Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkarnain
"Aplikasi metabolomik dalam analisis subtipe kanker payudara dinilai cukup menjanjikan, salah satunya melalui penilaian profil asam amino. Informasi profil asam amino pada pasien kanker payudara berperan penting dalam tatalaksana pengobatan dan prognosis kanker payudara. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan suatu pola perubahan asam amino pada pasien kanker payudara dibandingkan kontrol orang sehat, yang mengindikasikan kaitan asam amino dengan kanker payudara. Beberapa asam amino dapat menjadi biomarker yang menunjukkan adanya asosiasi dengan progresivitas kanker maupun subtipe IHK kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profil asam amino berdasarkan subtipe imunohistokimia kanker payudara. Penelitian menggunakan studi desain potong lintang yang melibatkan 51 pasien kanker payudara di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sampel darah pasien yang terdiagnosis kanker payudara diukur kadar asam aminonya menggunakan metode HPLC dan nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan normal untuk mengetahui adanya pola kenaikan dan penurunan. Pola asam amino akan dianalisis dan diuji asosiasinya berdasarkan pengelompokan subtipe imunohistokimia, yang dibagi menjadi Luminal A, Luminal B+HER2 dan Triple Negative Breast Cancer (TNBC) Sebanyak 51 pasien kanker payudara didominasi oleh kelompok Luminal B+HER2 diikuti oleh Luminal A dan TNBC. Sebagian besar pola asam amino berdasarkan subtype IHK menunjukkan kadar normal, kecuali asam amino arginin dan histidin yang mengalami peningkatan pada kelompok Luminal A dan Luminal B+HER, serta penurunan kadar asam amino ornitin pada kelompok TNBC. Analisis bivariat meunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05) antara asam amino arginin dan ornitin dengan subtipe IHK. Luminal B+HER2 menjadi kelompok subtipe imunohistokimia kanker payudara yang mendominasi. Berdasarkan 19 asam amino yang diuji, asam amino dari ketiga kelompok subtipe imunohistokimia cenderung normal, dimana hanya tiga asam amino yang menunjukkan pola perubahan, yaitu histidin, ornitin dan arginin. Asam amino arginin dan ornitin menunjukkan hubungan yang signifikan dengan subtipe imunohistokimia. 

Metabolomic approach to analyze the immunohistochemistry subtype in breast cancer is a promising tool, especially measuring amino acid levels. The amino acid profile on breast cancer patients has a significant role as guidance and prognosis. Previous studies showed alteration of amino acid levels in breast cancer patients compared to healthy women, indicating an association between amino acid and breast cancer. Some amino acids can be used as a biomarker for determining a relationship between breast cancer with cancer progression or immunohistochemistry. This study aims to investigate the association of amino with immunohistochemistry in breast cancer. This is a cross-sectional study that involved 51 breast cancer patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo. A blood sample was collected from patients and analyze using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) methods to calculate the level of amino acid. The measurement of amino acid was compared to standard to determine amino acid alteration whether amino acid is increased or decrease. The data are analyzed and tested statistically to investigate the association of amino acid alteration based on three categories of immunohistochemistry (Luminal A, Luminal B+HER2 dan Triple-Negative Breast Cancer (TNBC)). A total of 51 breast cancer patients showed Luminal B+HER2 group has the highest frequency of immunohistochemistry subtype, followed by Luminal A and TNBC, respectively. There were mostly no changes in amino acid levels among the three subtypes, except arginine and histidine, which showed increased amino acid levels in Luminal A and Luminal B+HER2, whereas a decrease of ornithine level showed in TNBC group. Bivariate analysis showed significantly association between amino acid arginine and ornithine with immunohistochemistry subtype in breast cancer (p<0.05).  The majority of immunohistochemistry subtypes in breast cancer were Luminal B+HER2. Out of 19 amino acids, most of the amino acid are stable in three groups, excluding arginine, histidine and ornithine. Arginine dan ornithine showed a significantly association with immunohistochemistry subtype of breast cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Andriyanto
"ABSTRAK
Deteksi antigen betanodavirus pada 26 ekor ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang diduga terinfeksi telah dilakukan dengan metode imunohistokimia. Tanda klinis pada benih yang terinfeksi sering menunjukkan perilaku berenang yang tidak normal, seperti posisi vertikal, berputar dan terjadi beberapa perubahan pigmentasi. Metode screening yang dilakukan oleh RT-PCR memberikan hasil positif dengan munculnya band pada hasil elektroforesis pada 230 bp. Secara histopatologi terdapat sel-sel yang mengalami nekrotik dengan vakuolasasi di organ otak dan mata. Deteksi imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal spesifik untuk betanodavirus menunjukkan reaksi positif dengan pembentukan warna coklat di jaringan organ otak dan mata. Pengujian imunohistokimia adalah salah satu metode yang cocok untuk deteksi dan diagnosis infeksi betanodavirus pada ikan.

