Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Magdalena
"Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama banyaknya angka kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun diantara penyakit lainnya seperti AIDS, malaria dan campak disebut juga. Pneumonia pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor karakteristik balita, ibu responden dan lingkungan tempat tinggal di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian menggunakan cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 Provinsi Jawa Barat dengan populasi penelitian sebanyak 196 balita yang mengalami pneumonia. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 69,9% persen balita mengalami pneumonia di Provinsi Jawa Barat. Riwayat berat lahir balita dan bahan bakar tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk memasak berhubungan secara signifikan terhadap pneumonia pada balita dengan nilai OR 95%CI masing-masing 1,105 (1,047-1,166), 9,915 (1,298-75,708). Bahan bakar tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk memasak merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat

Pneumonia is a disease that is the main cause of the number of deaths in children under the age of five years among other diseases such as AIDS, malaria and measles are also mentioned. Pneumonia in children under five is influenced by several factors such as the characteristics of children under five, the respondent's mother and the environment in which they live in West Java Province. The research method used is cross-sectional using secondary data from the Indonesian Demographic and Health Survey, 2017 West Java Province with populatiof 196 children who had pneumonia. The analysis showed that 69.9% percent of children under five had pneumonia in West Java Province. History of birth weight, where children live and fuel used for cooking were significantly associated with pneumonia in children under five with OR 95% CI values ​​of 1.105 (1.047-1.166), 0.557 (0.212-1.464), 9.915 (1.298-75.708), respectively. ). Age children, exclusive breastfeeding, history of vitamin A administration, completeness of vitamin DPT, and maternal knowledge had no significant relationship. Fuel used for cooking is the most dominant variable on the incidence of pneumonia in children under five in West Java Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurti Yunika Kristina Gea
"

Anak dengan pneumonia berisiko mengalami penurunan nilai saturasi oksigen yang mempengaruhi pernapasan hingga terjadi komplikasi hipoksemia. Jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kematian. Salah satu intervensi modifikasi PLB meniup mainan kincir angin dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen, sehingga risiko bertambahnya jumlah kematian anak akibat pneumonia dapat dihindari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh modifikasi PLB meniup mainan kincir angin terhadap nilai saturasi oksigen pada anak pra sekolah pasca pneumonia. Desain penelitian adalah quasi eksperimental pre-posttest with control group design. Responden berjumlah 30 orang anak usia pra sekolah dengan pneumonia (15 orang anak kelompok intervensi, 15 orang anak kelompok kontrol) dan dipilih dengan cara consecutive sampling. Izin etik penelitian diperoleh dari tim etik Universitas Indonesia dan tim etik dari Rumah Sakit Umum Daerah kota Bekasi. Analisis yang dilakukan adalah univariate dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan bermakna pada nilai saturasi oksigen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,018 < ,05) Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah agar menggunakan True Eksperiment dengan sampel yang lebih besar serta tidak hanya terbatas pada PLB namun dapat juga diukur kemampuan meniupnya.


