Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rulaa Azzah Amalia
"Tablet donepezil hidroklorida merupakan salah satu sediaan farmasi untuk terapi Alzheimer yang cukup sering dialami oleh geriatri. Namun, kesulitan menelan tablet pada pasien geriatri seringkali menjadi kendala terapi yang menyebabkan ketidakpatuhan obat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat formulasi tablet cepat hancur (TCH) donepezil hidroklorida yang segera hancur di rongga mulut sehingga lebih mudah ditelan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan formula TCH donepezil hidroklorida dengan metode molding. Formula TCH donepezil hidroklorida dibuat dengan beberapa konsentrasi sodium starch glycolate (SSG), yaitu 0 % (F1), 2 % (F2), dan 4% (F3) dengan metode molding. TCH donepezil hidroklorida yang dihasilkan dievaluasi yang meliputi pengujian organoleptis, waktu hancur, waktu pembasahan, disolusi, penetapan kadar, dan scanning electron microscopy (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa TCH donepezil hidroklorida terbentuk bulat sempurna, berwarna putih, dan memiliki rasa manis, waktu pembasahan sekitar 1,22 - 5,13 menit, nilai perolehan kembali sekitar 94 - 115%, rata-rata jumlah obat terdisolusi sekitar 81,65% - 99,73%, hasil SEM menujukkan tablet yang berongga. Selain itu, TCH donepezil hidroklorida formula 2 dan 3 yang dibuat memenuhi persyaratan, karena memberikan hasil uji waktu hancur 5,13 menit ± 0,88 (F1), 1,26 menit ± 0,74 (F2), dan 1,22 menit ± 0,52 (F3). Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa TCH F3 menunjukkan hasil terbaik dalam pengujian.

Donepezil hydrochloride tablet is one of the pharmaceutical dosage form for Alzheimer's therapy which is quite common in geriatrics. However, difficulty swallowing tablets in geriatric patients is often an obstacle to therapy that causes drug non-adherence. Therefore, in this study a formulation of donepezil hydrochloride fast disintegrating tablets (FDT) was prepared which disintegrates immediately in the oral cavity so that it is easier to swallow. The aim of this study was to develop a donepezil hydrochloride TCH formula using the molding method. The donepezil hydrochloride FDT formula was prepared with several concentrations of sodium starch glycolate (SSG), namely 0% (F1), 2% (F2), and 4% (F3) by molding method. The donepezil hydrochloride FDT produced was evaluated which included organoleptic tests, disintegration time, wetting time, dissolution, assay, and scanning electron microscopy (SEM). The results showed that the donepezil hydrochloride FDT formed was perfectly spherical, white in color, and had a sweet taste, wetting time was around 1.22 - 5.13 minutes, the recovery value was around 94 - 115%, the average amount of drug dissolved was around 81.65% - 99.73%, the SEM results showed the tablet was porous. In addition, donepezil hydrochloride FDT formula 2 and 3 complied with the requirements, because it gave disintegration time test results of 5.13 minutes ± 0.88 (F1), 1.26 minutes ± 0.74 (F2), and 1.22 minutes ± 0.52 (F3). From the results of this study, it was concluded that FDT F3 showed the best results in the test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarys Zahra Benindya
"Proses pembuatan tablet dilakukan secara massal sehingga individualisasi obat menjadi sulit untuk dilakukan. Individualisasi obat dapat dilakukan dengan 3D printer karena dapat menyesuaikan bentuk sediaan dan dosis obat sesuai kebutuhan pasien. Teknik perendaman pelarut merupakan salah satu metode memasukkan zat aktif ke dalam filamen dengan cara difusi pasif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet 3D printing dari filamen polimer polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton yang mengandung propranolol hidroklorida dengan 3D printer. Ketiga filamen ini dipilih karena terbatasnya ketersediaan filamen di pasaran yang aman untuk dikonsumsi manusia. Filamen polivinil alkohol, asam polilaktat, dan polikaprolakton direndam dalam larutan propranolol hidroklorida dalam tiga konsentrasi selama 45 menit dan kemudian dikeringkan dalam oven selama 6 jam. Filamen tersebut kemudian dicetak menjadi tablet, dilakukan uji disolusi selama 10 jam, dan dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil uji disolusi menunjukkan jumlah kumulatif terdisolusi tablet propranolol hidroklorida dari filamen polimer polivinil alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan tablet dari asam polilaktat dan polikaprolakton. Kandungan propranolol HCl yang tertinggi pada tablet dimiliki oleh formula PVA C. Meski demikian, pelepasan obatnya membutuhkan waktu 10 jam, sehingga diperlukan penelitian lanjutan terkait filamen polimer yang ideal untuk pembuatan tablet 3D printing dengan metode perendaman pelarut.