ABSTRACT
Detection of betanodavirus antigen on the 26 heads of infected tiger grouper fish (Epinephelus fuscoguttatus) by immunohistochemistry was done. Clinical sign of the infected larva and juvenile stages often show abnormal swimming behaviour, including vertical positioning, spinning and some change in pigmentation. Methods of screening done by RT-PCR give result showed by electrophoresis band with all most sample give positif in 230 base pairs. Histopathologically, there were necrotic area with vacuolation in brain and retine organs. Immunohistochemistry detection using specific monoclonal antibody to betanodavirus showed positif reaction with brown colours formation in the internal organs like brain and retine. Immunohistochemistry assay is one of the suitable methods for detection and diagnose of betanodavirus infection in fish. "
2017
T47641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Kurniawan
"Latar Belakang: Sel kanker membutuhkan asam amino untuk metabolismenya telah ditemukan pada beberapa studi. Metabolisme ini meyebabkan profil asam amino mengalami perubahan pada kanker payudara. Profil asam amino pada kanker payudara ini dapat menentukan prognosis penyakit pada kanker payudara.
Tujuan: Mengetahui hubungan profil asam amino dengan faktor risiko kanker payudara di RS Ciptomangunkusumo, Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada 19 subjek kanker payudara dan 19 subjek kontrol yang memenuhi kriteria penelitian di RSCM, Jakarta, Indonesia. Asam amino dianalisis menggunakan teknik liquid chromatography. Data tersebut dianalisis menggunakan uji independent sample t-test dan uji Mann-Whitney U.
Hasil:
Perbedaan profil asam amino pada kanker payudara yang signifikan dibandingkan dengan kontrol ditemukan pada peningkatan asam amino sistin dan penurunan asam amino valin, lisin, histidin, alanin, ornitin, tirosin, glutamin, fenilalanin, dan asam amino prolin. Terdapat signifikansi antara asam amino dengan faktor risiko usia, jumlah paritas, riwayat pemberian ASI, usia menarke, dan kebiasaan berolahraga.

Background: Cancer cell needs amino acids for its metabolism has been found in recent studies. Amino acids profile changes due to cancer cells’ metabolism. This amino acids profile in breast cancer could determine the prognosis of disease in breast cancer.
Objective: To aimed relationship between amino acids profile in breast cancer with its risk factor in Ciptomangunkusumo Hospital, Indonesia.
Method: A cross-sectional study in 19 breast cancer subjects and 19 control subjects that included into the criteria was conducted in this research. Amino acids was examined with liquid chromatography technique. The data was analyzed with independent sample t-test and Mann-Whitney U test.
Result: There are significant differences of amino acids profile between breast cancer subjects and control subjects, essentially for increased cystine profile and decreased valine, lysine, histidine, alanine, ornithine, tyrosine, glutamine, phenylalanine, and proline. There are also significance between amino acids profile in breast cancer with risk factors, including age, parity, breastfeeding history, menarche age, and workout habit.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Retnomawarti
"Kanker payudara masih menjadi jenis kanker yang paling umum terjadi di dunia. Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pemeriksaan histopatologi dapat memberikan informasi penting mengenai fenotipe, yaitu karakteristik fisik atau morfologi dari jaringan yang diperiksa. Pemeriksaan genotipe juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi varian gen pada mutasi gen tertentu, yang dapat memberikan informasi tentang faktor risiko genetik seseorang terhadap penyakit tertentu dan respons terhadap terapi target yang ditujukan pada mutasi gen tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen penetrasi non-BRCA dan hubungan antara genotipe-fenotipe pada pasien kanker payudara. Pada penelitian ini, pemeriksaan genotipe dilakukan menggunakan metode targeted sequencing. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 18 gen kerentanan dengan varian pathogenic dan likely-pathogenic (P/LP). Kelompok varian gen dibandingkan dengan fenotipe pasien yaitu diantaranya adalah usia, riwayat kanker payudara pada keluarga, status metastasis, subtipe molekuler, dan grade. Kesimpulannya, ditemukan mutasi gen penetrasi non-BRCA diantaranya SMAD4 H427Lfs*9, ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, dan MET K842Sfs*7, mutasi gen penetrasi SMAD4 H427Lfs*9 berhubungan dengan subtipe molekuler luminal B, mutasi gen penetrasi ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, dan MET K842Sfs*7 berhubungan dengan subtipe molekuler TNBC. Pada penelitian ini juga dilakukan homology modelling protein PTEN mutan terhadap protein PTEN wild type dan kaitannya dengan respons terapi target GSK2636771 dan AZD8186.

