Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Effitriana Ramadhiyanty
"Kecamatan Bogor Tengah merupakan ‘jantung’ Kota Bogor. Aktivitas perdagangan dan jasa di Kecamatan Bogor Tengah termasuk yang terbesar di Kota Bogor maka disebut sebagai magnet perekonomian. Munculnya bisnis ritel modern membuat adanya persaingan terhadap keberadaan pasar tradisional di Kota Bogor semakin tak terkendali. Kemudian kegiatan berbelanja dengan kehadiran secara fisik seperti pasar tradisional menjadi pilihan utama masyarakat. Dengan menggunakan metode Buffer dan analisis Crosstab, dilakukan penelitian untuk mengetahui jangkauan pelayanan pasar tradisional di Kecamatan Bogor Tengah dan bagaimana hubungannya dengan karakteristik konsumen. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa Pasar Kebon Kembang dan Pasar Bogor merupakan Pasar Regional dengan aksesibilitas strategis (penggunaan lahan) dan mudah (kelas jalan). Kemudian Pasar Merdeka termasuk Pasar Sub Kota dengan aksesibilitas cukup strategis (penggunaan lahan) dan cukup mudah (kelas jalan), sedangkan Pasar Padasuka adalah Pasar Lokal dengan aksesibilitas cukup strategis (penggunaan lahan) dan kurang mudah (kelas jalan). Pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Regional memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja sangat jarang dengan pengeluaran berbelanja sedang dan sangat tinggi dalam sekali berbelanja, lama berbelanja sebentar, serta waktu tempuh yang cukup sesuai pada jarak dekat dan sedang menggunakan angkot, dan jarak jauh waktu tempuh yang tidak sesuai menggunakan motor. Barang yang dibeli oleh konsumen Pasar Regional lebih beranekaragam seperti pakaian, sembako, sayuran, dan lain-lain. Selanjutnya pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Sub Kota memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja jarang dengan pengeluaran berbelanja sedang, lama berbelanja sebentar, serta waktu tempuh yang cukup sesuai dengan kendaraan bermotor. Barang yang dibeli oleh Pasar Sub Kota lebih berfokus membeli aneka pangan. Sedangkan pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Lokal memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja sangat sering dengan pengeluaran berbelanja rendah, lama berbelanja sebentarm serta waktu tempuh yang sesuai dengan berjalan kaki. Barang yang dibeli oleh konsumen Pasar Lokal sama dengan Pasar Sub Kota yaitu hanya berfokus terhadap aneka pangan.

Central Bogor Sub-district is the 'heart' of Bogor City. Trade and service activities in Central Bogor Sub-district are among the largest in Bogor City, hence the name 'economic magnet'. The emergence of modern retail businesses makes competition for the existence of traditional markets in Bogor City increasingly uncontrollable. Then shopping activities with physical presence such as traditional markets become the main choice of the community. Using the Buffer method and Crosstab analysis, research was conducted to determine the range of traditional market services in Central Bogor District and how it relates to consumer characteristics. The results of the study found that Kebon Kembang Market and Bogor Market are Regional Markets with strategic (land use) and easy (road class) accessibility. Then Pasar Merdeka is a Sub-City Market with strategic accessibility (land use) and fairly easy (road class), while Pasar Padasuka is a Local Market with strategic accessibility (land use) and less easy (road class). Markets with a service range of Regional Markets have the characteristics of consumers who shop very rarely with moderate and very high shopping expenditures in one shopping trip, shopping time is short, and travel time is quite suitable at close and medium distances using angkot, and long distances with inappropriate travel time using motorbikes. Goods purchased by Regional Market consumers are more diverse such as clothing, groceries, vegetables, and others. Furthermore, markets with a range of Sub-City Market services have the characteristics of consumers who shop infrequently with moderate shopping expenses, short shopping time, and travel time that is quite suitable for motorized vehicles. Goods purchased by the Sub-City Market are more focused on buying various foods. Meanwhile, markets with a range of Local Market services have the characteristics of consumers who shop very often with low shopping expenditures, short shopping times and travel times that are suitable for walking. Goods purchased by Local Market consumers are the same as Sub-City Markets, which only focus on various foods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"ABSTRAK
