Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhlurrahman Maulana
"Penelitian untuk meningkatkan hasil ekstraksi lipid biomassa mikroalga sebagai sumber energi terbarukan terus dilakukan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam proses produksi biofuel dari lipid mikroalga adalah hasil ekstraksi biomassa mikroalga yang belum dapat memenuhi kebutuhan produksi dan proses harvesting yang masih memiliki keterbatasan terkait kualitas dan kuantitas hasil harvesting. Biomassa mikroalga yang diperoleh langsung dari alam dapat diteliti untuk memperoleh sumber biomassa potensial yang tidak membutuhkan penumbuhan. Sumber biomassa yang diteliti adalah mikroalga dari Situ Kenanga, Agathis, dan Rawa Besar yang tergolong Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung-Cisadane. Proses harvesting menggunakan Ultrasound Harvesting Module (UHM) yang menggunakan gelombang ultrasonik dikembangkan dengan harapan dapat mengolah biomassa secara besar-besaran dari alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi lipid dari mikroalga di alam dapat berubah-ubah tergantung musim. Persentase lipid terbanyak diperoleh dari mikroalga Situ Kenanga pada musim kemarau, yaitu sebesar 4,548%. Persentase tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan industri sebesar 60%, sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan untuk produksi skala besar. Penelitian dengan tujuan meningkatkan kemampuan UHM dalam mengendapkan biomassa menunjukkan bahwa performa alat berbanding lurus dengan jumlah ultrasound generator yang dipasangkan pada alat. Hasil akhir pengendapan menunjukkan bahwa UHM dengan 5 generator dapat mengendapkan hingga 269% biomassa mikroalga dibandingkan dengan UHM purwarupa dengan 2 generator. Dari keseluruhan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa UHM yang dimodifikasi dapat meningkatkan efektivitas proses harvesting biomassa skala besar, tetapi biomassa tidak bisa diperoleh secara langsung dan harus diperoleh melalui proses penumbuhan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan produksi skala besar.

Various researches have been done in order to find methods to increase the lipid content of microalgal biomass for a renewable fuel source. One persisting problem in the attempt to utilize microalgal lipid as biofuel raw material is the low quantity of both biomass harvested and extracted lipid. Direct harvesting from natural sources is suggested to reduce the production cost by eliminating cultivation process. Natural sources could also contain various microalgae species that could be a potential source of lipid to fulfill industrial needs. The proposed source of biomass are Kenanga, Agathis, and Rawa Besar Small Lake, which are small lakes located in Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung-Cisadane. To support this method, the usage of modified Ultrasound Harvesting Module (UHM) is suggested. Research on natural biomass and lipid yield resulted in the conclusion that natural-grown biomass is not a viable source of lipid for biofuel production on a larger scale. The highest percentage of lipids was obtained from Kenanga Small Lake microalgae during the dry season, which was 4.548%. This percentage is much smaller than the industry's requirement of 60%, so it cannot meet the requirements for large-scale production. In the meantime, research on UHM modification resulted in the conclusion that UHM performance is heightened with additional ultrasound generators. The final harvesting results show that UHM with 5 generators can harvest up to 269% of microalgae biomass compared to the prototype UHM with 2 generators. From the overall results of the study, it can be concluded that a modified UHM can increase the effectiveness of the large-scale biomass harvesting process, but biomass cannot be obtained directly and must be obtained through a growing process first to meet the needs of large-scale production."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Monika Setyorini
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya peradaban dan bertumbuhnya populasi penduduk di Indonesia, kebutuhan air tawar semakin meningkat. Namun, dengan minimnya akses dan sumber untuk mendapatkan air tawar, masih banyak penduduk di Indonesia yang tidak dapat menggunakan air tawar. Penduduk yang tinggal di daerah muara, hanya bisa mengkonsumsi air payau hasil intrusi air laut dan air sungai dimana tingkat salinitas airnya berkisar antara 5 permil-30 permil. Teknologi desalinasi bertenaga surya menjadi solusi tepat untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik salah satu teknologi desalinasi merek X. Penelitian dilakukan selama April-Mei 2018 dengan menguji sudut inklinasi merek X dengan memvariasikan sudut, menguji merek X ketika kosong, menguji dengan air tawar, dan menguji dengan air payau. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa sudut inklinasi 20 merupakan sudut efektif merek X di Indonesia, waktu operasional merek X yaitu dari pukul 06.00-18.00 dengan waktu efektif pukul 10.00 ndash; 13.00, air payau berhasil di desalinasi dengan produktivitas air tawar yang dihasilkan sebesar 1,37 l/m /hari.