Pediatric with pneumonia are at risk of experiencing a decrease in oxygen saturation value that affect breathing, causing complications of hypoxemia. If not treated it can be caused of death. One of the modified interventions PLB blowing windmill can be done to increase the oxygen saturation value, there for the risk of increasing the number of children deaths due to post pneumonia can be avoided. The purpose of this study was to identify the effect of blowing windmill on the oxygen saturation value of post pneumonia preschool children. The study design was a quasi experimental pre-posttest with control group design. Respondents were 30 preschool age with pneumonia (15 = blowing windmill and 15= control group) and selected by consecutive sampling. Ethics permission was obtained from the ethics team of the University of Indonesia and the ethics team from the regional general hospital of Bekasi city. The analysis performed were Univariate and bivariate. The result showed a difference in oxygen saturation values between the intervention group and the control group (p=0,018<.05). Recommendations for futher studies are to use The true experiment with a larger sample and not only limited to PLB but can also measure the ability to blow.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuha Hafizh
"Latar belakang: Hingga saat ini, pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di dunia. Banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap peningkatan kejadian pneumonia pada balita, baik aspek individu dari anak itu sendiri, perilaku orang tua, dan lingkungan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pneumonia adalah vaksinasi Pneumococcal Conjugate Vaccine atau PCV
Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, sosiodemografi, sikap, dan perilaku orangtua mengenai pneumonia, serta sikap orangtua terhadap vaksinasi dengan penerimaan orangtua terhadap Pneumococcal Conjugate Vaccine pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia
Metode: Penelitian dilakukan di poliklinik departemen anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan TPA Makara UI pada November 2020. pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun serta mengisi kuesioner dengan lengkap. Data dianalisis berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pneumonia, serta sikap terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi pneumonia.
Hasil: Sebanyak 97 (84,1%) dari 107 responden dalam penelitian ini menerima pemberian pneumococcal conjugate vaccine.Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia (p=0,000). sementara untuk usia orangtua (p=0,172), pendidikan orangtua (1,000), pekerjaan orangtua (p=0,119), penghasilan orangtua (p=0,617), serta pengetahuan (p=0,253), sikap (p=0,597) dan perilaku (p=1,000) terhadap penyakit pneumonia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia
Simpulan: Sikap orangtua terhadap vaksinasi dapat mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap vaksinasi pneumonia

Background: Until now, pneumonia is one of the main causes of children under five mortality in the world, even in Indonesia. Many factors can influence the increase in the incidence of pneumonia in children under five, both in individual aspects of the child, the behavior of parents, and the environment. One way that can be used to prevent pneumonia is the Pneumococcal Conjugate Vaccine or PCV vaccination
Aim: To evaluate the relationship between knowledge, sociodemography, attitudes and behavior of parents regarding pneumonia, as well as parental attitudes towards vaccination and parental acceptance of Pneumococcal Conjugate Vaccine in children under 5 years of age in Indonesia.
Methods: The research was conducted at the Pediatric Department Polyclinic dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and Makara UI Children Day Care in November 2020. Sampling was carried out by consecutive sampling. The sample size calculation useds a single sample formula. The inclusion criteria were parents who had children under 5 years old and filled out a complete questionnaire. Data were analyzed based on age, education, occupation, income, knowledge, attitudes, and behavior towards pneumonia, as well as attitudes towards vaccination. The study used the Chi-square test method to determine the relationship between these factors and the acceptance of pneumonia vaccination.
Results: A total of 97 (84.1%) of the 107 respondents in this study accept pneumococcal conjugate vaccine. attitude towards vaccination had a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination (p = 0.000050). while for the parents age (p = 0.172), parental education (1,000), parent's job (p = 0.119), parental income (p = 0.625), as well as knowledge (p = 0.253), attitudes (p = 0.597) and behavior (p = 1,000) toward pneumonia did not have a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination
Conclusion : Parents attitudes towards vaccination showed signifigantly correlation to acceptance of pneumonia vaccination
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Tobroni
"Hospital Acquired Pneumonia HAP merupakan pneumonia yang terjadi pada pasien yang dirawat dirumah sakit setelah 48 jam. Prevalesi kejadian HAP sangat tinggi khususnya pada pasien terpasang NGT. Peran perawat sangat dibutuhkan untuk menurunkan kejadaian HAP pada pasien terpasang NGT. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat perilaku perawat tentang pencegahan HAP pada pasien terpasang NGT. Penelitian deskriptif dengan desain croos sectional ini menggunakan sampel 107 perawat. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap perilaku perawat p value= 0,001. Penelitian ini merekomendasikan, peningkatan pengetahuan perawat sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku perawat. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian menggunakan metode observasi pada variabel perilaku.