The making process of tablet drug is done in massive scale; thus, individualization of drug therapy is impossible. Individualization of drug therapy can be achieved by using 3D printer because it can suit the dosage form based on the patient’s needs. Solvent immersion is a method to load the drug to the filament through passive diffusion. This study aims to make 3D printed propranolol hydrochloride tablet using polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone polymer filament. These three filaments were chosen because of the limited availability of filaments in the market that are safe for human consumption. Polyvinyl alcohol, polylactic acid, and polycaprolactone filament were immersed in three different concentrations of propranolol hydrochloride for 45 minutes and being dried in the oven for 6 hours. Those filaments were used to make 3D printed tablets, went through dissolution test for 10 hours, and the results were analyzed using UV-Vis spectrophotometry. Tablets made of polyvinyl alcohol filament tended to have higher cumulative drug release compared to the tablets made of polylactic acid and polycaprolactone. The tablet that was made by PVA C has the highest propranolol HCl content. However, the time needed for it to dissolute requires 10 hours. Therefore, further research is needed regarding the ideal polymer filament for the manufacture of 3D printed tablets by the solvent immersion method."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiela Haz Ekaputri
"Pengkajian mutu produk obat merupakan salah satu aspek dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (BPOM RI, 2018). Pada laporan ini, penulis melakukan pengolahan data terkait hasil kajian yang dilakukan selama proses produksi tablet X dan pengolahan data yang dipaparkan terfokus pada salah satu aspek parameter kritis yaitu, bobot minimum obat 100 tablet. Kajian diawali dengan melakukan input follow up action dari laporan Product Quality Review (PQR) tahun fiskal sebelumnya, input ringkasan bets yang diproduksi dan data yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan PQR (hasil uji in process control, parameter kritis, hasil perhitungan rekonsiliasi, dan hasil pengujian Quality Control), input dokumen penunjang berupa penilaian risiko, mengkaji data pemastian mutu, input laporan validasi dan kualifikasi, daftar pemasok, pengendalian perubahan, laporan hasil uji stabilitas, laporan hasil uji sampel pertinggal, investigasi komplain pemasok, dan lain-lain. Pengolahan data dalam bentuk trend dilakukan untuk melihat proses yang dilakukan. Saat melakukan penarikan kesimpulan, metode yang digunakan adalah control chart dan nilai kapabilitas (CpK). Berdasarkan tren, pada proses bobot minimum obat 100 tablet, seluruh titik masuk dalam chart control atau tidak ada satu titik yang melewati Upper Control Limit atau Lower Control Limit. Berdasarkan nilai kapabilitas, proses yang dilakukan stabil dan dalam keadaan kontrol statistik karena nilai Cpk lebih dari 1.5, yaitu 5.68. Penggunaan nilai kapabilitas ditambahkan untuk memperkuat penarikan kesimpulan dan mengetahui kestabilan selama proses.