ABSTRACT
As Indonesia develops and the population grows, the need of fresh water increases. But, there are still problems in obtaining freshwater for many people out there. People who live near the estuary, suffer from this problem where they use brackish water, which salinity is around 5 permil 30 permil, in daily life. Indonesia as a country consisting of 70 sea and 30 land and because the sun shines throughout the year, there is a great deal of potential for solar energy when it comes to desalination. The desalination technology comes up as something that can solve this problem with the potential of unlimited water and abundant solar energy in Indonesia. This experiment aims to test the characteristics of Solar still x. Several tests were conducted by varying the inclination angle, measuring its temperatures and humidity, and varying the feed water which are ground water and brackish water. The results show that the most effective inclination angle of Solar still x in Indonesia is 20 , the operational hours of Solar still x should be at 06.00 a.m-06.00 p.m, while the effective hours would be around 10.00 a.m-1 p.m. The brackish water was successfully desalinated, with the productivity of freshwater reached 1,37 l m day."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farel Abdia Harfy
"Gasifikasi biomassa adalah salah satu teknologi yang menjajikan dalam mengkonversi biomassa menjadi panas dan listrik. Di dalam prosesnya gasifikasi mengubah biomassa menjadi gas mampu bakar atau dikenal dengan nama syngas. Syngas tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik menggunakan motor pembakaran dalam. Akan tetapi syngas tersebut mengandung zat pengotor yaitu tar, sehingga agar dapat digunakan, kandungan tar pada syngas harus dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi tar ini adalah menggunakan kondensor. Tim riset gasifikasi biomassa Universitas Indonesia saat ini sudah membuat prototipe kedua gasifier biomassa.

Berbagai perubahan desain dilakukan pada prototipe II ini salah satunya yaitu pada kondensor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan desain terhadap kinerja kondensor, seperti efisiensi pengurangan tar dan pressure drop. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pompa pada kinerja kondensor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pompa pada kondensor tidak memberikan pengaruh yang besar pada kinerja kondensor. Efisiensi pengurangan tar dapat meningkat dengan ditambahkannya insulasi pada pipa sebelum kondensor dan dengan mengubah material pada pipa kondensor. Pressure drop pada pipa kondensor dapat dikurangi dengan mengubah tipe pipa menjadi vertikal dan dengan menambahkan condensate tank.

 


Biomass gasification is one of the promising technologies in converting biomass to heat and electricity. In the process, gasification converts biomass into combustible gas, known as syngas. The syngas can be used to generate electricity using an internal combustion engine. However, the syngas contains impurities namely tar, so that to be used, the tar content in syngas must be reduced. One of method to reduce this tar is to use a condenser. The University of Indonesia's biomass gasification research team has now made a second prototype of the biomass gasifier.