Obesitas dan asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Meningkatnya prevalensi obesitas seiring dengan meningkatnya prevalensi asma, yang dapat mengganggu produktivitas dan menurunkan kualitas hidup penderita. Asma pada orang dewasa sering mengakibatkan perburukan pada prognosisnya yang disebabkan penurunan fungsi paru yang cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan asma pada penduduk dewasa umur 40 ? 65 tahun di Kelurahan Kebon Kalapa Kecamatan Bogor Tengah ? Kota Bogor tahun 2011, menggunakan data sekunder baseline data studi Kohort PTM - Kementerian Kesehatan Tahun 2011, dengan jumlah sampel 960 orang dan disain studi cross sectional. Pada analisis multivariat dengan Cox Regression menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan asma setelah dikontrol dengan variabel umur, tingkat pendidikan dan status merokok, dengan nilai PR sebesar 0,674 (95% CI 0,387 ? 1,174). Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai obesitas dan asma dengan jumlah sampel yang lebih besar, menggunakan kelompok umur yang lebih muda dan disain studi yang lebih baik.

ABSTRACT
Obesity and asthma remains a public health problem in the world. The increasing prevalence of obesity concomitant with the increasing prevalence of asthma, which may interfere with productivity and lower the quality of life of patients. Asthma in adults often results in worsening the rognosis caused a rapid decline in lung function. This study aims to determine the relationship of obesity with asthma in the adult people aged 40-65 years at the Kebon Kalapa Village, District of Central Bogor - Bogor City in 2011, using secondary baseline data NCD cohort study from Ministry of Health in 2011, with a sample of 960 people and a crosssectional design study. In multivariate analysis with Cox regression showed no significant association between obesity and asthma after controlled with variabel aged, education level and smoking (PR = 0,674; 95% CI 0,387 ? 1,174). The need for further research on obesity and asthma with a lrger number of sampels, younger age groups and a better design study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"Obesitas dan asma maih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Meningkatnya prevalensi obesitas seiring dengan meningkatnya prevalensi asma, yang dapat mengganggu produktivitas dan menurunkan kualitas hidup penderita. Asma pada orang dewasa sering mengakibatkan perburukan pada prognosisnya yang disebabkan penurunan fungsi paru yang cepat. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan asma pada penduduk dewasa umur 40 - 65 tahun di kelurahan Kebon Kalapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor tahun 2011, menggunakan data sekunder baseline data studi kohort PTM - Kementerian Kesehatan tahun 2011, dengan jumlah sampel 960 orang dan desain studi cross sectional. Pada analisis multivariat dengan cox regression menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan asma setelah dikontrol dengan variabel umur, tingkat pendidikan, dan status merokok, dengan nilai PR sebesar 0,674 (95% CI 0,387 - 1,174). Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai obesitas dan asma dengan jumlah sampel yang lebih besar, menggunakan kelompok umur yang lebih muda dan disain studi yang lebih baik.

Obesity and asthma reains a public health problem in the world. The increasing prevalence of obesity concomitant with increasing prevalence of asthma, which my interfere with productivity and lower the quality of life of patients. Asthma in adults often results in worsening the prognosis caused a rapid decline in lung function. This study aims to determmine the relationship of obesity with asthma in adults people aged 40 - 65 years at Kebon Kalapa Village, District of Central Bogor - Bogor City in 2011, using secondary baseline data NCD cohort study from Ministry of Health in 2011, with sample of 960 people's and a cros sectional desig study. In multivariate anaysis with cox regression showed no significant association between obesity and asthma after controlled with variabel aged, education level and smoking (PR = 0,674; 95% CI 0,387 - 1,174). for further need a research on obesity and asthma with a larger number of samples, younger age groups and a better design study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaidah Ashry
"Penelitian ini membahas optimasi angkutan persampahan di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis angkutan persampahan di Kecamatan Bogor Tengah, menentukan optimasi angkutan persampahan berdasarkan rute optimal dan penerapan biaya per km, mengetahui efisiensi yang dihasilkan, serta mengetahui kebutuhan dan jenis kendaraan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan optimasi Linear Programming dengan model Vehicle Routing Problem (VRP).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rute pengangkutan sampah eksisting di Kecamatan Bogor Tengah belum efisien. Rute pengangkutan sampah optimal di Kecamatan Bogor Tengah memiliki jarak tempuh lebih sedikit 4,16 persen atau lebih pendek 111,21 km dibanding kondisi eksisting. Biaya operasional rata-rata per km-m kubik sebesar Rp 227,71 dan lebih efisien 19,07 persen dibandingkan kondisi eksisting. Kebutuhan kendaraan jenis dump truck dan compactor truck dari rute optimal lebih sedikit 1 unit dari kondisi eksisting sehingga menjadi 26 unit.

