Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhia Urfa
"Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis, sebagai kuman TB yang menyerang paru tetapi dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA). Perencanaan program penanggulangan tuberkulosis adalah proses perencanaan yang bersifat multidisiplin, lintas sektor dan lintas program untuk memberantas penyakit tuberkulosis dengan menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) karena penyakit tuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Secara umum belum tercapainya angka penemuan penderita baru BTA positif dan angka kesembuhan lebih disebabkan karena sumber daya manusia yang belum optimal baik dari segi jumlah, kemampuan dan kualifikasinya, sarana pendukung untuk proses perencanaan program yang masih kurang yaitu data yang masih kurang lengkap dan dana program untuk penanggulangan program yang masih tebatas. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan agar dalam melakukan tahapan perencanaan program penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Singkil Utara perlu dilakukan lebih maksimal sehingga dalam masing-masing tahapan perencanaan tersebut memang benar-benar dilakukan dengan teratur dan terencana, diharapkan pula koordinasi dan keterpaduan antar program dan sektor lebih ditingkatkan lagi sehingga efektifitas dan efisiensi dalam penanggulangan Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Singkil Utara dapat tercapai.

Tuberculosis is a direct contagious disease caused by mycobacterium tuberculosis germ, as a TB germ which attacked lungs but can hit other organs. This germ has a special nature which is resistant of acid therefore called acid resistant bacteria (ARB). The planning of tuberculosis prevention program is a multidisciplinary, cross-sectional and cross-program planning process to exterminate tuberculosis disease by decreasing the mordibity rate and mortality rate caused by tuberculosis disease. This research is a qualitative research with descriptive design. The research used in-depth interview, observation, and documents review methods. Generally, the discovery rate of new patients of positive ARB and cure rate are not yet achieved due to the unoptimal human resourche either from total, skill or qualification aspects, lack of supporting facilities for the program planning process which are lack of data and limited program funding for the program prevention. Based on the research’s results, it is suggested that in conducting the Tuberculosis prevention program planning step in North Singkil Health Center, needed to be done more maximum so that on each step of that planning truly done regularly and planned, it is also expected for the coordination and integration between programs and sectors to be improved so that the effectiveness and efficiency in Tuberculosis prevention in North Singkil Health Center working area can be achieved."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumende, Cleopas Martin
"BACKGROUND: there are many researches about IGRA in extrapulmonary Tuberculosis (TB), but there only few data from developing countries. This was the first research about the utility of IGRA in extrapulmonary TB performed in Indonesia as developing country with the 2nd most frequent of TB cases in the world. This study aimed to identify the advantage of IGRA examination in diagnosing extrapulmonary TB.
METHODS: eighty-four patients, presumed to have extrapulmonary TB were examined with IGRA and gold standard examination. The gold standard examination was performed by histopathologic examination, and tissue smear for acid-fast bacilli.
RESULTS: among 84 patients included in the study, 57 patients were tested positive with gold standard, where 50 patients among them were also tested positive with IGRA. Among 27 patients tested negative with gold standard, IGRA positive was found in 10 patients. Lymphadenitis was the most common manifestation of the extrapulmonary TB. Diagnostic test from IGRA for extrapulmonary TB found as follows: sensitivity 87,71%, specificity 63%, positive predictive value 83,33%, and negative predictive value 70,83%.
CONCLUSION:IGRA could be used as supporting tool in the diagnosis of extrapulmonary TB. The negative result, however, does not indicate absence of TB infection.

Latar belakang: sudah banyak penelitian mengenai interferon-gamma release assay (IGRA) dalam TB luar paru, namun hanya sedikit yang berasal dari negara-negara berkembang. Ini merupakan penelitian pertama tentang kegunaan IGRA dalam TB luar paru yang dilakukan di Indonesia sebagai negara berkembang dengan kasus TB terbanyak kedua di dunia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pemeriksaan IGRA dalam mendiagnosis TB ekstraparu.
Metode: sebanyak 84 pasien dengan dugaan TB ekstraparu dilakukan pemeriksaan IGRA dan pemeriksaan baku emas secara tersamar. Pemeriksaan baku emas dilakukan pemeriksaan histopatologi dan pewarnaan BTA jaringan.