Several changes of design were made on this prototype II, one of which is the condenser. The purpose of this research is to determine the effect of design changes on condenser performance, such as the efficiency of tar reduction and pressure drop. This research was also conducted to determine the effect of the use of pumps on the performance of the condenser. The results of this research indicate that the use of pumps on the condenser does not have a major effect on the performance of the condenser. The efficiency of tar reduction can be increased by adding insulation to the pipe before the condenser and by changing the material in the condenser pipe. Pressure drop on the condenser pipe can be reduced by changing the pipe type to vertical and by adding a condensate tank.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resky Ervaldi Saputra
"Sekam padi dan serbuk gergaji adalah biomassa yang melimpah di Indonesia sebagai negara agraris sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai bahan bakar energi terbarukan pada proses gasifikasi. Tipe reaktor gasifikasi Fixed Bed Downdraft menjadi pilihan karena jenis reaktor yang sederhana, memungkinkan berbagai bahan bakar, dan menghasilkan syngas relatif bersih dengan kandungan tar dan partikel yang kecil sehingga memiliki efisiensi tinggi. Tujuan dari tesis ini adalah mengetahui nilai optimum kalor dan efisiensi termal pada variasi nilai rasio ekivalensi, suhu gasifikasi dan campuran sekam dan sebuk gergaji melalui proses simulasi berbasis semi kesetimbangan. Hasil simulasi data gas sintesis yang disajikan berupa CH4, H2, CO dan CO2 yang divalidasi dengan literatur eksperimen dan simulasi. Variabel terikat dalam tesis ini adalah laju alir massa feedstock senilai 1,7 kg/jam dengan variasi rasio ekivalensi 0,18, 0,23, 0,27, dan 0,31, variasi suhu gasifikasi 400oC hingga 1000oC dan variasi campuran umpan senilai 100% sekam, 75:25, 50:50, 25:75 dan 100% serbuk gergaji. Adapun olah data yang diperlukan yaitu menghitung rasio ekivalensi, berat molekul gas dan biomassa, densitas syngas, massa syngas per massa biomassa dan nilai Lower Heating Value (LHV). Pada akhirnya, hasil riset ini menunjukkan bahwa rasio ekivalensi optimum ditemukan senilai 0,27 dengan kalor syngas paling maksimum sebesar 3,05 MJ/kg untuk sekam dengan effsiensi 29,26% dan 4,99 MJ/kg untuk serbuk gergaji dengan effsiensi 34,51%. Sedangkan suhu optimum ditemukan senilai 700oC pada sekam dengan kalor syngas 3,38 MJ/kg effsiensi 32,36% dan 750oC pada serbuk gergaji sebesar 5,84 MJ/kg effisiensi 40,42%. Ditambah lagi seiring tambahan campuran 25% serbuk gergaji pada sekam dapat meningkatkan rata-rata kalor syngas dan termal effisiensi masing-masingnya sebesar 3% dan 1,93%.

Rice husks and sawdust are abundant biomass in Indonesia as an agricultural country so that they can be utilized properly as renewable energy fuels in the gasification process. The Fixed Bed Downdraft gasification reactor type was chosen because the reactor type is simple, allows for a variety of feedstocks, and produces relatively clean producer gas with small tar and particle content so that it has high efficiency. The purpose of this research is to determine the optimum value of energy and thermal efficiency for variations of the equivalence ratio, gasification temperature and mixture of rice husks and sawdust through simulation process based a semi-equilibrium method. The results of the simulation of the syngas data presented the content of CH4, H2, CO and CO2 were validated by the experimental and simulation literature. The dependent variable in this research is the feedstock mass flow rate of 1.7 kg/hour with variations of the equivalence ratio of 0.18, 0.23, 0.27, and 0.31, the variation of the gasification temperature from 400oC to 1000oC and the variation of the feedstock mixture as 100% rice husk, 75:25, 50:50, 25:75 and 100% sawdust. Then data processing required is to calculate the equivalence ratio, gas and biomass molecular weight, syngas density, syngas mass per biomass mass and Lower Heaing Value (LHV) value. Finally, the results of this research showed that the optimum equivalence ratio was found to be 0.27 with the maximum syngas energy as 3.05 MJ/kg for husk with an efficiency of 29.26% and 4.99 MJ/kg for sawdust with an efficiency of 34, 51%. Meanwhile, the optimum temperature was found to be 700oC in husk with syngas energy of 3.38 MJ/kg efficiency of 32.36% and 750oC on sawdust of 5.84 MJ/kg efficiency of 40.42%. In addition, adding 25% sawdust to the rice husks can increase the average syngas energy and thermal efficiency by 13% and 1.93%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Muhammad Matin Firas
"ABSTRAK
Pada tahun 2025, dua pertiga dari populasi di dunia akan mengalami resiko kekurangan air yang disebabkan oleh tingkat pemakaian air saat ini, yang mana semakin meningkat karena adanya perubahan iklim. Inovasi pada teknologi desalinasi sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi proyeksi meningkatnya kebutuhan air bersih secara global, dikarenakan krisis global yang semakin dekat. Indonesia, sebuah negara maritim yang memiliki air laut yang melimpah disekitar kepulauan nusantara. Hal ini penting bagi kita untuk memanfaatkan sumberdaya secara maksimal, dalam bentuk memajukan metode desalinasi untuk memproduksi air bersih bagi konsumsi masyarakat, rumah tangga, juga kebutuhan industrial dan komersial. Sebagai langkah awal pada penelitian terhadap inovasi teknologi desalinasi, penulis memilih untuk mempelajari pengaruh diameter nozzle sebagai komponen dasar dari model air entrainment. Air entrainment adalah sebuah fenomena alam yang dapat dijumpai dimana-mana, ketika udara memaksa masuk kedalam aliran air. Hal ini disebabkan oleh sifat dinamika mekanika fluida. Jenis-jenis pancaran air yg jatuh merupakan faktor penting yang akan menjadi titik berlangsungnya sebuah air entrainment, yang berpontensi mempengaruhi tingkat dan intensitas dari momentum dibawah permukaan air, serta pembentukan dan kerapatan partikel-partikel gelembung yang diinginkan.