This study discusses the optimization of waste transport in the District of Central Bogor. The purpose of this study is to analyze the transport of waste in Central Bogor District, determines the optimization of waste transport based on the optimal route and cost per km, knowing the resulting efficiency, and to know the needs and the type of vehicle used. This study use Linear Programming optimization with Vehicle Routing Problem (VRP) model.
Results of this study shows that the waste transportation system currently in Central Bogor District was not efficient. The optimal route of waste transportation system in Central Bogor District is less 4.16 percent than existing route or have a mileage of 111.21 km shorter than the existing condition. The average operating costs per km-m cubic is Rp 227.71 or 19.07 percent more efficient than the existing condition. The needs of the type of vehicle dump trucks and compactor trucks of optimal route less than 1 unit of the existing condition so that it becomes 26 units.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frengki Junaedi
"Perkembangan perkotaan yang begitu pesat menyebabkan banyak terjadinya permasalahan sosial antara lain munculnya masalah esehatan, yang menuntut sarana kesehatan yang lebih baik. Sarana pelayanan kesehatan yang dapat mencakup pelayanan kesehatan preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif hanya terdapat di rumah sakit. Rumah sakit di Kota Bogor didominasi oleh rumah sakit swasta sehingga hal tersebut dapat menyebabkan persaingan. Pemilihan suatu rumah sakit didasarkan pada jumlah fasilitas yang tersedia, biaya yang ditawarkan dan aksesibilitas yang mendukung.
Dengan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jangkauan pelayanan rumah sakit swasta di Kota Bogor berdasarkan fasilitas, biaya dan akseibilitasnya serta mengetahui bagaimana wilayah potensial rumah sakit swasta di Kota Bogor. Metode yang digunakan analisis deskritif keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jangkauan pelayanan rumah sakit yang jauh diikuti oleh fasilitas rumah sakit yang besar dan aksesibilitas yang baik. Sedangkan biaya tidak terlalu berpengauh terhadap jangkauan pelayanannya. Untuk wilayah potensial rumah sakit swasta di Kota Bogor semuanya berada pada jangkauan 7 km.

Urban develop so rapidly which has caused many occurrences of social problems, such as the emergence of health problems. Hence, better health facilities are on demand. Health service facilities which include preventive, promotive, curative and rehabilitative health services could only be found in hospitals. Hospitals in Bogor city are dominated by the private hospitals, so that the emergence of these can cause competition. The selection of a hospital is based on the number of facilities available, costs and accessibilities.
From the background, this study wanted to know how far the range of the private hospital services in Bogor city based on facilities, cost and accessibilities, and how the potential regions of private hospitals in Bogor city. Method of analysis used spatial descriptive.
