Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Affan Muhammad
"Bali merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang unik, adalah tempat di mana tradisi, geografi, dan agama berjalin dalam keseimbangan yang terus dipertahankan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sebagai tempat tinggal mayoritas umat Hindu di Indonesia, Bali ditandai dengan praktik Hinduisme yang dinamis, di mana ritual dan upacara agama adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upacara tersebut adalah Ritual Melasti, sebuah prosesi agama yang signifikan melambangkan penyucian spiritual yang dilakukan di dekat area pantai atau sumber air besar, salah satunya di desa Baktiseraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pendukung dan alam, serta pola pergerakan partisipatif pendukung yang terbentuk saat prosesi ritual Melasti berlangsung di Dusun Galiran. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara dan observasi yang mencakup rute pergerakan ritual Melasti, sebaran pemuka agama dan budaya, masyarakat pendatang, masyarakat lokal, dan turis, serta studi literatur yang kemudian di analisis secara spasial deskriptif untuk di analisa pola pergerakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pendukung memiliki peranan yang berbeda dan penting dalam proses ritual melasti. Karakteristik fisik seperti kemiringan lereng dan ketinggian menjelaskan mengenai jarak yang ditempuh dan lokasi terjauh. Selain itu, pola pergerakan yang ditemui terbagi menjadi gerak profan, sakral, dan thirtha amertha.

Bali is a province in Indonesia, renowned for its unique blend of natural beauty and cultural richness. It is a place where tradition, geography, and religion intertwine in a balance that has been maintained from ancient times to the present. As home to the majority of Hindus in Indonesia, Bali is characterized by its dynamic practice of Hinduism, where religious rituals and ceremonies are an integral part of everyday life. One such ceremony is the Melasti Ceremony, a significant religious procession symbolizing spiritual purification, which is performed near coastal areas or large water bodies, including Baktiseraga village. This research aims to explain the supporting characteristics and nature, as well as the participatory movement pattern formed during the Melasti Ritual procession in Galiran hamlet. The collected data consists of interview and observation data that includes the Melasti Ritual movement route, the distribution of religious and cultural leaders, incoming communities, local communities, and tourists, as well as literature studies, which are then analyzed descriptively spatially to analyze the movement pattern. The results of the study show that supporting characteristics play different and important roles in the Melasti ritual process. Physical characteristics such as slope and altitude explain the distance traveled and the farthest location. In addition, the observed movement patterns are divided into profane, sacred, and thirtha amertha movements."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putera Indrawan
"Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak.

Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area.
The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Noor Muslihah M.
"Bertahannya kesesuaian lahan kopi dan kelayakan pendapatan hasil budidaya kopi bagi petani menjadi acuan keberlanjutan perkebunan kopi rakyat. Permasalahan dalam riset ini adalah adanya potensi perubahan kesesuian lahan untuk komoditas kopi karena perubahan iklim, dan belum layaknya pendapatan petani kopi rakyat. Tujuan dari riset ini adalah menganalisis perubahan kesesuaian lahan kopi, menganalisis tingkat kerentanan perubahan iklim sebagai acuan rancangan peningkatan kapasitas adaptasi perubahan iklim pada petani kopi, dan peningkatan pendapatannya.
Berdasarkan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif, diperoleh hasil bahwa terjadinya kenaikan temperatur, perubahan intensitas curah hujan dan lama bulan kering di tahun 2050 pada lokasi riset tidak mengakibatkan kehilangan kesesuaian lahan kopi. Arabika memiliki tingkat kerentanan perubahan iklim yang lebih tinggi dibandingkan robusta. Peningkatan pendapatan memiliki korelasi positif dengan peningkatan kapasitas adaptasi perubahan iklim. Disimpulkan bahwa penting untuk melaksanakan upaya adaptasi perubahan iklim yang sejalan dengan peningkatan pendapatan untuk keberlanjutan perkebunan kopi rakyat, dengan mendorong partisipasi petani dan organisasi lokal.

