Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azka Aulia Fitri
"Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, namun menjadi penyebab utama kematian balita di dunia, terutama pada usia kurang dari dua tahun. Pada tahun 2015, konsentrasi pneumonia berada di sepuluh negara dan Indonesia menjadi salah satunya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan gejala pneumonia pada Baduta usia 0-23 bulan di Indonesia dikontrol dengan variabel kovariat (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi dasar, pemberian vitamin A, pendidikan ibu, status bekerja ibu, status ekonomi, bahan bakar memasak, ART perokok dalam rumah, tipe tempat tinggal) dengan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko. Hasil penelitian ini, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko 13 kali lebih besar untuk menderita gejala pneumonia dibandingkan Baduta yang diberi ASI eksklusif, setelah dikontrol dengan usia Baduta, efek modifikasi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A, dan efek modifikasi tidak diberi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A.

Pneumonia is a preventable and treatable disease, but it is a major cause of infant mortality in the world, especially in child under two aged. In 2015, the concentration of pneumonia was in ten countries and Indonesia became one of them. This study is a secondary data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey with a cross-sectional study design that aims to determine the effect of exclusive breastfeeding with symptoms of pneumonia in Indonesia among under two children aged 0-23 months controlled by covariate variables (age, sex, birth weight , basic immunization status, vitamin A, mother’s education, maternal working status, economic status, cooking fuel, household member smoker, and type of residents) with a multivariate logistic regression of risk factor model analysis. Results of this study, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta who were not given exclusive breastfeeding had a 13 times greater risk of pneumonia symptoms than those who were given exclusive breastfeeding, after being controlled by the age of Baduta, the effect of exclusive breastfeeding by giving vitamin A, and the effect of modification not given exclusive breastfeeding with vitamin A."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisya Aurelia
"Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018 hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB. Data yang digunakan bersumber dari Riskesdas 2018. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menu that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Setiowati
"Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah akut yang secara khusus mempengaruhi fungsi paru. Penyakit ini merupakan penyebab kematian balita terbesar setelah diare. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada kelompok balita sebesar 4,8%, angka ini berada diatas prevalensi pneumonia nasional yaitu 4,0%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Indonesia pada tahun 2017. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 13.855. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian pneumonia pada balita dengan tempat tinggal, jenis dinding, jenis atap, usia 12-23 bulan, usia 24-35 bulan, status imunisasi DPT-Hib, berat badan lahir, dan balita dengan ibu berstatus pendidikan lulus SD. Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017 adalah jenis dinding.

Pneumonia is acute lower respiratory tract infection that affect lung function in particular. This disease is a leading mortality on under-five children after diarrhea. According to Basic Health Research (Riskesdas) 2018, prevalence of pneumonia on group of under-five children is 4,8%, high than the national pneumonia prevalence which is 4,0%. This study aims to analyse factors related to pneumonia on under-five children in Indonesia on 2017. Cross-sectional design study was chosen with 13.855 samples included. This study is an extension analysis of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 data. The data analysis in this study used chi square test and logistic regression. Result found that there is a statistically significant relationship between pneumonia under-five children with type of residence, type of wall, 12-23 months old, 24-35 months old, DPT-Hib immunisation, birth weight, and elementary school graduated mother. Dominant influencing factors of pneumonia on under-five children in Indonesia based on IDHS 2017 data is type of wall."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Karnila
"Pendahuluan: Pemberian ASI ekslusif direkomendasikan hingga anak berusia 6 bulan. Kurangnya pemberian ASI ekslusif merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas bayi dan anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif diantaranya depresi, inisiasi menyusui dini, wilayah tempat tinggal, status bekerja dan status pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif pada anak 0-5 bulan di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir berumur 0-5 bulan berjumlah 1.266. Analisis data menggunakan regresi logistik untuk mengetahui prevalen odd rasio. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval) CI 95%.
Hasil: Dari 1.266 responden diperoleh prevalensi depresi postpartum 10,2%, pemberian ASI ekslusif 67,1%. Hasil analisis menunjukan responden yang depresi berpeluang 0,762 kali (CI 95% 0,506 – 1,148) untuk tidak memberikan ASI ekslusif setelah dikontrol variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif. Namun terdapat hubungan variabel lainnya dengan pemberian ASI ekslusif diantaranya variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan.