Hospital Acquired Pneumonia HAP is a pneumonia in patient with NGT is high, that occurs in hospitalized patients after 48 hours. The prevalence of HAP occurrence is high in patients with NGT. The role of the nurse is needed to reduce the HAP's mortality in patients with NGT. The purpose of this study is to identifi the relationship between the nurse's knowledge and the nurse's behavior on prevention of HAP in NGT attached patients. This study was conducted by cross sectional design with 107 respondents. The data was analyzed with Chi square. The result showed a significant correlation between knowledge to nurse behavior p value 0,001. This study recommends that the improvement of nurse knowledge is needed to improve nurse behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Stefani
"Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah darurat kesehatan global, termasuk di negara Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah penyintas DM terbanyak, yakni mencapai 19,5 juta penduduk dewasa (IDF, 2021). Berdasarkan laporan Riskesdas 2018, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami lonjakan angka prevalensi dari tahun 2013 ke 2018, yakni dari 1,3% menjadi 1,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia ≥ 35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,002), konsumsi makanan manis (p = 0,001), konsumsi minuman manis (p = 0,001), aktivitas fisik (p = 0,001), obesitas (p = 0,001), obesitas sentral (p = 0,001), hipertensi (p = 0,001), dan perilaku merokok (p = 0,001) berhubungan signifikan dengan kejadian DM. Diperlukan peran pemerintah untuk menggencarkan promosi kesehatan terkait pentingnya deteksi dini dan menerapkan pola hidup sehat kepada masyarakat, serta memfasilitasi masyarakat dalam mewujudkannya.

Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease which is still a global health emergency problem, including in Indonesia. Indonesia is ranked 5th in the world with the highest number of DM survivors, reaching 19.5 million adults (IDF, 2021). Based on the 2018 Riskesdas report, West Java Province is one of the provinces that experienced an increase in prevalence from 2013 to 2018, from 1.3% to 1.7%. The purpose of this study was to identify risk factors for diabetes mellitus in people aged ≥ 35 years in West Java Province. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that age (p = 0.001), occupation (p = 0.002), consumption of sweet foods (p = 0.001), consumption of sweet drinks (p = 0.001), physical activity (p = 0.001), obesity (p = 0.001 ), central obesity (p = 0.001), hypertension (p = 0.001), and smoking behavior (p = 0.001) were significantly associated with the incidence of DM. The government's role is needed to intensify health promotion related to the importance of early detection and implementing a healthy lifestyle for the community, as well as facilitating the community in making it happen.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dortua Lince Sidabalok
"Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada balita di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Polusi udara dalam ruangan menjadi salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pneumonia disamping faktor individu dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PM2,5 dalam udara ruang rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini bersifat analitik observasional menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian sebanyak 78 balita dari wilayah kerja Puskesmas Citeureup yang terdiri dari 26 kasus dan 52 kontrol. Data penelitian dikumpulkan menggunakan alat mini particle counter dan kuesioner, serta dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi (OR=12,14; 95%CI: 1,33-110,29), status imunisasi (OR=5,51; 95%CI: 1,82-16,69), ASI eksklusif (OR=3,89; 95%CI: 1,27-11,88), luas ventilasi (OR= 4,09; 95%CI: 1,43-11,75), dan kebiasaan merokok dalam rumah (OR=4,09; 95%CI: 1,51-11,12) berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Konsentrasi PM2,5 dalam rumah berhubungan dengan pneumonia pada balita (aOR=4,092; 95%CI: 1,08-15,45) setelah dikontrol oleh status imunisasi, ASI eksklusif, luas ventilasi dan adanya orang yang merokok di dalam rumah.