Assessment of the quality of products is one aspect of Good Manufacturing Practices (BPOM RI, 2018). One aspect of Good Manufacturing Practices is assessing the quality of medicinal products. In this report, the authors perform data processing related to tablet X's production process. The processing of the data presented focuses on one aspect of the critical parameter, namely, the minimum weight of the drug is 100 tablets. The study begins by inputting follow-up actions from the Product Quality Review (PQR) from the previous fiscal year, inputting a summary of the batch produced and the data needed for the preparation of the PQR report (in process control test results, critical parameters, reconciliation calculation results, and test results of Quality Control), input of supporting documents in the form of risk assessment, reviewing quality assurance data, input of validation and qualification reports, list of the supplier, stability test results reports, test results reports residual samples and investigation of complaints, etc. Data processing in the form of trends is carried out to see the process carried out. The methods to conclude the processes are the control chart and capability value (CpK). Based on the trend, in the process of weighing the minimum drug 100 tablets, all points are within the control chart or there is not one point that passes the Upper Control Limit or Lower Control Limit. Based on the capability value, the process carried out is stable and in a state of statistical control because the Cpk value is more than 1.5, which is 5.68. The use of the capability value is added to strengthen the conclusion and determine the stability during the process."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Natania Kurniadi
"Kendala administrasi obat secara oral masih dialami oleh sebagian besar populasi seperti populasi disfagia, geriatri, dan pediatri. Pirfenidon merupakan salah satu terapi penyakit Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) yang sebagian besar dialami oleh populasi geriati. Tablet pirfenidon yang tersedia berupa tablet dosis 267 mg dengan regimen terapi tiga tablet sebanyak tiga kali per hari. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan frekuensi penelanan pada terapi jangka panjang pengobatan IPF dengan pirfenidon. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formula tablet cepat hancur (TCH) pirfenidon menggunakan metode sublimasi yang memiliki karakteristik waktu hancur kurang dari 3 menit dan keregasan kurang dari 1%. Pada penelitian ini, TCH pirfenidon diformulasikan menggunakan metode sublimasi, yaitu dengan tablet kempa langsung yang dilanjutkan dengan proses sublimasi. Untuk memfasilitasi proses sublimasi, pada formula ditambahkan eksipien amonium bikarbonat dengan tiga variasi konsentrasi yaitu 2% (F1), 5% (F2), dan 10% (F3). TCH yang dihasilkan dievaluasi meliputi waktu hancur, waktu pembasahan, kekerasan, keregasan, kadar obat, dan disolusi obat. Hasil evaluasi TCH pirfenidon menunjukkan bahwa TCH yang memenuhi persyatan adalah TCH F1 dengan waktu hancur 29,53 ± 2,55 detik; waktu pembasahan 28,73 ± 1,55 detik; kekerasan tablet 4,91 ± 0,29 kP; keregasan 0,9%; kadar 103,98 ± 1,04%; dan jumlah obat terdisolusi pada menit ke-30 adalah 93,22 ± 4,07%. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa formula TCH F1 yang dibuat menggunakan metode sublimasi dapat menghasilkan sediaan TCH yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, TCH pirfenidon berpotensi menjadi alternatif sediaan bagi terapi IPF untuk memfasilitasi penelanan tablet.