ABSTRACT
By 2025, two thirds of the world rsquo s population will be at risk of water shortage with our current consumption rate, which is intensified by climate change. Innovations in desalination technology is urgently required to anticipate the projection of an increase in the global demand of freshwater, causing a global crisis in the near future. Indonesia, a maritime nation has an abundance of saltwater surrounding its archipelago of several thousand islands. It is crucial for us to utilize our resources to its full potential, in the form of advancing desalination methods to produce freshwater for human consumption, domestic use, as well as industrial and commercial use. As the initial step in the research towards an innovation in desalination technology, the author has chosen to study the effect of nozzle diameter as it is a fundamental component of an air entrainment model. Air entrainment is an omnipresent occurrence observed in nature, where air is immersed into a body of water as an external stream of water is imposed. This is due to the dynamic properties of fluid mechanics. The properties of the water jet are of great importance as it will be the contact point where air entrainment takes place, potentially affecting the rate and intensity of the momentum of water below the surface, as well as the formation of bubbles that the desired particles will be attached upon."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Dzaky Amin Amany
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbesar setelah batubara, minyak bumi, dan gas alam. Saat ini biomassa digunakan untuk berbagai pemanfaatan, salah satunya adalah sebagai sumber dari asap cair, atau sering disebut dengan bio-oil. Bio-oil dapat diproduksi dengan berbagai metode. Metode yang cukup sering digunakan adalah pirolisis. Abdullah et al telah melakukan penelitian mengenai pirolisis biomassa menggunakan fixed bed reactor tanpa menggunakan gas penyapu [1]. Penelitian tersebut menyatakan bahwa biomassa berupa kayu kamper dapat memproduksi fraksi produk liquid sebanyak 46%wt, ketika dipirolisis dengan temperatur maksimum 500°C dan dengan pemanasan ulang di bagian zona reaksi hingga 200°C menggunakan heater 1500W. Pirolisis tersebut menggunakan Double Pipe Heat Exchanger sebagai unit Liquid Collection System (LCS). Penelitian ini akan membahas bagaimana karakteristik pengkondensasian uap yang terjadi pada LCS tersebut menggunakan program simulasi COMSOL Multiphysics. Simulasi dalam COMSOL Multiphysics akan menggunakan desain 2D axisymmetric dengan modul simulasi Fluid Flow dan Heat Transfer in Fluid. Uap pirolisis akan dianggap sebagai senyawa tunggal yang merepresentasikan campuran senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalam bio-oil sebagaimana dimodelkan oleh Hallet dan Clark [2]. Hasil dari simulasi ini menunjukkan bahwa kondensasi yang terjadi di dalam LCS yang digunakan oleh Abdullah et al terjadi secara konveksi natural dengan aliran laminar. Selain itu, hasil dari simulasi ini juga menunjukkan bahwa sebanyak ~16.93%wt uap pirolisis yang seharusnya bisa dikondensasi pada akhirnrya tidak dapat dikondensasi di Outlet LCS. Agar uap pirolisis dapat terkondensasi seluruhnya, maka harus dilakukan optimasi dengan cara memanjangkan LCS hingga 1.15 m dan menggunakan air pendingin dengan temperatur 8°C

ABSTRACT