The persistence of coffee land suitability and the feasibility of coffee cultivation income for farmers is a reference for the sustainability of smallholder coffee plantations. The problem in this research is the potential change in land suitability for coffee commodities due to climate change, and the inadequate income of smallholder coffee farmers. The purpose of this research is to analyze changes in the suitability of coffee fields, analyze the level of vulnerability of climate change as a reference design to increase climate change adaptation capacity of coffee farmers, and increase their income.
Based on the combined quantitative and qualitative methods, the results show that an increase in temperature, changes in rainfall intensity and dry month length in 2050 at the research location do not result in loss of suitability of coffee fields. Arabica has a higher level of vulnerability to climate change than Robusta. An increase in income has a positive correlation with an increase in the capacity to adapt to climate change. It was concluded that it is important to implement climate change adaptation efforts that are in line with increased incomes for the sustainability of community coffee plantations, by encouraging the participation of farmers and local organizations.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Gilbert Logan
"Dalam keberlangsungan budidaya rumput laut, terdapat dua faktor penting yang dapat memengaruhi keberhasilannya, yaitu pemilihan lokasi dan kondisi musim. Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran dipilih dalam penelitian karena kawasan ini merupakan bagian dari kecamatan dengan garis pantai terpanjang se-Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Buleleng sendiri merupakan kawasan dengan nilai produktivitas perikanan tertinggi se-Provinsi Bali, namun sayang rumput laut belum menyumbang angka yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran dari kualitas air di Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran, dan mengkaji kesesuaian perairannya terhadap aktivitas budidaya rumput laut dalam dua kondisi curah hujan, yaitu bulan basah dan bulan kering. Dalam penelitian ini, algoritma Laili et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai materi padatan tersuspensi (MPT), algoritma Wouthuyzen (2008) digunakan untuk estimasi nilai salinitas, algoritma Arief et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai suhu permukaan laut (SPL), dan algoritma El-Battay et al. (2014) digunakan untuk estimasi nilai konsentrasi oksigen terlarut. Dalam proses klasifikasi kesesuaian, penelitian ini menggunakan pendekatan faktor pembatas guna mengetahui parameter yang berperan sebagai pembatas dari aktivitas budidaya rumput laut di lokasi penelitian. Penelitian ini terdiri atas dua analisis yaitu analisis spasial dan analisis deskriptif yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebaran kualitas air pada bulan kering dan basah cenderung rendah di kawasan pesisir dan tinggi di kawasan mendekati perairan lepas. Selain itu, ditemukan juga bahwa nilai rata-rata sebaran materi padatan tersuspensi (MPT) pada bulan kering lebih rendah dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran salinitas pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran suhu permukaan laut (SPL) pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, dan nilai rata-rata sebaran oksigen terlarut pada bulan kering lebih rendah dari bulan basah. Pada bulan kering, luas kawasan sesuai di Perairan Desa Sumberkima dan Pemuteran yaitu 407 ha, dan pada bulan basah yaitu 1.628 ha. Di mana ditemukan bahwa luasan kesesuaian di wilayah penelitian pada bulan basah lebih besar dari pada bulan kering.