Breast cancer is still the most common type of cancer in the world. Breast cancer is a complex disease caused by various factors. Histopathological examination can provide important information regarding the phenotype, namely the physical or morphological characteristics of the tissue being examined. Genotyping tests can also be performed to identify gene variants in certain gene mutations, which can provide information about a person's risk of genetic factors for certain diseases and response to targeted therapy aimed at certain gene mutations. This study aims to identify non-BRCA penetrance gene mutations and the relationship between genotypes in breast cancer patients. In this study, genotype examination was carried out using the targeted sequencing method. In this study, 18 susceptibility genes with pathogenic and likely-pathogenic (P/LP) variants were found. Gene variant groups were compared with the patient's phenotype, including age, family history of breast cancer, metastatic status, molecular subtype, and grade. In conclusion, non-BRCA penetrance gene mutations were found, including SMAD4 H427Lfs*9, ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, and MET K842Sfs*7. SMAD4 H427Lfs*9 penetrance gene mutation is associated with luminal molecular subtype B, ATM H1951Pfs penetrance gene mutation *39, PTEN Q219Rfs*2, and MET K842Sfs*7 are associated with TNBC molecular subtypes. In this study, homology modeling was also performed on wild type PTEN protein with mutant PTEN protein and its relation to the response to targeted therapy of GSK2636771 and AZD8186."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Indah Paramita
"Kanker payudara merupakan tipe kanker yang paling banyak terjadi didunia dan menjadi penyebab kematian terbanyak pada negara berkembang. Subtipe kanker payudara saat ini dapat diklasifikasikan berdasarkan profil ekspresi gennya dengan immunohistokimia (IHK) menjadi subtipe Luminal A, Luminal B, HER2+, dan TNBC. Namun, IHK memiliki beberapa keterbatasan yang dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi. Penelitian ini bertujuan melakukan integrasi data multi-omik (genomik, epigenomik, dan transkriptomik) serta penggunaan machine learning dalam penentuan biomarker subtipe kanker payudara.
Metode
Isolat DNA dari pasien kanker payudara yang menjalani pengobatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais Jakarta sebanyak 48 subjek digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengidentifikasi mutasi dan metilasi DNA, digunakan kit Illumina Infinium Asian Screening Array dan Illumina Infinium EPIC Human methylation array v2.0 yang kemudian dilakukan pembacaan dengan Illumina iScan. Biomarker mutasi dan metilasi DNA kemudian dianalisis dengan machine learning untuk mendapatkan biomarker subtipe kanker payudara. Pendekatan transkriptomik dengan analisis DEG (Differentially Expressed Genes) dilakukan dengan menggunakan dataset yang berada pada basis data GEO (Gene Expression Omnibus), yaitu dataset GSE33447 dan GSE20685. Studi translasional untuk identifikasi biomarker metilasi DNA, dilakukan dengan metode MSP (methylated specific PCR).
Hasil
Didapatkan biomarker mutasi dan metilasi DNA yang signifikan berasosiasi dengan masing-masing subtipe kanker payudara serta berkaitan dengan ekspresi gennya, yaitu Luminal A (rs2355062 dan cg14397888), Luminal B (rs36087647 dan cg14397888), HER2+ (rs4925108 dan cg25910261), TNBC (rs137966431, rs886040223 dan cg26371957). Adanya mutasi pada BRCA2 (rs886040223) pada pasien TNBC, diprediksi akan memberikan respon yang sensitif terhadap pemberian terapi inhibitor PARP. Kit diagnostik berbasis biomarker omik dengan metode methylation-specific PCR (MSP) dapat menentukan status metilasi DNA pada biomarker cg14397888 untuk subtipe Luminal A dan Luminal B dengan akurasi 75% dan 76%.
