Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Loly Ariesty
"Tesis ini membahas restrukturisasi internal yang dilakukan PT PP (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. pada divisi properti yang dimiliki masing-masing perusahaan. Tesis ini menganalisis motivasi dilakukannya restrukturisasi, faktor determinan dipilihnya spin-off sebagai strategi restrukturisasinya, serta analisis kinerja keuangan dan nilai perusahaan setelah dilakukannya restrukturisasi.

Kebutuhan restrukturisasi divisi Properti di PT PP (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dipicu oleh faktor internal dan eksternal sejalan dengan perusahaan yang secara konsisten mencari cara untuk meningkatkan kontribusi segmen usaha properti dan realti terhadap peningkatan pertumbuhan usahanya.

Spin-off yang dilakukan atas divisi properti pada PT PP (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. diproyeksikan meningkatkan nilai masing-masing perusahaan seiring dengan meningkatnya profitabilitas dan efisiensi perusahaan.


This thesis discusses about internal restructuring performed by PT PP (Persero) Tbk. and PT Waskita Karya (Persero) Tbk on their property divison. The purpose of this thesis is to analyze restructuring motif, determinant factors of the decision to spin-off property divison, performance and value of the company following the restructuring.


.The needs to restructure property division in PT PP (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. triggered by both internal and external factors as company consistently find a way to increase the contribution of their property business to their business growth as a whole.

The projected firm value of PT PP (Persero) Tbk. dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk will increase following the spin-off of property division, as the firm could increase their profitability and efficiency.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Gunawan
"ABSTRAK
BUMN Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar jika dilihat dari aspek nilai
total aset, volume produksi, maupun dari segi sumber daya manusia dan pengalaman
organisasi yang telah terakumulasi puluhan tahun.
BUMN dalam era pembangunan nasional selama 30 tahun terakhir ini terjebak pada
ambiguity (kerancuan) akibat adanya tujuan/tugas ganda, komando ganda, dan kriteria ganda. Masalah ini mungkin secara tidak sadar telah mendarah daging dan tidak pernah dievaluasi bahayanya kalau dihentikan.
Restrukturisasi BUMN bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan, efisiensi, serta
tingkat keuntungan (pritabilitas) BUMN agar dapat membantu pemulihan kondisi
perekonomian dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng, MBA menempuh
paling tidak tiga cara untuk memprofesionalisasi BUMN: swastanisasi, partisipasi rnanajemen asing, dan membubarkan BUMN yang tidak mempunyai harapan ekonomis serta tidak strategis lagi perannya di rnasa mendatang.
PT Telkom dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini telah melakukan langkah-langkah
perubahan yang sangat mendasar, diawali pada awal tahun 1995 dengan dilakukannya Internal Restructuring, selanjutnya pada pertengahan 1995 dilakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dan pada penghujung tahun 1995 dilakukan Initial Public Offering (Go Public).
Prinsip dasar Restrukturisasi Intern adalah memfokuskan diri terhadap customer,
accountability, economic of scale, center of excellence, competitive positioning, network
synergy dan internal competition.
Telkom melakukan benchmarking terhadap para operator kelas dunia dan menjalankan
program T-2001 dalam usahanya menjadi operator kelas dunia. Namun, krisis ekonomi telah menghambat pelaksanaan program T-2001. Pencapaian indikator World Class Operator Divre II lebih baik dari Holding. Namun, beberapa indikator menunjukkan bahwa Divre II masih berada di bawah target yang telah ditentukan, yaitu pada: tingkat keberhasilan panggil, ketersediaan network, dan produktivitas pegawai.
PT Telkom masih mempunyai kinerja yang baik walaupun menderita kerugian kurs
akibat depresiasi nilai rupiah, yang terlihat dari tingginya nilai EVA yang didapat. Hal ini
menujukkan bahwa kinerja keuangan Telkom masih cukup bagus walaupun berada di tengah krisis ekonomi.
Walaupun demikian, Telkom perlu meninjau kembali penyertaannya atau juga
kerjasamanya dengan beberapa perusahaan afiliasi yang merugi, melakukan efisiensi di dalam penyelenggaraan usahanya, misalnya dengan tidak lagi memberikan fasilitas yang berlebihan kepada aparat pemerintahan, melakukan negosiasi ulang dengan para kreditor agar memberi keringanan dalam pembayaran hutang, misalnya dengan memperpanjang waktu hutang, mematok kurs yang rendah, atau pembebasan bunga.
