Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helen Pricilia
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF memegang peran penting untuk melaksanakan distribusi obat dengan mutu yang aman dan terjamin bagi masyarakat. Dalam kasus tertentu dimana obat yang akan dipasarkan tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasian dan/atau mutu, kegiatan penarikan kembali (recall) perlu dilaksanakan. Prosedur penarikan kembali wajib dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) tertentu dan pedoman teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agar seluruh rangkaian dapat ditelusuri dengan baik. Pada tugas khusus ini dilakukan evaluasi terhadap prosedur dan peran apoteker dalam kegiatan penarikan kembali Obat X oleh PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kegiatan penarikan obat yang dilakukan dengan SOP yang telah ditetapkan. Kegiatan penarikan kembali obat meliputi penerimaan instruksi recall dari industri farmasi, penerimaan nota dinas elektronik dari PBF KFTD Pusat, pemeriksaan stok fisik obat di gudang, pengumpulan obat dan karantina yang akan dilakukan recall, pembuatan laporan distribusi dan berita acara recall dan penyerahan obat hasil recall ke KFTD Pusat. Seluruh prosedur penarikan kembali obat telah dilakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan dan pedoman teknis CDOB dimana apoteker melaksanakan perannya sebagai penanggung jawabuntuk seluruh rangkaian proses penarikan kembali obat di PBF. Adapun evaluasi berupa perluasan area gudang dan kecepatan alur perpindahan barang yang perlu ditingkatkan agar proses penarikan kembali obat dapat menjadi lebih efektif.

Pharmaceutical Wholesalers are companies that are legally entitled to perform procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF plays an important role in carrying out the distribution of medicines with safe and guaranteed quality for the community. In certain cases where the drug to be marketed does not meet the safety, efficacy and/or quality requirements, recall activities need to be carried out. The recall procedure must be carried out in accordance with certain standard operating procedures (SOP) and technical guidelines for Good Drug Distribution (CDOB) so that the entire recall activity can be properly traced. In this report, an evaluation for the procedure and role of the pharmacist in the recall of Drug X by PBF PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch. Evaluation is carried out by comparing drug withdrawal activities carried out with predetermined SOPs. Drug recall activities include receiving recall instructions from the pharmaceutical industry, receiving electronic official notes from the Central PBF KFTD, checking the physical stock of drugs in note, collecting and quarantining drugs that will be recalled, preparing distribution reports and recall minutes and submitting the recalled drugs to KFTD Center. All drug recall procedures in KFTD Bogor have been carried out in accordance with the stipulated SOPs and CDOB techenical guidelines where the pharmacist carries out his role as the person in charge for the entire activity of drug recall process. The evaluation is in the form of expanding the warehouse area and to improve flow of goods movement so that the drug recall process can be more effective"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Obat yang disalurkan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label. Apabila obat yang telah disalurkan tidak memenuhi standar dan persyaratan tersebut, maka obat terebut harus ditarik dari peredarannya. Pelaksanaan penarikan obat yang dilakukan oleh PBF perlu menerapkan prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan penarikan obat (recall) di PT Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Jakarta 3 berdasarkan aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 2020. Pengumpulan data terkait pelaksanaan penarikan obat di lapangan dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dengan narasumber, serta penelusuran SOP terkait penarikan obat. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang terdapat pada CDOB 2020. Hasil memperlihatkan bahwa kriteria penarikan obat yang terdapat pada CDOB 2020 seperti prosedur tertulis penarikan obat, proses penyimpanan obat, serta pendokumentasian penarikan obat secara umum telah dilaksanakan oleh PT KFTD Jakarta 3 secara baik. Kesimpulannya adalah pelaksanaan penarikan obat di PT KFTD Jakarta 3 secara umum telah sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang terdapat pada CDOB 2020.