Kata kunci: Depresi postpartum, ASI ekslusif, regresi logistik, SDKI, Indonesia

Background: Exclusive breastfeeding is recommended for children up to 6 months old. Lack of exclusive breastfeeding is a risk factor for infant and child morbidity and mortality. Various factors that influence exclusive breastfeeding include depression, early breastfeeding initiation, place of residence, work status and marital status. This study aims to determine the association between postpartum depression with exclusive breastfeeding for children 0-5 months in Indonesia based on Indonesian Demographic Health Survey 2017.
Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child aged 0-5 months, total 1.266 respondents. Data were analysed using logistic regression to determine the prevalence odds ratio. Significant level was assessed by confident interval (CI) 95%.
Results: From 1.266 respondents, the prevalence of postpartum depression was 10.2%, exclusive breastfeeding was 67.1%. The results of the analysis showed that depressed respondents had an odd 0.762 (95% CI 0.506 - 1.148) to not give exclusive breastfeeding after being controlled by early breastfeeding initiation, work status and marital status.
Conclusion: There was no association between postpartum depression with exclusive breastfeeding. But there was a association between other variables with exclusive breastfeeding including variable early breastfeeding initiation, work status and marital status.
Key words: Postpartum depression, exclusive breastfeeding, logistic regression, IDHS, Indonesia
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Al Faruk
"Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Definisi pneumonia yang diperkenalkan oleh WHO pada tahun 1989 dan dipakai oleh Depkes RI dalam program penanggulangan ISPA/pneumonia secara nasional adalah suatu penyakit dengan gejala batuk pilek yang disertai napas sesak atau napas cepat.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan saluran pernapasan di Kota Tasikmalaya terdapat pada urutan pertama dari 10 besar penyakit terbanyak yang melaksanakan rawat jalan ke puskesmas yaitu 18,10%. Sedangkan khusus yang disebabkan oleh pneumonia terdapat di urutan keenam yaitu 5,15%. Hal tersebut dapat disebabkan karena masih rendahnya cakupan ASI eksklusif yang hanya sebesar 31,2%, rendahnya cakupan vit A dosis tinggi yang hanya sebesar 43,77% dan kelihatannya tidak terpengaruh oleh tingginya cakupan imunisasi sebesar 92,32%; disamping juga masih dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.
Program ISPA/pneumonia di Kota Tasikmalaya telah dilaksanakan mulai sekitar tahun 1991, namun sampai saat ini penderita pneumonia masih tetap tinggi dan masih menjadi permasalahan, baik di masyarakat luas maupun di Dinas Kesehatan Kota sebagai pengelola program penanggulangan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan ingin mengetahui hubungan ketiga variable independen di atas terhadap kejadian pneumonia pada balita usia 12-59 bulan yang dilayani puskesmas di Kota Tasikmalaya Tahun 2002.
Rancangan penelitian memakai studi kasus kontrol tidak berpadanan dengan populasi seluruh anak balita usia 12-59 bulan yang berkunjung dan berobat ke puskesmas di Kota Tasikmalaya dari bulan April-Mai 2002 serta dicatat pada register rawat jalan puskesmas yang bersangkutan. Sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 100 balita kasus dan 100 balita kontrol dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya data diolah dan dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan bantuan perangkat computer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara ketiga variabel independen utama yang diteliti yaitu ASI eksklusif, vit A dosis tinggi dan imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia pada balita yang disertai adanya variabel interaksi yaitu antara ASI dengan vit A. Rincian singkat hasil penelitian dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Pada saat interaksi = 0; hubungan ASI terhadap kejadian pneumonia bermakna dengan nilai OR=9,018 (95% CI : 3,258-24,956), p = 0,000 dan hubungan vit A terhadap kejadian pneumonia bermakna dengan nilai OR=19,717 (95% CI : 4,958-78,414), p = 0,000.
2. Pada saat interaksi = 1; hubungan ASI atau vit A terhadap kejadian pneumonia bermakna dengan nilai OR = 0,083 (95% CI : 0,017-0,391), p = 0,002.