Results of the research showed that furthest range of the service of the private hospitals was followed by big hospital facilities and good accessibilities. Meanwhile, the costs were not too influential with range of services. For the potential regions of the private hospitals in Bogor city all were in range of 7 km."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34122
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Salma Sunukanto
"Saat ini 56,7% dari penduduk tinggal di kota di Indonesia. Tingginya persentasi ini selaras dengan Urbanisasi. Proses urbanisasi memiliki hubungan kuat dengan panas perkotaan. Selain suhu, luas penutupan lahan serta pertambahan jumlah penduduk juga berubah setiap tahunnya, pengurangan luas penutupan lahan bervegetasi mengakibatkan suhu semakin meningkat. Naiknya suhu pada lingkungan perkotaan menyebabkan dampak-dampak tertentu kepada masyarakat terhadap perubahan lingkungan. Tutupan lahan di lingkungan perkotaan memiliki rentang nilai suhu yang tinggi-rendah yang disebut dengan Urban Heat Signature. Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Bogor Tengah di Kota Bogor dengan mengolah citra Land Surface Temperature dari citra Landsat 9 TIRS dan Sentinel-2 untuk mendapatkan citra dengan resolusi tinggi, pengambilan suhu udara, dan penyebaran kuesioner mengenai dampak suhu pada kenyamanan termal manusia. Hasil pengolahan terlihat bahwa nilai suhu maksimum dari seluruh penggunaan di Kecamatan Bogor Tengah lebih dari 30°C. Suhu tertinggi terdapat pada permukiman tidak teratur dan lahan kosong, serta suhu terendah berada pada hutan kota. Variasi pada UHS dapat menciptakan persepsi termal pada manusia. Selisih suhu maksimum dan minimum tiap penggunaan lahan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kenyamanan termal manusia. Meskipun begitu, besaran suhu minimum dan maksimum tiap penggunaan lahan memberikan efek terhadap kenyamanan termal manusia.

Currently, 56.7% of the population lives in cities in Indonesia. This high percentage is in line with urbanization. The urbanization process has a strong relationship with urban heat. In addition to temperature, the area of land cover and the increase in population also change every year. Land use changes cause the temperature to increase. Rising temperatures in urban environments cause certain impacts on humans against environmental changes. Land use in urban areas has a range of high-low temperature values called the Urban Heat Signature. This research was conducted in Bogor Tengah District in Bogor City by processing Land Surface Temperature images from Landsat 9 TIRS and Sentinel-2 images to obtain high-resolution images, taking air temperature, and distributing questionnaires regarding the impact of temperature on human thermal comfort. The processing results show that the maximum temperature value of all land uses in the Bogor Tengah District is more than 30°C. The highest temperatures are in open spaces and irregular settlements, and the lowest are in urban forests. UHS variations can develop a thermal perception in humans. The difference between the maximum and minimum temperatures for each land use has no relationship with the level of human thermal comfort. Even so, the minimum and maximum temperatures for each land use affect human thermal comfort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Indriyati
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang prevalensinya cukup tinggi. Kenaikan prevalensi sejalan dengan bertambahnya usia khususnya pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Obesitas sering terjadi pada wanita usia pertengahan dibanding pria, hal ini menjadi penyebab mengapa berat badan sering mempengaruhi tekanan darah pada wanita.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kegemukan dengan hipertensi pada wanita postmenopause dengan melakukan analisis data sekunder: studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular di kelurahan Kebon Kalapa, kec. Bogor Tengah, Kota Bogor tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan disain Cross Sectional.
Hasil: Proporsi responden yang mengalami kegemukan 74,6% dan hipertensi 52,4%. Prevalens rasio (PR) hipertensi 1,51 kali lebih besar terjadi pada responden yang gemuk (95% CI: 1,12-2,04, p value = 0,003). Analisis multivariat dengan Cox Regression yaitu setelah dikendalikan dengan variabel confounding: umur, pendapatan keluarga dan riwayat penyakit kronis, maka PR hipertensi pada reponden yang gemuk sebesar 1,38 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berat badan normal (95% CI: 0,92?2,07).
Kesimpulan: kegemukan pada wanita postmenopause dapat meningkatkan risiko hipertensi dan dipengaruhi oleh faktorfaktor risiko lain seperti umur, riwayat penyakit kronis dan kondisi sosial ekonomi, sehingga perlu dilakukan antisipasi sejak dini dengan meningkatkan perilaku hidup sehat dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat khususnya wanita.

