Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Febriony
"Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang mendapat perhatian khusus di dunia.Pengawas Minum Obat merupakan bagian dari Directly Observed Treatment Shourtcourse.Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB Indonesia.Desain penelitian menggunakan potong lintang 205 subyek,dari data rekam medis dan TB-01 tahun 2012-2014 dan eksperimental 23 subyek kelompok kontrol,23 subyek kelompok terintervensi. Penelitian menunjukkan indikasi pemberian KDT 96,6 tepat dan 3,4 tidak tepat, lama pemberian 74,2 tepat dan 25,8 tidak tepat,pemberian dosis 85,9 tepat dan 14,1 tidak tepat. Hubungan efek samping KDT dengan keberhasilan pengobatan TB tidak bermakna secara statistik p=0,173;0,757,IK95 :0,077-1,612. Kelompok terintervensi terjadi peningkatan PMO pengetahuan cukup 8,6 ,kelompok kontrol meningkat 13. Pengetahuan kurang kelompok terintervensi menurun 8,6, kelompok kontrol menurun 13. Tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara hubungan pengetahuan PMO setelah 2 bulan p=0,575;IK95 : 0,978-1,151 dan 6 bulan pengobatan konversi dahak setelah 6 bulan 100. Kepatuhan berobat pasien selama 6 bulan 100. Efek samping minor tidak memengaruhi keberhasilan pengobatan TB, sehingga pengobatan tetap dilanjutkan meskipun muncul efek samping.Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan PMO dengan kepatuhan berobat,tingkat pengetahuan PMO dengan konversi dahak, serta kepatuhan berobat dengan konversi dahak.

Tuberculosis is an infectious disease which is under special attention by the world. Direct Observed Treatment DOT is part of the Directly Observed Treatment Shourtcourse. This research is conducted to improve TB treatment success rate in Indonesia.Design of research used cross sectional study 205 subjects which data was obtained from medical record and TB 01 card between 2012 2014 and experimental study 23 subjects as controlled group, 23 subjects as experimental group. FDC treatment indication was 96.6 correct and 3,4 incorrect, FDC treatment duration was 74.2 correct and 25.8 incorrect, FDC dosage treatment was 85.9 correct and 14.1 incorrect. There was 8.6 increase in DOT's level of understanding in the experimental group while there was 13 increase in the control group. There was no statistical significant relationship between DOT's level of understanding with 2nd month p 0.575 95 CI 0,978 1,151 and 6th month treatment sputum conversion after 6 months was 100. Medical treatment adherence within 6 month period was 100. Side effect does not impact TB treatment success rate, therefore patients were still continued the treatment. There is no correlation between DOT's level of understanding with medical treatment adherence, DOT's level of understanding with sputum conversion as well as between medical treatment adherence with sputum conversion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muhimatul Munawaroh
"Pelayanan kesehatan orang terduga TB merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) bidang Kesehatan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Kab/Kota. Puskesmas merupakan unit terdepan dalam pencapaian target kinerja SPM bidang Kesehatan. Capaian SPM TB di kota Depok tahun 2021 baru mencapai 36,17 % dan menjadi capaian terendah kedua dari 12 SPM bidang Kesehatan Kota Depok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara mendalam aspek struktur, aspek proses peningkatan mutu dan kinerja  dengan pendekatan PDSA (Plan-do-study-act) serta output dalam upaya peningkatan capaian pelayanan kesehatan orang terduga TB di Puskesmas Kota Depok Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus melalui wawancara mendalam kepada 31 informan, observasi lapangan dan telusur dokumen. Hasil penelitian, belum semua Puskesmas menetapkan Tim TB Dots, kurangnya tenaga yang terlatih,sarana-prasarana belum semua  sesuai standar, bahan-obat belum memadai, penggunaan teknologi informasi belum optimal, komitmen pimpinan dan staf masih kurang. Pada faktor proses, kegiatan upaya peningkatan capaian SPM TB pada tahapan study belum semua Puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian SPM TB.Pada output; terjadi peningkatan capaian  pelayanan orang terduga TB pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021, namun belum semua Puskesmas dapat mencapai target  SPM TB yang ditetapkan.  Kesimpulan: faktor struktur dan proses peningkatan mutu dan kinerja yang dilakukan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pencapaian SPM TB di Puskesmas.