In the sustainability of seaweed cultivation, there are two important factors that can influence its success, which are location selection and weather conditions. Desa Sumberkima and Desa Pemuteran in Gerokgak sub-district was chosen in the study because this area is located in the sub-district that has the longest coastline in Buleleng Regency, and Buleleng Regency itself is an area that has the highest fishery productivity value in the entire Bali Province, but unfortunately seaweed has not contributed a significant figure. This study aims to map the distribution of water quality in Desa Sumberkima and Desa Pemuteran, and examine the suitability of its waters for seaweed cultivation activities in two condition of rainfall, which are the wet month and the dry month. In this study, the algorithm of Laili et al. (2015) was used to estimate the total of suspended solid matter (TSS), the algorithm of Wouthuyzen (2008) was used to estimate the value of salinity, the algorithm of Arief et al. (2015) was used to estimate sea surface temperature (SST) values, and the algorithm of El-Battay et al. (2014) was used to estimate the value of dissolved oxygen concentrations. In the suitability classification process, this study used a limiting factor approach to determine the parameters that act as a barrier to seaweed cultivation activities at the study site. This study consists of two analyses, which are spatial analysis and descriptive analysis used to answer research questions. The results of the study show that the distribution of water quality in the dry and wet seasons tends to be low in coastal areas and high in areas close to open waters. In addition, it was also found that the average value of the total of suspended solids matter (TSS) in the dry season is lower than in the wet season, the average value of the distribution of salinity in the dry season is higher than in the wet season, the average value of the distribution of surface temperature sea ​​level (SST) in the dry season is higher than in the wet season, and the average value of dissolved oxygen distribution in the dry season is lower than the wet season. In the dry season, the area corresponding to the waters of the Gerokgak District is 407 ha, and in the wet season it is 1.628 ha. Where it was found that the area of ​​suitability of the waters of the research location in the wet season is greater than in the dry season."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Paramita
"Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk yang menganut agama Hindu terbanyak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satu ajaran agama Hindu yang menjadi adat istiadat adalah caturwarna, yang merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan bakat dan pekerjaannya, antara lain Brahmana (ahli agama dan pendidikan), Ksatria (pertahanan negara), Waisya (ahli ekonomi/pengusaha), dan Sudra (pekerja/buruh). Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menjelaskan pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode studi kasus dengan pendekatan keruangan.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengelompokan caturwarna tidak hanya berdasarkan pekerjaan seperti yang tercantum dalam kitab, tetapi juga berdasarkan pada tata nama, pernikahan, dan kekerabatan sesuai dengan adat istiadat setempat. Implementasi caturwarna khususnya Brahmana tidak selalu berada di wilayah non pertanian dan kaja. Sedangkan implementasi caturwarna khususnya Sudra tidak selalu berada di wilayah pertanian dan kelod.
Pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng tidak sepenuhnya menggunakan tata ruang tradisional Bali sebagai tempat suci. Akan tetapi, simbol kebudayaan berupa arah dan posisi masih digunakan dalam menentukan arah dan tempat untuk sembahyang, yaitu arah timur sebagai arah terbit matahari dan puncak Gunung Agung sebagai tempat berkumpulnya Sang Hyang Widhi Wasa (pencipta alam).

The District of Buleleng has a largest population with Hindu religion in Regency of Buleleng, Bali. One of Hindu's custom is caturwarna, which is gruping of people based on talent and his work, among others Brahmana (religious and educational experts), Ksatria (defenders), Waisya (Economist and entrepreneur), and Sudra (workers and laborers). The purpose of this study is to explain the spatial patterns of caturwarna?s implementation in the District of Buleleng. The method used to achieve these object is the case study method with the spatial approach.
From this study, it was found that the grouping caturwarna based not only on the job as listed in the book of Hindusm, but also based on the nomenclature, marriage, and kinship in accordance with local customs. Implementation of caturwarna especially Brahmana is not always in the nonagricultural areas and kaja. Implementation of caturwarna especially Sudra is not always in the area of agriculture and kelod.
The spatial pattern of catuwarna's implementation in the District of Buleleng no longer using traditional place of Bali as sacral place. Although, cultural symbols such as direction and positions still used for built ceremonial, like east as sun shine and Agung Mount as visited place of Sang Hyang Widhi Wasa (God).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Rai Sawitri
"Pola pekarangan masyarakat desa Pakraman di Bali, didasari atas konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut mengatur ruang pekarangan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia (Pawongan) dan lingkungan (Palemahan). Penelitian ekologi pekarangan dilakukan di desa Pakraman, Buleleng Bali bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman serta menggali informasi mengenai potensi pemanfaatan spesies tanaman pekarangan.