Hasil: dari total 84 pasien didapatkan hasil baku emas positif pada 57 pasien, dimana 50 pasien diantaranya didapatkan hasil IGRA positif. Dari 27 pasien dengan baku emas negatif didapatkan hasil IGRA positif pada 10 pasien. Limfadenitis TB merupakan manifestasi TB ekstraparu yang paling banyak ditemukan. Hasil uji diagnostik IGRA untuk TB ekstraparu yang didapat adalah sebagai berikut: sensitifitas 87,71%, spesifisitas 63%, nilai duga positif 83,33%, dan nilai duga negatif 70,83%. Kesimpulan: pemeriksaan IGRA dapat digunakan sebagai salah satu sarana penunjang diagnosis TB ekstraparu, namun hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi TB tersebut.
"
Jakarta: Interna Publishing, 2018
610 UI-IJIM 50:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Tri Rahayu
"Angka penemuan kasus tuberculosis paru tahun 2012 di Kelurahan Kotabaru masih sangat rendah yaitu 45,2% sehingga resiko penularan masih tinggi. Lingkungan fisik rumah merupakan salah satu faktor resikonya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penyebaran penyakit. Rancangan penelitian menggunakan Geographical epidemiologi dengan analisa spasial. Sampelnya adalah total populasi penderita tuberculosis paru BTA positif sebanyak 62 orang. Hasil penelitian menggambarkan penyebaran penderita berdasarkan semua faktor lingkungan fisik rumah di wilayah RW dengan kriteria keparahan dari terberat hingga terendah adalah RW 22, 12, 11, 10, 1, 8, 15, 4, 6, 13, 5, dan 17. RW 22, 12, 11, 10, 1, 8, dan 15 merupakan wilayah perkampungan sementara RW 4, 6, 13, 5 dan 17 adalah wilayah perumahan.

Case detection rate of pulmonary tuberculosis at 2012 in Kotabaru stil low 45,2%, makes risk ot transmission is high. Physical environment in house is one of the risk factors. The aim of this study is to know description of dispersal patterns of the case. This research method is Geographical epidemiologi with spatial analysis. Sample is all population of case that 62 people. The results of the study illustrated the spread of the patient based on all factors in the physical environment in the neighborhoods area. Neighborhoods criteria from the heaviest to the lowest severity is 22, 12, 11, 10, 1, 8, 15, 4, 6, 13, 5, and 17. The neighborhoods of 22 , 12, 11, 10, 1, 8, and 15 are the area of the township the neighborhoods of 4, 6, 13, 5 and 17 are residential areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Niken Widyastuti
"ABSTRAK
TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB pada anak-anak terjadi tiap tahunnya. Salah satu penyebab TB pada anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk dapat membuat imunitas anak rentan dan dapat terserang Tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian tuberculosis (TB) paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square Hasil analisis bivariate didapat bahwa terdapat hubungan antara status gizi terhadap tuberculosis paru anak usia 1-5 tahun (p<0,05) dengan PR 1,78 (95% CI; 1,1-2,9). Anak yang memiliki status gizi kurang akan berisiko 1,78 kali mengalami TB paru anak dibanding anak dengan status gizi normal. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan desain yang berbeda dan variabel lainnya.

ABSTRACT
Tuberculosis is one of the causes of morbidity and death that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million TB cases in children occur each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status can make a child's immunity vulnerable and can be affected by pulmonary tuberculosis. This study aims to see whether there is a relationship between nutritional status and the incidence of pulmonary tuberculosis (TB) in children aged 1-5 years in Indonesia. This research is a quantitative study with cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study is children aged 1-5 years with a total sample of 27779. Variable confounding, like as sex,, residence area, BCG immunization status, parental education status, parental employment status old age, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test The results of bivariate analysis found that there was a relationship between nutritional status and pulmonary tuberculosis of children aged 1-5 years (p <0.05) with PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9 ). Children who have less nutritional status are 1.78 times at risk of developing pulmonary TB compared to children with normal nutritional status. Further research is needed by using different designs and other variables.(i/>
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Zukhra
"Latar Belakang: Tuberkulosis paru (TB) masih menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Dalam dua dekade terakhir penyakit TB resisten obat (TBRO) telah muncul sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat seluruh dunia. NGAL merupakan partikel granulosit neutrofil yang mengalami pematangan dan menjadi gelatinase. NGAL terlibat dalam kekebalan bawaan untuk menghalangi bakteri mengambil zat besi untuk pertumbuhan. Pada pasien dengan komorbid anemia akan terjadi penurunan kekebalan bawaan sehingga pada TBRO dengan anemia bakteri Mtb akan mendapat zat besi dari tubuh manusia untuk bereplikasi. Namun masih belum terdapat data kadar protein serum NGAL pada pasien TBRO dengan anemia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di poliklinik dan ruang rawat inap MDR RSUP Persahabatan pada bulan Juli-September 2023. Jumlah subyek penelitian adalah 73 pasien TBRO yang belum memulai pengobatan dengan anemia dan tanpa anemia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel darah subyek diambil sebanyak 3cc.