Kesimpulan
Pendekatan biomarker multiomik pada pasien kanker payudara dapat digunakan sebagai pilihan untuk melakukan klasifikasi subtipe kanker payudara dan memprediksi pilihan terapi yang tepat.

Introduction
Breast cancer is the predominant form of cancer globally and is the primary cause of mortality in emerging nations. Currently, breast cancer subtypes can be classified using immunohistochemistry (IHC) into four subtypes: Luminal A, Luminal B, HER2+, and TNBC. Nevertheless, the IHC possesses various constraints that may result in misclassification. The objective of this study is to combine multiple types of biological data (genomic, epigenomic, and transcriptomic) and apply machine learning techniques to identify biomarkers for different subtypes of breast cancer.
Method
DNA isolates obtained from 48 breast cancer patients who were receiving therapy at RSUPN Cipto Mangunkusumo and Dharmais Cancer Hospital Jakarta. The Illumina Infinium Asian Screening Array and Illumina Infinium EPIC Human methylation array v2.0 kits were employed to detect mutations and DNA methylation which were then read using Illumina iScan. Machine learning was used to examine DNA mutation and methylation biomarkers in order to identify biomarkers specific to different subtypes of breast cancer. The transcriptomics approach was employed to analyze differentially expressed genes (DEGs) utilizing datasets from the Gene Expression Omnibus (GEO) database, namely the GSE33447 and GSE20685 datasets. The MSP approach was employed to conduct translational research to identify DNA methylation biomarkers.
Results
Significant DNA mutations and methylation biomarkers were discovered to be linked to each subtype of breast cancer and were found to be associated with gene expression, namely, Luminal A (rs2355062 and cg14397888), Luminal B (rs36087647 and cg14397888), HER2+ (rs4925108 and cg25910261), and TNBC (rs137966431, rs886040223 and cg26371957). Predictions suggest that the presence of mutations in the BRCA2 gene (rs886040223) in TNBC patients will likely result in a highly responsive reaction to PARP inhibitor treatment. A diagnostic kit utilizing the methylation-specific PCR (MSP) approach can accurately assess the DNA methylation status of the cg14397888 biomarker for Luminal A and Luminal B subtypes with an accuracy of 75% and 76%, respectively.
Conclusion
The utilization of the multiomics biomarker strategy in breast cancer patients offers a viable method for categorizing breast cancer subtypes and forecasting suitable therapy interventions.                                                                                                                                                                    
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Ayu Fauziyyah
"ABSTRACT
Dewasa ini, sudah banyak rumah sakit modern yang dilengkapi dengan peralatan monitoring yang lengkap, yang menyebabkan makin banyaknya data medis yang tersimpan. Data medis ini memiliki karakteristik khusus, dan biasanya metode statistika biasa tidak dapat diterapkan begitu saja. Dari sinilah kemudian muncul gagasan mengenai Medical Data Mining (MDM) yang sudah terbukti cocok untuk diterapkan dalam analisis data medis. Naive Bayes Classifier (NBC) merupakan salah satu implementasi dari MDM. Kendati terbukti memiliki hasil yang akurat dan memuaskan dalam proses diagnosis medis, metode-metode dalam MDM belum sepenuhnya diterima dalam praktek medis untuk diterapkan. Alasan utama mengapa metode ini belum dapat diterima adalah karena terdapatnya resistansi dari tenaga medis terhadap metode diagnosis yang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan dan mengevaluasi performa NBC  pada data rekam medis pasien kanker payudara di salah satu rumah sakit di Jakarta dalam masalah klasifikasi subtipe molekular kanker payudara, serta membandingkan hasil klasifikasi NBC dengan metode MDM lain, yaitu Decision Tree (DT). Hasil analisis menunjukkan bahwa NBC mengungguli DT dengan tingkat akurasi sebesar 92,8%. Selain itu, dapat juga ditunjukkan secara empiris bahwa NBC mampu menangani missing value dengan cukup baik dan tidak membutuhkan data dalam jumlah banyak untuk tetap dapat mengklasifikasikan sebagian besar pasien dengan benar.