The health service for people suspected of having TB is one of the minimum service standards (MSS) in the health sector that must be met by the district/city government. The Public Health Center is the leading unit in achieving the MSS performance targets in the health sector. TB MSS achievement in Depok city in 2021 only reached 36.17% and became the second lowest achievement of the 12 MSS in Depok City Health. The aim of this study was to analyze in depth aspects of the structure, aspects of the quality and performance improvement process using the PDSA (Plan-do-study-act) approach as well as outputs in an effort to increase the achievement of health services for people suspected of having TB at the Depok City Health Center in 2022. This research used a qualitative approach using a case study design through in-depth interviews with 31 informants, field observations and document searches. The results of the study, not all Public Health Centers have established TB Dots Teams, lack of trained personnel, not all facilities are up to standard, medicinal materials are not adequate, use of information technology is not optimal, leadership and staff commitment is still lacking. In terms of process factors, not all Public Health Centers have conducted monitoring and evaluation of TB MSS achievements at the study stage. On output; there has been an increase in the achievement of services for people suspected of having TB in 2022 compared to 2021, but not all Public Health Centers have reached the set TB MSS target. Conclusion: structural factors and quality and performance improvement processes carried out influence success in achieving TB MSS at the Public Health Centers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Rejeki
"Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran arti dan makna pengalaman dalam menjalani pengobatan TB kategori II di wilayah Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif menggunakan metode wawancara mendalam. Partisipannya adalah klien yang sudah selesai menjalani pengobatan TB kategori II, berjumlah tujuh orang. Data dikumpulkan melalui rekaman wawancara dan catatan lapangan, dianalisis dengan teknik Colaizzi.
Hasil penelitian teridentifikasi tujuh tema; pemahaman mengenai penyakit TB; dampak terhadap klien; upaya mencapai kesembuhan; kepatuhan menjalani pengobatan; kesulitan yang dialami; harapan dan dukungan selama pengobatan. Selama menjalani pengobatan TB klien mengalami masalah fisik, psikologis, sosial dan finansial menjadi kesimpulan penelitian ini.

The purpose of this research explore ideas and the meaning of experience of having tuberculosis category II treatment at Pekalongan Regency. This research used qualitative approach with descriptive phenomenology design and indepth interview method. Participants in this research were tucerculosis clients who had complete TB category II treatment. There are seven participants. The data was collected in the form of tapes interview and field notes wich were analyzed by Colaizzi techniques.
As the result of the research is the identification of seven themes: the understanding of TB desease; effects of treatment on clients; efforts to achieve recovery; treatment adherence; difficulties experienced during treatment; client expectations and the support received during treatment. The conclision of this research was the treatment of TB requires a long time, so that during treatment clients experiencing, psychologycal, social and financial problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Aprilia Ainun Rochmah
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi penyebab utama kematian di dunia oleh agen infeksius setelah HIV/AIDS. Tuberkulosis di Indonesia masih menjadi permasalahan utama sebab prevalensi kasus Tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia. Hingga tahun 2020 jumlah kasus Tuberkulosis di Indonesia mencapai 5,8 juta dengan kematian sebesar 1,3 juta. Kota Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang menghadapi permasalahan angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis yang belum mencapai target. Dari tahun 2017 hingga 2021 angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis masih dibawah target (90%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat pengobatan TBC, status DM, sumber pembiayaan pengobatan, dan jarak ke faskes terhadap kegagalan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat di Kota Depok tahun 2022. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional dengan menganalisis data sekunder dari data register TB.03 SO Kota Depok yang diperoleh dari aplikasi SITB Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2022 dengan jumlah sampel sebesar 1.137 sampel. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square menggunakan aplikasi SPSS ver. 20. Hasil analisis menujukkan bahwa faktor usia (PR=1,88; 95%CI 1,44-2,46), status DM (PR=1,71; 95%CI 1,27-2,30), sumber pembiayaan pengobatan (PR=1,94, 95%CI 1,33-2,84) dan jarak ke faskes (PR=1,41; 95%CI=1,08-1,85) menjadi faktor yang berhubungan dengan kegagalan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat di Kota Depok Tahun 2022. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya intervensi baik kepada pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat di Kota Depok khususnya berkaitan dengan faktor-faktor tersebut sehingga diharapkan mampu meningkatkan angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat.

