Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purnama Santy
"Bertambahnya bangunan gedung di Indonesia tidak diikuti dengan bertambahnya populasi green building. Sertifikasi Greenship dari Green Building Council Indonesia telah ada sejak tahun 2011 dan sampai tahun 2015 hanya 16 gedung yang telah mendapatkan sertifikasi. Dari penelitian sebelumnya, diketahui green building memberikan keuntungan bagi pemilik gedung dengan penghematan biaya perawatan dan operasional, namun pada awal pembangunan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membangun gedung dan instalasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengembangkan insentif bangunan gedung untuk menambah populasi green building. Kebijakan insentif bagi bangunan gedung sendiri belum berjalan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, benchmarking dan wawancara pakar untuk mengetahui jenis-jenis intensif yang dapat diaplikasikan di Indonesia. Studi kasus dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya pembangunan green building dan non-green building. Besaran insentif yang diusulkan didapat dengan membuat model, memperoyeksikan besaran pajak dan menghitung proyeksi keuntungan pemilik gedung. Diharapkan kebijakan insentif gedung dari pemerintah akan mendorong penyelenggaraan green building oleh pemilik gedung sehingga akan meningkatkan populasi green building di Indonesia.

Rapid growth of new buildings in Indonesia is not in compliance with green building growth. Greenship certification from Green Building Council Indonesia has been establish since 2011 and until 2015 only 16 building get the certification. From previous research, it is known that green building gives its benefit to building owner by saving in the operation and maintenance phase, but in the initial phase it need premium cost to build. This research aims to acknowledge and develop building incentives to promote green building population. There is no building incentive policy in Indonesia yet, so from literature review, bench marking and interviews we will find out the appropriate incentive system which is applicable in Indonesia. Case study is done to find out the green premium cost. The proposed amount of incentives is get by doing model, tax projection and projecting the building owner benefit. Like in other countries, government incentive policy will encourage building owner to develop more green building in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi
"Bangunan hijau dengan pemeliharaan yang tepat akan memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dan masa pakai yang lebih lama, karena kerusakan pada utilitas bangunan dapat diminimalkan. Salah satu utilitas vital adalah komponen elektrikal. Kerusakan komponen elektrikal dapat berakibat fatal seperti korsleting atau kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan komponen elektrikal gedung hijau. Sebuah studi kasus diambil dari gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal, untuk memenuhi persyaratan keandalan bangunan yang terdiri dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Sistem pemeliharaan yang berupa alternatif desain dari Work Breakdown Structure (WBS) pemeliharaan gedung hijau terintegrasi dengan sistem informasi berupa web dan Building Information Modeling (BIM) adalah faktor yang berpengaruh untuk kinerja keandalan pemeliharaan bangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis arsip, studi kasus, survei, validasi pakar, dan analisis statistik. Penelitian ini menghasilkan produk sistem informasi berbasis web yang terintegrasi dengan BIM, dan juga model matematikayang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan gedung hijau pemerintah untuk komponen elektrikal sehingga menjadi lebih efektif dan efisien terutama untuk kinerja keselamatan.
A green building with proper maintenance will have higher energy efficiency and longer lifetime, as damages to building utilities can be minimised. One of the vital utilities are electrical components. Damages to electrical components may have fatal consequences such as short circuit or fire. This research aims to improve the maintenance of electrical components of green building. A case study is taken from a government green building for electrical components, in order to meet the building reliability requirements which consist of safety, health, comfort, and convenience. Maintenance system which is Work Breakdown Structure (WBS) of green building maintenance integrated with information systems and Building Information Modeling (BIM) are influential factors for building maintenance performance. The research methods used are archival analysis, case study, survey, expert judgement, and statical analysis. This research generates product of web based information system integrated with BIM, and also mathematical model that enhance the maintenance performance of government green building for electrical components would become more effective and efficient especially for safety performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laelatus Zahro