ABSTRACT
Nowadays, modern hospitals are well equipped with data monitoring devices, which resulted in an abundant amount of medical data. These medical data possess specific characteristics and usually, statistical methods could not be applied directly. This is what started the notion of Medical Data Mining (MDM), which has proven to be effective in analysing medical data. Naive Bayes Classifier (NBC) is an implementation of MDM. Even though MDM methods produce a sufficiently accurate and satisfying results in diagnosis problems, these methods are still not well accepted in the medical practice. One of the main reasons is because there is a resistance of physicians to a new diagnosis method. The main goal of this study is to apply and evaluate the performance of NBC in classifying breast cancer patients in a private hospital in Indonesia into five classes of molecular subtypes and compare its performance with another popular MDM method, Decision Tree (DT). Results showed that NBC outperformed DT by reaching an accuracy rate of 92.8%. This study could also show empirically that NBC does not need a big dataset to be able to achieve a high accuracy rate and that NBC could handle the problem of missing values just fine."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sunardi
"ABSTRAK
Pasien kanker umumnya mengalami penurunan berat badan terkait kaheksia. Patofisiologi kaheksia kanker multifaktorial, termasuk efek sitokin pro inflamasi dan inflamasi sistemik. Profil asam amino plasma pada pasien kanker mengalami perubahan. Deplesi protein dapat terjadi akibat asupan yang menurun atau efek langsung dari tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan hubungan antara asam amino serum, status nutrisi dan sitokin-sitokin pro-anti inflamasi, serta sel T helper 17 pada pasien kaheksia kanker paru. Penelitian potong lintang dengan consecutive sampling pada pasien kanker paru dengan kaheksia ini mengambil subjek berusia lebih dari 18 tahun dan belum diterapi atau sudah selesai terapi lebih dari 2 bulan di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Analisis asupan dilakukan dengan food frequency questionnaire semikuantitatif dan 24-hours food recall. Pemeriksaan asam amino serum dengan metode spektofotometri, Sel T helper-17 dengan metode flowcytometry, dan C-reactive protein dengan metode latex agglutination, serta kadar IL 17, IL 6 dan TNFα dengan metode ELISA. Data yg didapat kemudian di analisis dengan uji T atau Mann Whitney untuk melihat hubungan dan untuk menganalisis hubungan dalam tabel digunakan uji Chi-Square atau Fischer Exact, sedangkan untuk korelasi digunakan uji Pearson atau Spearman. Asam amino triptofan, asparagin, glutamin, valin, lisin dan sistein berkorelasi positif dengan sitokin anti-inflamasi dan status nutrisi, sebaliknya negatif dengan sitokin pro inflamasi. Asam amino fenilalanin, treonin, dan glutamat berkorelasi positif dengan sitokin pro-inflamasi dan berkorelasi negatif dengan status nutrisi dan sitokin anti inflamasi. Khusus aspartat, selain berkorelasi positif dengan sitokin pro inflamasi, juga berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh, tetapi menunjukkan korelasi negatif dengan penurunan berat badan. Beberapa asam amino serum terbukti berhubungan dengan status sitokin dan status nutrisi pada subjek kanker paru dengan kaheksia, sehingga perlu menjadi perhatian dalam terapi nutrisi pasien kanker
Kata kunci: asam amino serum, status nutrisi, sitokin, kaheksia kanker

ABSTRACT
Cancer patients generally experience weight loss associated with cancer cachexia. The pathophysiology of cancer cachexia is multifactorial, including the effects of pro inflammatory cytokines and systemic inflammation.. The plasma amino acid profile was found to significantly undergo changes in cancer patients. Protein depletion can occur due to decreased intake or direct effects of tumors on protein metabolism. This study aimed to determine the profile and relationship between serum amino acids, nutritional status and pro-anti-inflammatory cytokines, and T helper 17 cells in lung cancer cachexia patients. This cross-sectional study with consecutive sampling in lung cancer patients with cachexia took subjects over the age of 18 years and who had not been treated or who had finished therapy for more than 2 months at the Dharmais Cancer Hospital. Dietary intake analyses were carried out with semiquantitative food frequency questionnaire and 24-hour food recalls. Blood tests were carried out in the form of serum amino acids, cytokines, C-reactive protein and T helper 17 cells. Data obtained were then analyzed by the T or Mann Whitney test to see the relationship and to analyze relationships in the table used chi-square or Fischer Exact, while for correlation used Pearson or Spearman test. The amino acids tryptophan, asparagine, glutamine, valine, lysine and cysteine were positively correlated with anti-inflammatory cytokines and nutritional status, and negatively correlated with pro-inflammatory cytokines. Phenylalanine, threonine and glutamate amino acids were positively correlated with pro-inflammatory cytokines and negatively correlated with nutritional status and anti-inflammatory cytokines. Aspartate showed a positive correlation pro inflammatory cytokines and body mass index, but a negative correlation with weight loss. Some serum amino acids have been shown to be related to cytokines and nutritional status in lung cancer cachexia patients, so it should be a concern in nutritional therapy for cancer patients"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannie Fauzarianda
"Latar Belakang: Penurunan massa bebas lemak dan status fungsional akan mempengaruhi prognosis pada pasien kanker kepala leher. Pembentukan massa bebas lemak dipengaruhi berbagai hal termasuk nutrisi. Salah satu zat gizi yang berperan dalam adalah asam amino rantai cabang. Karnofsky Performance Scales (KPS) adalah salah satu parameter status fungsional yang dinilai secara rutin untuk pasien kanker Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan asam amino rantai cabang dengan massa bebas lemak dan status fungsional pada pasien kanker kepala dan leher.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek dewasa dengan kanker kepala leher secara consecutive sampling method di poliklinik radioterapi RSCM. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik dasar, data asupan zat gizi dan penilaian status fungsional. Pengukuran komposisi tubuh massa bebas lemak dengan alat bioimpedance analysis single Frequency. Pengukuran status fungsional dengan KPS.