Pneumonia is the major causes of death due to infection in children under five around the world, especially in developing countries including Indonesia. Indoor air pollution is one of the risk factors that increased the incidence of pneumonia besides individual factors and infections. This study aimed to determine the relationship between indoor PM2,5 with the incidence of pneumonia in children under five. This was an analytic observational study with case control design. The sample study was 78 children under five selected from working area of Puskesmas Citeureup consisted of 26 cases and 52 controls. The data were collected by mini particle counter and a set of questionnaire, analyzed by chi square and multiple logistic regression. The results showed that nutritional status (OR=12.14; 95% CI: 1.33 to 110.29), immunization status (OR=5.51; 95% CI: 1.82 to 16.69), exclusive breastfeeding (OR=3.89; 95% CI: 1.27 to 11.88), ventilation (OR=4.09; 95% CI: 1.43 to 11.75), and smoking habits at home (OR=4.09; 95% CI: 1.51 to 11.12) associated with the incidence of pneumonia. Indoor PM2.5 were associated with pneumonia in children under five (aOR=4,092; 95%CI: 1.08 to 15.45) after being controlled by immunization status, exclusive breastfeeding, ventilation and smoking habits at home."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Melani
"Latar belakang: Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Ibu yang melahirkan dengan ditolong tenaga kesehatan maupun yang ditolong dengan tenaga non kesehatan dapat mengalami komplikasi. Komplikasi akan semakin berat yang dapat menyebabkan kematian ibu jika dalam proses persalinan ibu tidak ditolong oleh tenaga kesehatan. Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia juga mempunyai permasalahan tentang kesehatan terutama terkait dengan jumlah kematian ibu yang menduduki peringkat paling tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi seorang wanita kawin dalam pemanfaatan penolong persalinan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan waktu pengambilan data secara cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2019 dengan sampel penelitian adalah wanita kawin umur 15-54 tahun yang pernah melahirkan anak lahir hidup pada tahun 2019 sebanyak 15.247 individu yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan model regresi logit.
Hasil: Determinan faktor predisposisi (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami, jumlah anak dan pengobatan sendiri) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah umur ibu, jumlah anak, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan pengobatan sendiri sedangkan determinan faktor pemungkin (status ekonomi, wilayah tempat tinggal, kepemilikan tabungan, kepemilikan jaminan kesehatan, kepemilikan media elektronik, status kepemilikan rumah dan akses ke internet) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah status ekonomi, kepemilikan jaminan kesehatan, status kepemilikan rumah dan akses ke internet.
Kesimpulan: Variabel yang paling dominan berhubungan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah jumlah anak dimana nilai OR = 3,632 dengan nilai P=0,000 dan 95% CI = 3,163-4,169 di tahun 2019.
Saran: peningkatan pemahaman kesehatan bagi reproduksi remaja terkait umur tidak berisiko hamil dan dan risiko melahirkan terlalu sering serta komplikasi yang menyertai terutama untuk pengendalian kehamilan terlalu muda, digitalisasi buku KIA agar memudahkan dalam pemantauan kesehatan ibu hamil.