Hypertension is a public health problem that prevalence is quite high. The increase in prevalence with age , especially in women who have entered menopause. Obesity is common in middle-aged women than men, and this is also the reason why weight frequently affects blood pressure in women than men.
Objective:To determine the relationship of obesity with hypertension in postmenopausal women with secondary data analysis: the baseline cohort study of risk factors for non-communicable diseases in Kebon Kalapa, Central Bogor, Bogor City in 2011. Methods: Cross sectional study design.
Results: The proportion of overweight is 74.6 % and 52.4 % for hypertension . Prevalence ratios ( PR ) hypertension 1.51 times greater in obesity ( 95 % CI : 1.12 to 2.04 , p value = 0.003). Multivariate analysis using Cox Regression. Upon controlled potential confounding variable is the variable age , family income and a history of chronic disease , the prevalence rate of hypertension in obese respondents was 1.38 times higher compared with those who had normal weight (95 % CI is 0.92-2.07).
Conclusion: Obesity in postmenopausal women may increase the risk of increased blood pressure , and is also influenced by other risk factors such as age , history of chronic disease and socioeconomic conditions , so it needs to be done early anticipation by increasing healthy behavior and health education for the community , especially women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen Sadhana
"Kerawanan pangan erat kaitannya dengan kemiskinan, penduduk yang miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok terutama beras yang akan meningkatkan garis kemiskinan. Untuk mencegah kerawanan pangan dan kemiskinan, pemerintah membuat kebijakan publik di bawah Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat yaitu Program Raskin (Beras Untuk Keluarga Miskin). Raskin diberlakukan di setiap daerah, salah satunya di Kota Bogor yang tercatat sebagai pagu terendah di Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh pendistribusian Raskin yang tidak sesuai dengan perencanaan distribusi. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan manajemen distribusi Raskin di Kecamatan Bogor Selatan yang memiliki RTS-PM terendah dengan salah satu kelurahan yang termasuk sebagai wilayah tertinggal, yaitu Kelurahan muarasari. Metode penelitian ini adalah post-positivist dengan tujuan penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian dari manajemen distribusi di Kelurahan Muarasari, Raskin tidak memenuhi indikator 6 Tepat dikarenakan perencanaan yang kurang baik.

Food insecurity related to poverty, poor people who cannot afford fulfill the basic needs such as rice, will increase the poverty line. To address food insecurity and poverty, the government made a policy under Coordinating Ministry for People's Welfare which is Raksin Program (Rice for The Poor Family). Raskin implemented in each area, including Bogor City as the city with the lowest Raskin ceiling in West Java. That is because the irregularities distribution of Raskin often not in accordance with the plan. The study aimed to describe the Raskin distribution management in Village Muarasari, Sub-District South Bogor, Bogor City that lagging in its distribution. The approach used for the research is post-positivist and the purpose is descriptive. The results of this study is the distribution management in Village of Muarasari, Raskin has not met the six right elements because of unfavorable planning.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari Ayuningtyas
"Penelitian ini berangkat dari teori struktur kota inti berganda multiple nuclei oleh Harris dan Ullman 1945 dan Edge City oleh Garreau 1991 yang meyakini bahwa sebuah kota modern memiliki lebih dari satu pusat sebagai akibat dari perkembangan wilayah dan semakin meluasnya pemukiman ke pinggiran kota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri dan sebaran pusat, menganalisis karakteristik pusat, dan melakukan sintesis pusat di Kota Bogor berdasarkan sudut pandang ahli keilmuan, masyarakat Kota Bogor, dan kebijakan publik.
Metode teknik Delphi dengan wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai definisi, ciri-ciri, fungsi, dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang tiga ahli keilmuan planologi, sosiologi, dan ekonomi.
Metode kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai definisi dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang masyarakat Kota Bogor. Sementara itu, informasi mengenai definisi dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang kebijakan publik, ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031.