Pembukaan jaringan baru Iebih dipusatkan di daerah yang menguntungkan, misalnya di
Jakarta. Dengan langkah ini, maka pendapatan dan pencapaian ketersediaan network dapat ditingkatkan.
Liberalisasi sektor telekomunikasi dapat diperluas. Dengan harapan masyarakat
Indonesia akan mendapatkan tarif yang murah dari hasil kompetisi para operator telepon.
UU tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi sesuai perkembangan bisnis
telekomunikasi perlu disempurnakan. Selain UU, aturan pendukungnya juga harus diperbaharui dan diperjelas, agar para pelaku bisnis telekomunikasi dapat bersaing dengan aturan yang jelas mengingat persaingan bisnis telekomunikasi sangat ketat (misalnya dalam bisnis operator telepon selular).
Di era reformasi yang penuh dengan transparansi sekarang ini, Telkom dan BUMN
lainnya harus lebih terbuka pada masyarakat. Apalagi sudah adanya UU tentang Perlindungan Konsumen. Masyarakat sebagai konsumen harus ditingkatkan perannya, karena faktor kepekaan kepada konsumen (selain faktor inovasi, efisiensi, dan mutu) akan menjadi daya saing sebuah badan usaha.

"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kukuh Pratama
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang aksi korporasi dalam bentuk restrukturisasi utang sebagai solusi dari penyelamatan prinsip keberlangsungan usaha perusahaan dan dampaknya terhadap struktur kepemilikan perusahaan. Restrukturisasi utang ini dilakukan karena perusahaan telah merugi selama 4 tahun berturut-turut (2011-2014) sehingga mengakibatkan rusaknya arus kas perusahaan secara keseluruhan dan berujung pada gagal bayar seluruh utang beserta bunganya. Untuk menjaga prinsip keberlangsungan usaha dan terhindar dari pailit, perusahaan memutuskan untuk merestrukturisasi semua utangnya yang gagal bayar dengan harapan tetap berlangsungnya operasi perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dimasa depan dalam rangka pembayaran kembali utang yang mengalami gagal bayar.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses about corporate action in the form of debt restructuring as solution for securing the principle of going concern of the company and its impact on shareholder structure of the company. This debt restructuring was conducted due to the losses suffered by the company for 4 years long (2011-2014) also resulting the damage to the overall cash flow and led to the failure to pay all the debts with its interest or known as default. In order to securing the going concern principle, the company decide to restructure all the default debt and hopefully there is a continuity of operation of the company to generate future revenue in order to repay all the default debts.
"
Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi Bisnis, 2016
S62515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Mustika
"ABSTRAK
Adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah mengakíbatkan banyak
perusahaan gulung tikar. Salah satu penyebab kebangkrutan perusahaan-perusahaan tersebut
adalah adanya hutang perusahaan yang nilainya tercantum dalam mata uang asing. Pada saat
krisis nilai rupiah terkena devaluasi sehingga mengakibatkan nilai mata uang asing naik
berkali-kali lipat terhadap rupiah. Karenanya, otomatis segala hutang atau biaya yang
dibebankan dalam mata uang asing nilainya akan melonjak tinggi. Perusahaan dengan
keadaan keuangan yang tidak sehat Iangsung terkena dampak dan krisis ini. Bank merupakan
salah satu jenis usaha yang juga merugi ditandai dengan banyaknya bank yang harus
dilikuidasi. Para nasabah bank tersebut tetap menuntut agar uang mereka kembali. Untuk
mengatasi hal tersebut pada mulanya pemerintah berusaha untuk mencetak uang sebanyak
mungkin sebagai salah satu langkah agar uang masyarakat dapat kembali. Namun tindakan
ini trnyata mernbawa dampak yang Iebih buruk lagi yaitu naiknya tingkat inflasi yang salah
satu akibatnya adalah melonjaknya tingkat suku bunga. Dengan adanya devaluasi nipiah dan
naiknya tingkat suku bunga, perusahaan yang melakukan pinjaman baik dalam bentuk mata
uang asing maupun rupíah terkena dampaknya dimana mereka harus mengembalikan
pinjaman yang nílainya naik beberapa kali lipat dan adanya beban bunga yang tinggi.