Constraints of oral drug administration are still experienced the most by dysphagia, geriatric, and pediatric populations. Pirfenidone is one of the therapies for Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) which is mostly experienced by the geriatric. On the market, pirfenidone tablets are available with the dose of 267 mg, with a therapeutic regimen of three tablets three times per day. This resulted in an increase in the frequency of ingestion for long-term therapy with pirfenidone. The purpose of this study was to obtain formula for fast disintegrating tablet (FDT) of pirfenidone using sublimation method with disintegration time < 3 minutes and friability <1%. In this study, FDTs were made using sublimation method, which were compressed using direct compression method before. To facilitate the sublimation, ammonium bicarbonate was added to the formula with three various concentration which were 2%(F1), 5%(F2), and 10%(F3). The FDTs were then evaluated for disintegration and wetting time, hardness, friability, assay, and dissolution. Based on the result, FDT that met the requirements was FDT F1 with the disintegration time of 29.53 ± 2.55 seconds; wetting time of 28,73 ± 1,55 seconds; hardness of 4,91 ± 0,29 kP; friability value of 0,9%; assay result was 103,98 ± 1,04%; and the amount of drug dissolved within 30 minutes was 93,22 ± 4,07%. It was concluded that formula FDT F1 made by sublimation method could produce FDT that met the requirements. Therefore, FDT is potential to be an alternative dosage form to facilitate tablet swallowing for IPF therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Padma Hartmaya
"Pirfenidon digunakan untuk pengobatan fibrosis paru idiopatik dengan dosis besar, 801 mg – 2403 mg per hari. Penggunaan tablet konvensional merupakan permasalahan bagi individu dengan disfagia terutama pada obat dengan dosis besar. Oleh sebab itu, pengembangan tablet cepat hancur (TCH) yang dirancang untuk segera hancur di dalam rongga mulut menjadi alternatif tablet konvensional yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh TCH pirfenidon dengan metode kempa langsung serta menganalisis pengaruh konsentrasi croscarmellose sodium (CCS) terhadap waktu hancur. TCH pirfenidon dibuat menggunakan metode kempa langsung menjadi 3 formula dengan variasi konsentrasi CCS adalah 2% (F1), 5% (F2), dan 10% (F3). Evaluasi dilakukan sebelum dan setelah pengempaan tablet meliputi uji sifat alir, penampilan fisik tablet, keseragaman ukuran, keragaman bobot, kekerasan, keregasan, disintegrasi, waktu pembasahan, disolusi, dan uji stabilitas selama 1 bulan. Pengujian massa tablet ketiga formula menunjukkan sifat alir yang baik dan seluruh TCH yang dihasilkan dari ketiga formula memberikan hasil evaluasi yang memenuhi persyaratan TCH. Namun, TCH terpilih adalah F3 karena memiliki waktu hancur dan waktu pembasahan tercepat berturut-turut yaitu 36,27 ± 0,41 detik dan 59,00 ± 2,75 detik, serta jumlah obat terdisolusi yang paling besar (100,03 ± 0,00%) dalam waktu 30 menit. Selain itu, TCH F3 menunjukkan stabilitas yang baik selama penyimpanan 1 bulan pada suhu 30 ± 2°C maupun 40 ± 2°C. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa TCH F3 yang diperoleh menggunakan metode kempa langsung merupakan formula terpilih yang memenuhi persyaratan FDT paling baik.

Pirfenidone is used in large doses for the treatment of idiopathic pulmonary fibrosis, 801 mg – 2403 mg per day. The use of conventional tablets is a problem for individuals with dysphagia, especially in large doses of drugs. Therefore, the development of fast disintegrating tablets (FDT) which are designed to disintegrate in the oral cavity is a suitable alternative to conventional tablets. The purposed of this study were to obtain FDT pirfenidone by direct compression method and to analyzed the effect of croscarmellose sodium (CCS) concentration on disintegration time. FDT pirfenidone was prepared using direct compression method into 3 formula with various CCS concentration, 2% (F1), 5% (F2), and 10% (F3). Evaluations were carried out before and after tablet compression including flow properties test, physical appearance, size uniformity, weight diversity, hardness, friability, disintegration time, wetting time, dissolution, and stability test. The tablet mass of the three formula showed good flow properties and all of the FDT produced from the three formulas gave evaluation results that met the requirements of FDT. However, the selected FDT was F3 because it had the fastest disintegration and wetting times, respectively 36.27 ± 0.41 seconds and 59.00 ± 2.75 seconds, and the largest amount of drug dissolution (100.03 ± 0,00%) within 30 minutes. In addition, FDT F3 showed good stability during storage for 1 month at a temperature of 30±2°C or 40±2°C. Therefore, it can be concluded that FDT F3 obtained by direct compression method is the selected formula that met the best FDT requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindi Irsan Artomo
"Tablet Cepat Hancur (TCH) adalah sediaan tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air maupun dikunyah sehingga dibutuhkan eksipien yang mudah hancur atau larut dengan adanya air. Saat ini, TCH dibuat dengan menggunakan superdisintegran dari bahan-bahan impor. Padahal banyak eksipien yang terdapat di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah maltodekstrin DE 10-15.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan maltodekstrin suksinat (MDS) dari maltodekstrin DE 10-15 dan mengetahui karakteristiknya sebagai eksipien penghancur yang digunakan dalam formula TCH. MDS merupakan maltodekstrin DE 10-15 yang termodifikasi melalui proses suksinilasi dengan asam suksinat anhidrida dalam medium berair. MDS kemudian dikarakterisasi dan diformulasi menjadi lima formula TCH dengan verapamil HCl sebagai model obat. TCH yang dibuat melalui metode granulasi kering kemudian dievaluasi.
