Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazria Rahmi
"Pelacakan objek merupakan salah satu permasalahan yang masih diteliti sampai saat ini. Penyelesaian permasalahan dengan menggunakan particle filter merupakan penyeleseain yang sudah banyak digunakan, namun penelitian terus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dari particle filter. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan dari particle filter tersebut adalah dengan cara optimisasi. Optimisasi pada particle filter dapat meningkatkan akurasi dari metode particle filter pada pelacakan objek. Penelitian ini akan mencoba meningkatkan akurasi dari particle filter dengan menambahkan optimisasi cuckoo search. Cuckoo search merupakan optimisasi meta-heuristic yang berdasarkan pada kebiasaan dari burung parasit, yang dikombinasikan dengan Lévy flights. Pada experiment yang dilakukan terlihat bahwa optimisasi dari cuckoo search pada particle filter mampu meningkatkan akurasi dari pelacakan objek dibandingkan dengan metode lain. Pada penelitian ini metode yang diusulkan dapat mencapai presisi jauh lebih baik jika dibandingkan dengan metode dasar particle filter.

Object tracking is one that is still being discussed today. Solving problems using particle filters is a solution that has been widely used, but research is continuing to improve the ability of filter particles. One way to increase the ability of the particle filter is by optimizing. The optimization of filter particles can improve the accuracy of the particle filter method on the composition of objects. This research will try to improve the accuracy of particle filters by adding optimization of cuckoo search. The Cuckoo search is a meta-heuristic optimization based on the habits of the parasitic bird, combined with the flight levy. In the experiments carried out, it can be seen from the optimization of the search for cuckoo on filter particles which increases the efficiency of the object comparison compared to other methods. In this study the proposed method can achieve a precision of much better when compared to the basic method of particle filters"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Sekar Putih
"Dalam penelitian ini dilakukan studi mengenai depurasi logam berat Ni dan Cr yang diamati dari spesies Perna viridis atau Kerang Hijau yang diperoleh dari perairan Muara Kamal, Jakarta Utara. Terlebih dahulu ditentukan kadar logam Ni dan Cr dalam daging Perna viridis sebagai kontrol tanpa perlakuan. Kemudian dilakukan depurasi dengan perendaman asam asetat 1%, 3%, 5%, 10% serta air bersuhu 60 0C, 80 0C, dan 100 0C dengan variasi waktu 1, 2, dan 4 jam tanpa dan disertai pengadukan.
Hasil kadar logam Ni yang diperoleh untuk kelompok kontrol adalah 2.113 mg/kg dan untuk Cr adalah 3.426 mg/kg. Didapatkan penurunan kadar logam paling besar yaitu dengan perlakuan perendaman asam asetat 10% selama 4 jam disertai pengadukan, kadar logam untuk Ni menjadi 0.085 mg/kg dan Cr 1.492 mg/kg. Ditentukan juga kadar protein sebelum dan sesudah depurasi dengan metode Kjeldahl untuk menyelidiki kemungkinan kerusakan dan hilangnya asam amino. Kadar protein sebelum depurasi yaitu 20.544 % dan setelah depurasi untuk penurunan kadar logam paling besar yaitu 20.475 %.