Akibatnya perusahaan akan menderita kerugian dan tidak tertutup kemungkinan perusahaan
tersebut akan bangkrut.
PT PLN Persero adalah salah satu perusahaan negara yang terkena dampak tersebut.
Dari laporan keuangan perusahaan, dapat dilihat semakin parahnya kondisi keuangan
perusahaan Nilai kewajiban perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, naik
dengan jumlah yang cukup signifikan Selain itu karena adanya biaya-biaya yang tercanturn
dalam mata uang asing, perusahaan mengalami kerugian karena pendapatan yang
diperolehnya dalam rupiah tentu saja tidak mampu menutup biaya-biaya yang dipatok dalam
mata uang asing. Kerugian ini terus rnenggerogoti ekuitas perusahaan sehingga nilai ekuitas
perusahaan semakin kecil, Bila dibiarkan, perusahaan akan mengalami defisiensi modal yang
berujung pada kebangkrutan.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perusahaan perlu membuat suatu
perencanaan keuangan agar dapat selamat dari kebangkrutan dan agar perusahaan dapat
melunasi seluruh kewajibannya dan memperbaiki kinerja keuangannya, terutama kinerja kas.
Perusahaan dalam bal ini dapat melakukan suatu restrukturisasi hutang yang tentu saja han?s
mendapat persetujuan dan kreditor dan pemerintah, terutama Departemen Keuangan dimana
perusahaan mendapat kan sebagian pinjamannya dan departemen tersebut
Dalam melakukan penelitian yang berkenaan dengan restrukturisasi hutang ini,
penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber, baik wawancara Langsung dengan pihak
perusahaan, maupun riset pustaka.
Untuk menganalisa keadaan perusahaan yang sudah lalu, perangkat yang digunakan
adalah analisa rasio yaltu rasio leverage dan coverage. Untuk memperkirakan keadaan
perusahaan di masa datang, terutama dalam masa restrukturísasi, digunakan asumsi-asumsi
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Untuk melakukan suatu
simulasi berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, digunakan laporan prakiraan arus kas dengan
beberapa analisa sensitvitas.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Mukti
"ABSTRAK
Kondisi makro ekonomi yang buruk sebagal akibat dari depresiasi mata uang rupiah
yang dimulai pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan krisis ekonomi dan krisis politik
di Indonesia. Situasi ini tidak menguntungkan bagi dunia usaha dalam menjalankan usahanya
dan mempengaruhi pula kemampuan perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang dalam
mata uang asing untuk melunasi pinjaman yang telah jatuh tempo.
Demikian banyak perusahaan yang tidak mampu melanjutkan usahanya, walaupun
memiliki manajemen yang baik, karena besarnya jumlah hutang yang dimiliki oleh sebagian
besar pelaku usaba di Indonesia. Kalau dilihat secara umum timbulnya masalah ini merupakan
kesalahan masa lalu dari berbagai pihak yaitu pengusaha sebagai debitur, kreditur terutama
kreditur dan luar negeri, dan pemerintah.
Sebagian besar pengusaha dalam mengembangkan usahanya mengandalkan dari
pinjaman luar negeri yang tidak disertai prinsip kehati-hatian yaitu membiayai usaha jangka
panjang dengan pinjaman jangka pendek (mismatch), tidak melindungi kewajiban d.alam mata
uang asing dad resiko fluktuasi nilai tukar (hedging), dan terlalu percaya pada stabilitas nilai
tukar yang dipertahankan pemerintah.
Demikian puta kreditur luar negeri pada masa lalu terlalu bernafsu menanamkan
modalnya di Indonesia secara langsung kepada para pengusaha, tanpa disertai penelaahan
yang dalam atas struktur keuangan, operasional usaha, aspek pemasaran, dan faktor lain yang
biasanya perlu dilakukan dalam pemberian kredit.
Di lain pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan
di masa lalu juga memiliki andil dalam timbulnya krisis ini karena terus memperbesar jumlah
pinjaman luar negeri walaupun dengan syarat-syarat yang lunak dan masalah lain yang kurang
mendukung pengembangan usaha nasional yang sehat.