Hasil karakterisasi menunjukkan MDS memiliki derajat subtitusi sebesar 0,1772, kelarutan sebesar 1:21 bagian dalam akuades, dan mampu mengembang dua kali lebih baik dibandingkan maltodekstrin DE 10-15. Hasil evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 3 yang dibuat dengan menggunakan MDS sebagai eksipien penghancur pada konsentrasi 15% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 3 memiliki kekerasan 3,71 Kp, keregasan 0,98%, waktu hancur in vitro 71,2 detik, waktu pembasahan 37,2 detik, dan verapamil HCl terdisolusi sebesar 96,91% dalam waktu 10 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa MDS sangat potensial untuk digunakan sebagai eksipien penghancur pada TCH.

Fast Disintegration Tablet (FDT) are tablet dosage forms which disintegrate in the patient’s mouth rapidly without water needed or chewed, so FDT’s need an excipient that easily disintegrated or soluble with the presence of water. Nowadays, FDT was made of superdisintegrant from import commodities. Besides there were many excipients in Indonesia that have potential to be developed, one of those was maltodextrin DE 10-15.
The aim of this research was to produce maltodextrin succinate (MDS) from maltodextrin DE 10-15 and find out its characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT’s formulas. MDS are maltodextrin DE 10-15 that has been through modification by succinylation using succinic anhydride in aqueous medium. MDS was characterized and then formulated into five FDT’s formulas using verapamil HCL as drug model. FDT that has been produced by dry granulation method was evaluated.
The results showed that MDS has 0.1772 degree of substitution, solubility was 1:21 portion in aquadest, and capable to swell two times better than maltodextrin DE 10-15. The results from FDT’s evaluation shows that formula 3 that has been produced using MDS as tablet disintegrant at 15% of concentration had the best characteristics as FDT. Formula 3 exhibited 3.71 Kp of hardness, 0.98% of friability, 71.2 seconds of in vitro disintegration time, 37.2 seconds of wetting time, and 96.91% verapamil HCl dissoluted in 10 minutes. This results shows that MDS was very potential to be used as disintegrant in FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Tasyah
"Kulit pisang pada umumnya hanya dibuang dan pemanfaatannya masih sangat rendah padahal memiliki kandungan pati sebesar 27,7% yang dapat dimanfaatkan sebagai superdisintegran. Superdisintegran merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan tablet cepat hancur. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok untuk menghasilkan tepung kulit pisang dan mengkarakterisasinya sebagai superdisintegran serta membandingkan karakteristik tablet cepat hancur piroksikam yang menggunakan tepung kulit pisang dengan yang menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran. Dalam penelitian ini, dibuat 4 formula tablet cepat hancur dengan perbedaan konsentrasi tepung kulit pisang sebagai superdisintegran yaitu 3%, 5% dan 9% serta satu formula pembanding menggunakan superdisintegran croscarmellose sodium. Tablet diuji mutu fisiknya meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, keseragaman kandungan, kekerasan, keregasan, waktu hancur, waktu pembasahan, penetapan kadar dan profil disolusi. Tepung kulit pisang yang dihasilkan berwarna putih kecoklatan, kadar air 7,79%, pH 6,12, kandungan amilosa 20,23%, swelling power 4 g/g dan indeks kelarutan dalam air 0,87%. Tepung kulit pisang dengan konsentrasi 3% memiliki waktu hancur 14,02 detik dimana kurang dari yang menggunakan croscarmellose sodium tetapi dapat hancur kurang dari 30 detik sesuai persyaratan. Dapat disimpulkan limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai tepung kulit pisang dan karakteristiknya sebagai superdisintegran baik serta dapat dijadikan sebagai superdisintegran pada tablet cepat hancur piroksikam.