"Sebagai bahan penelitian adalah gedung Pusat Inovasi dan Pengembangan Sumber
daya Manusia milik kementrian perindustrian yang merupakan salah satu gedung
bertingkat di Jakarta. Mulai dibangun pada awal 2020, terdiri dari 8 lantai dengan fungsi
utamanya adalah kantor dan pusat inovasi serta pengembangan sumber daya manusia. Dari
segi struktur dan arsitekturnya telah diteliti oleh tim pelaksana teknis di lapangan, dimana
60% sudah memenuhi konsep green building. Sedangkan dari segi konservasi energinya
beberapa perlu dikaji ulang, seperti: pencahayaan, pendingin ruangan, penghawaan dan
energi terbarukan yang pasti membantu dalam proses penghematan energinya. Dari
perhitungan ulang desain awal perencanaan didapatkan Indeks Konsumsi Energinya adalah
11 kWh/m²/bulan. Sesuai standar Permen ESDM No. 13/2012 sudah termasuk cukup
efisien (8.5 - 14 kWh/m²/bulan). Namun dengan investasi sebesar Rp. 2,842,540,600,-
yaitu dengan pemanfaatan pencahayaan alami melalui teknologi sensor cahaya dan sensor
gerak, penggantian pendingin udara menggunakan Chiller, tidak menggunakan AC pada
area-area tertentu seperti: lobby Lift, koridor, toilet dan tangga darurat. Penambahan dan
penggantian material, instalasi dan teknologi tersebut dihitung Return of Investment nya
dan dibandingkan terhadap manfaat yang didapatkan. Hasilnya nilai Indeks Konsumsi
Energinya turun menjadi 7.6 kWh/m²/bulan (sangat efisien). Nilai investasi yang
dikonversikan terhadap nilai keekonomian tiap tahunnya Rp. 682,676,662,- maka Return
of Investment yang didapatkan adalah 4.2 tahun

As research material, the Ministry of Industry's Center for Innovation and Human
Resources Development is one of the high rise buildings in Jakarta. This building began to
be built in early 2020, consisting of 8 floors with the main function of being an office and
a center for innovation and human resource development. In terms of structure and
architecture, it has been researched by a technical implementation team in the field, where
60% have fulfilled the green building concept. Meanwhile, in terms of energy
conservation, several things need to be reviewed, such as: lighting, air conditioning,
ventilation and renewable energy which definitely help in the process of saving energy.
From the recalculation of the initial design planning, the Energy Consumption Index was
obtained as 11 kWh / m² / month. In accordance with the standard Permen ESDM No.
13/2012 is quite efficient (8.5 - 14 kWh / m² / month). However, with an investment of
2,842,540,600 rupiah namely by utilizing natural lighting through light sensor technology
and motion sensors, replacing air conditioning using a chiller, not using air conditioning in
certain areas such as: lobby lifts, corridors, toilets and emergency stairs. The Return of
Investment and the addition and replacement of materials, installations and technology are
calculated and compared to the benefits obtained. The result is that the Energy
Consumption Index value drops to 7.6 kWh / m² / month (very efficient). The investment
value which is converted to the economic value each year is 682,676,662 rupiah then the
Return of Investment obtained is 4.2 years
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Coryna Yusi Rachmawati
"ABSTRAK
Gedung adalah bangunan sipil yang membutuhkan konsumsi energi terbesar. Dengan pengembangan konsep Green Building adalah merencanakan passive design dengan melakukan optimalisasi desain fasad bangunan sehingga berdampak pada efisiensi energi dan penurunan life cycle cost. Bagaimana rekomendasi desain fasad bangunan yang optimum dalam upaya efisiensi energi, dan bagaimana rekomendasi fasad sehingga menurunkan life cycle cost. Window wall ratio adalah salah satu faktor sangat berpengaruh pada luasan area Gedung yang menggunakan pencahayaan alami, dan mempengaruhi besarnya energi yang dibutuhkan dalam mendinginkan suhu ruangan.
Perhitungan Overal Thermal Transfer Value (OTTV) digunakan untuk menghitung besaran external load yang mempengaruhi energi pendinginan dalam bangunan.

ABSTRACT
Buildings are civil buildings that require the greatest energy consumption. By developing the concept of Green Building is planning a passive design by optimizing the design of the building facade so that it impacts on energy efficiency and decreases life cycle costs. How to recommend the optimum building facade design in an effort to improve energy efficiency, and how to recommend the facade so as to reduce the life cycle cost. Window wall ratio is one of the factors that greatly influences the area of a building that uses natural lighting, and influences the amount of energy needed to cool the room temperature.