Untuk segera menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah pemecahan yaitu
penyelesaian hutang yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Mengingat pentingnya
masalah penyelesaian hutang ini sebagai salah satu faktor utama bagi bangsa Indonesia untuk
dapat keluar dari krisis, maka penulis melakukan analisis berbagal alternatif penyelesaian
hutang yang tersedia di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah membandingkan
berbagai faktor utama yang terdapat di masing-masing alternatif tersebut dengan karakteristik
dan kebutuhan perusahaan sebagai debitur dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang
paling menguntungkan berbagai pihak yang terkait.
Pemilihan PT. Astra Tntemational Tbk sebagai perusahaan yang ditelaah didasarkan
pada beberapa alasan yaitu perusahaan dikenal memiliki reputasi yang balk, memiliki hutang
dalam mata uang asing, perusahaun sudah masuk bursa, telab melaicukan restrukturisasi
liutang, dan faktor lain seperti ketersediaan data bagi penulisan karya akhir ini. Kendala yang
dijumpai dalam penulisan karya akhir ini adalah masalah restrukturisasi hutang, baik di dunia
maupun di Indonesia, merupakan topik yang baru dan jarang terjadi sehingga text-book,
artikel, dokumen, data pembanding, dan contoh perusahaan yang telah sukses melakukan
restrukturisasi hutang sangat langka.
Tersedia berbagai alternatif penyelesaian baik penyelesaian di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dengan UU Kepailitan sedapat
mungkin dihindari karena berbagai hal yang kurang menguntungkan terutama bagi debitur
dan kreditur. Berbagai pihak baik debitur, kreditur, dan pemerintah juga lebih memilih
penyelesaian di luar pengadilan. Karena bagi debitur terdapat beberapa faktor yang merugikan
jika proses penyelesaian di dalam pengadilan seperti kendali penyelesaian restrukturisasi
dipegang oleb pengadilan dan kreditur; hak pemegang saham beralih; pengajuan permohonan
kepailitan akan merusak reputasi, usaba, dan prospek di masa depan; ketidakpastian waktu
penyelesaian; dan kemungkinan likuidasi.
Pihak kreditur juga lebih menyukai penyelesaian di luar pengadilan karena jika pihak
debitur diberi keleluasan untuk memperbaiki aspek operasional dan keuangannya maka
kreditur sendiri yang pada akhirnya alcan mendapatkan keuntungan atau manfaat
dibandingkan alternatif penyelesaìan di dalam pengadilan. Kemudian pemerintah walaupun
menyediakan sarana hukum berupa UU Kepailitan, selalu berupaya menyediakan alternatif
lain berupa penyelesaian masalah hutang-piutang ini di luar pengadilan dengan membentuk
beberapa institusi yaitu INDRA, Prakarsa Jakarta, BPPN, dan membuat ketentuan baru yang
mendukung baik perubahan maupun penyempurnaan peraturan yang ada.
Berdasarkan hasil analisis karya akhir ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa
perusahaan sebaiknya menyelesaikan proses restrukturisasi hutang di luar pengadilan dan
melakukan sendiri proses restrukturisasi hutang tersebut dengan dibantu lembaga konsultan
yang telah berpengalaman dalarn melaksanakan proses tersebut. Metode restrukturisasi
hutang yang paling mungkin untuk dilaksanakan dan paling menguntungkan berbagai pihak
dalam penyelesaian masalah hutangnya adalah memilih metode yang mengkombìnasikan
alternatif dalam kelompok Composition (creditors agree to take less) yang mengurangi jumlah
kewajiban baik bunga rnaupun pokok pinjaman dan digabung atau dikombinasikan dengan
pilihan alternatif dalam kelompok Extension (pay later) yang akan memperpanjang jangka
waktu pengembalian hutang.
Hasil analisis tersebut di atas berdasarkan karakteristik, kondisi internal, dan kondisi
ektemal perusahaan dimana faktor-faktor itu menjadi faktor penentu dan proses pengambilan
keputusan pemilihan alternatif restrukturisasi hutang tersebut. Setelah melakukan evaluasi
proses restrukturisasi hutang yang telah dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dan
membandingkan proses tersebut dengan berbagai alternatif yang ada disertai prinsip, langkah,
dan tahapan yang perlu dilalui maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan masalah
hutangnya perusahaan telah menganut langkah-langkah yang telah berlaku umum dan teruji di
tingkat internasional dalam proses restrukturisasi hutang.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Agung Priyanto
"ABSTRAK
Krisis ekonomi di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya tingkat suku bunga,
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan tida tersedianya likuiditas
menghentikan kegiatan usaha di Indonesia. Kebanyakan usaha yang dibiayai dengan hutang
dalam mata uang asing, menyebabkan banyak perusahaan mengalami lonjakan tanggungan
hutang dan ketidakrnampuan membayar bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo.