Analisis spasial dilakukan dengan metode overlay peta sebaran pusat kota dari masing-masing sudut pandang untuk memadukan wilayah pusat kota secara utuh.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan kriteria pusat menurut pendapat ahli keilmuan, masyarakat Kota Bogor, dan kebijakan publik, ditemukan empat belas tempat di Kota Bogor yang sesuai sebagai pusat. Dari sekian banyak tempat yang dinyatakan sebagai pusat, hanya dua tempat yang paling memenuhi kriteria dan dapat dikategorikan sebagai pusat kota. Kedua tempat tersebut yaitu Kebun Raya Bogor dan sekitarnya sebagai titik awal lahirnya Kota Bogor dan sepanjang Jalan Raya Pajajaran yang berfungsi sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pusat pelayanan, yang kemudian membentuk wilayah pusat kota di Kota Bogor.

This study departs from the urban structure theory of multiple nuclei by Harris and Ullman 1945 and Edge City by Garreau 1991 who believe that a modern city has more than one centre as an impact of the regional development and the highly expansion of residential to the suburbs.
The aims of this research are to identify the traits and distribution of the centre, to analyse the characteristics of the centre, and to synthesis the centre in Bogor City based on the perspective of the scientific experts, the citizens of Bogor City, and the public policy.
The Delphi technique with in depth interview method is used to obtain information about the definition, characteristics, functions, and distribution of the city centre according to the viewpoint of three scientific experts city planner, sociologist, and economist.
A questionnaire method is used to obtain information about the definition and distribution of the city centre according to the viewpoint of the citizens of Bogor City. Meanwhile, the information of the definition and distribution of the city centre by public policy is obtained from the Spatial Plan of Bogor City in 2011 ndash 2031.
Spatial analysis is done by overlaying the distribution of the city centre's maps from each point of view to combine a whole city centre region.
The result of this research shows that based on the criteria of the city centre according to the scientific experts, the citizens of Bogor City, and the public policy, there are fourteen places that appropriate as the centre of Bogor City. Based on fourteen places mentioned as the centre, there are only two places that fit the criteria and would be categorized as the city centre of Bogor City. Both are Kebun Raya Bogor and the surrounding area as centre of origin point and Jalan Raya Pajajaran as an economic and social engagement centre, which later form a city centre region of Bogor City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
"Setelah dilaksanakan Program Jampersal cakupan linakes Puskesmas Cipaku tahun 2012 sebesar 76,8%, dibawah cakupan Dinkes Kota Bogor 88,8%, rujukkan resiko tinggi sebanyak 90,9%. KB pasca salin pengguna Jampersal hanya 7%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi determinan pemanfaatan Jampersal. Jenis penelitian cross sectional, Informasi melalui wawancara kepada 145 responden. Hasilnya pengetahuan, sikap ,dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan Jampersal, dukungan keluarga determinan dominan terhadap pemanfaatan Jampersal (Pv=0,000 OR=12,048 95% CI (4,568-31,777). Disarankan Dinkes mengajak BPS meningkatkan partisipasinya mendukung Jampersal, peningkatan keterampilan bidan dalam konseling KB. Sosialisasi melalui ANC dan kelas ibu. Dukungan keluarga dibutuhkan dalam mempersiapkan administrasi dan mendampingi saat pemeriksaan.

Once implemented birth assisted by skilled health personnel in Health Center Program Cipaku Jampersal coverage in 2012 of 76.8%, under the scope of Bogor City Health Office 88.8%, referral high risk as much as 90.9% higher. KB post partum beneficiaries Jampersal only 7%. The research aims to identify the determinants of utilization Jampersal. Type of cross-sectional studies, information obtained through interviews with 145 respondents. Results of the study of knowledge, attitude, family support, health support personnel associated with the use of Jampersal, family support dominant determinant of the utilization Jampersal (Pv = 0.000 OR = 12.048 95% CI (4.568 to 31.777). Suggested Health Office invites privately practicing midwives increase participation Jampersal support, skills midwives in family planning counseling. midwives are expected to socialize through the ANC and the ?kelas ibu?. Needed family support and assist the administration in preparing for the hearing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>