Hasil: Sebanyak 77 subjek penelitian dengan rerata usia 52 tahun, dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, 61 % berpendidikan menengah dan sebagian besar bekerja. Lokasi kanker terbanyak pada nasofaring dengan jenis karsinoma sel skuamosa dan stadium IV. Rerata subjek memiliki status gizi normal. Penilaian 3 x24-h Food Recall didapatkan dengan rerata asupan energi 27,44 kkal/kgBB dan protein 1,33 g/kgBB. Penilaian rerata asupan AARC dengan FFQ semi kuantitatif pada subjek penelitian didapatkan sebesar 10,99 gram. Pada penelitian ini didapatkan rerata nilai massa bebas lemak 42,10 kg dengan sebanyak 46 % subjek penelitian laki- laki memiliki index massa bebas lemak < 17 kg/m2 sedangkan pada subjek penelitian wanita terdapat 16 % dengan index massa bebas lemak <15 kg/m2 Status fungsional dengan menggunakan KPS subjek penelitian dengan median 90 dengan nilai minimum 40. Sekitar 11,6% subjek penelitian yang memiliki nilai KPS kurang dari sama dengan 70. Terdapat korelasi lemah antara asupan asam amino rantai cabang dengan massa bebas lemak (r=0,238, p=0,037).Tidak terdapat korelasi antara asupan AARC dengan status fungsional (r=0.147; p>0.05)
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna yang lemah antara asupan AARC dengan massa bebas lemak dan tidak terdapat korelasi antara asupan AARC dengan status fungsional pada subjek kanker kepala leher

Background: Decreased fat-free mass and functional status will affect the prognosis in head and neck cancer patients. The formation of fat-free mass is influenced by various things including nutrition. One of the nutrients that play a role in is branched chain amino acids. Karnofsky Performance Scales (KPS) is a functional status parameter that is routinely assessed for cancer patients.
Methods: This cross-sectional study was conducted on adult subjects with head and neck cancer by consecutive sampling method at the radiotherapy polyclinic RSCM. Interviews were conducted to collect data on basic characteristics, data on nutrient intake and assessment of functional status. Measurement of body composition fat-free mass using a single Frequency bioimpedance analysis tool. Functional status measurement using the KPS.
Results: A total of 77 study subjects with an average age of 52 years, with most of them being male, 61% having secondary education and most of them working. Most cancer locations in the nasopharynx with the type of squamous cell carcinoma and stage IV. On average, the subjects had normal nutritional status. The 3 x24-h Food Recall assessment was obtained with an average energy intake of 27.44 kcal/kgBW and protein 1.33 g/kgBW. The assessment of the average BCAA intake with semi-quantitative FFQ on research subjects was 10.99 grams. In this study, the average fat-free mass value was 42.10 kg with as many as 46% of male research subjects having a fat-free mass index <17 kg/m2 while in female research subjects there were 16% with a fat-free mass index <15 kg/m2. Functional status using KPS of research subjects with a median of 90 with a minimum value of 40. Approximately 11.6% of study subjects had a KPS value of less than 70. There was a weak correlation between intake of branched-chain amino acids and fat-free mass (r=0.238, p=0.037. There was no correlation between BCAA intake and functional status (r=0.147; p>0.05)
Conclusion: There is a weak significant correlation between BCAA intake and fat-free mass and there is no correlation between BCAA intake and functional status in head and neck cancer subjects
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leovinna
"Protein energy wasting (PEW) merupakan sindrom gangguan nutrisi yang sering terjadi
pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) dengan hemodialisis rutin sekitar 28-80%.