Ancaman kebangkrutan melanda hampir semua perusahaan di Indonesia pada saat krisis yang
dimulai pertangahan tahun 1997 itu.
PT Astra International, Tbk sebagai salah satu perusahaan publik yang masuk dalam
jajaran perusahaan besar dengan manajemen yang baik, ikut terkena dampak krisis tersebut.
Menurut laporan akuntan publik yang dipublikasikan, Astra tidak sanggup lagi membayar
bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo sehingga daiancam kebangkrutan atau
pengambil alihan oleh pihak lain. Manajemen Astra yang baik menanggapi dengan
mengajukan usulan restrukturisasi hutang-hutangnya terhitung tanggal 1 Januari 1999, dengan
membeli sebagian hutang dengan harga diskon dan menerbitkan obligasi Astra Seri III untuk
menggantikan hutang Iamanya. Dengan negoisasi yang gigih, para eksekutif puncak Astra
berhasil memperoleh kepercayaan dengan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang
disetujui usulan restrukturisasinya.
Kasus ini dijadikan penelitian dalam Karya Akhir ini dilihat dan sisi manajemen
keuangan, dengan mengevaluasi pengaruh program restrukturisasi itu terhadap value of the
Krisis ekonomi di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya tingkat suku bunga,
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing clan tida tersedianya likuiditas
menghentikan kegiatan usaha di Indonesia. Kebanyakan usaha yang dibiayai dengan hutang
dalam mata uang asing, menyebabkan banyak perusahaan mengalami lonjakan tanggungan
hutang dan ketidakrnampuan membayar bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo.
Ancaman kebangkrutan melanda hampir semua perusahaan di Indonesia pada saat krisis yang
dimulai pertangahan tahun 1997 itu.
PT Astra International, Tbk sebagai salah satu perusahaan publik yang masuk dalam
jajaran perusahaan besar dengan manajemen yang baik, ikut terkena dampak krisis tersebut.
Menurut laporan akuntan publik yang dipublikasikan, Astra tidak sanggup lagi membayar
bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo sehingga daiancam kebangkrutan atau
pengambil alihan oleh pihak lain. Manajemen Astra yang baik menanggapi dengan
mengajukan usulan restrukturisasi hutang-hutangnya terhitung tanggal 1 Januari 1999, dengan
membeli sebagian hutang dengan harga diskon dan menerbitkan obligasi Astra Señ III untuk
menggantikan hutang Iamanya. Dengan negoisasi yang gigih, para eksekutif puncak Astra
berhasil memperoleh kepercayaan dengan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang
disetujui usulan restrukturisasinya.
Kasus ini dijadikan penelitian dalam Karya Akhir ini dilihat dan sisi manajemen
keuangan, dengan mengevaluasi pengaruh program restrukturisasi itu terhadap value of the
firm dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah dilaksanakan program. Digunakan
pendekatan dengan metode free cash flows untuk menghitung nilai perusahuan itu dan
multifactor index model untuk menghitung beta dengan mempertìmbangkan ketergantungan
pada indeks pasar dan nilai tukar rupiah. Nilai perusahaan sebalum program dihitung pada
periodc tahun 1998 deiigan rnenjumLah tillai pasar dan hutang dan nilai pasar dan modal, yang
didasarkan pada rata-rata harga saham di tahun tersebut. Nilai perusahaan setelah program
dihitung berdasarkan prediksi arus kas dalam periode tahun 1999 ? 2006. Asumsi yang
digunakan untuk memprediksi pendapatan ìn lebih didasarkan pada perkembangan industri
otomotif (yang mendominasi pendapatan perusahaan hingga mencapai 73%). Prediksì anus
kas diperoieh dan rata-rata komposisi pos-pos pada laporan keuangan perusahaan di tahun
tahun sebelumnya.