3. Hubungan pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia bermakna dengan nilai OR=2,879 (95% CI : 1,418-5,844), p = 0,003.
Penanggulangan pneumonia dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti peningkatan pemberian ASI eksklusif, pemberian Vit A dosis tinggi dan program kesehatan dan pemberian imuniasi campak kepada balita dengan cara:
1. Penyuluhan yang intensif melalui berbagai media terhadap ibu balita.
2. Pelatihan dan pengawasan terhadap petugas pengelola program gizi, KIA dan program imunisasi.
3. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dengan memberdayakan kader kesehatan yang terlatih.

The Connection between Exclusive Breast Feeding Given, High Dosage Vitamin A, and Measles Immunization to Pneumonia Cases at 12-59 Months Old Children, Which Serves by Public Health Center in Tasikmalaya Town, West Java in 2002Pneumonia is an acute infection process that attacks lung's tissues (alveoli). The pneumonias definition that WHO given in 1989 and been using by Ministry of Health of Indonesia Republic at acute respiratory infection/pneumonia's decreasing program is cold cough symptom or quick breathing.
The diseases that caused by lung's problems in Tasikmalaya Town take the first place from the big 10 diseases, which public health center served home ward, which is 18,10%. Where as, the pneumonia cases took the sixth (5,15%). This cases could be caused by the low exclusive breast feeding coverage (31,2%), the low- usage high dosage vitamin A (43,77%) and immunization (92,32%) that's not running so effective and influenced; in other side there's many variables that could influence this case.
Acute respiratory infection/pneumonia's program in Tasikmalaya Town has been conducted since 1991, but the pneumonia's cases still high and still become problems, even is society and Public Health Council as the tackle conductor program. Because of that, the writer has interest to do research to fine out the connection between those three independent variables to the pneumonia's cases to 12-59 months old children that served by public health center in Tasikmalaya in 2001.
The research's design is using the case control that not connected to the number or quantity of 12-59 months olds children that visited and having care in public health center in April-May 2002 that been record in public health center home ward registration. The minimum samples needed was 100 toddler's case and 100 control toddlers with ratio 1 : L Then, the date have been processed and analyzed by univariant, bi-variant and multi-variant with computers help.
The research found that there's a real connection that statistically showed between those independent variables; the exclusive breast feeding, high dosage vitamin A, and measles immunization, to the toddler's pneumonia cases, also sown the interaction variables between breast feeding with vitamin A usage. The short details of the research's result shown below:
1. Exclusive breast feeding given: at 0 interaction; OR= 9,018 (95% CI=3,258-24,956), p=0,000 and at 1 interaction; OR 3,083 (95% CI=0, 017-0,391), p=0,002.
2. Vitamin A usage: at 0 interaction; OR = 19,717 (95% CI=4,958-78,414), p=0,000 and at 1 interaction; OR=0,083 (95% CI= 0,017-0,391), p=0,002.
3. Measles immunization: OR = 2,879(95% CI = 1,418-5,844), p=0, 003.
Developing some actions such as, exclusive breast feeding given, high dosage vitamin A given by public health program, and toddler's measles immunization could do the pneumonia tackle, for examples:
1. Intensive health education promotion trough medias about infant's mothers.
2. Training and controlling to nutrient program's conductor officers, infant's mothers program, and immunization programs.
3. Cross-programs and cross-sector coordination with empowered the well-trained public health cadres.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Pratama
"Pneumonia merupakan masalah kesehatan utama balita, penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia diantara balita setelah diare. Tingkat kematian balita akibat pneumonia lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan. Prevalensi pneumonia dan persentase period prevalence pneumonia di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian pneumonia pada balita di wilayah perdesaan Indonesia Tahun 2012. Desain studi cross sectional dengan menggunakan data SDKI 2012. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik anak yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan lahir, pemberian ASI ekslusif, pemberian vitamin A, status imunisasi campak, status imunisasi DPT; karakterisk sosial dan ekonomi yang meliputi pendidikan ibu, status ekonomi; dan karakteristik lingkungan yang meliputi keberadaan perokok dalam rumah dan bahan bakar memasak. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pneumonia balita. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia PR=1,42-1,80, jenis kelamin PR=1,2, berat badan lahir PR=1,3, pemberian ASI ekslusif PR=1,85, status ekonomi PR=1,59-1,60 dan bahan bakar memasak PR=1,43.