Serum darah diambil lalu disimpan dalam lemari es suhu -200C. selanjutnya dilakukan pemeriksaan ELISA teknik sandwich dan diambil kadar protein NGAL. Variabel lainnya diambil dari rekam medis RSUP Persahabatan.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan pasien TBRO dengan anemia memiliki IMT yang menunjukkan tingkat malnutrisi yang bermakna (p:0,026, OR 2,9(1,1-7,5). Penelitian ini juga mengidentifikasi peningkatan jumlah neutrofil (p:0,002, OR 0,2(0,06-0,5) dan penurunan jumlah limfosit (p:0,006, OR (4,2 (1,4-9,8) pada kelompok pasien anemia, yang tercermin dalam NLR yang meningkat (p:0,028, OR 0,3(0,09-0,9). Hasil yang ditemukan juga menunjukkan bahwa pasien TBRO dengan anemia memiliki lesi paru yang lebih luas secara statistik (p:0,048, OR 2,7(0,9-7,3). Kadar NGAL menunjukkan hasil median 82,76 (67,59) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pasien TBRO anemia dan kelompok TBRO tanpa anemia 59,24(91,98) namun tidak bermakna (p: 0,26). Terdapat korelasi yang bermakna kadar NGAL dengan leukosit (r:0,295, p:0,011), neutrofil (r:0,297, p:0,011), limfosit (r:-0,343,p:0,003) dan NLR (r:0,336,p:0,004).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan kadar NGAL pada pasien TBRO dengan anemia dibandingkan tanpa anemia namun tidak bermakna secara statistik.

Background: Pulmonary tuberculosis (TB) remains one of the leading causes of morbidity and mortality worldwide. In the last two decades, drug-resistant tuberculosis (DR-TB) has emerged as a global health threat. NGAL is a neutrophil granulocyte- derived protein that undergoes maturation and becomes gelatinase. NGAL is involved in innate immunity by blocking bacteria from acquiring iron for growth. In patients with anemia, there is a reduction in innate immunity, in patient DR-TB with anemia allowing Mtb bacteria to obtain iron from the human body for replication. However, there is currently no data on serum NGAL protein levels in DR-TB patients with anemia.
Methods: This study is an observational research using a cross-sectional design conducted in the outpatient clinic and inpatient ward of MDR RSUP Persahabatan in July-September 2023. The research subjects were 73 subject DR-TB patients who not yet started treatment with or without anemia and met the inclusion and exclusion criteria. Blood samples of the subjects were collected as much as 3cc. The blood serum was separated and stored in a -20°C freezer. Furthermore, ELISA examination using the sandwich technique was performed, and NGAL protein levels were measured.
Results: In this study, DR-TB patients with anemia had BMI indicating significant malnutrition (p: 0.026, OR 2.9(1.1-7.5). This study also identified an increase in the number of neutrophils (p: 0.002, OR 0.2(0.06-0.5) and a decrease in the number of lymphocytes (p: 0.006, OR 4.2(1.4-9.8) in the anemia patient group, as reflected in the increased NLR (p: 0.028, OR 0.3(0.09-0.9). The findings also showed that DR-TB patients with anemia had statistically larger lung lesions (p: 0.048, OR 2.7(0.9-7.3). NGAL levels showed a higher median result between the DR-TB patient group with anemia 82,76 (67,59) and the group without anemia 59,24 (91,98), but it was not statistically significant (p: 0.26). NGAL have significant corelation among leukocyte (r:0,295, p:0,011), neutrophil (r:0,297,p:0,011), limphocyte (r:-0,343,p:0,003) and NLR (r:0,336,p:0,004)
Conclusion: There is a increase in NGAL levels in DR-TB patients with anemia compared to those without anemia. However, this findings do not reach statistical significance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Utari
"Saat ini Tuberkulosis TB menempati urutan kesembilan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Di Indonesia ada 351.893 kasus TB pada tahun 2016, meningkat dari 330.729 kasus di tahun 2015. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Bekasi untuk angka kesembuhan Kota Bekasi pada tahun 2017 sebesar 74,2 belum ada peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan angka kesembuhan tahun 2016 dan 2015 sebesar 74 yang mana target angka kesembuhan Kota Bekasi yaitu sebesar 85. Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu SITT adalah aplikasi yang digunakan dalam pelaporan TB dalam rangka pengendalian TB. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran input, proses, dan output dari pelaksanaan SITT. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi serta telah dokumen. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dalam pelaksanaan SITT ditemukannya hambatan dimana tingkat keterampilan SDM yang berbeda dalam melakukan pelaporan melalui SITT sehingga perlu dilakukannya perbaikan seperti pelatihan, ketersediaan alat penunjang hardware dalam pelaksanaan SITT yang terbatas akibatnya percepatan proses pelaporan terhambat.