In this research, the study of heavy metal depuration, Ni and Cr in marine species (Perna viridis) from Kamal Estuary, North Jakarta were observed. Firstly, the concentration of Ni and Cr in Perna viridis was determined as controls. Then, do the depuration with acetic acid dipping in various concentration 1%, 3%, 5%, 10% and in variation temperature of waters, that is 60 0C, 80 0C, 100 0C with time varieties 1, 2, and 4 hours without and with stirring.
For the control group, Ni metal content obtained was 2.113 mg/kg and for Cr was 3.426 mg/kg. The greatest decrease in metal content is by immersion treatment of 10% acetic acid for 4 hour with stirring, those are 0.085 mg/kg for Ni and 1.492 mg/kg for Cr after treatment. Protein content was also determined before and after depuration by Kjeldahl method to investigate the possibility of damage and loss of amino acids. Protein content before depuration is 20.544% and for treatment after depuration with the greatest decrease in metal content is 20.475%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Stefan Adrian
"Simulasi permodelan smoothed-particles hydrodynamics pada aliran menyempit secara vertikal dengan perhitungan sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa dan Energi sudah dilakukan sebelumnya dengan jumlah partikel sebanyak 2100. Namun hasil yang diperoleh masih belum menunjukan sifat air yang incompressible karena massa jenis yang dihasilkan belum stabil. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah pengujian dengan jumlah partikel yang lebih banyak dengan kerapatan yang kecil dengan variabel tinjauan massa jenis, kecepatan dan tekanan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program FORTRAN karena lebih mampu menghitung dengan cepat sehingga program mampu mensimulasi dengan jumlah partikel yang lebih banyak.
Hasil yang diperoleh melalui tinjauan pada segmen penyempitan pipa secara umum kecepatan mengalami peningkatan, massa jenis masih menunjukan nilai yang tidak stabil, dan tekanan menunjukan peningkatan. Jumlah partikel yang lebih banyak dan kerapatan antar partikel yang lebih kecil menunjukan hasil yang lebih baik terutama pada massa jenis karena peningkatan yang terjadi pada saat penyempitan tidak besar, sehingga sifat incompressible sudah mulai tercapai. Hal yang sama juga terjadi dengan nilai tekanan, namun untuk nilai kecepatan masih didominasi oleh percepatan gravitasi, sehingga jumlah partikel dan kerapatannya tidak berpengaruh besar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa simulasi dengan meningkatkan jumlah partikel dan kerapatannya, akan menghasilkan sifat air yang lebih incompressible.

Smoothed Particles Hydrodynamics simulation in a constricting pipe in based on conservation of mass and energy calculation has been undergone before by using 2100 number of particles. However, the results failed to show the characteristic of water as incompressible as the density produced unstable results. Hence the objective of this study is to examine the effect of increasing the number of particles and decreasing the spaces between particles with density, velocity and pressure as the dependent variables. The program that is used in this study is FORTRAN as it is able to calculate faster, as a result the simulation can be executed with larger number of particles.
The results show that in the constriction segment of the pipe, the velocity and pressure increase, and the density gives unstable results. Large number of particles and smaller spacing between particles shows a more stable result especially with the density, since the increase of the value tend to be the lowest in the constriction part, therefore an incompressible state of water is almost fulfilled. Pressure shows the same pattern as density, however since the value of velocity is mostly dominated by the acceleration of gravity, therefore the result is not affected by the number of particles and the spacing between particles. In conclusion, increasing the number of particles and decreasing spacing between particles in SPH simulation will fulfill the characteristic of water a incompressible.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningtyas Sekarputri R.
"Penelitian ini membahas mengenai analisis perbandingan lima kegiatan konstruksi yang berbeda pada sebuah kegiatan konstruksi rumah tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menghubungkan hasil dengan faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan perhitungan dan Analisis terkait. Lima kegiatan konstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan plesteran dinding, kegiatan pengacian dinding, kegiatan pengamplasan kusen, kegiatan pemasangan batu bata, dan kegiatan pemotongan keramik. Adapun hasil konsentrasi partikulat yang di dapat masing-masing kegiatan konstruksi adalah 5.134 g/m3; 6.578 g/m3; 168 g/m3; 7.250 g/m3; dan 672 g/m3. Persebaran diameter partikulat dari sampel yang di dapat dari masing, masing kegiatan adalah 2,2 m; 4,3 m; 10 m; 4,1 m; dan 9,8 m. Berdasarkan hasil dari EDS, komposisi kimia dari partikulat yang ditangkap oleh filter adalah C, O, Na, AL, Si, K, Ca, Zn, dan Ba. Sampel dari pengacian dinding mengandung Mg dan S dan sampel dari kegiatan plesteran kusen pintu mengandung S dan Cl.