Calculation of Overal Thermal Transfer Value (OTTV) is used to calculate the amount of external load that affects cooling energy in buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfin Imadul Haq
"Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Tujuan utamanya yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan gedung bertingkat yang bersertikat green dengan sertifikasi dari Greenship Building Council Indonesia (GBCI). Sertifikasi Green Building merupakan sebuah sistem penilaian bangunan gedung hijau di Indonesia yang mensyaratkan suatu proyek untuk memenuhi serangkaian prasyarat dan untuk meraih kredit di beberapa kategori yang telah ditentukan. Dalam proses sertifikasi ada beberapa kriteria yang memang menjadi syarat diantaranya adalah ASD (Appropiate Site Development), EEC (Energy Efficiency And Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycle), IHC (Indoor Air Health dan Comfort) and BEM (Building Enviroment Management). Dalam penelitian ini tidak semua kriteria GBCI dibahas tetapi hanya membahas yang berhubungan dengan effisiensi penggunaan air dan listrik tetapi masih memenuhi standart SNI. Dalam sertifikasi Green Building, ada beberapa tingkatan penilaian diantaranya Bronze, Gold dan Platinum. Dalam penilaiannya di gunakan system scoring mengacu pada standart yang sudah di tetapkan oleh pihak GBCI (Green Building Council Indonesia). Dan setelah dilakukan evaluasi WAC dan EEC untuk melihat effisiensi air dan listrik maka diperoleh penghematan biaya listrik dan air sebesar 5 milyar per tahunnya atau setera dengan 61 persen dari Baseline (Mengacu kepada Standart SNI). Dengan waktu pay back periode dengan biaya investasi selama 2 tahun 8 bulan 46 hari.

Minister of Environment and Forestry has issued a regulation of the State Minister for the Environment No. 8 of 2010 about criteria and certification of the Green Building. Its main objective is to implement and manage a building that applies environmental principles and important concept to prevent the impact of climate change. Therefore, a building plan with certification from the Greenship Building Council Indonesia (GBCI) is required. Green Building Certification is a green assessment system in Indonesia that requires a building to meet several prerequisites and to obtain credit in predetermined categories. In the certification process, several criteria are required, including ASD (appropriate site development), EEC (Energy Efficiency and Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycles), IHC(Indoor Air Health and Comfort), and BEM(Building Environment Management). In this research, not all of the GBCI criteria were discussed but only those related to the efficient use of water and electricity but still met SNI standards. In Green Building certification, there are several levels of assessment include Bronze, Gold, and Platinum. In the assessment, a scoring system is used referring to the standards that have been set by the GBCI (Green Building Council Indonesia). After evaluating the WAC and EEC to assess the efficiency of water and electricity, obtained that it can save about 5 billion rupiahs per year of the electric and water costs or equal to 61 percent of the baseline (referring to the SNI Standard). The payback period for this investment is about 2 years, 8 months, and 46 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadi Surya
"Fakta peningkatan penduduk yang tinggal di perkotaan merupakan tantangan penting bagi industri konstruksi dalam merancang dan mengembangkan kota. Industri bangunan dan konstruksi menjadi penyebab terbesar emisi terkait gas, sehingga industri ini ditekankan untuk memiliki prinsip pembangunan konstruksi yang berkelanjutan. Karena hal tersebut, beberapa negara maju menerapkan Green Building Rating Systems (GBRS) untuk menilai pencapaian Green Building. Di Indonesia GBRS yang bisa digunakan untuk penilaian kinerja Green Building yaitu Peraturan mengenai penilaian kinerja Green Building dalam Permen PUPR nomor 21 Tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel yang dapat diintegrasikan dengan BIM dengan pengelompokkan data berdasarkan studi literatur kemudian dilakukan pengembangan sistem penilaian Green Building yang berbasis BIM dengan benchmarking dan dilakukan Validasi Pakar dengan Purposive sampling. Green Building mewujudkan berbagai disiplin teknis dengan tingkat saling ketergantungan dan keterkaitan yang tinggi serta persyaratan dan spesifikasi yang terperinci sehingga Pendekatan BIM digunakan sebagai alternatif untuk mewujudkan pencapaian pembangunan keberlanjutan yang lebih mudah diimplementasikan. Didalam penelitian ini juga dilakukan Pengembangan sistem peringkatan Green Building Indonesia pada tahap perencanaan yang berbasis BIM. Kebijakan teknologi BIM dapat bermanfaat pada tahap perencanaan untuk meminimalisasi dampak dari terlambatnya pekerjaan, penambahan biaya, serta kegagalan konstruksi. Penggunaan BIM untuk Green Building dapat memberikan manfaat lebih dan bisa diimplementasikan.