Tuberculosis TB is the ninth leading cause of death worldwide. In Indonesia there were 351,893 TB cases in the year 2016, rising from 330,729 cases in the year 2015. Based on The Health Profile of Bekasi City the healing numbers in the year 2017 of 74.2 there has not been a significant improvement than 2015 and 2016 of 74 which is the target numbers healing of Bekasi City is 85. Integrated Tuberculosis Information System ITIS is an application used in the reporting of TB in order to control TB. The purpose of this research is to overview the input, process, and output of ITIS. This is the descriptive research with qualitative approach. Data sources used by primary and secondary data obtained through in depth interviews, observation and document. This research was carried out at Bekasi Department of Health. Based on the research found that there are barriers which the human resources have a different level of skill in the reporting of TB through ITIS then it needs to be improved such as training, and also availability of supporting hardware in implementing the ITIS is limited and it makes the acceleration of the process of reporting is hampered."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Murni L
"TB Paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut WHO (2013) dalam Global Report 2013 bahwa prevalensi tuberculosis di Indonesia diperkirakan sebesar 297 kasus per 100.000 penduduk. Sumber penular serumah, faktor lingkungan fisik rumah (pencahayaan, ventilasi, kelembaban, kepadatan penghuni) dan faktor karakteristik individu berpengaruh terhadap kejadian TB Paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara keberadaan sumber penular serumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol dengan sampel untuk kasus adalah orang dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (+) dan kontrol orang dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (-) berusia ≥15 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kerja Kecamatan Palmerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru yaitu keberadaan sumber penular serumah OR=4,38 (95% CI:2,19-8,74), status gizi OR = 5,250 (95% CI: 2,376-10,074), faktor lingkungan fisik rumah berupa pencahayaan alami rumah OR = 4,151 (95% CI: 2,049?8,412), ventilasi rumah OR = 2,8 (95% CI: 1,366?5,569), kelembaban dalam rumah OR = 8,088 (95% CI: 4,146-15,77), dan kepadatan hunian dalam rumah OR = 2,034 (95% CI = 1,080?3,830). Berdasarkan model akhir hasil analisis multivariate diperoleh hasil bahwa seseorang yang di dalam rumahnya terdapat sumber penular berisiko 1,85 kali lebih tinggi untuk mengalami TB Paru BTA (+) dibandingkan dengan seseorang yang di dalam rumahnya tidak terdapat sumber penular setelah dikendalikan oleh faktor status gizi dan kelembaban dalam rumah.

Lung TB still becomes a main health problem in the world, including in Indonesia, as one of countries with a high prevalence of Lung TB. According to WHO (2013) in Global Report 2013, the tuberculosis prevalence in Indonesia is estimated around 297 cases per 100.000 people. The same living-house transmitter, the factor of physical environment of house (lighting, ventilation, moisture, and occupancy) and factors of individual characteristics affect an incident of Lung TB. The purpose of this research is to analysis the correlation between the existence of same living-house transmitter with the incident of Lung TB BTA (+) in Public Health Centre in Palmerah year of 2013. This research uses a study design of case-control with sample, for case are people with the result of sputum BTA (+) check and control, people with the result of sputum BTA (-) whose age is ≥ 15 years old and live in Palmerah.