Pneumonia is a major health problem for children under five, It cause second death in Indonesia among under fives after diarrhea. The mortality rate of children under five due to pneumonia is higher in rural than urban areas. Prevalence of pneumonia and percentage of prevalence period of pneumonia in rural area is higher than urban area. This study aims to determine the risk factors for the occurrence of pneumonia in children in rural areas of Indonesia 2012. Designcross sectional study using data SDKI 2012. Independent variables in this study are the characteristics of children that include age, sex, birth weight, exclusive breastfeeding, vitamin A, measles immunization status, DPT immunization status Social and economic characteristics that include maternal education, economic status and environmental characteristics that include the presence of in house smokers and cooking fuels. While the dependent variable in this research is pneumonia among children under five years. The results child rsquo s age PR 1,42 1,80, sex PR 1,2, birth weight PR 1,3, exclusive breastfeeding PR 1,85, economic status PR 1,59 1,60 and cooking fuel PR 1,43 associated with pneumonia in children under five at rural area Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Yuni Kartika
"Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia di Indonesia masih menjadi salah satu penyebab utama kematian balita dan terus menempati posisi teratas penyebab kematian pada balita. Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada balita sebesar 4,8%. Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua yang berada di wilayah Indonesia Timur memiliki prevalensi pneumonia pada balita melebihi angka nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (faktor lingkungan rumah, karakteristik balita, dan karakteristik ibu balita) yang berhubungan dengan gejala pneumonia pada balita di Wilayah Indonesia Timur. Data yang digunakan bersumber dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan sampel sebanyak 191 balita. Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi gejala pneumonia pada balita di wilayah Indonesia Timur adalah sebesar 14,1%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan rumah, karakteristik balita, dan karakteristik ibu balita dengan gejala pneumonia pada balita. Terdapat 4 variabel yang memiliki risiko lebih tingi bagi balita untuk memiliki gejala pneumonia, yaitu jenis dinding (OR=1,64), status imunisasi (OR=1,83), pemberian vitamin A (OR=1,83), dan pendidikan ibu (OR=1,96).

Pneumonia is an acute respiratory infection that affects the lung tissue (alveoli). Pneumonia in Indonesia is still one of the main causes of under-five deaths and continues to occupy the top position as the cause of under-five deaths. According to the 2018 Riskesdas, the prevalence of pneumonia in children under-five is 4.8%. The provinces of East Nusa Tenggara, West Papua and Papua, which are in the eastern part of Indonesia, have a prevalence of pneumonia in children under-five exceeding the national figure. This study aims to analyze the factors (home environment factors, characteristics of children under-five, and characteristics of mothers) that are associated with the symptoms of pneumonia in children under-five in Eastern Indonesia Region. The data used comes from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) with a sample of 191 children under-five. The design used is cross-sectional. The results showed that the proportion of pneumonia symptoms in children under-five in Eastern Indonesia was 14.1%. There is no significant relationship between home environmental factors, the characteristics of children under-five, and characteristics of mothers with pneumonia symptoms in children under-five. There are 4 variables that have a higher risk for children under-five to have pneumonia symptoms, namely the type of wall (OR=1.64), immunization status (OR=1.83), administration of vitamin A (OR=1.83), and mother's education (OR=1.96). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadani
"Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menjadikan Indonesia salah satu negara dengan beban pneumonia tertinggi di dunia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan meningkat menjadi 2% dibandingkan sebelumnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia adalah meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif secara nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian pneumonia pada batita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Populasi penelitian adalah anak usia 9 – 36 bulan sebanyak 2.755 responden. Pengumpulan data menggunakan data sekunder SDKI tahun 2017. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 79.5% anak sudah diberikan imunisasi pentavalen dan sebanyak 52.3% anak diberikan ASI ekslusif. Hasil regresi logistik, terdapat hubungan yang signifikan antara imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia pada balita (p-value=0.005). Variabel umur memiliki interaksi dengan imunisasi pentavalen terhadap pneumonia. Variabel status sosial ekonomi merupakan confounder antara hubungan imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia. Diharapkan kepada pembuat kebijakan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pnuemonia dan kepada pemberi pelayanan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat pentingnya imunisasi pentavalen dalam bentuk penyuluhan atau sosialiasai mengenai pencegahan pneumonia pada anak, serta melakukan sweeping atau kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen.