Banana peels are generally just thrown away and their utilization is still very low even though it has a starch content of 27.7% which can be used as a superdisintegrant. Superdisintegrant is a very important ingredient in the manufacture of fast disintegrating tablets. This study aimed to utilize kepok banana peel waste to produce banana peel flour and to characterize it as a superdisintegrant and to compare the characteristics of piroxicam fast disintegrating tablets using banana peel flour with croscarmellose sodium as a superdisintegrant. In this study, 4 formulas of fast disintegrating tablets were made with different concentrations of banana peel flour as superdisintegrant, which is 3%, 5% and 9% and one comparison formula used the superdisintegrant croscarmellose sodium. The tablets were tested for physical quality including organoleptic, size uniformity, content uniformity, hardness, friability, disintegration time, wetting time, piroxicam content and dissolution profiles. The banana peel flour produced was brownish white, water content 7.79%, pH 6.12, amylose content 20.23%, swelling power 4 g/g and water solubility index 0.87%. Banana peel flour with a concentration of 3% had a disintegration time of 14.02 seconds which is less than the fast disintegrating tablets using croscarmellose sodium but could be disintegrated in less than 30 seconds according to the requirements. It was concluded that banana peel waste can be used as banana peel flour and its characteristics as a superdisintegrant was good and can be used as a superdisintegrant in piroxicam fast disintegrating tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rizki Maharani
"Kulit pisang yang menjadi limbah industri dan rumah tangga dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan tambahan pada sediaan farmasi. Kulit pisang dapat memiliki kandungan kadar pati sebesar 70-80% pada keadaan belum matang. Hal ini menunjukkan bahwa kulit pisang berpotensi untuk dapat dijadikan sebagai superdisintegran alami dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur. Penelitian ini bertujuan memperoleh tepung dari limbah kulit pisang, mengkarakterisasi superdisintegran dari tepung kulit pisang, serta membandingkan karakteristik tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang dan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran. Tepung kulit pisang dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional. Tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang diformulasikan dengan konsentrasi yang bervariasi, yaitu konsentrasi 3%, 5%, dan 9%. Tablet cepat hancur dengan konsentrasi croscarmellose sodium sebanyak 5% dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian. Tepung kulit pisang yang dihasilkan berupa serbuk halus berwarna putih hampir cokelat muda, berbau khas aroma pisang, tidak berasa, memiliki nilai swelling power sebesar 4 kali dibanding volume awal, indeks kelarutan dalam air sebesar 0,87%, kadar air 7,79%, ukuran partikel 125-355 Î¼m, sifat alir buruk, dan kandungan amilosa sebesar 22,23%. Evaluasi tablet cepat hancur yang menggunakan superdisintegran dari tepung kulit pisang menghasilkan waktu hancur cepat selama 5-10 detik dan waktu pembasahan selama 2-5 detik untuk semua formula. Dapat disimpulkan bahwa, tablet cepat hancur yang menggunakan tepung kulit pisang memenuhi persyaratan waktu hancur dan dapat menyamai karakteristik tablet cepat hancur yang menggunakan croscarmellose sodium sebagai superdisintegran, serta tablet cepat hancur yang menggunakan formulasi tepung kulit pisang sebanyak 3% menghasilkan waktu hancur yang paling cepat.