Tuberculosis is an infectious disease that is the main cause of death in the world after HIV/AIDS. Tuberculosis in Indonesia is still a major problem because the prevalence of tuberculosis cases in Indonesia is the second highest in the world. Until 2020, the number of tuberculosis cases in Indonesia reached 5.8 million, with 1.3 million deaths. Depok City is one of the cities in West Java where the success rate of tuberculosis treatment has fallen short of expectations. From 2017 to 2021, the success rate for TB treatment is still below the target of 90%. The purpose of this study was to determine the relationship between age, gender, occupation, history of TB treatment, DM status, sources of treatment financing, and distance to health facilities in the unsuccessful treatment of drug-sensitive pulmonary tuberculosis in Depok City in 2022. The study design used was cross-sectional, with analyzed secondary data from the Depok City TB.03 SO register data obtained from the Depok City Health Office SITB application in 2022, for a total sample of 1,137 samples. Data were analyzed univariately and bivariately with the chi-square test using SPSS ver. 20. The results of the analysis show that age (PR=1.88; 95%CI 1.44-2.46), DM status (PR=1.71; 95%CI 1.27-2.30), source of financing treatment (PR=1.94, 95%CI 1.33-2.84) and distance to health facilities (PR=1.41; 95%CI=1.08-1.85) were factors associated with unsuccessful TB treatment for drug-sensitive pulmonary tuberculosis in Depok City in 2022. Therefore, it is necessary to make intervention efforts both for the government, health workers, and the community in Depok City, especially with regard to these factors, so that it is expected to be able to increase the success rate of treatment for drug-sensitive pulmonary tuberculosis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilfa Safnia Putri
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis; bakteri ini menyerang organ paru dan ekstra paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan pengobatan pasien TB selama pandemi COVID-19 berdasarkan fase pembatasan sosial yang berlaku di Indonesia pada tiga puskesmas di Kota Depok. Pengobatan dikatakan berhasil jika pasien menjalani pengobatan lengkap dan/atau sembuh. Pada penelitian ini, dilakukan analisis untuk dua fase, yaitu fase awal dan fase akhir pembatasan sosial. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data pasien dari Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). Rerata usia pasien adalah ≥ 41 tahun dengan mayoritas pasien laki-laki, memiliki pekerjaan, durasi pengobatan ≥ 6 bulan, dan sebagian besar pasien adalah pasien TB paru. Hasil penelitian menunjukkan penurunan keberhasilan pengobatan dari fase awal (90,5%) ke fase akhir (89%) pembatasan sosial, namun tidak signifikan secara statistik (p = 0,937). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan secara statistik (p = 0,050) antara pembatasan sosial dengan hasil pengobatan pasien. Analisis statistik karakteristik pasien menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, pekerjaan, klasifikasi TB, dan komorbiditas pasien TB tidak secara signifikan memengaruhi keberhasilan pengobatan TB selama pembatasan sosial. Namun, durasi pengobatan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p <0,001) terhadap keberhasilan pengobatan TB.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis; the bacteria invade the lung and extra-lung organs. TB treatment, especially for drug-sensitive patients, consists of an intensive phase and a continuation phase lasting six months. Several studies have shown a decrease in the success of TB therapy during the COVID-19 pandemic, which is thought to be influenced by social distancing rules. This study aims to analyze the treatment success of TB patients during the COVID-19 pandemic based on the social restriction phase applicable in Indonesia at three health centers in Depok City. This study used an observational analytic design with a cross-sectional study. Data were collected retrospectively from the Tuberculosis Information System (SITB). The mean age of patients was ≥ 41 years with the majority of patients being male, employed, treatment duration ≥ 6 months, and most patients were pulmonary TB patients. The results showed a decrease in treatment success from the early phase (90.5%) to the late phase (89%) of social restriction in Depok City health centers, but it was not statistically significant (p = 0.937). The results also showed no statistically significant effect (p = 0.050) between social restriction and patient treatment outcomes. Statistical analysis of patient characteristics showed that gender, age, occupation, TB classification, and comorbidities of TB patients did not significantly influence TB treatment success during social distancing. However, treatment duration showed a significant association (p < 0.001) with TB treatment success."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik dengan tujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kendala yang dapat ditemukan ketika melakukan PTO adalah keterbatasan sumber daya manusia dan operasional di fasilitas kesehatan, sehingga PTO diprioritaskan sesuai dengan kondisi pasien, jenis obat, dan kompleksitas regimen. Pemantauan Terapi Obat pada laporan ini dilakukan terhadap pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru, hemoptisis, dan diabetes melitus di RSUD Tarakan Jakarta. Hasil pemantauan terapi obat menunjukkan bahwa pasien Tn. S mengalami beberapa masalah terkait obat, termasuk interaksi obat, pemberian obat tanpa indikasi, pemberian obat tidak tepat, dan indikasi tanpa terapi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki masalah terkait obat dan meningkatkan hasil terapi bagi pasien.