Background: Complications and deaths of mothers and newborns mostly occur in the period around delivery. Mothers who give birth assisted by health workers or who are assisted by non-health workers can experience complications. Complications will be more severe which can cause maternal death if the mother is not assisted in the delivery process by health workers. West Java Province as the province with the most population in Indonesia also has problems regarding health, especially related to the number of maternal deaths which is ranked the highest in Indonesia. This study aims to determine the determinant factors that affect a married woman in the use of birth attendants.
Methods: This research is a quantitative research with cross sectional data collection time. The data used is secondary data from the 2019 National Economic Survey (Susenas) with the research sample being married women aged 15-54 years who gave birth to live children in 2019 as many as 15,247 individuals who were analyzed univariately, bivariately and multivariably with the logit regression model.
Results: The determinants of predisposing factors (mother's age, mother's education level, husband's education level, mother's employment status, husband's employment status, number of children and self-medication) that were significantly related to the use of birth attendants in West Java Province were maternal age, number of children, level of mother's education, mother's employment status and self-medication while the determinants of enabling factors (economic status, area of ​​residence, savings ownership, health insurance ownership, electronic media ownership, home ownership status and access to the internet) were significantly related to the use of birth attendants in Java Province. West is economic status, health insurance ownership, home ownership status and access to the internet.
Conclusion: The most dominant variable related to the use of birth attendants in West Java Province is maternal age where the OR value = 3,576 with P value = 0.000 and 95% CI = 3.227-3.963 in 2019.
Suggestions: increasing understanding of reproductive health for adolescents related to age not at risk of pregnancy and and the risk of giving birth too often and the accompanying complications, especially for controlling pregnancies too young, digitizing the KIA handbook to make it easier to monitor the health of pregnant women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dely Farhani
"ABSTRAK
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Indonesia. Banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat menimbulkan banyaknya pula permasalahan salah satunya adalah diare. Pada tahun 2016, insiden diare di Jawa Barat sebesar 1.261.159 kasus, tertinggi di Indonesia. Spasial atau pemetaan dianggap perlu untuk memudahkan dalam mengetahui wilayah persebaran faktor risiko dan karakteristik wilayah terhadap kejadian diare, namun belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sebaran dan menganalisis korelasi antara kejadian diare dan faktor risikonya di Jawa Barat Tahun 2010-2016. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi, sehingga menggunakan total populasi sebagai unit analisisnya yaitu 27 kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2010-2016. Hasil penelitian menunjukkan proporsi diare paling tinggi 761/10.000 penduduk dengan PHBS rendah ada di Kota Sukabumi tahun 2010. Cakupan akses air minum terlindung Kabupaten Karawang selalu rendah. Sedangkan cakupan akses jamban sehat berfluktuasi. Jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan, namun kepadatan penduduk semakin tinggi. Kejadian diare lebih banyak terjadi pada dataran rendah Kab. Karawang dibandingkan dataran sedang dan dataran tinggi Kab. Purwakarta dan Kab. Bandung Barat . Berdasarkan hasil pemetaan, daerah yang kerawanan diarenya tinggi ada di Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya. Kemudian, untuk analisis korelasi menunjukkan hanya cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS yang berkorelasi dengan kejadian diare p-value = 0,001 dan r = - 0,246 . Perlunya menyusun prioritas upaya pengendalian diare sesuai dengan karakteristik wilayah tiap kabupaten/kota dan khususnya di daerah-daerah dengan tingkat kerawanan diare yang tinggi seperti Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya.

ABSTRACT
West Java is the most populous province in Indonesia. The number of residents in West Java in effect is one of them is diarrhea. By 2016, the incidence of diarrhea in West Java is 1,261,159 cases, the highest in Indonesia. Spatial or mapping needs to be done to determine the areas and factors associated with the occurrence of diarrhea, but not yet done. The purpose of this study is the distribution and analysis between the incidence of diarrhea and risk factors in West Java Year 2010 2016. This study uses the design of ecological studies, using the total population as an analysis unit that is 27 districts cities in West Java 2010 2016. The results showed the highest proportion of diarrhea 761 10,000 population with low sanitation and hygiene behavior in Sukabumi City in 2010. The coverage of protected drinking water access Kabupaten Karawang is always low. While the view of access to healthy latrines fluctuate. The number of poor people usually goes down, but the higher the population density. The incidence of diarrhea is more prevalent in lowland Karawang district than the medium and highland plains Purwakarta and West Bandung districts . Based on the mapping results, the diarrhea area is high in Cimahi and Kota Tasikmalaya. Then, for free analysis, only PHBS points were correlated with the incidence of diarrhea p value 0.001 and r 0.266 . The need to prioritize the handling of diarrhea in accordance with typical areas and areas with high diarrhea levels such as Cimahi City and Tasikmalaya City.."
2018
T49858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annabel Serafina
"Latar Belakang: Pneumonia menyebabkan banyak kematian pada anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pneumonia menyebabkan sebanyak 15,3% kematian pada anak usia 29 hari–11 bulan dan 12,5% kematian pada anak balita usia 12–59 bulan di Indonesia pada tahun 2022. Di Provinsi Jawa Timur, prevalensi pneumonia balita mencapai 3,32%, lebih tinggi dari prevalensi nasional sebesar 1,56%. Hal ini menjadikan Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan prevalensi pneumonia balita tertinggi ketiga di Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendapatkan pola sebaran kasus pneumonia dan faktor risikonya pada balita di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis autokorelasi spasial global dan lokal menggunakan Moran’s I.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya autokorelasi spasial imunisasi dasar lengkap dengan kasus pneumonia pada balita. Kasus pneumonia pada balita membentuk pola mengelompok dengan variabel kepadatan penduduk, ASI eksklusif, suplementasi vitamin A, penggunaan bahan bakar utama untuk memasak yang berisiko, dan keberadaan puskesmas. Sementara itu, kasus pneumonia pada balita membentuk pola menyebar dengan variabel penduduk miskin, berat badan lahir rendah, dan gizi buruk.
Kesimpulan dan Saran: Kasus pneumonia pada balita dan faktor-faktor risikonya membentuk pola yang berbeda-beda. Pencegahan dan pengendalian pneumonia pada balita dapat disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing kabupaten/kota.