This research is about comparative analysis of five different construction activities in a house construction. This research is a quantitative research which connects the results with corresponding factors by using calculation and corresponding analysis. Five construction activities covered in this research is wall plastering, cement slush grout, papersand application on door frames, masonry building, and ceramics cutting. The particulate concentration in each of the construction activities are 5.134 g m3 6.578 g m3 168 g m3 7.250 g m3 and 672 g m3. Particulate diameter distribution from each samples are 2,2 m 4,3 m 10 m 4,1 m and 9,8 m. According to EDS test, chemical composition from trapped particulates on the filter is C, O, Na, Al, Si, K, Ca, Zn, and Ba. Samples taken from cement slush grout contain Mg and S, and samples taken from sandpaper application on door frames contain S and Cl.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidila Fitri
"Polusi udara menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis pajanan personal debu PM2,5 dan kadar Apolipoprotein-B Apo-B sebagai biomarker aterosklerosis dalam darah pekerja di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing tahun 2017. Status merokok, obesitas, penggunaan APD, dan riwayat penyakit juga di analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan T-Test independen. Sampel penelitian berjumlah 35 orang pekerja PKB Cilincing sebagai kelompok terpajan dan 24 orang pekerja FKM UI sebagai kelompok kontrol. Pajanan personal diukur menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor, sedangkan analisis Apo-B menggunakan metode Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan pada pekerja adalah 232,233 g/m3, sedangkan rata-rata kadar Apo-B pada kelompok terpajan adalah 107,30 mg/dL dan kelompok kontrol adalah 91,17 mg/dL.Kata Kunci: Apolipoprotein-B Apo-B , aterosklerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5.

Air pollution becomes one cause of cardiovascular disease in the world. This study aim for measuring personal exposure of particulate matter 2,5 PM2,5 , and Apolipoprotein B level in diesel exhaust emission inspector blood in PKB Cilincing, 2017. In addition this study analyze smoking status, obesity, FPE using, and history of disease using independent T Test. Study samples of 35 worker of PKB Cilincing as exposed group and 24 worker of FKM UI as control group. Personal exposure measure using Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor, while analysis of Apo B using Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay method. Result of study shows mean concentration of personal exposure to worker is 232,233 g m3, while mean Apo B level to exposed group is 107.30 mg dL and control group is 91.17 mg dL. Keywords Apolipoprotein B Apo B , atherosclerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Eko Sulistiyo
"Proses pembuatan mebel umumnya menghasilkan partikulat, termasuk partikulat dengan diameter aerodinamik kurang dari 10 m PM10. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi PM10 yang dihasilkan dari proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan kayu di tiga industri mebel skala rumahan Toko A, B dan C. Selain itu, juga menganalisis diameter dan komposisi sampel yang memiliki konsentrasi tertinggi. Ketiga toko memiliki persamaan dan perbedaan karakteristik seperti luas, jumlah pekerja dan mesin produksi. Toko A memiliki luas 183 m2 dengan jumlah 3 orang pekerja, Toko B seluas 179 m2 dengan 3 orang pekerja dan Toko C 135 m2 dengan 2 orang pekerja. Rata-rata konsentrasi PM10 pada proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan di ketiga toko secara berutur-turut yaitu 439.64 g/Nm3, 341.54 g/Nm3, dan 777.42 g/Nm3 di Toko A, 537.07 g/Nm3, 292.91 g/Nm3 dan 633.27 g/Nm3 di Toko B serta 585.76 g/Nm3, 487.59 g/Nm3 dan 779.26 g/Nm3 di Toko C. Konsentrasi tertinggi yaitu proses pengamplasan di Toko C dan konsentrasi terendah yaitu proses pembobokan di Toko B. Sedangkan komposisi unsur kimia yang terkandung dari sampel pengamplasan yaitu C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K dan Ca dengan rentang diameter antara 0.5 ndash; 0.7 m.