Pneumonia is a global health issue, with Indonesia having one of the highest pneumonia burdens in the world. According to Riskesdas data, the prevalence of pneumonia based on health worker diagnoses increased by 2% in 2018 compared to the previous year. Increased coverage of pentavalent immunization and national exclusive breastfeeding are two of the government's efforts to reduce morbidity and mortality due to pneumonia. The goal of this study was to see if there was a link between pentavalent immunization and exclusive breastfeeding and the risk of pneumonia in toddlers. A cross-sectional design was used in this study. This study was carried out between September and December of 2021. respondents. Secondary data from the 2017 IDHS were used for data collection. According to the findings, 79.5 percent of children had received pentavalent immunization, and 52.3 percent of children were exclusively breastfed. According to the findings of logistic regression, there was a significant link between pentavalent immunization and the incidence of pneumonia in children under the age of five. The age variable interacts with pentavalent pneumonia immunization. The socioeconomic status variable is a confounder in the association between pentavalent immunization and pneumonia incidence. It is hoped that policymakers will be able to monitor and evaluate the implementation of pneumonia prevention and control, and that service providers will be able to increase public awareness of the importance of pentavalent immunization in the form of counseling or socialization regarding the prevention of pneumonia in children, as well as conduct sweeping or home visits to increase coverage of pentavalent immunization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Yuliana
"Stunting merupakan pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak normal yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terlihat sejak balita usia 24 bulan. Angka prevalensi kasus stunting di Provinsi Banten menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (2021) mencapai 294.862 balita dan masuk lima besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi, hubungan, interaksi dan colinearitas ASI eksklusif dengan kejadian stunting dikontrol oleh factor determinan stunting. Disain studi penelitian yaitu cross sectional dengan mengambil data Riskesdas 2018 mengenai stunting dan faktor determinan stunting. Dari hasil penelitian diperoleh kasus stunting di Provinsi Banten pada baduta usia 6-23 bulan sebanyak 29,2%. Baduta yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif 1,2 kali lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI secara eksklusif setelah dikontrol oleh BBLR, MP-ASI dan panjang badan lahir. Berdasarkan penelitian ini program pemeriksaan kesehatan pra-menikah bekerjasama dengan KUA dan fasilitas kesehatan setempat perlu dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR dan panjang badan lahir tidak normal. Serta melakukan penyuluhan berupa praktik pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI pada calon orang tua bayi dan keluarga besar bayi (nenek, kakek, paman, bibi), supaya pengaruh budaya tidak mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif.

Stunting is an abnormal growth in children's height caused by chronic malnutrition and recurrent infections that have been seen since the age of 24 months. The prevalence rate of stunting cases in Banten Province according to the Indonesian Toddler Nutrition Status Survey (2021) reached 294,862 toddlers and is included in the top five regions with the highest stunting rate in Indonesia. The purpose of this study was to determine the frequency distribution, relationship, interaction and colinearity of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting being controlled by the determinants of stunting. The research study design is cross sectional by taking the 2018 Riskesdas data regarding stunting and the determinants of stunting. From the results of the study, it was found that stunting cases in Banten Province in children aged 6-23 months were 29.2%. Under-fives who are not exclusively breastfed are 1.2 times more at risk of experiencing stunting compared to toddlers who are exclusively breastfed after being controlled by low birth weight, complementary foods, and birth length. Based on this research, a pre-marital health check-up program in collaboration with the Office of Religious Affairs and local health facilities needs to be carried out to prevent low birth weight and abnormal birth length. As well as conducting counseling in the form of the practice of exclusive breastfeeding and complementary foods for prospective baby parents and the baby's extended family (grandmothers, grandparents, uncles, aunts), so that cultural influences do not affect exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>