Background: Pneumonia causes many deaths in children throughout the world, including in Indonesia. Pneumonia causes 15.3% of deaths in children aged 29 days–11 months and 12.5% ‹of deaths in children aged 12–59 months in Indonesia in 2022. In East Java Province, the prevalence of pneumonia in under-five children reached 3.32%, higher than the national prevalence of 1.56%. This makes East Java Province the province with the third highest prevalence of under-five children pneumonia in Indonesia.
Objective: This study aims to obtain patterns of pneumonia cases and risk factors among under-five children in East Java Province in 2022.
Methods: This study uses an ecological study design with global and local spatial autocorrelation analysis using Moran's I.
Results: The results show spatial autocorrelation in complete basic immunization in cases of pneumonia in under-five children. Pneumonia cases in under-five children form a pattern that clusters with population density, exclusive breastfeeding, vitamin A supplementation, risky use of primary fuel for cooking, and the presence of community health centers. Meanwhile, cases of pneumonia in under-five children form a widespread pattern with variables such as poverty, low birth weight, and poor nutrition.
Conclusions and Recommendations: Pneumonia cases in under-five children and their risk factors form different patterns. Prevention and control of pneumonia in under-five children can be adjusted to the characteristics of each regency/city.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah
"Kegiatan produksi tomat tidak terlepas dari penggunaan pestisida jenis profenofos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko kesehatan akibat konsumsi tomat yang mengandung residu profenofos di Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Metode penelitian adalah observasional study dengan rancangan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Konsentrasi profenofos tertinggi yaitu sampel II yaitu 0,189 mg/kg, dan konsentrasi rata-rata yaitu 0,129 mg/kg. Berdasarkan hasil tersebut maka konsentrasi profenofos dalam sayur tomat telah melewati batas normal menurut EPA (2006) yaitu 0,00005 mg/kg/h . Hasil menunjukkan untuk RQ non karsinogenik dari kelima dusun yang diteliti semuanya memiliki risiko untuk terkena penyakit. Sehingga manajemen pengurangan risiko kesehatan perlu dilakukan.

Tomato production is inseparable from pesticide use type of profenofos. This research aims to know the health risks resulting from the consumption of tomatoes containing residues of profenofos in Cikandang village of Cikajang sub-district of Garut. The research method is the observational study with the draft Environmental Health Risk Analysis. The highest concentration of profenofos i.e. sample II IE 0.189 mg/kg, and average concentrations i.e. 0.129 mg/kg. Based on those results then the concentration of profenofos in vegetable tomato has gone through the normallimit according to EPA (2006) is 0.00005 mg/kg/day. The results show for the non carcinogenic RQ of Hillbilly who examined all have the risk to be exposed to the disease. Health risk reduction management so that needs to be done."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>