Drugs distributed by pharmaceutical distributors must meet safety, efficacy, quality, and label standards and requirements. If the drug that has been distributed does not meet these standards and requirements, then the drug must be recalled from circulation. The implementation of drug recalls carried out by pharmaceutical distributors needs to apply the principles of Good Distribution Practice (GDP). The purpose of this special assignment was to evaluate the suitability of carrying out drug recalls at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 3 based on aspects of Good Distribution Practice (GDP) 2020. Data collection related to the implementation of drug recalls in the field was carried out through direct observation, interviews with sources, and tracing SOPs related to drug recall. The data was then compared with the criteria contained in GDP 2020. The results showed that the drug recall criteria contained in GDP 2020, such as written drug recall procedures, drug storage processes, and documentation of drug recall in general, have been carried out properly by PT KFTD Jakarta 3. The conclusion is that the implementation of drug recalls at PT KFTD Jakarta 3 is in general in accordance with the terms and conditions contained in GDP 2020."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia dinilai cukup tinggi dengan nilai persentase sebesar 1,80% berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya – Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia (PMB-LIPI) pada tahun 2019. Dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019, penyaluran obat narkotika wajib memenuhi ketentuan peraturan dan perundang-undangan dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Namun hanya Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah mendapatkan izin khusus dapat menyalurkan narkotika ke apotek, puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Sehingga, sebagai salah satu langkah antisipasi untuk mencegah penyimpangan dalam jalur distribusi narkotika, apoteker dalam PBF dengan izin khusus tersebut wajib melakukan evaluasi secara berkala terhadap rasionalitas jumlah dan frekuensi pesanan narkotika dari klien PBF terkait. Tujuan dilakukan penelitian dalam tugas ini adalah untuk menilai kewajaran pesanan narkotika dari apotek-apotek yang merupakan klien dari KFTD cabang Bekasi. Penilaian kewajaran dilakukan berdasarkan jumlah dan frekuensi pesanan suatu apotek serta lokasi apotek yang berdekatan dengan suatu fasilitas kesehatan tertentu atau praktik dokter perorangan. Dari 65 apotek, ditemukan sebanyak 7 apotek yang membuat pesanan narkotika dengan jumlah dan frekuensi diatas rata-rata. Namun, berdasarkan penilaian kewajaran terhadap lokasi ketujuh apotek tersebut, semua apotek berada dengan dengan klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit.

The level of narcotics abuse in Indonesia is considered quite high with a percentage value of 1.80% based on the results of a survey by the National Narcotics Agency and the Center for Research on Society and Culture - Indonesian Institute of Science (PMB-LIPI) in 2019. Based on the Food and Drug Supervisory Agency regulation Number 9 of 2019, the distribution of narcotic drugs must comply with the provisions of regulations and legislation and Good Drug Distribution Methods (CDOB). However, only Pharmaceutical Wholesalers (PBF) who have obtained the special permits can distribute narcotics to pharmacies, health centers, hospitals and clinics. Thus, as one of the anticipatory steps to prevent irregularities in the narcotics distribution channel, pharmacists in PBF with special permits are required to carry out regular evaluations of the rationality of the number and frequency of narcotics orders from relevant PBF clients. The aim of the research in this assignment was to assess the fairness of narcotics orders from pharmacies which are the clients of the Bekasi branch of KFTD. The fairness assessment is carried out based on the number and frequency of orders from a pharmacy as well as the location of the pharmacy which is close to a particular health facility or individual doctor's practice. Of the 65 pharmacies, it was found that 7 pharmacies made orders for narcotics with quantities and frequencies above the average. However, based on a reasonable assessment of the locations of the seven pharmacies, all pharmacies are located near health clinics and hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Dalam menjalankan perannya sebagai fasilitas distribusi, PBF (Pedagang Besar Farmasi) harus memastikan agar stok obat yang dimiliki terjamin mutu maupun ketersediannya. Kurang akuratnya persediaan stok obat dapat terjadi apabila pengelolaan obat yang dilakukan oleh suatu PBF tidak dilakukan dengan baik. Persediaan stok obat yang tidak akurat, seperti adanya selisih stok antara data stok obat dan stok fisik obat di gudang, dapat berpengaruh pada berbagai hal, termasuk terjadinya overstock maupun understock obat. Stock opname secara berkala dan penelusuran selisih obat harus dilakukan agar terjaganya akurasi persediaan stok. Penelusuran pada faktor penyebab terjadinya selisih stok obat merupakan hal yang penting dilakukan untuk meminimalisir terjadinya selisih stok di waktu yang akan datang. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk menelusuri berbagai faktor penyebab dan mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya selisih stok obat di PT SamMarie Tramedifa. Penulisan ini dilakukan dengan menarik data stok obat, menelusuri dan menganalisis faktor penyebab terjadinya selisih stok obat, dan melakukan wawancara. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa terdapat 6 faktor penyebab terjadinya selisih stok obat pada tanggal 5 Oktober hingga 18 November 2022 di PT SamMarie Tramedifa, yakni belum dilakukannya input data penerimaan obat, belum dilakukannya revisi faktur, adanya kesalahan input saldo awal saat stock opname, belum dilakukannya retur, adanya selisih kirim ke outlet, serta adanya kesalahan pada software. Selain itu, terdapat pula selisih stok obat yang masih belum diketahui faktor penyebabnya. Hasil pengamatan juga menunjukkan faktor penyebab terbesar selisih obat tersebut adalah belum dilakukan input data penerimaan obat dengan persentase 30,1% dari jumlah seluruh selisih obat yang terjadi.