Biomass is one of the largest energy sources in the world after coal, crude oil, and natural gas. Lately, biomass already used for many purposes, one of which is as a source of liquid smoke, or often called as bio-oil. Bio oil can be produced from various method. One of the most popular method is pyrolysis. Abdullah et al already conducted a research on producing bio-oil from biomass using fixed bed reactor without sweeping gas [1]. The study finds that camphor wood that was used as the feedstock will produce about 46%wt liquid yield during pyrolysis with maximum temperature at 500°C using 1500W heater. In that study, Abdullah et al also reheated the reaction zone until 200°C. The study was using Double Pipe Heat Exchanger as a Liquid Collection System (LCS) unit. This study will focus on the characteristics of condensation phenomenon that happens in that LCS unit using simulation method. This study uses COMSOL Multiphysics as the simulation program. Simulation was conducted using Fluid Flow and Heat Transfer in Fluid Physics. The pyrolysis vapor was considered as a single compound that represents the pyrolysis vapor mixture modeled by Hallet and Clark [2]. The result of this simulation shows that the condensation that occurred inside the LCS that used by Abdullah et al was happened because of natural convection with laminar flow. The result also shows that at the Outlet LCS, ~16.93%wt of the condensable gas was wasted with other Non-Condensable Gases. To achieve fully condensed pyrolysis vapor, the LCS system must be optimized by lengthen the LCS until 1.15 m and using water that have 8°C inlet temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviany Magdalena
"Bioetanol dari biomassa limbah pertanian adalah generasi kedua dari bahan bakar alternatif selain biofuel dari bahan fosil dan baru-baru ini pengembangan produksi bioetanol secara luas dibahas melibatkan metode dan bahannya. Salah satu limbah biomassa potensial untuk produksi bioetanol adalah tongkol jagung, karena kandungan karbohidrat yang tinggi dan ketersediaannya yang melimpah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi bioetanol dari tongkol jagung menggunakan metode sakarifikasi dan fermentasi secara simultan dengan proses enzimatik hidrolisis menggunakan err,im selulase dan xilanase dari dua Actinomycetes Catenuloplarus indicus dan Streptomryes sp. potensial dan fermentasi menggunakan Saccharomyces Cereviceae NBRC 1440. Sakarifikasi tongkol jagung menggunakan kombinasi enzim dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT. Data menunjukkan bahwa enzim yang dihasilkan dari actinomycetes memiliki kemampuan untuk memecah tongkol jagung menjadi monosakarida seperti glukosa dan xilosa. Data menunjukkan hasil analisis gula reduksi dari rentang 0-96 jam yaitu sebesar 3,47;3,59i 3,71; 4,03; 3,48 ppm. Untuk konsentrasi tertinggi pada waktu 72 jam yaitu 4,03 ppm, sedangkan gula total sebesar 24,60;23,13;24,96;20,95;20,62 ppm dan konsentrasi tertinggi pada titik 48 jam sebesar 24,96. Analisis lebih lanjut dari produksi bioetanol dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT menunjukkan bahwa ragi memiliki kemampuan untuk mengubah glukosa menjadi etanol. Bioeanol dari hidrolisis tongkol mencapai 1.017 g/L untuk proses SSF 48 jam. Dengan nilai untuk yield etanol yaitu sebesar 0,045 grarnl 20 tnL dan persentase konversi produksi etanol dari glukosa sebesar 58,11Yo.