Penelitian ini mencakup keanekaragaman, persepsi dan pengetahuan pemanfaatan spesies tanaman pekarangan pada tiga lokasi altitude (h) yaitu daerah altitude rendah (h≤500 m dpl), altitude menengah (500
Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 304 spesies dari 229 genus dan termasuk dalam 95 famili. Kekayaan spesies di daerah rendah sebanyak 227 spesies, menengah 202 spesies dan tinggi 156 spesies. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H?) Shannon-Wiener pada 3 kategori altitude menunjukkan penurunan keanekaragaman seriring dengan peningkatan ketinggian. Hasil analisis dengan Local User's Value Index (LUVI) diperoleh 9 kategori guna dari keseluruhan lokasi penelitian yaitu bahan makanan, hiasan atau ornamen, ritual, peneduh atau perindang, obat-obatan, penulak bala (mitos), sumber penghasilan, menyama braya (sosial) dan pewarna, namun ditemukan perbedaan persepsi fungsi pekarangan bagi masyarakat pada tiap daerah ketinggian. Spesies tanaman dengan nilai kepentingan budaya (ICS-Index of Cultural Significance tertinggi adalah nyuh biasa (Cocos nucifera) sebesar 156 dengan 14 jumlah pemanfaatan.

Balinese homegarden at Pakraman villagers in Bali, is based on the concept of Tri Hita Karana (THK). The concept of managing the yard space to create a harmonious relationship with the creator (Parahyangan), human (Pawongan) and the environment (Palemahan). Ecological research conducted in the village Pakraman homegarden, Buleleng Bali aims to find and explore the richness and diversity of plants spescies and also to get information about the potential use of plants species.
This study includes diversity, perceptions and knowledge utilization homegarden plant species in three locations height (h) that is a low area (h ≤500 m asl), medium (500 < h <1000 m above sea level) and high (h ≥1000 m asl) to further grouped by extents (a) is a small yard (a ≤300 m2), medium (300
The results showed the number of species found as many as 304 species from 229 genera and included in 95 families. Lower species richness in the area as much as 227 species, 202 species of medium height and 156 species. Results of calculation of the index of species diversity (H ') Shannon-Wiener at 3 height categories showed a decline diversity with increased height. Results of the analysis by the Local User's Value Index (LUVI) gained 9 categories in order of overall research sites are foodstuffs, ornaments, ritual, shade, drugs, penulak bala (myth), source of income, menyama braya (social) and dyes, but found differences in the perception of the homegarden functions for society at every altitude. Plant species named nyuh biasa (Cocos nucifera) has highest Index of Cultural Significance (ICS) value of 156 in 14 types of utilization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Manik Sarini
"ABSTRAK
Kanker serviks adalah jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada
wanita dan masih menduduki peringkat pertama di Indonesia diantara tumor ganas
ginekologik. Menurut WHO dalam Kompas (2010), saat ini kanker serviks
menempati peringkat teratas diantara berbagai jenis kanker yang menyebabkan
kematian pada wanita di dunia. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah
penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Di Indonesia setiap tahun terdeteksi
lebih dari 15.000 kasus kanker serviks. Sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir
dengan kematian. Di Kabupaten Buleleng ditemukan kematian karena kanker
serviks sebanyak 13 orang pada tahun 2009. Di Wilayah kerja Puskesmas
Tejakula II pada tahun 2008 ditemukan kematian karena kanker serviks satu
orang, meningkat menjadi tiga orang pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena
kanker serviks terlambat dideteksi sehingga keberhasilan pengobatan sangat
minim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku Pap Smear pada wanita usia subur di Desa Pacung, wilayah kerja
Puskesmas Tejakula II tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita
usia subur yang bertempat tinggal di Desa Pacung, dengan jumlah sampel 210
orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara faktor predisposisi [pekerjaan (OR=3,33; CI 95%, 1,54-7,22), pengetahuan
tentang kanker leher rahim (OR=6,43; CI 95%, 2,27-18,2), pengetahuan tentang
Pap Smear (OR=9,15; CI 95%, 4,57-18,3), sikap terhadap Pap Smear (OR=6,25;
CI 95%, 3,19-12,2), persepsi terhadap Pap Smear (OR=23,57; CI 95%, 9,97-55,7)
dan persepsi terhadap peranan petugas kesehatan (OR=19,54; CI 95%, 4,58-83,
35)], faktor pemungkin [ jarak fasilitas kesehatan (OR=3,77; CI 95%, 1,97-7,17),
biaya (OR=2,07; CI 95%, 1,15-3,73) dan akses informasi (OR=51,43; CI 95% ,
12,11-218,35)], faktor penguat [dukungan sosial (OR=86,02; CI 95%, 25,3-
292,32)], ancaman terhadap kanker leher rahim (OR=28,47; CI 95%, 11,97-67,73)
dan manfaat Pap smear yang dirasakan (OR=4,4; CI 95%, 1,75-11,05) dengan
perilaku Pap Smear pada wanita usia subur di Desa Pacung wilayah kerja
Puskesmas Tejakula II. Dari hasil penelitian ini disarankan agar puskesmas
meningkatkan upaya promosi kesehatan tentang kanker leher rahim dan Pap
Smear sehingga ibu mau melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur.

ABSTRACT
Cervical cancer is the most pregnant cancer of women and it still becomes
the first rank of gynecology’s cancer in Indonesia. World Health Organization
(WHO) reported that cervical cancer is on top position among other kinds of
cancer that cause women’s mortality in the world. Indonesia has the largest
number of women suffered from cervix cancer in the world. More than 15.000
cases of cervical cancer founded every year in Indonesia and approximately 8.000
women among them were died due to the desease. In Buleleng Regency were
found 13 mortalities caused by cervical cancer in 2009. The Mortality which
caused by cervical cancer in the area of Tejakula II public health center increase
from one death cases in 2008 become three mortalities in 2009. All those
mortality caused by the delay in cervical cancer detection. The study was
intended to determine factors related with Pap Smear behavior on reproductive
age women in Pacung village, Tejakula II public health center area in 2011. This
study is a quantitative study use cross sectional study design. The population of
this study was the whole reproductive age women live in Pacung village, (210
samples). The result of the present study shows that there is relationship among
predisposition factors [ occupation of women (OR=3.33; 95% CI,1.54-7.22),
cervical cancer knowledge (OR=6.43;95% CI, 2.27-18.2), Pap Smear knowledge
(OR=9.15; 95% CI, 4.57-18.3), attitude to Pap Smear (OR=6.25; 95% CI, 3.19-
12.2), perception on Pap Smear (OR=23.57; 95% CI, 9.97-55.7) and the
perception existences of medical officers (OR=19.54; 95% CI, 4.58-83. 35)],
enabling factors [the distance to medical facilities (OR=3.77; 95% CI, 1.97-7.17),
cost (OR=2.07; 95% CI, 1.15-3.73) and information access (OR= 51.43; 95% CI,
12.11-218.35)], reinforcing factor [social support (OR=86.02; 95% CI, 25.3-
292.32)], threat of cervical cancer (OR=28.47; 95% CI, 11.97-67.73) and
perception on benefit of Pap smear (OR=4.4; 95% CI, 1.75-11.05) with Pap
Smear behavior on reproductive age women in Pacung village, Tejakula II public
health center area. The study suggested that public health center increase the
health promotion regarding cervical cancer and Pap Smear so the women will do
Pap Smear examination regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Ayu Megasari
"
ABSTRACT