As a distribution facility, pharmaceutical wholesalers must ensure that the availability of the drug stock they hold is guaranteed. Inaccurate drug stock inventory, such as a stock difference between drug stock data and the physical stock of drugs in the warehouse, can cause drug overstock or understock. Regular stock taking and tracking of drug differences must be carried out to maintain stock inventory accuracy. Investigating the factors causing drug stock differences is an important thing to do to minimize stock differences in the future. The purpose of writing this special assignment report is to explore various causal factors and find out the biggest factors causing differences in drug stock at PT SamMarie Tramedifa. This writing was carried out by collecting drug stock data, tracing and analyzing the factors causing differences in drug stock, and conducting interviews. Based on observations, it was concluded that there were 6 factors causing the difference in drug stock at PT SamMarie Tramedifa; such as drug receipt data had not been entered, invoice revision had not been carried out, an error in inputting the initial balance during stock taking, not yet returns are made, differences in sending to outlets, and errors in the software. Apart from that, there are also differences in drug stocks whose causes are still unknown. The results of the observations also show that the biggest factor causing the drug differences is that drug receipt data has not been entered, with a percentage of 30.1% of the total drug differences that occur."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Juanita
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Setiap PBF wajib memiliki area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman yang terpisah dan dalam kondisi yang terkontrol. Salah satu aspek CDOB, yaitu penyimpanan ditunjang oleh bangunan dan peralatan yang memadai. Penyimpanan dilakukan berdasarkan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang memproduksi obat yang memiliki mutu terstandar. Sementara untuk obat narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu, dan Cold Chain Product (CCP) memiliki standar penyimpanan khusus untuk menghindari penyalagunaan. PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) merupakan salah satu PBF di Indonesia dan merupakan satu-satunya PBF yang mendapatkan izin untuk menyimpan dan menyalurkan narkotika dan psikotropika. Oleh karena itu, sediaan farmasi diharapkan dapat disimpan sesuai dengan standar CDOB agar mutu obat dapat tetap terjaga sampai kepada konsumen
Pharmaceutical Wholesaler (PBF) is a legal entity company that has a license for the procurement, storage, distribution of drugs and or drug ingredients in large quantities in accordance with the provisions of Good Distribution Practice (GDP). Each PBF shall have separated areas of receiving, storage and delivery under controlled conditions. One aspect of GDP is that storage is supported by adequate buildings and equipments. Storage is conducted based on recommendations from the pharmaceutical or non-pharmaceutical industries that produce drugs that have standardized quality. Meanwhile, narcotics, psychotropic drugs, certain drugs, and Cold Chain Products (CCP) have special standard of storage to avoid some issues. PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) is one of the PBF in Indonesia and the only PBF that is licensed to store and distribute narcotics and psychotropic substances. Therefore, pharmaceutical products are expected to be stored in accordance with GDP standards so that the quality of the drug can be maintained until it reaches the consumers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas
"ABSTRAK
Latar belakang/ Tujuan Pedagang Besar Farmasi sebagai penyimpan dan penyalur sediaan farmasi adalah layaknya sebuah perusahaan yang wajib memiliki tenaga penjualan dengan kemampuan dan sumber daya yang unggul sehingga performa perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam menghadapi persaingan ketat dan dinamika pasar. Efisiensi dan efektivitas dari proses penjualan yang terorganisir dapat membantu meningkatkan kepuasan pelanggan dan efisiensi operasional dalam rantai pasok produk sediaan farmasi. Dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya, sebuah pedagang besar farmasi juga harus menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Metoda Penelusuran berbagai literatur dari berbagai jurnal, website, dan Prosedur Operasional Standar (SOP) perusahaan, serta wawancara dengan beberapa staf divisi penjualan KFTD Bogor. Hasil Proses usaha di KFTD Bogor ditopang oleh 3 pilar, yaitu: penjualan, logistik, dan keuangan; yang mana divisi penjualan di KFTD Bogor dibagi menjadi divisi penjualan institusi dan reguler. Kesimpulan Divisi penjualan di KFTD Bogor dengan struktur organisasi yang jelas telah memenuhi standar CDOB serta dapat bekerja secara efektif dan efisien.