Proses hemodialisis dapat meyebabkan hilangnya nutrien seperti asama amino,
meningkatkan proses inflamasi yang kemudian dapat meningkatkan katabolisme protein,
dan dapat menghambat utilisasi asam amino dalam sintesis protein. Jika tidak ditangani,
PEW dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien PGK. Tujuan utama
penelitian adalah untuk mengetahui profil asam amino pasien PGK dengan hemodialisis
rutin. Desain penelitian adalah potong lintang dengan 60 subjek pasien PGK usia >18
tahun dengan hemodialisis rutin di RS. Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangukusumo.
Sampel berupa dried blood spot (DBS) dan pemeriksaan asam amino menggunakan
metode Liquid Chromatography Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Asam amino
yang diperiksa adalah asam amino nonesensial (alanin, arginin, asam aspartat, asam
glutamat, asparagin, glisin, glutamin, prolin, serin, tirosin), esensial (histidin, fenilalanin,
isoleusin, leusin, lisin, metionin, treonin, triptofan, valin), dan khusus (ornitin, sitrulin).
Hasil penelitian didapatkan hampir semua kadar asam amino pada subjek lebih rendah
terutama alanin, tirosin, histidin, dan valin; sebaliknya asam aspartat dan serin ditemukan
lebih tinggi kadarnya dibandingkan nilai rujukan Mayo dan data internal dewasa sehat.
Didapatkan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan fenilalanin,
isoleusin, leusin; hipoalbuminemia (albumin <4 g/dL) dengan glisin; hipoalbuminemia
(<3,5 g/dL) dengan arginin, asam aspartat, asparagin, histidin, lisin, metionin, dan
ornitin. Didapatkan korelasi yang bermakna antara usia dengan BCAA (isoleusin, leusin,
valin), dan metionin; dan hemoglobin dengan isoleusin. Penelitian ini merupakan
penilitian pertama tentang profil asam amino pada pasien PGK dengan hemodialisis di
Indonesia dan penelitian pertama kali yang menggunakan sampel DBS pada orang
dewasa. Dengan diketahuinya profil asam amino pada PGK dapat dimanfaatkan sebagai
dasar pemberian jenis suplementasi asam amino yang sesuai dengan populasi pasien PGK
dengan hemodialisis di Indonesia.

Protein energy wasting (PEW) is a nutritional disorder syndrome that often occurs in
patients with chronic kidney disease (CKD) on routine hemodialysis around 28-80%. The
process of hemodialysis can cause the loss of nutrients such as amino acids, increase the
inflammatory process which can increase protein catabolism, and be able to inhibit the
utilization of amino acids in protein synthesis. If untreated, PEW can increase the
morbidity and mortality of CKD patients. The main objective of the study was to
determine the amino acid profile of CKD patients on routine hemodialysis. The study
design was cross sectional with 60 subjects of CKD patients aged >18 years on routine
hemodialysis at Dr. Cipto Mangunkusumo National Public Hospital. Samples in the form
of dried blood spot (DBS) and amino acid examination using the Liquid Chromatography
Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS) method. Amino acids examined were
nonessential amino acids (alanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid, asparagine,
glycine, glutamine, proline, serine, tyrosine), essential (histidine, phenylalanine,
isoleucine, leucine, lysine, methionine, glycine, glutamine, proline, serine, tyrosine),
special (ornithine, citrulline). The results showed that almost all amino acid levels in the
subjects were lower especially alanine, tyrosine, histidine, and valine; in contrast, aspartic
acid and serine were found to be higher than Mayo reference value and internal data of
healthy adults. A significant relationship was found between gender and phenylalanine,
isoleucine, leucine; hypoalbuminemia (albumin <4g/dL) with glycine; hypoalbuminemia
(<3.5 g/dL) with arginine, aspartate acid, asparagine, histidine, lysine, methionine, and
ornithine. Significant correlation was obtained between age with BCAA (isoleucine,
leucine, valine), and methionine; and hemoglobin with isoleucine. This study is the first
study of the amino acid profile in CKD patients with hemodialysis in Indonesia and the
first study using DBS samples in adults. Knowing the amino acid profile in CKD can be
used as a basis for the of amino acid supplementation that is suitable for the population
of CKD patients with hemodialysis in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dema Zurtika
"Latar Belakang: Kanker payudara adalah salah satu keganasan yang paling sering dan penyebab utama kematian terkait kanker pada perempuan. Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas radiologis yang paling banyak dipakai dan banyak tersedia untuk menilai kelainan payudara. Pemeriksaan imunohistokimia bertujuan untuk mengetahui karakteristik molekular kanker payudara di antaranya adalah subtipe luminal A dan luminal B. Hasil imunohistokimia menjadi dasar dalam pemberian terapi dan prognosis pasien kanker payudara, namun pemeriksaan tersebut belum tersedia secara luas. Data temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara dalam membedakan kanker payudara subtipe luminal A dan luminal B masih terbatas dan memberikan hasil yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temuan morfologis lesi berdasarkan USG payudara yang dapat membedakan kanker payudara subtipe luminal A dan luminal B.