Hasil perhitungan menunjukkan terjadi peningkatan nilai perusahaan dan 11,43
Triliun Rupiah menjadi 13,23 Triliun Rupiah. Hal ini juga terjadi pada tillai modal yang
mcningkat clan sebelum rcstrukturìsasi 2,64 menjadi 5,50 Triliun Rupiah setelah
restrukturisasi. Dcrnikian barga saham meningkat dan Rp. 1.135,- menjadi Rp. 2.367,- per
Iernbamya. I3erdasarkan (eon bahwa tujuan utama pengeLolaan keuangan perusahaan untuk
nienciptakaii peningkatan nilai perneganig saham, maka fluai pemegang saham menìngkat
sebesar 2,86 Triliun Rupiah. Perubahan yang signifikan ini merupakan hash positif para
pengelola pcrusahaan itu untuk mempertahankan citra baik di mata investor dan pemberi
pinjarnan, dengan berhasil mencegah kelalaian membayar hutang termasuk bunganya yang
bisa mcnyebabkan perusahaan dituntut pailit di depan pengadilan niaga.
Kajian pada kasus ini merupakan kasus menarik dan memberikan sumbangan bagi
pendidikan dan dunia bisnis secara nyata. Bagi dunia pendidikan, kasus ini menunjukkan
bahwa pengambilan keputusan dalam bisnis secara nyata dapat dibuktikan dengan rumusan
empiris dan teori-teori yang diperoleh dan dunia kampus. Pemilihan strategi yang didasarkan
pada prediksi dan perhitungan sebagai pertimbangan awal sebelum menjalankan strategi
tersebut akan mengurangi resiko kegagalan dalam pelaksanaanya. Dengan menggunakan teori
yang ada, dibutuhkan data-data kondisi perusahaan. pasar dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Data-data ini dapat diperoleh dañ media-media atau jaringan yang khusus
menyedikan data tersebut dengan akses terbatas namun penting karena kelengkapan data akan
mempengaruhi hasil perhitungan selanjutnya.
Bagi dunia bisnìs secara nyata, kasus ini dapat dijadikan pelajaran yang baik bahwa
restruktunsasi menjadikan pilihan yang baik yang dapat menghindarkan perusahaan dan
ancaman kebangkrutan. Dengan melakukan negosiasi untuk mencari penyelesaian secara win
win tanpa harus mengurangi kewajiban perusahaan yang akan menurunkan citra perusahaan di
mata pemberi pinjaman dan investor yang akan menurunkan nilai saham yang berarti
menurukan nilai perusahaan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferinton
"Kondisi ekonomi dan moneter yang memburuk melanda negara-negara regional Asia Pasifik sejak awal tahun 1997, pada pertengahan bulan Juli 1997 melanda Indonesia. Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kecenderungan kenaikan biaya pendanaan yang tinggi secara umum sangat mempengaruhi kegiatan operasional dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Rupiah yang melemah sebagai akibat exchange rate yang sangat fluktuatif dan tinglat inflasi yang sangat tinggi menurunkan kapasitas permodalan perusahaan sehingga memerlukan strategi untuk terapi keuangan dengan melakukan restrukturisasi keuangan.
Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan, sehingga PT. X sangat perlu untuk mengambil langkah restrukturisasi kredit dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Agar kegiatan operasional dan pemenuhan kewajiban perusahaan tetap berkesinambungan
2. Prospek perusahaan masih cukup baik dengan pendapatan valas dan penjualan ekspor dapat dipergunakan langsung membayai kewajiban kredit dan kredit lain dalam valas.
3. Laporan keuangan perusahaan kurang mencerminkan keadaan perusahaan secara ril karena dibuat dengan menggunakan peraturan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terlalu kaku.
Langkah-langkah sistematis proses restrukturisasi untuk menghadapi dainpak negatip dan krisis perekonomian dan moneter sebagai benikut:
1. Faktor intern dan ekstem dianalisa menggukan TOWS, keunggulan kompetitip dan opportunity yang ada dimanfaatkan serta memperkecil weakness dan threat.
2. Past Performance keuangan dianalisa sebagai dasar untuk menentukan asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk proyeksi keuangan dan ratio-ratio proyeksi keuangan sebagai pedoman kemarnpuan keuangan perusahaan membayar seluruh kewajiban dimasa yang akan datang.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar pokok kewajiban, setelah dilakukan restrukturisasi (rescheduling dan reconditioning) dapat dipergunakan untuk modal kerja operasional perusahaan.