Banana peels as industrial and household waste can be processed and used as additives in pharmaceutical preparations. Banana peels can contain 70-80% of starch levels in an immature state. It shows that banana peel has the potential to be used as a natural superdisintegrant in the formulation of fast disintegrating tablets. This study aims obtain to characterize the flour from banana peel waste and also compare the characteristics of fast disintegrating tablets using banana peel flour and croscarmellose sodium as super disintegrants. Banana peel flour has been characterized physically, chemically, and functionally. The fast disintegrating tablets with banana peel flour has formulated in varying concentrations such as 3%, 5%, and 9%. Align with that, Fast disintegrating tablets with 5% of croscarmellose sodium concentration have been used as comparisons in the study. The banana peel flour produced is in the form of a white and almost light brown fine powder. It has a distinctive banana aroma, tasteless, has a swelling power value of 4 times compared to the initial volume, and has a 0.87% for solubility index in water, 7.79% of water content, a particle size of 125-355 Î¼m, poor flowability, and has 22.23% of amylose content. Evaluation of fast disintegrating tablets using superdisintegrant from banana peel flour resulted in a quick disintegration time of 5-10 seconds and wetting time of 2-5 seconds for all formulas. It concluded that the fast disintegrating tablets using banana peel flour fulfilled the disintegration time requirements. Fast disintegrating tablets using banana peel flour has similar characteristics to the fast disintegrating tablets using croscarmellose sodium as a super disintegrant. Fast disintegrating tablets with concentration of banana peel flour of about 3% have the fastest disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Nugraha Agung
"Analisis praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan karya ilmiah akhir Ners Spesialis. Bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum proses pelaksanaan praktik residensi keperawatan medikal bedah yang dilaksanakan dalam dua semester. Analisis ini terdiri dari kasus kelolaan utama pada gangguan sistem neurologi dengan kasus astrositoma dan 30 kasus resum menggunakan pendekatan model adaptasi Roy, penerapan evidence based nursing (EBN) dan proyek inovasi. pada kasus kelolaan masalah masalah ketidakefektifan perfusi cerebral teratasi dan pada 30 kasus resum diagnosa terbanyak yaitu risiko jatuh dan ketidakefektifan perfusi cerebral. untuk peneraan evidence based nursing tentang Tongue stretching exercises (TSE) pada pasien stroke dengan gangguan menelan dan terbukti dapat meningkatan gerakan lidah dalam proses menelan. Untuk proyek inovasi melakukan tatalaksana perawatan pasca stroke terkini. Banyak manfaat yang didapatkan selama proses praktik residensi diantaranya melatihan berpikir kritis dalam mengelola kasus sulit, melatih keterampilan praktik, dan menerapkan intervensi berdasarkan bukti ilmiah. Diharapkan bagi bagi perawat untuk memberikan intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan selalu berlatih dalam berpikir kritis agar memiliki tingkat sensitifitas dalam melihat fenomena masalah pada pasien.