The process of making furniture generally produces particulates, including particulates with aerodynamic diameter less than 10 m PM10. This study aims to analyze PM10 concentrations resulting from the process of planing, mortising and sanding the wood in three of small scale furniture industry Store A, B and C. In addition, it also analyzes diameter and composition of sample with the highest concentration. The three stores have similarities and differences in characteristics such as area, number of workers and machinery. Store A has an area of 183 m2 and 3 workers, store B of 179 m2 with 3 workers and store C of 135 m2 with 2 workers. The average concentrations of PM10 in planing, mortising and sanding in the three stores are respectively 439.64 g Nm3, 341.54 g Nm3, and 777.42 g Nm3 at store A, 537.07 g Nm3, 292.91 g Nm3 and 633.27 g Nm3 at store B and 585.76 g Nm3, 487.59 g Nm3 and 779.26 g Nm3 at store C. The highest average concentration is in sanding process at store C and the lowest average concentration is in mortising process at store B. While the chemical compositions of sample are C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K and Ca with diameter range between 0.5 ndash 0.7 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nurul Huda
"Pekerja pengrajin batu bata berisiko terhadap dampak kesehatan akibat pajanan Particulate Matter PM2,5 yang dihasilkan dari proses pembakarandan proses pencetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko pajanan PM2,5 di udara ambien pada pekerja batu bata di Kecamatan Taktakan Serang Banten. Penelitin ini menggunakan data primer dengan subyek penelitian sebanyak 73 pekerja dan sampel lingkungan dari 9 titik menggunakan alat Haz-dust EPAM 5000. Data disajikan secara univariat dan risiko kesehatan dihitung dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan yang menghasilkan nilai intake pajanan yang diterima individu perhari, berdarkan konsentrasi PM2,5, pola pajanan, dan karakteristik antropometri berupa berat badan. Responden pada penelitian ini memiliki nilia median berat badan 56,85 Kg, dan nilai median laju inhlasi sebesar 0,6 mg/m3 lebih rendah dari nilai default EPA untuk berat badan 70 kg dan laju inhalasi 0,83 mg/m3. Nilai median waktu pajanan untuk proses pencetakan 8 jam/hari dan 18jam/hari untuk proses pembakaran. Pekerja mulai berisiko RQ ge;1 pada proses pencetakan setelah durasi pajananan 25 tahun dengan konsentrasi rata-rata sebesar 58,7 g/m3 sedangkan untuk proses pembakaran pekerja mulai ditemukan berisiko RQ ge;1 setelah durasi 20 tahun dengan konsentrasi rata-rata 418,5 g/m3. Berdasarkan temuan tersebut maka manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah mengurangi waktu pajanan pencetakan menjadi 7,2 jam/hari dan waktu pembakaran menjadi 13 jam/hari.

Clay brick industry worker are at risk for the health effect to exposure PM2,5, resulting from combustion and forming process. This study aimed to estimate the risk of PM2,5 exposure in ambient air to clay brick industry worker in Kecamatan Taktakan Serang Banten. This study used primary data of 73 worker and environment sampel was measured from 9 site with Haz dust EPAM 5000. Univariate data were present and health risk was calculated using environmental health risk assessment method that generates value of individual exposure intake per day. Exposure intake was calculated based on PM2,5 concentration, individual exposure patterns, and anthropometric value for body weight. Responden in this study have 56,85 kg median of body weight, and 0,6 m3 median of inhalation rate. These are lower than EPA default value for 70 kg of body weight and 0,83 mg m3 inhalation rate. Exposure time for forming process in median is 8 hours day and 18 hours day for combustion process. Health risk appear RQ ge 1 in forming process after 25 years exposure time with mean concentration 58,7 g m3 and in combustion health risk appear RQ ge 1 after 20 years exposure time with mean concentration 418,5 g m3. Risk management needed base on this finding is by limited worker exposure time in forming process to 7,2 hour day and 13 hour day in combustion process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
"Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler HVAS selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 ?g/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope SEM menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10m PM10. Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon C, oksigen O, dan kalsium Ca.

Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers rsquo health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 g m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is ldquo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon C, oxygen O, dan calcium Ca."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
"Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS) selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 μg/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM) menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10 μm (PM10). Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon (C), oksigen (O), dan kalsium (Ca).

Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 μg/m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon (C), oxygen (O), dan calcium (Ca)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S69867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amaliyah
"Particulate Matter 2,5 (PM 2,5) adalah partikel halus memiliki diameter aerodinamis kurang dari 2,5 μm, partikel ini terbentuk dari gas dan kondensasi uap suhu tinggi selama pembakaran. Sumber partikel berasal dari alam dan antropogenik. Beberapa partikel bebas dapat juga masuk ke dalam saluran limfa. Partikel-partikel yang dapat larut mungkin diserap lewat epitel ke dalam darah. Testosteron adalah hormon steroid yang diproduksi di testis pada pria dan di ovarium pada wanita (dalam jumlah yang terbatas testosteron pada wanita juga diproduksi dalam kelenjar adrenal). Pengukuran partikel PM 2,5 dilakukan di dalam dan di luar gardu tol menggunakan pompa leland legacy. subyek penelitian ini adalah para pekerja gerbang tol dengan pengambilan sampel darah. Jumlah sampel 45 orang pekerja dan 15 orang bukan pekerja gerbang tol.
Hasil pengukuran PM 2,5 dihitung menggunakan rumus dari leland legacy. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata konsentrasi PM 2,5 di dalam gardu 316,35 μg/m3 dan di luar gardu sebesar 152,11 μg/m3. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antara konsentrasi PM 2,5 baik di dalam maupun di luar gardu dengan nilai P value > 0,05 Rata-rata kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol adalah 604,67 ng.dl, sedangkan untuk bukan pekerja gerbang tol adalah 750,30 ng/dl. Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada perbedaan antara kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol dan bukan pekerja gerbang tol. Tidak ada hubungan yang signifikan antara testosteron dengan faktor usia, perilaku merokok, dan status gizi baik pekerja gerbang tol maupun bukan pekerja gerbang tol. Walaupun demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mencegah pajanan.

Particulate Matter (PM 2.5) are fine particles having an aerodynamic diameter of less than 2.5 lm, these particles are formed from gas and high temperature steam condensation during combustion. Particles derived from natural sources and anthropogenic. Some free particles can also enter into the lymph channels. The particles may be absorbed through soluble epithelium into the blood. Testosterone is a steroid hormone produced in the testes in men and ovaries in women (a limited amount of testosterone in women is also produced in the adrenal glands). Measurement of PM 2.5 particles carried inside and outside the toll booth using a pump leland legacy. This research is the subject of the toll gate workers with blood sampling. Number of samples 45 and 15 workers not tollgate workers.
The results of measurements of PM 2.5 was calculated using the formula of leland legacy. Based on the results of the study the average value of the concentration of PM 2.5 in the substation 316.35 μg/m3 and outside the substation was 152.11 μg/m3. Statistical test results showed no difference between PM 2.5 concentrations both within and outside the substation with P value> 0.05 Average plasma levels of testosterone tollgate workers are ng.dl 604.67, while not working toll booths is 750.30 ng / dl. Statistical test results show the value of the P value> 0.05 means that there is no difference between plasma testosterone levels toll gate workers and not the toll gate workers. There is no significant relationship between testosterone with age, smoking behavior, and nutritional status of both workers and non-workers tollgate tollgate. Nevertheless, health checks need to be done regularly to prevent exposure
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>