Medication Review (MR/PTO) is one of clinical pharmacy services to ensure safety, efficacy, and rationality of drug therapy for patients. Challenge that might be faces when conducting PTO are limited human and operational resources in healthcare facilities, hence PTO most important consideration includes patient condition, types of drugs, and complexity of the regimen. On this report, PTO is conducted on a patient diagnosed with pulmonary tuberculosis, hemoptysis, and diabetes mellitus at Tarakan Jakarta Provincial General Hospital. The results of medication review indicate that patient Mr. S experienced several drug-related problems, including drug interactions, prescribing without indication, inappropriate drug administration, and indication without therapy. Therefore, it is important to implement appropriate interventions to address drug-related problems and improve therapy outcomes for patients. Keywords: Drug Therapy Monitoring"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik dengan tujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kendala yang dapat ditemukan ketika melakukan PTO adalah keterbatasan sumber daya manusia dan operasional di fasilitas kesehatan, sehingga PTO diprioritaskan sesuai dengan kondisi pasien, jenis obat, dan kompleksitas regimen. Pemantauan Terapi Obat pada laporan ini dilakukan terhadap pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru, hemoptisis, dan diabetes melitus di RSUD Tarakan Jakarta. Hasil pemantauan terapi obat menunjukkan bahwa pasien Tn. S mengalami beberapa masalah terkait obat, termasuk interaksi obat, pemberian obat tanpa indikasi, pemberian obat tidak tepat, dan indikasi tanpa terapi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki masalah terkait obat dan meningkatkan hasil terapi bagi pasien.

Medication Review (MR/PTO) is one of clinical pharmacy services to ensure safety, efficacy, and rationality of drug therapy for patients. Challenge that might be faces when conducting PTO are limited human and operational resources in healthcare facilities, hence PTO most important consideration includes patient condition, types of drugs, and complexity of the regimen. On this report, PTO is conducted on a patient diagnosed with pulmonary tuberculosis, hemoptysis, and diabetes mellitus at Tarakan Jakarta Provincial General Hospital. The results of medication review indicate that patient Mr. S experienced several drug-related problems, including drug interactions, prescribing without indication, inappropriate drug administration, and indication without therapy. Therefore, it is important to implement appropriate interventions to address drug-related problems and improve therapy outcomes for patients. Keywords: Drug Therapy Monitoring"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakaria
"ABSTRAK
Tingginya angka TB di Puskesmas Dramaga menyebabkan di perlukannya penelitian kualitatif mengenai hal-hal dalam kepatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan pengobatan TB Paru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada teori Health Belief Model (HBM). Pengambilan data dilakukan pada 11 orang dari pasien TB Paru, keluarga, dan petugas kesehatan dengan metode wawancara mendalam. Keberhasilan pengobatan TB dalam kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh persepsi informan terhadap kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan yang dialami selama menjalani pengobataan TB. Selain itu juga pengaruh dari besarnya dukungan keluarga dan pemberian informasi TB yang lengkap kepada pasien dan keluarga.

ABSTRACT
The high rate of TB in Puskesmas Dramaga led to the need for qualitative research on matters in medication adherence. This study aims to see what factors influence the success and failure of pulmonary tuberculosis treatment. This research is a qualitative research that refers to the theory of Health Belief Model (HBM). Data were collected on 11 people from TB patients, family, and health care workers with in-depth interview method. The success of TB treatment in medication adherence is influenced by informants' perceptions of the susceptibility, severity, benefits and constraints experienced during TB treatment. It also influences the extent of family support and the provision of complete TB information to patients and families.
"
2017
S69545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Rahmawati Yunaz
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular prevalensi tinggi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB yang disarankan menurut pedoman adalah a kombinasi berbagai antibiotik dalam bentuk tablet kombinasi dosis tetap atau combipack meningkatkan potensi masalah terkait obat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat pada terapi TB di Puskesmas Kecamatan Tebet periode Juli- Desember 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional dengan metode pengambilan data retrospektif dari resep pasien Pasien TB dari Juli-Desember 2018. Klasifikasi masalah terkait obat digunakan dalam hal ini studi adalah sistem klasifikasi yang dibuat oleh Cipolle, Strand, dan Morley yang meliputi terapi obat yang tidak perlu, perlu terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, kesalahan dosis, dan interaksi obat. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terapi obat yang tidak perlu adalah 2,85%, membutuhkan terapi obat tambahan 6,89%, obat tidak efektif 1,54%, kesalahan dosis 12,46%, dan potensi interaksi obat adalah 66,18%. Masalah terkait narkoba itu terjadi paling sering adalah interaksi obat, yaitu 66,18%. Berdasarkan hasil penelitian ini, itu Dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi untuk TB berpotensi menyebabkan masalah terkait obat. Oleh karena itu, penilaian prescribring perlu dioptimalkan sebelum memberikan obat pasien dan dimonitor secara teratur, sehingga penggunaan obat yang rasional diharapkan dapat tercapai.

