data equipment, so if wishing to develop this model, it was important a completed data base.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat promosi kesehatan departemen kesehatan RI, 2007
362.1 IND j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>