Metode: Studi retrospektif ini melibatkan subyek dengan kanker payudara yang belum mendapat terapi serta memiliki data USG dan data imunohistokima subtipe luminal A dan luminal B. Dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square antara temuan morfologis USG (echogenic rim, batas spikulasi, posterior shadowing, dan indeks Adler) dengan imunohistokimia subtipe luminal A dan luminal B.
Hasil: Diperoleh 188 subyek dengan usia rerata subyek 49,4 tahun, nilai median ukuran lesi 6 cm, dan sebesar 68% subyek adalah stadium lokal lanjut. Proporsi kelompok luminal B 62% sedangkan luminal A 38%. Terdapat perbedaan bermakna antara stadium kanker payudara dengan kelompok subtipe luminal (p = 0,014). Ditemukan perbedaan yang bermakna antara morfologis lesi echogenic rim dengan kelompok luminal, dengan nilai p = 0,03 dan OR 1,94 (95% CI 1,06 – 3,55). Pada analisis subyek usia ≥ 50 tahun ditemukan perbedaan proporsi yang signifikan pada ukuran tumor (p = 0,043), stadium (p = 0,001), echogenic rim (p = 0,05), dan penebalan kutis subkutis (p = 0,007).
Simpulan: Proporsi temuan echogenic rim berdasarkan USG payudara di kelompok kanker payudara subtipe luminal A secara bermakna lebih tinggi dibandingkan subtipe luminal B. Adanya lesi dengan echogenic rim maka kemungkinan untuk diagnosis kanker payudara subtipe luminal A adalah 1,94 kali dibandingkan lesi tanpa echogenic rim.

Background: Breast cancer is one of the most common malignancies and the leading cause of cancer-related death in women. Ultrasonography (USG) is the most widely used radiology modality for assessing breast abnormalities. Immunohistochemistry examination allow to determine the molecular characteristics of breast cancer, includes luminal A and luminal B subtypes. The results are used as the treatment guidance and prognosis, but these tests are not widely available. The study of morphologic lesions based of breast ultrasound to differentiate luminal A and luminal B subtypes of breast cancer are still limited and give varied results. The aim of this study is to determine the morphologic lesions on breast ultrasound that can be used to differentiate luminal A and luminal B subtype.
Method: A retrospective study was conducted by reviewing imaging of subjects with untreated breast cancer who had undergone ultrasound examination and immunohistochemistry examination of luminal A and luminal B subtypes. Chi Squared test was performed to evaluate the relationship between morphological findings of ultrasound (echogenic rim, spiculation, posterior shadowing, and Adler's index) and luminal A and luminal B subtypes breast cancer.
Result: Total subject was 188 with the mean age of the subjects was 49,4 years, the median value of the lesion size was 6 cm, and 68% of the subjects were locally advanced stage. Luminal B group was 62% of the subject while luminal A was 38%. There was a significant difference between the stage of breast cancer and the luminal subtype group (p = 0,014). A significant difference also was found between the echogenic rim lesions and the luminal group, with p value = 0,03 and OR 1,94 (95% CI 1,06 – 3,55). In the subgroup analysis (aged ≥ 50 years), also noted that there were significant differences in the proportion of tumor size (p = 0,043), stage (p = 0,001), echogenic rim (p = 0,05), and skin thickening (p = 0,007).
Conclusion: The proportion of echogenic rim findings in the luminal A subtype breast cancer group was significantly higher than the luminal B subtype. The presence of a lesion with an echogenic rim means the probability of a diagnosis of luminal A subtype breast cancer is 1,94 times compared to lesion without an echogenic rim.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>