Tuberculosis (TB) is a high prevalence of infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. The recommended TB treatment according to the guidelines is that a combination of various antibiotics in the form of a fixed-dose combination tablet or combipack increases the potential for drug-related problems to occur. This study aims to identify drug-related problems in TB therapy in the Tebet District Health Center in the July-December 2018 period. The study design used was cross-sectional. The research design that will be used is a cross sectional study with retrospective data collection methods from prescription TB patient patients from July-December 2018. The classification of drug-related problems used in this study is a classification system created by Cipolle, Strand, and Morley which includes drug therapy unnecessary, need additional drug therapy, ineffective drugs, dosage errors, and drug interactions. The results showed that the percentage of unnecessary drug therapy was 2.85%, 6.89% needed additional drug therapy, 1.54% ineffective medication, 12.46% dose error, and 66.18% potential drug interactions. The drug-related problems that occur most often are drug interactions, which is 66.18%. Based on the results of this study, it can be concluded that the administration of therapy for TB has the potential to cause drug-related problems. Therefore, prescribring assessment needs to be optimized before giving patient medication and monitored regularly, so that rational drug use is expected to be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Kannitha Putri
"Angka keberhasilan pengobatan kasus TB RO di Indonesia cenderung menurun dari tahun 2010 (68%) menjadi 45% di tahun 2020. Hal ini disebabkan karena peningkatan pasien TB RO yng putus berobat dan pasien yang meninggal. Penelitian ini melihat hasil pengobatan pasien TB RO serta faktor faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan TB RO di Indonesia pada tahun 2017 sampai 2019 dengan menggunakan desain cross sectional. Menggunakan data pasien dari e-TB Manager berumur 15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatannya tahun 2017-2019. Terdapat 3822 kasus dengan sembuh sebanyak 35,5%, pengobatan lengkap sebanyak 4,7%, putus berobat sebanyak 32,8%, meninggal sebanyak 17,7%, gagal sebanyak 6,9%, perubahan diagnosis 1,2%, dan lainnya 8%. Jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, aksesibilitas geografis ke fasilitas pelayanan kesehatan secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan hasil pengobatan. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan TB RO adalah usia (PR 1,328; 95% CI 1,773 - 2,332), pasien XDR (PR 1,353; 95% 1,225-1,494), pasien pre XDR (PR 1,234; 95% CI 1,145-1,330) pasien MDR (PR 0,869; 95% CI 0,811-0,930), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (PR 1,069; 95% CI 1,002-1,140).

The success rate of treatment for DR-TB cases in Indonesia tends to decrease from 2010 (68%) to 45% in 2020. This is due to an increase in DR-TB patients who drop out of treatment and patients who die. This study aims to look at the results of treatment for DR-TB patients and the factors associated with treatment outcomes for DR-TB in Indonesia from 2017 to 2019 using a cross sectional design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB Manager aged 15 years who have completed their treatment in 2017-2019. There were 3822 cases with 35.5% cured, 4.7% completed, 32.8% dropped out, 17.7% die, 6.9% failed, 1.2% change in diagnosis, and others. 8%. Gender, previous treatment history, geographic accessibility to health care facilities did not have a statistically significant relationship with treatment outcomes. Factors associated with the outcome of DR-TB treatment were age (PR 1.328; 95% CI 1.773 - 2.332), XDR patient (PR 1,353; 95% 1,225-1,494), pre XDR patient (PR 1,234; 95% CI 1,145-1,330), MDR patient (PR 0,869; 95% CI 0,811-0,930) and treatment initiation interval > 7 days (PR 1.069; 95% CI 1.002-1.140)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>