Restrukturìsasi kredit akan sangat menguntungkan pihak perusahaan sebagai debitur maupun bank sebagai kreditur. Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Kewajiban perusahaan untuk membayar pokok kredit yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diundur dengan direschedule kembali.
2. Kewajiban perusahaan hanya membayar bunga yang timbul pada setiap akhir bulan.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar kewajiban pokok kredit dapat dipergunakan terlebih dahulu untuk keperluan yang mendesak dalam perusahaan terutama untuk keperluan yang produktip seperti modal kerja perusahaan.
4. Cash flow perusahaan dapat menjadi lebih baik.
Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap bank sebagal berikut:
1. Pembayaran bunga menjadi lebih lancar.
2. Kolektibilitas Perusahaan yang menjadi debitur tetap lancar.
3. Penyediaan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) menjadi lebih kecil yang berpengaruh terhadap ATMR yang merupakan komponen menghitung CAR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiana Nugraha
"ABSTRAK
Kondisi ekonomi dan moneter yang memburuk melanda negara-negara regional Asia
Pasifik sejak awal tahun 1997 dan pada bulan Juli 1997 baru melanda Indonesia ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kecenderungan
kenaikan biaya operasional perusahaan secara umum sangat mempengauhi kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Melemahnya mata uang Rupiah dan tingkat
suku bunga kredit yang tinggi serta inflasi yang sangat tinggi menurunkan permodalan
perusahaan dan sekaligus mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas.
Dampak krisis ini mengakibatkan PT A mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban
kepada Bank dan ada kecenderungan kebun menjadi terbengkalai akibat kekurangan dana
pemeliharaan. Sehingga sangat diperlukan langkah-langkah penyelamatan baik terhadap
kredit maupun kebunnya mengingat kondisi kebun perusahaan masih tergolong Kebun
Kelas A dan masih memiliki prospek yang baik.
Restrukturisasi keuangan perusahaan akan sangat menguntungkan kedua belah pihak baik
bank maupun perusahaan. Adapun keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah
perusahaan dapat bergerak kembali untuk melakukan kegiatan usahanya dan sekaligus
dapat memenuhi kewajiban pengembalian pokok kredit yang dananya berasal dari
kegiatan usaha perusahaan bukan dari pihak ketiga.
Adapun dampak positif yang akan diterirna pihak bank, yaitu bank menerima
pembayaran untuk bunga berjalan dan dengan meningkatnya kolektibilitas perusahaan
dan Macet menjadi kolektibilitas yang lebih baik akan membuat bank menyediakan
PPAP yang lebih kecil dan sekaligus membuat pembukuan bank menjadi lebih baik
apalagi pada saat ini Bank Mandiri sedang dalam proses IPO.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Latania Barona
"Diawali oleh krisis nilai tukar yaang terjadi sejak semester II tahun 1997, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis yang berkepanjangan di berbagai bidang. Krisìs tersebut kemudian berkembang semakin parah karena terdapatnya berbagai kelemahan mendasar di dalam perekonomian nasional, terutama di tingkat mikro. Bersamaan dengan itu, pengelolaan perekonomian dan sektor usaha (corporate governance) yang kurang efisien serta sistim perbankan yang rapuh menyebabkan gejolak nilai tukar berubah menjadi krisis utang swasta dan krisis perbankan. PT Bakrie Building Industries. adalah salah satu dan anak perusahaan publik swasta nasional terbesar di Indonesia (holding company) yaitu PT Baknie & Brothers Thk. yang terkena dampak krisis tersebut.
Ada dua hal yang mendorong Perusahaan masuk ke dalam perangkap krisis tersebut. Pertama, dinamisme perekonomian Indonesia yang semakin meningkat telah menimbulkan keyakinan yang berlebihan (over confidence) pada diri investor asing sehingga mengurangi kehati-hatian mereka dalam memberikan pinjaman kepada dunia usaha di Indonesia. Kedua, Perusahaan memanfaatkan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri untuk meningkatkan pinjaman dari luar negeri, terutama dalam bentuk pinjaman swasta jangka pendek. Pada saat yang bersamaan nilai tukar rupiah yang relatif stabil sejak beberapa tahun terakhir, teiah menimbulkan adanya kepastian terhadap perkembangan kurs (implicit guarantee) sehingga meningkatkan keyakinan Perusahaan akan kemantapan perkembangan ekonomi. Ketersediaan pembiayaan yang relatif mudah diperoleh menyebabkan Perusahaan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha sebaga mana tercermin pada tingginya pangsa utang luar negen berjangka pendek yang digunakan untuk pcmbiayaan investasi berjangka panjang (maturity gap).