The result of this study shows that the variables which are related with the incident of Lung TB is the existence of same living house transmitter OR=4.38 (95% CI;2, 19-8, 74), nutrition status OR = 5,250 (95% CI: 2,376-10,074), factor of physical environment of a house, such as natural lighting OR = 4,151 (95% CI: 2,049-8,412), house ventilation OR=2,759 (95% CI: 1366-5569), moist in house OR = 8,088 (95% CI:4,146-15,77), and the house occupancy OR = 2,034 (95% CI=1,080-3830). Based on the model from the result in multivariate analysis, it can be concluded that a person whose house contains a transmitter risks 1,85 times higher than someone whose house does not contain a transmitter who has a Lung TB, after being controlled by factors of nutrition status and moist in house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Yoshida Aussiana
"Keberhasilan deteksi tuberkulosis (TB) relatif rendah pada negara berkembang dengan beban TB tinggi akibat kurangnya akurasi diagnosis. Penegakan diagnosis yang dilakukan dengan uji BTA dan TCM sebagai metode deteksi TB baku emas memiliki kelemahan dalam hal penggunaan spesimen sputum yang kemungkinan tidak tersedia pada pasien pediatrik, serta tidak representatif terhadap infeksi Mtb di luar jaringan paru. Urin dapat menjadi kandidat spesimen alternatif dikarenakan bersifat non-invasif. Deteksi antigen Mtb dalam urin menggunakan kit diagnostik Fujifilm SILVAMP TB LAM berhasil dilakukan pada populasi TB-HIV, namun deteksi gen Mtb secara langsung dalam urin belum banyak diteliti. Metode molekuler PCR telah digunakan dalam studi diagnostik karena memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, sehingga dapat memberikan hasil diagnosis yang akurat. Tujuan penelitian adalah melalukan uji deteksi TB pada sampel urin populasi yang telah dinyatakan TB secara bakteriologis (kelompok Definite TB) dan populasi yang didiagnosa TB secara klinis namun tidak menunjukkan hasil laboratorium TB (kelompok Clinically TB) melalui metode multiplex PCR dengan gen target ESAT6, IS6110, dan MPT64 dan mengevaluasi potensi sampel urin sebagai spesimen alternatif diagnosis TB. Nilai positivity rate yang diperoleh adalah 71,43% (10/14) pada kelompok Definite TB dan 60,71% (17/28) pada kelompok Clinically TB. Metode multiplex PCR dengan spesimen urin dapat menjadi petunjuk pada kasus TB non-paru dan populasi yang tidak dapat mengeluarkan sputum berkualitas.

Tuberculosis (TB) screening and diagnostic accuracy is relatively low in developing countries, which has contributed to the high TB burden in such regions. The diagnostic gold standard is the acid-fast bacillus (AFB) smear and GeneXpert test. A major disadvantage for both tests is the utilisation of sputum specimens, which may not be available in paediatric cases and is not representative of extrapulmonary Mtb infection. Urine may be used as an adjunct specimen because of its non-invasive nature of collection. Previous studies have focused on detecting Mtb antigens in urine using the Fujifilm SILVAMP TB LAM diagnostic kit in TB-HIV populations, however direct Mtb DNA detection has not been intensively evaluated. In recent years, PCR techniques have been widely used due to high sensitivity and specificity values which provides rapid and accurate diagnoses. Therefore, the primary objective of this is to conduct a TB detection test in urine samples of two population groups previously tested with AFB smear and GeneXpert test; (1) definite bacteriological cases (Definite TB group), and (2) clinically diagnosed cases (Clinically TB group), using multiplex PCR with target genes ESAT6, IS6110, and MPT64. Specifically, the study aims to evaluate urine as an alternative specimen and supporting tool in TB diagnostics. Observed positivity rate of urine samples was 71.43% (10/14) in the Definite TB group and 60.71% (17/28) in the Clinically TB group. Multiplex PCR using urine specimens indicates effectiveness in rapid detection of extra-pulmonary TB and sputum-scarce cases."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadzira Zada
"Latar belakang: Mycobacterium tuberculosis (MTBC) menyebabkan TBC paru dan TBC ekstraparu (TBEP) yang infeksinya dapat menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Real-time polymerase chain reaction(RT-PCR) adalah metode molekuler yang digunakan dalam diagnosis dengan durasi pengerjaan yang singkat dan sensitivitas yang tinggi. RT-PCR dapat mempersingkat waktu diagnosis, inisiasi tata laksana pengobatan, dan upaya pengendalian transmisi TBC. Pada studi ini, dilakukan analisis prevalensi TBEP positif dengan diagnosis RT-PCR di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FKUI) pada tahun 2020-2021.