ABSTRACT
Background/ Aims Pharmaceutical Wholesalers, as the custodians and distributors of pharmaceutical products, operate much like a company that must have a proficient sales force with exceptional abilities and resources to ensure the company’s performance thrives in the face of intense competition and market dynamics. The efficiency and effectiveness of an organized sales process can contribute to increased customer satisfaction and operational efficiency in the pharmaceutical supply chain. To carry out their business activities, a pharmaceutical wholesaler must also adhere to Good Distribution Practice (GDP) guidelines Methods The research methodology involved exploring various literature from journals, websites, and the company’s Standard Operating Procedures (SOPs), as well as conducting interviews with several staff members from the sales division of KFTD Bogor. Results The business process at KFTD Bogor is supported by three pillars: sales, logistics, and finance. The sales division of KFTD Bogor is further divided into institutional and regular sales divisions. Conclusion The sales division at KFTD Bogor, with a clear organizational structure, has met GDP standards and can operate effectively and efficiently."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Syafira
"PBF harus memiliki sistem manajemen operasional yang baik sehingga segala kegiatannya berlangsung dengan efisien dan efektif. Manajemen operasional adalah suatu cara pengelolaan fungsi–fungsi kegiatan (fungsi–fungsi manajemen) yang terdapat dalam suatu perusahaan, untuk mencapai tujuan. PBF dituntut untuk melaksanakan berbagai fungsi kegiatan, antara lain fungsi kegiatan pembelian, untuk memperoleh harga beli barang yang efisien dan menjaga ketersediaan barang. Kemudian fungsi kegiatan pengelolaan barang di gudang untuk menjaga kondisi kualitas barang sesuai persyaratan Farmakope, tidak rusak dan tidak hilang.
Selanjutnya fungsi kegiatan penjualan dan pelayanan, untuk memperoleh pertumbuhan penjualan dan jumlah pelanggan, serta untuk mempertahankan pelanggan yang loyal. Setelah itu fungsi kegiatan pengelolaan piutang, untuk menjaga likuiditas keuangan dan aliran kas yang sehat. Serta fungsi kegiatan pembukuan, untuk dapat menyajikan laporan yang tepat waktu, isi dan guna agar dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.
PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi merupakan salah satu cabang dari PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang bergerak di bidang jaringan distribusi. Distribusi adalah salah satu ujung tombak pelayanan dari KFTD, di mana kegiatan operasionalnya meliputi distribusi untuk produk-produk farmasi, suplemen, kosmetik, alat kesehatan, rehabilitasi medik, dan reagensia. KFTD cabang Bekasi sendiri merupakan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang yang bertugas menjadi penyedia perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh berbagai sarana pelayanan kefarmasian yang bertempat di Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi hingga Kerawang. PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi memiliki sistem manajemen operasional yang baik untuk menunjang kegiatan distribusi yang berlangsung efisien dan efektif. Sistem manajemen operasional dari KFTD Bekasi berpedoman pada prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2012).

PBF must have a good operational management system so that all of its activities take place efficiently and effectively. Operational management is a way of managing activity functions (management functions) contained in a company, to achieve goals. PBF is required to carry out various activity functions, including the function of purchasing activities, to obtain efficient purchase prices for goods and maintain the availability of goods. Then the function of goods management activities in the warehouse is to maintain the condition of the quality of the goods according to the Pharmacopoeial requirements, not damaged and not lost.
Furthermore, the function of sales and service activities is to obtain sales growth and the number of customers, as well as to maintain loyal customers. After that, the function of accounts receivable management is to maintain financial liquidity and healthy cash flow. As well as the function of bookkeeping activities, to be able to present reports that are timely, content and useful in order to be able to make decisions quickly and accurately.
PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi is a branch of PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) which is engaged in distribution networks. Distribution is one of the spearheads of KFTD's services, where its operational activities include distribution of pharmaceutical products, supplements, cosmetics, medical devices, medical rehabilitation, and reagents. KFTD Bekasi branch itself is a Pharmaceutical Wholesaler (PBF) branch whose job is to provide pharmaceutical supplies needed by various pharmaceutical service facilities located in Bekasi City, Bekasi Regency to Karawang. PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bekasi has a good operational management system to support efficient and effective distribution activities. The operational management system of KFTD Bekasi is guided by the principles of Good Medicine Distribution (CDOB). Good Drug Distribution Method (CDOB) is a method of distribution or distribution of drugs and/or medicinal ingredients that aims to ensure quality along the distribution or distribution channel according to the requirements and intended use (BPOM, 2012).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Proses distribusi obat secara tidak langsung berkaitan erat dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, dimana rantai pengadaan produk farmasi harus diperhatikan untuk menjamin keamanan, kualitas, dan efikasi dari obat. Keberlangsungan proses bisnis ini tentunya memiliki kaitan erat dengan kondisi managerial yang baik, khususnya terkait dengan kelancaran sirkulasi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa proses bisnis yang terlaksana pada Pedagang Besar Farmasi, mengetahui implementasi manajemen keuangan yang dilakukan pada PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor.
Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Cabang Bogor. Analisa data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan wawancara lanjutan, pencatatan, dan pengamatan secara langsung. Penelitian menemukan bahwa proses manajemen keuangan yang terjadi pada perusahaan ini terlaksana dengan baik dan mendukung pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Apoteker memiliki tanggung jawab penuh untuk mengawasi manajemen keuangan, khususnya dalam penyelidikan prinsipal dan pelanggan.