Perkembangan ini dengan sendinnya menimbulkan kerentanan perusahaan terhadap gejolak nilai tukar dan telah mendorong Perusahaan menuju kekepailitan. Saat ini Perusahaan merencanakan melaksnakan pembayaran kewajiban melalui Peranjian Perdamaian Pengaturan Kembali Utang untuk membebaskan perusahaan dan semua kewajiban berkenaan dengan utang yang alcan direstrukturisasi dan untuk memaksimalkan nilai yang harus dikembalikan kepada para Kreditur Peserta. Sebagai pertimbangan atas dibebaskannya dari kewajiban tersebut, Perusahaan akan melunasi hutangnya dengan cara:
  1. melunasi sesuai jadwal jatuh tempo
  2. menjadwalkannya kembali
  3. mengkonversi hutang menjadi modal
  4. penertiban Obligasi Konversi (Convertible Bonds)
Diharapkan setelah proses restrukturisasi yang menyeluruh selesai, Perusahaan dan Anak Perusahaan akan memiliki tingkat hutang yang dapat ditanggung dan akan berada dalam posisi yang tepat untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Aprilianta Florensia Br
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis restrukturisasi utang pada PT AFS yang bergerak di bidang pelayaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan restrukturisasi utang yang telah dilakukan oleh PT AFS melalui penjualan aset dengan alternatif lain yaitu metode equity conversion. Perbandingan dilakukan terhadap arus kas pembayaran utang, metode restrukturisasi yang lebih menguntungkan jika diukur dari time value of money dan metode restrukturisasi yang lebih baik pengaruhnya ke kinerja keuangan perusahaan jika diukur dari rasio keuangan. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa metode penjualan aset membayar lebih banyak utang pada awal masa pembayaran utang daripada metode equity conversion. Jika diukur dari time value of money, restrukturisasi dengan metode penjualan aset akan lebih menguntungkan daripada restrukturisasi dengan metode equity coversion karena menghasilkan present value yang lebih kecil. Total debt ratio memperlihatkan metode equity conversion lebih baik pengaruhnya ke kinerja keuangan perusahaan daripada metode penjualan aset. Current ratio, cash ratio, interest coverage ratio dan profit margin memperlihatkan metode penjualan aset lebih baik pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan daripada metode equity conversion.

ABSTRACT
The aim of this research is to analyze debt restructuring at PT AFS which engaged in shipping industry. The method used in this research is to compare debt restructuring at PT AFS through asset sales method with other restructuring alternative which is through equity conversion method. The comparisons are made to debt cash flow, method that is more profitable if measured from time value of money and method that has better effect to company?s financial performance as measured with financial ratios. The result shows that asset sales method pays more debt at the beginning of debt payment than equity conversion method. If measured from time value of money, restructuring through asset sales is more profitable than restructuring through equity conversion because it produces lower present value. Total debt ratio shows that equity conversion method has better effect to the company?s financial performance than asset sales method. Current ratio, cash ratio, interest coverage ratio and profit margin show that asset sales method has better effect to the company?s financial performance than equity conversion method., The aim of this research is to analyze debt restructuring at PT AFS which engaged in shipping industry. The method used in this research is to compare debt restructuring at PT AFS through asset sales method with other restructuring alternative which is through equity conversion method. The comparisons are made to debt cash flow, method that is more profitable if measured from time value of money and method that has better effect to company’s financial performance as measured with financial ratios. The result shows that asset sales method pays more debt at the beginning of debt payment than equity conversion method. If measured from time value of money, restructuring through asset sales is more profitable than restructuring through equity conversion because it produces lower present value. Total debt ratio shows that equity conversion method has better effect to the company’s financial performance than asset sales method. Current ratio, cash ratio, interest coverage ratio and profit margin show that asset sales method has better effect to the company’s financial performance than equity conversion method.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>