Bioethanol from agriculture waste biomass is a second generation of alternative fuels beside fosil biofuels and recently development of bioethanol production is widely discussed involving methods and materials. One of potential waste biomass for bioethanol production is corn cobs because of its a high carbohydrate content and abundant availability. The main purpose of this research is enhancing bioethanol production from corn cobs by Simultaneous Saccharification and Fermentation method with enzymatic hydrolysis using cellulase and xylanase from two potential Actinomycetes Catenuloplanes indicus and Streptomyces sp. and fermentation using Saccharorryces cereviceae NBRC 1440. The saccharification of corn cobs using a combination of enzymes was analyzed using Thin Layer Chromatography tLC and the data showed that enzryme from actinomycetes has the ability to break down corn cobs into monosaccharides such as glucose and xylose. The data show the results of reducing sugar analysis findings om the range of 0 96 hours is equal to 3.47 3.59 3.71 4.03 3.48 ppm. The highest concentration of 72 hour is 4.03 ppm, while the total sugar amounted to 24.60 23.13 24.96 20.95 20.62 ppm and the highest concentation of at point 48 hours at24.96. Further analysis of bioethanol production is done by High Performance Liquid Chromatography IIPLC showed that yeast has the ability to convert glucose into ethanol. The Highest bioethanol from com cobs hydrolysisreaching 1,017 g L for the SSF process 48 hours. With the value for ethanol yield is 0.045 920 mL and percentage conversion of ethanol production from glucose is 58,llo o."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anondho Wijanarko
"ABSTRAK
Masalah gas rumah kaca telah menjadi salah satu topik lingkungan yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Demikian pula dengan produksi biomassa yang telah menjadi komoditi ekonomi bernilai tinggi. Oleh karenanya penelitian mengenai proses fiksasi CO2 dengan memanfaatkan mikroalga Chlorella SP ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi efek rumah kaca dan juga mendapatkan kandugnan pati serta karbohidrat dari produksi biomassa yang dihasilkan oleh aktivitas forosintesis.
Proses fiksasi CO2 dan produksi biomassa dengan menggunakan mikroalga Chlorella SP ini dilakukan dalam medium benneck dalam sebuah fotobioreaktor kolom gelembung. Fotobioreaktor ini diaerasi dengan kondisi operasi: kecepatan superficial gas ±2,4 m/hr, suhu 29°C, kandungan CO2 5% dalam aliran udara inlet, intensitas cahaya 700 lux, dan variasi panjang gelombang dengan menggunakan lampu merah, biru, putih, kuning, dan hijau. Data yang diambil adalah intensitas cahaya keluar reaktor (lb), julah sel, selisih fraksi gas CO2 inlet dan outlet serta besar pH.
Hasil yang penting dikemukakan disini adalah laju pertumbuhan sel paling tinggi dicapai oleh sumber iluminasi sinar biru dan paling rendah oleh sinar hijau, sedangkan sinar putih berada ditengah-tengahnya. Laju pengurangan CO2 terbsear terjadi pada sumber iluminasi sinar biru. Hal ini ternyata sebanding dengan peningkatan jumlah sel. namun seiring dengan berjalannya waktu, ternata laju pengurangan CO2 berkurang bahkan sebelum laju pertumbuhan memasuki fase stasioner, sedangkan model pendekatan secara empiris yang paling akurat terhadap data-data yang diperoleh, didapatkan dengan menggunakan persamaan Webb."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Oksa Angger Dumas
"Apabila kita melihat kondisi lingkungan kampus Universitas Indonesia Depok, sampah daun merupakan suatu hal mudah ditemui karena kondisi lingkungan kampus memiliki banyak sekali pepohonan. Untuk memanfaatkan potensi biomassa yang sangat besar tersebut maka dilakukan penelitian untuk menemukan teknologi yang tepat untuk digunakan di lingkungan kampus UI. Fluidized Bed Combustion (FBC) merupakan salah satu teknologi pembakaran yang sangat tepat untuk digunakan di lingkungan kampus UI karena memanfaatkan prinsip fluidisasi dan turbulensi benda padat. Saat proses pembakaran, dengan adanya fenomena fluidisasi ini akan meningkatkan kemampuan perpindahan panas dan massa yang cukup signifikan. Dengan begitu proses pembakaran pun akan menjadi lebih baik. Teknologi ini pun telah bertahun-tahun dikembangkan oleh Universitas Indonesia. dimana pengembangan terus dilakukan tiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan performa dari FBC UI. Sehingga, nantinya FBC UI ini dapat dipergunakan dengan lebih baik selain sebagai sarana penelitian. Beberapa tahun terakhir, terdeteksi adanya performa kerja sistem yang masih kurang baik yaitu tidak meratanya fenomena fluidisasi yang mana fenomena tersebut merupakan hal yang sangat krusial dalam kinerja FBC itu sendiri. Fluidisasi merupakan metoda pengontakan butiran-butiran padat berupa pasir dengan fluida gas yang menyebabkan pergolakan pada pasir sampai pasir seakan memiliki sifat-sifat seperti fluida. Banyak faktor yang memengaruhi fenomena fluidisasi, antara lain diameter partikel atau pasir, densitas partikel, porositas hamparan, serta distibutor. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agra dan Sabrizal pada Tugas Akhirnya mereka membuat pemodelan distributor untuk meningkatkan kemampuan fluidisasi FBC UI. Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai perbandingan kinerja dasar distributor modifikasi yang diproduksi mengikuti pemodelan distributor yang diciptakan oleh Agra dan Sabrizal dengan distributor yang terdahulu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Nugraha Wijaya
"ABSTRAK
Penelitian ini menerapkan variasi komposisi kangdungan dari campuran HZSM-5/B2O3 dan suhu operasi untuk menganalisa efeknya terhadap yield dari senyawa monoaromatik yang diproduksi melalui proses konversi katalitik menggunakan prinsip reaktor unggun tetap. Proses konversi katalitik dilakukan dengan menggunakan 15 HZSM-5, 30 HZSM-5, and 100 katalis HZSM-5 dan dengan variasi suhu 450, 475, and 500oC. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses konversi katalitik dengan kenaikan komposisi HZM-5 akan menaikkan hasil yield senyawa aromatik berupa 15.95 , 23.11 and 63.11 untuk proses yang dilakukan pada suhu 450OC. Pada suhu 475OC akan menghasilkan 19.85 , 26.89 , and 73.21 senyawa aromatic dengan menaiknya kandungan HZSM-5 di dalam campuran katalis. Dan dengan menaiknya kandungan katalis HZSM-5, proses pada suhu 500OC akan menghasilkan 30.60 , 48.26 and 91.33 senyawa aromatic. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan kandungan HZM-5 dan suhu operasi akan menaikkan yield dari senyawa monoaromatik. Kenaikkan yield senyawa monoaromatik dengan menaiknya komposisi HZM-5 disebabkan oleh keunggulan bentuk selektif yang dimiliki oleh HZSM-5 katalis. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa katalis B2O3 tidak menghasilkan efek yang signifikan terhadap yield dari senyawa monoaromatik. Hal ini disebabkan oleh proses pencampuran HZSM-5/B2O3 tidak dilakukan dengan metode yang tepat sehingga katalis B2O3 tidak tercampur secara sempurna kedalam pori-pori dari katalis HZSM-5.

ABSTRACT
In this research, different variation of the composition of the HZSM 5 and B2O3 catalyst and different operation temperature was applied in order to analyze the effect of the catalyst composition and the operation temperature to the production of mono aromatics through catalytic conversion using the fixed bed reactor principle. The catalytic conversion process was done with composition of catalyst used were 15 HZSM 5, 30 HZSM 5, and 100 HZSM 5 under 450, 475, and 500oC. Experimental results showed that for the catalytic conversion under the temperature of 450OC, by the addition of mixture of 15 HZSM 5, 30 HZSM 5, and 100 HZSM 5 will increase the yield of monoaromatic compounds by 15.95 , 23.11 and 63.11 respectively. While the process under 475oC will yield 19.85 , 26.89 , and 73.21 with the increasing fraction of HZSM 5 catalyst inside the mixture of catalyst. Lastly, as the fraction of HZSM 5 increased, the process conducted under 500oC will yield 30.60 , 48.26 and 91.33 of monoaromatic compounds. It indicates that the yield of monoaromatics will increase as the fraction of HZSM 5 catalyst and operating temperature also increase. The increasing fraction of HZSM 5 catalyst will increase the yield of monoaromatic compounds, due to its shape selective reaction advantages. However, the presence of B2O3 have no significant effect the yield of monoaromatics because of the mixing process between HZSM 5 and B2O3 wasn rsquo t done using the proper method, so the B2O3 catalyst wasn rsquo t mixed properly in to the pores of HZSM 5 catalyst."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>