The fact that more people are living in cities is an important challenge for the construction industry in designing and developing cities. The building and construction industry is the biggest cause of gas-related emissions, so the industry is emphasised to have sustainable construction development principles. Because of this, some developed countries apply Green Building Rating Systems (GBRS) to assess the achievement of Green Buildings. In Indonesia, the GBRS that can be used for Green Building performance assessment is the Regulation on Green Building performance assessment in Permen PUPR number 21 of 2021. The purpose of this research is to identify variables that can be integrated with BIM by classifying data based on literature studies, then developing a BIM-based Green Building Rating system with benchmarking and Expert Validation with Purposive sampling. Green Building embodies various technical disciplines with a high level of interdependence and interrelationship as well as detailed requirements and specifications so that the BIM approach is used as an alternative to realise the achievement of sustainable development that is easier to implement. In this research, the development of an Indonesian Green Building rating system at the planning stage based on BIM was also carried out. BIM technology policy can be useful at the planning stage to minimise the impact of late work, additional costs, and construction failures. The use of BIM for Green Building can provide more benefits and can be implemented."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendang Belantara
"Arsitektur berkelanjutan mendorong pembangunan arsitektur hijau, salah satunya melalui sertifikasi green building. Pada sertifikasi green building, aspek yang diperhatikan salah satunya adalah kenyamanan dalam ruang, yang meliputi salah satunya tentang kenyamanan akustik. Namun, dalam praktiknya, kenyamanan akustik dalam bangunan hijau sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dikarenakan lebih mementingkan aspek keberlanjutan lain. Padahal, kenyamanan akustik harus diperhatikan untuk menjaga produktivitas dan kesehatan penghuni. Kenyamanan akustik setiap ruang memiliki kebutuhan berbeda-beda, khususnya ruang untuk berbicara seperti ruang kelas. Oleh karena itu, aspek yang penting dalam ruang kelas seperti speech intelligibility diperlukan untuk menciptakan ruang yang nyaman untuk kegiatan percakapan belajar mengajar. Dengan mengukur komponen yang mempengaruhi speech intelligibility seperti background noise, sound pressure level, signal to noise ratio, noise criteria dan speech transmission index pada studi kasus ruang kelas SD Negeri 08 Ragunan, didapatkan hasil pengukuran akustik yang mengindikasikan desain akustik untuk mencapai speech intelligibility yang sesuai dengan fungsi ruang untuk berbicara belum sepenuhnya diterapkan.

Sustainable architecture encourages the development of green architecture, one of which is through green building certification. In green building certification, one aspect that is considered is indoor comfort, which includes acoustic comfort. However, in practice, acoustic comfort in green buildings often does not receive enough attention because of other aspects of sustainability even though acoustic comfort must be considered to maintain the productivity and health of occupants. The acoustic comfort of each room has different needs, especially rooms for speech such as classrooms. Therefore, important aspects in the classroom such as speech intelligibility are needed to create a comfortable space for conversation involving teaching and learning activities. By measuring components that influence speech intelligibility such as background noise, sound pressure level, signal to noise ratio, noise criteria and speech transmission index in the case study of the classroom at 08 Ragunan Public Elementary School, acoustic measurement results were obtained which indicate the acoustic design achieving good speech intelligibility of rooms for speech has not been fully implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Meutia Aurora
"Bangunan hijau yang mengusung konsep sustainability dimaknai juga suatu konsep
yang mengaplikasikan bagaimana sebuah bangunan dirancang, dibangun dan
diaplikasikan dengan memperhatikan sumber daya yang efisien, bertanggung jawab
terhadap lingkungan serta berdampak positif bagi lingkungan sosial dan ekonomi.
Kegagalan konsep dalam bangunan sering timbul akibat besarnya perhatian pada
pertimbangan teknis, dengan hanya sedikit mempertimbangkan nilai-nilai,
perilaku dan karakter penghuninya. Bangunan blok eksisting rusunawa pada
kawasan yang ditetapkan menggunakan konsep zona hijau, belum melakukan
penerapan konsep hijau pada bangunan. Untuk menerapkan konsep tersebut pada
bangunan perlu ditinjau aspek perilaku penghuninya. Dari hubungan bangunan
dan penghuninya, dapat diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi agar
konsep bangunan hijau untuk penghuni rusunawa yang lebih optimal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan konsep bangunan hijau pada
Rusunawa ditinjau dari aspek efisiensi energi, air, kualitas udara, dan pengelolaan
limbah, menganalisis perilaku peduli lingkungan penghuninya, serta menganalisis
hubungan perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi
penghuni terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan. Metode analisis
deskripif digunakan untuk menganalisis penerapan bangunan hijau dan mengukur
indeks perilaku peduli lingkungan penghuni. Untuk menganalisis hubungan
perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi penghuni
terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan digunakan metode SEM-PLS.