Analysis of practice medical surgical nursing residency is the final scientific work of Specialist Nursing. The aim is to provide an overview of the process of implementing medical surgical nursing residency practices that got in two semesters. This analysis consists of cases of major management in neurological system disorders with astrocytoma cases and 30 cases of rums using Roy's adaptation model approach, application of evidence based nursing (EBN) and innovation projects. The case of managed cerebral perfusion problems the problem is managed and in 30 cases the most common diagnoses are the risk of falls and the ineffectiveness of cerebral perfusion. For evidence based nursing information about Tongue stretching exercises (TSE) in stroke patients with swallowing disorders and is proven to increase tongue movement in the swallowing process. Innovation projects carry out the latest post-stroke care management. Many benefits got during the residency practice process include training critical thinking in managing difficult cases, practicing practical skills, and implementing interventions based on scientific evidence. Hope is expected for nurses to provide nursing interventions based on scientific evidence and always practice critical thinking in order to have a sensitivity level in seeing the phenomenon of problems in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arden Gabrian
"Gangguan otonom pada penyakit Parkinson lebih banyak dialami dan berdampak pada kualitas hidup dan mortalitas pasien dibandingkan gejala motoriknya. Namun, hal tersebut jarang mendapat perhatian klinis dan data mengenai karakteristiknya masih minim di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menggambarkan karakteristik gangguan otonom pada pasien penyakit Parkinson serta faktor yang memengaruhinya menggunakan instrumen SCOPA-AUT INA (Scale for Outcome in Parkinson`s Disease - Autonomic bahasa Indonesia) di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian ini dilakukan di RSCM pada Mei 2021 hingga September 2022 dengan desain potong lintang dan melibatkan 31 pasien penyakit Parkinson sebagai subjek. Data diambil melalui wawancara menggunakan SCOPA-AUT INA dan melihat rekam medis. Uji statistik yang digunakan adalah uji univariat, chi-square, dan U Mann-Whitney. Ditemukan bahwa 100,0% subjek mengalami gangguan otonom yang terdistribusi dalam domain gastrointestinal (96,8%), urin (93,5%), termoregulasi (67,7%), seksual (51,6%), kardiovaskular (48,4%), dan pupil (12,9%). Ditemukan hubungan bermakna antara faktor usia ≥60 tahun dengan peningkatan gangguan urin, jenis kelamin laki-laki dengan peningkatan gangguan seksual, terapi levodopa dengan peningkatan gangguan gastrointestinal, dan terapi triheksifenidil dengan peningkatan gangguan pupil. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara gangguan otonom dengan durasi dan keparahan penyakit Parkinson. Studi ini menyimpulkan bahwa gangguan otonom ditemukan pada seluruh subjek dengan penyakit Parkinson di RSCM dan dipengaruhi oleh faktor demografis dan klinis, khususnya usia, jenis kelamin, dan jenis terapi anti-Parkinson.

Autonomic dysfunctions in Parkinson’s disease are often undiagnosed or untreated and the current data regarding its profile is still limited in Indonesia despite it being more common and having more impact on their quality of life and mortality rate compared to motor symptoms of Parkinson’s disease. Therefore, research is needed on the profile and affecting factors of autonomic dysfunction in Parkinson’s disease patients using the SCOPA-AUT INA (Scale for Outcome in Parkinson`s Disease - Autonomic – Indonesian version) in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). This cross-sectional study is done in RSCM from May 2021 to September 2022 with 31 Parkinson’s disease patients enrolled as subjects. The results are taken from interviews using the SCOPA-AUT INA questionnaire and from the subjects’ medical records. Univariable, chi-square test, and U Mann-Whitney statistical tests are used in data analysis. This study found that 100,0% of the subjects reported having autonomic dysfunctions categorized into gastrointestinal (96,8%), urinary (93,5%), termoregulatory (67,7%), sexual (51,6%), cardiovascular (48,4%), and pupillomotor (12,9%). There is a statistically significant correlation between subject age of 60 or above and increase in urinary dysfunction, male sex with increase in sexual dysfunction, levodopa therapy with increase in gastrointestinal dysfunction, and trihexyphenidyl therapy with increase in pupillomotor dysfunction. No correlation is found between autonomic dysfunctions and Parkinson’s disease duration or clinical staging. Autonomic dysfunctions are found in all of the Parkinson’s disease patients enrolled as subjects in this study and are affected by demographic and clinical characteristics, especially age, sex, and anti-Parkinson therapy."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>