Background: the global scale-p of antiretroviral therapy (ART) is the primary factor contributing to the decline in deaths from acquired immune deficiency syndrome (AIDS)-related illnesses. However, the emergence of transmitted drug resistance (TDR) compromises the effects of ART in treatment-naive individuals, which may hinder treatment success. The present study aimed to identify the presence of TDR among treatment-naive individuals in Buleleng, Bali, which is currently ranked sixth among Indonesian provinces with the highest cumulative human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) infection cases. Methods: thirty-nine ART-naive individuals in Buleleng Regency General Hospital were enrolled in the present study. Blood samples from participants were subjected to a genotypic analysis. Results: 28 protease (PR) and 30 reverse transcriptase (RT) genes were successfully amplified and sequenced from 37 samples. HIV-1 subtyping revealed CRF01_AE as the dominant circulating recombinant form in the region. No TDR for PR inhibitors was detected; however, TDR for RT inhibitors was identified in five out of 30 samples (16.7%). Conclusion: these results indicate the emergence of TDR among ART-naive individuals in Buleleng, Bali. This issue warrants serious consideration because TDR may hamper treatment success and reduce ART efficacy among newly diagnosed individuals. Continuous surveillance with a larger sample size is necessary to monitor TDR among ART-naive individuals."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Agung Sumarheni
"Upacar ngaben alit (mebretanem) ini memiliki suatu keunikan khusus diantara upacara-upacara keagamaan yang lain yang ada di Desa Busungbiu yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Keunikan upacara ngaben alit adalah upacaranya dilakukan hanya dikubur saja dan kuburannya itu rata dengan tanah. Setelah itu menggunakan upacara pada umumnya orang meninggal dan orang yang sudah meninggal itu dianggap sudah bersih atau ngabe, dimana secara umum dalam melaksanakan upacara ngaben tanpa dibakar dianggap belum ngaben yang sah. Jika hal tersebut tidak dipatuhi maka desa setempat akan memperoleh bencana. Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data primer yaitu data langsung dari sumber utama. Dalam hal ini peneliti menggali sumber dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap masyarakat di Banjar Timbul Gegel Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain mencakup buku-buku, maupun hasil penelitian yang berbentuk laporan data. Kajian pustaka literatur perlu juga dilakukan untuk menguasai teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Upacara ngaben alit mempunyai tujuan khusus untuk mengetahui prosesi pelaksanaan dan untuk mengetahui landasan filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan upacara ngaben alit. Karena upakara dan upacara yang mempunyai hubungan erat dengan pendidikan moral atau susila maupun filsafat, ini merupakan hal yang sangat perlu ditingkatkan. Dan dengan terpeliharanya ajaran-ajaran agama serta ajaran-ajaran budi pekerti, etika yang berdasarkan kitab suci maka budaya Bali akan dapat hidup terus."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Satu diantara identitas masyarakat desa adat Sidetapa yang masih dipertahankan saat ini adalah mitos-mitos kepercayaan. Mitos-mitos yang dimaksud yaitu 1). Mitos Rsi Markandeya, 2). Mitos Khayangan Batu Kerotok, 3). Mitos Parahyangan Kayuan, 4). Mitos Pura Petirtan, 5). Mitos Pura Rambut Unggahang (Tunggang), 6). Mitos Pura Munduk, 7). Mitos Pura Puseh. Fungsi dari mitos-mitos tersebut dijadikan jastifikasi untuk memohon perlindungan dan keselamatan. Karena selama ini tempat yang mereka tempati adalah wilayah angker (tenget). Masyarakat desa adat Sidetapa percaya bahwa mitos tersebut bukan buatan manusia melainkan Ida Penembahan sebutan lain dari Sang Hyang Widhi. Fenomena kepercayaan ini sangat penting untuk diaji dalam rangka untuk menyandingkan dalam kehidupan global dan mederenisasi serta pemurnian ajaran keagamaan besar manusia. Penelitian ini dikaji melalui konsep mitos, teori struktur dan dialektika dari Claude levis Strauss. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis mitos-mitos kepercayaan yang ada di desa adat Sidetapa, dan tujuan untuk mengetahui fungsi dari setiap mitos dan ritualnya. "
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>