Berdasarkan analisa diperoleh hasil bahwa penerapan konsep hijau ditinjau dari
aspek efisiensi energi pada bangunan lokasi penelitian sudah memenuhi kriteria;
aspek efisiensi air, penerapan pada bangunan sudah memenuhi kriteria; aspek
kenyamanan termal bangunan belum memenuhi kriteria kenyamanan dalam
konsep hijau; aspek pengelolaan limbah cair bangunan belum memenuhi kriteria
dalam hal pemanfaatan air hasil olahan IPAL; dan dari aspek limbah padat
bangunan belum menyediakan fasilitas pengolahan/pemilahan sampah. Dari hasil
penilaian perilaku peduli lingkungan penghuni rusun, tingkat kepedulian penghuni
berada pada kriteria sedang, dengan indeks tertinggi pada kriteria efisiensi energi
dan terendah pada kriteri pengelolaan sampah. Berdasarkan model dapat diketahui
bahwa untuk memperbaiki perilaku peduli lingkungan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan penghuni terhadap informasi mengenai program
lingkungan dan meningkatkan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep
hijau. Persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau dapat ditingkatkan
dengan perbaikan fasilitas pada bangunan sesuai kriteria.

Green building is defined as a concept that applies how a building is designed,
built and applied with due regard to efficient resources, is responsible for the
environment and has a positive impact on the social and economic environment.
The failure of the concept in the building often arises from the great attention paid
to technical considerations, with little consideration of the values, behavior and
character of the inhabitants. The existing rental flats building blocks in the area
that are designated using the green zone concept, have not implemented the green
concept in the building. To apply this concept to buildings, it is necessary to
review aspects of the occupants' behavior. From the relationship between the
building and its occupants, it can be seen the factors that most influence the
optimal green building concept for the residents of the flat. The purpose of this
research is to analyze the application of the green building concept in rental flats
in terms of energy efficiency, water, air quality and waste management, to analyze
the environmental care behavior of its residents, and to analyze the relationship
between environmental care behavior and occupants' attitudes, understanding
and perceptions of the concept application green on the building. Descriptive
analysis method is used to analyze the application of green buildings and measure
the index of environmental care for residents. To analyze the relationship between
environmental care behavior and attitudes, understanding and occupants'
perceptions of the application of green concepts in buildings, SEM-PLS method is
used. Based on the analysis, the results show that the application of the green
concept in terms of energy efficiency aspects in the research location building has
met the criteria; aspects of water efficiency, application in buildings has met the
criteria; the thermal comfort aspect of the building does not meet the comfort
criteria in the green concept; the aspect of building liquid waste management
does not meet the criteria in terms of utilizing water from IPAL; and from the
aspect of solid waste, the building has not provided waste processing / sorting
facilities. From the results of the assessment of the environmental care behavior
of the residents of the flat, the level of care of residents is in the medium criteria,
with the highest index on the criteria for energy efficiency and the lowest on the
criteria for waste management. Based on the model, it can be seen that improving
environmental care behavior can be done by increasing residents 'knowledge of
information about environmental programs and increasing residents' perceptions
of the application of green concepts. Residents' perceptions of the application of
the green concept can be improved by improving facilities in buildings according
to the criteria. The concept requires environmental program factors that are run
by the building manager and the active involvement of residents."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poetro Catoer Pralabda
"ABSTRAK
Perkembangan desain gedung green building di dunia semakin kompleks,dan memiliki tingkat resiko yang tinggi. Diperlukan peran Arsitek untuk mencapai tujuan peringkat green building yang diinginkan. Namun perkembangannya pada proyek-proyek yang terjadi tidak diimbangi kompetensi Arsitek sehingga berdampak pada tidak tercapainya peringkat green building yang diinginkan sehingga, antara desain dengan kenyataan berbeda. Oleh karena itu diperlukan peningkatan standar kompetensi Arsitek berbasis resiko untuk mengetahui sebab dan akibat serta kuantifikasi efek potensial dari faktor resiko dominan yang lebih tajam sehingga dapat melakukan tindakan preventif dan menentukan strategi yang tepat dalam menangani resiko-resiko yang terjadi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat gap kompetensi yang diperlukan arsitek untuk mendesain green building dan diperlukan penambahan materi modul pelatihan kompetensi arsitek untuk green building.

ABSTRACT
The development of green building design in the world increasingly complex, and has a high level of risk. Architects are required to achieve the desired rating. But its development on the projects that occur is not offset the competence of Architects so that the impact on not achieving the desired green building rating so that, between the design with different reality. Therefore, it is necessary to evaluate the competency standards of risk based Architects to find out the cause and effect and quantify the potential effects of the sharper dominant risk factors so that they can take preventive action and determine the right strategy in handling the risks that occur. The result shows that there are a gaps competencies architect needs to fulfill and additional course subject for following training"
2017
T48877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schröpfer, Thomas
"In this book, leading architects and landscape architects provide their perspectives on the design of dense and green building types in high-density urban contexts that can support higher population densities, higher standards of environmental sustainability and enhanced liveability in future cities."
Singapore: Springer Singapore, 2019
e20511002
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>