Metode: Penelitian ini bersifat cross-sectional menggunakan data rekam medis yang terdaftar di LMK FKUI pada tahun 2020-2021 secara consecutive sampling. Populasi penelitian merupakan spesimen klinis dengan permintaan pemeriksaan MTBC secara RT-PCR. Spesimen penelitian adalah spesimen dengan hasil positif MTBC beserta informasi usia dan jenis kelamin. Data disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara deskriptif, meliputi positivity rate TBEP dan persentase jenis spesimen klinis.
Hasil: Sebanyak 108 spesimen pemeriksaan TBEP pada tahun 2020, 33 diantaranya menunjukkan hasil positif MTBC (30,56% positivity rate) sementara di tahun 2021, terdapat 593 spesimen pemeriksaan TBEP dengan 42 diantaranya positif MTBC (7,08% positivity rate). Informasi usia dan jenis kelamin dari spesimen tidak dapat dianalis karena keterbatasan data. Spesimen jaringan dan LCS menduduki peringkat tertinggi TBEP positif pada tahun 2020 dan 2021.
Kesimpulan: Terjadi penurunan positivity rate TBEP positif sebesar 76,83 % dari tahun 2020 ke tahun 2021 dengan jenis sampel dominan jaringan dan LCS. Terjadi peningkatan jumlah sampel yang diterima LMK FKUI sebesar 449,074% (485 data) pada tahun 2021.

Background: Mycobacterium tuberculosis (MTBC) causes pulmonary TB and extrapulmonary TB (EPTB) whose infection can show significant morbidity and mortality rates. Real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) is a molecular method used in diagnosis with a short duration and high sensitivity. RT-PCR can shorten the time for diagnosis, initiation of treatment, and efforts to control TB transmission. In this study, an analysis of the prevalence of positive EPTB with RT-PCR diagnosis was carried out at the Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, University of Indonesia (LMK FKUI) in 2020-2021.
Method: This research is cross-sectional using medical record data registered at LMK FKUI in 2020-2021 using consecutive sampling. The study population was clinical specimens with requests for MTBC examination using RT-PCR. Research specimens are specimens with positive MTBC results along with information on age and gender. Data are presented in graphical form and analyzed descriptively, including the EPTB positivity rate and percentage of clinical specimen types.
Results: A total of 108 EP TB examination specimens in 2020, 33 showed positive MTBC results (30.56% positivity rate) while in 2021, 42 showed MTBC positive out of 593 EPTB examination specimens (7.08% positivity rate). Age and gender information from the specimens could not be analyzed due to data limitations. Tissue and CSF specimens ranked highest in positive EPTB in 2020 and 2021.
Conclusion: There was a decrease in the positive TBEP positivity rate by 76.83% from 2020 to 2021 with the dominant sample types are tissue and CSF. There has been an increase in the number of samples received by LMK FKUI by 449.074% (485 data) in 2021.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Leah Latifa
"Penyakit Bovine tuberculosis merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia melalui hewan ternak. Proses penularan dapat terjadi melalui udara dan produk hewan ternak yang tidak diolah dengan benar. Saat manusia terjangkit BTB, dapat terjadi proses infeksi sekunder dan relapse. Fenomena ini dapat dimodelkan secara matematis dengan model epidemi SEIR yang merepresentasikan 7 kelompok individu yaitu manusia rentan Sh, manusia terekspos Eh, manusia terinfeksi Ih, manusia sembuh Rh, hewan ternak rentan Sc, hewan ternak terekspos Ec dan hewan ternak terinfeksi Ic. Dari kajian analitik dan numerik dapat ditentukan syarat eksistensi dan kestabilan bilangan reproduksi dasar untuk manusia R01 dan hewan ternak R02. Selain itu didapat juga syarat eksistensi dan kestabilan titik endemis EE dan titik bebas penyakit DFE.

Bovine tuberculosis is a disease that can attack humans through cattle. The process of transmission can occur through the air and cattle products that are not treated properly. When humans are infected with BTB, reinfection and relapse may occur. This phenomenon can be mathematically modeled with the SEIR epidemic model that represents the 7 individual groups of susceptible human beings Sh, exposed human Eh, infected humans Ih, recovery human Rh, susceptible cattle Sc, exposed cattle Ec and infected cattle Ic . From analytic and numerical studies we can determine the terms of existence and stability of basic reproduction numbers for humans R01 and farm animals R02. In addition, there is also a requirement of the existence and stability of endemic point EE and disease free point DFE.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>