The drug distribution process is indirectly related to improving healthcare, where the distributor should ensure pharmaceutical products' safety, quality and efficacy. This business process's continuity is closely related to good managerial conditions, significantly associated with the well-maintained circulation of the company's finances. Therefore, this research was conducted to analyze the business processes at the Pharmaceutical Distributor and determine the implementation of financial management at PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch.
The research was conducted observationally through a qualitative approach. The observations were made through literature studies based on scientific references, national regulations, and operational documents at PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor Branch. Analysis of the data obtained was carried out by conducting follow-up interviews, recording, and direct observation. The research found that the financial management processes in this company were well implemented and supported the implementation of Good Drug Distribution Methods (CDOB). The pharmacist oversees financial management, particularly in principal and customer investigations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asmiladita Pridilla
"Penerapan prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) bertujuan untuk memastikan mutu selama jalur distribusi selalu sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya (PerBPOM No. 9 Tahun 2019). Transportasi merupakan salah satu aspek yang diatur dalam Pedoman Teknis CDOB tahun 2020. Obat harus diangkut di bawah kondisi penyimpanan yang sesuai dengan informasi pada kemasan agar mutu obat tetap terjaga. Tugas ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami penyaluran dan transportasi dan kemudian melakukan evaluasi terkait kesesuaian proses transportasi di PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 dengan prinsip CDOB. Metode pelaksanaan tugas ini adalah dengan mengumpulkan data-data terkait transportasi dengan cara pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan bagian logistik. Hasil evaluasi adalah kegiatan transportasi oleh KFTD secara umum telah memenuhi ketentuan-ketentuan CDOB 2020, meskipun masih ada beberapa yang belum selesai. Beberapa yang belum sesuai terkait dengan pelabelan, serta keamanan dalam pengemasan. Hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk diperbaiki agar dapat mengurangi risiko kesalahan sertra meningkatkan keamanan selama pengiriman obat.

Applying the principles of Good Distribution Practice (CDOB) ensures quality during distribution is always following the requirements and intended use (PerBPOM No. 9 of 2019). Transportation is one aspect that is regulated in the 2020 CDOB Technical Guidelines. Drugs must be transported under storage conditions following the information on the packaging so that the quality of the drug is maintained. This task aims to study and understand distribution and transportation and then evaluate the suitability of the transportation process at PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 with CDOB principles. This assignment done by collecting data related to transportation by direct observation and direct interviews with the person-in-charge of Logistics. The result of the evaluation is that transportation activities by KFTD have generally complied with the provisions of the 2020 CDOB, although some have not been completed. Some that are not yet appropriate are related to labelling and safety in packaging. These evaluations can be considered for improvement to reduce the risk of errors and increase safety during drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Isra
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Kimia Farma Trade and Distribution cabang Bogor bertujuan agar mahasiswa dapat memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di PBF, yaitu sebagai penanggug jawab fasilitas distribusi (menyusun, memastikan dan mengawasi penerapan sistem manajemen mutu pada fasilitas distribusi). Tugas khusus yang diberikan dengan judul analisis inspeksi diri pengadaan dan dokumentasi di PT Kimia Farma Trade and Distribution cabang Bogor periode bulan Oktober 2018 yang bertujuan untuk mengetahui sistem pengadaan dan dokumentasi yang dilakukan PT Kimia Farma Trading and Distribution telah memenuhi persyaratan CDOB.

ABSTRACT
Apothecary Profession Internship at the Bogor branch of Kimia Farma Trade and Distribution aims to enable students to understand the role, duties, and responsibilities of pharmacists in PBF, namely as the responsibility of distributing facilities (compiling, ensuring and overseeing the implementation of quality management systems in distribution facilities). Special assignments given with the title of self-procurement and documentation inspection analysis at the Bogor branch of Kimia Farma Trade and Distribution in the period of October 2018 which aims to find out the procurement and documentation system conducted by PT Kimia Farma Trading and Distribution has met CDOB requirements."
2018
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>